FAQ PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NO 19/12/PADG/2017 TENTANG PENYELESAIAN TRANSAKSI PERDAGANGAN BILATERAL ANTARA INDONESIA DAN MALAYSIA MENGGUNAKAN MATA UANG RUPIAH DAN RINGGIT MELALUI BANK Ketentuan Umum 1. Q: Apa tujuan diterbitkannya PADG ini? A: PADG dimaksudkan sebagai aturan pelaksanaan bagi PBI No.19/11/PBI/2017 dalam rangka mendorong penggunaan mata uang lokal untuk penyelesaian transaksi perdagangan bilateral antara Indonesa dan Malaysia. Hal tersebut merupakan bagian dari upaya untuk mengurangi ketergantungan pada mata uang tertentu yang diharapkan dapat mendukung pelaksanaan tugas Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai tukar. Bank ACCD Untuk mendukung pelaksanaan kesepakatan tersebut, Bank Indonesia telah menerbitkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 19/12/PBI/2017 tentang Penyelesaian Transaksi Perdagangan Bilateral Menggunakan Mata Uang Lokal (Local Currency Settlement) Melalui Bank. Pedoman pelaksanaan ketentuan tersebut mencakup antara lain pembukaan rekening khusus dalam rupiah dan ringgit, pelaksanaan transaksi rupiah atau valuta asing terhadap ringgit, dan pemberian fasilitas Pembiayaan Perdagangan dalam rupiah dan ringgit. 1. Q: Apakah kriteria untuk menjadi Bank ACCD? A: Penunjukan bank sebagai Bank ACCD dilakukan dengan mempertimbangkan kriteria: a. kondisi kesehatan bank; b. Kemampuan bank dalam memfasilitasi perdagangan antara Indonesia dan Malaysia; c. kemampuan bank dalam menjalin hubungan bisnis dengan perbankan di Indonesia dan di Malaysia; d. akses jaringan kantor bank di negara asal (home country) yaitu Indonesia atau Malaysia; dan/atau e. kriteria lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia bersama Bank Negara Malaysia. 2. Q: Apakah semua bank dapat menyampaikan surat permohonan untuk menjadi Bank ACCD kepada Bank Indonesia? A: Sebagaimana pasal 3 ayat (1) PADG, penyampaian surat permohonan calon Bank ACCD Indonesia diperuntukan bagi bank yang diminta oleh Bank Indonesia dan Bank Negara Malaysia atas dasar asesmen yang telah dilakukan sebelumnya oleh Bank Indonesia dan Bank Negara Malaysia.
3. Q: Apa isi dari surat permohonan calon Bank ACCD Indonesia kepada Bank Indonesia? A: Penyampaian surat permohonan dari calon Bank ACCD Indonesia diatur sebagai berikut: a. Memuat pernyataan minat dan kesiapan untuk menjadi Bank ACCD Indonesia serta usulan calon mita Bank ACCD Indonesia di Malaysia. b. Melampirkan surat permohonan dari calon mitra Bank ACCD Indonesia di Malaysia kepada Bank Indonesia. 4. Q: Apakah terdapat format surat khusus dalam menyampaikan surat permohonan calon Bank ACCD? A: Ya, format surat permohonan terdapat dalam Lampiran I PADG No 19/12/PADG/2017 ini. Transaksi Keuangan Bank ACCD 5. Q: Transaksi apa saja yang dapat dilakukan Bank ACCD? A: Bank ACCD dapat melakukan transaksi keuangan meliputi: 1) pembukaan SNA Rupiah dan SNA Ringgit; 2) pembukaan Sub-SNA Ringgit dan Sub-SNA Rupiah; 3) transaksi rupiah dan valuta asing terhadap ringgit; 4) penyelesaian transaksi; 5) pembiayaan perdagangan; 6) pengelolaan SNA Ringgit dan SNA Rupiah; 7) pengelolaan Sub-SNA Ringgit dan Sub-SNA Rupiah; 8) larangan penarikan dan penyetoran Sub-SNA Ringgit dan Sub-SNA Rupiah secara tunai; 9) transfer dana; 10) kuotasi harga; 11) posisi terbuka transaksi ringgit; dan 12) larangan melakukan transaksi non-deliverable forward; 6. Q: Berapa nominal maksimal saldo SNA Rupiah milik Bank ACCD Malaysia dan berapa nominal maksimal saldo SNA Ringgit milik Bank ACCD Indonesia? A: Saldo setiap SNA Rupiah milik Bank ACCD Malaysia pada Bank ACCD Indonesia dibatasi paling banyak sebesar Rp400.000.000.000,00 (empat ratus miliar rupiah) pada akhir hari. Sementara itu saldo setiap SNA Ringgit milik Bank ACCD Indonesia dibatasi paling banyak sebesar MYR100,000,000.00 (seratus juta ringgit Malaysia) pada akhir hari. 7. Q: Dapatkah saldo SNA Rupiah milik Bank ACCD Malaysia melebihi Rp400.000.000.000,00? A: Dapat, sepanjang Bank ACCD Indonesia menerima dokumen dari Bank ACCD Malaysia yang membuktikan bahwa kelebihan saldo SNA Rupiah tersebut akan digunakan untuk membayar kewajiban perdagangan bilateral antara Indonesia
antara Malaysia atau investasi pada aset keuangan dalam rupiah pada hari berikutnya. 8. Q: Apabila Bank ACCD Indonesia menerima transfer dari Bank ACCD Malaysia sebesar MYR150,000,000,00 (seratus lima puluh juta ringgit Malaysia) sehingga saldo SNA Ringgit milik Bank ACCD Indonesia melebihi MYR100,000,000.00 (seratus juta ringgit Malaysia) dapatkah itu dilakukan? A: Saldo SNA Ringgit dapat melebihi limit SNA Ringgit pada tengah hari, namun Bank ACCD Indonesia harus menjual kelebihan saldo yang terdapat dalam SNA Ringgit milik Bank ACCD Indonesia tersebut (dalam kasus diatas kelebihan saldo yang harus dijual adalah sebesar MYR50,000,000.00 (lima puluh juta ringgit Malaysia)) sebelum akhir hari. Bank ACCD Indonesia juga dapat menjual kepada Bank Negara Malaysia dengan nilai tukar khusus yang ditetapkan oleh Bank Negara Malaysia, sehingga saldo SNA Ringgit milik Bank ACCD Indonesia tetap tidak melampaui nominal yang telah ditetapkan pada akhir hari. 9. Q: Dalam melakukan transaksi rupiah atau valuta asing terhadap ringgit instrumen apa saja yang dapat dilakukan oleh Bank ACCD Indonesia? A: Bank ACCD Indonesia dapat melakukan transaksi tod, tom, spot, forward, dan swap dengan Bank ACCD Malaysia atau dengan Importir/ Eksportir atau dengan Non-Bank ACCD Indonesia atau dengan Non-Bank ACCD Malaysia. 10. Q: Dapatkah Bank ACCD Indonesia melakukan transaksi rupiah atau valuta asing terhadap ringgit dengan non-bank ACCD Indonesia? A: Ya, dapat. Bank ACCD Indonesia dapat melakukan transaksi rupiah atau valuta asing terhadap ringgit dengan non-bank ACCD Indonesia yang bertindak untuk kepentingan Importir/Eksportir Indonesia dengan didukung underlying transaksi. 11. Q: Dapatkah Importir/Eksportir Indonesia melakukan transaksi rupiah atau valuta asing terhadap ringgit dengan menggunakan underlying transaksi dalam denominasi mata uang selain ringgit? A: Ya, dapat. Importir C di Indonesia bermaksud untuk melunasi tagihan dari eksportir X di Malaysia sebesar USD100,000.00 (seratus ribu dolar Amerika Serikat) atau ekuivalen sebesar MYR422,000.00 (empat ratus dua puluh dua ribu ringgit Malaysia) dengan kurs USD/MYR sebesar 4.22. Berdasarkan tagihan tersebut, Importir C dapat melakukan pembelian MYR/IDR melalui transaksi spot sebesar MYR422,000.00 (empat ratus dua puluh dua ribu ringgit Malaysia). 12. Q: Bagaimana Bank ACCD Indonesia melakukan squaring atas transaksi rupiah atau valuta asing terhadap ringgit yang dilakukan dengan Importir/Eksportir Indonesia dan/atau non-bank ACCD Indonesia? A: Bank ACCD Indonesia dapat melakukan transaksi rupiah atau valuta asing terhadap ringgit berupa transaksi tod, tom, spot, forward dan/ atau swap untuk pelaksanaan
squaring position dengan Bank ACCD Indonesia, Bank ACCD Malaysia, atau non-bank ACCD Malaysia secara neto (net basis) maupun secara gross (gross basis). 13. Q: Apakah transaksi rupiah atau valuta asing terhadap ringgit antara Bank ACCD Indonesia dengan Bank ACCD Indonesia, atau dengan Bank ACCD Malaysia, atau dengan Importir/ Exportir Indonesia, atau dengan non-bank ACCD Indonesia dapat diselesaikan secara netting? A: Ya, dapat. Adapun penyelesaian transaksi rupiah atau valuta asing terhadap ringgit dapat dilakukan secara netting dapat dilakukan dengan: 1) perpanjangan transaksi (rollover); 2) percepatan penyelesaian transaksi (early termination); 3) pengakhiran transaksi (unwind/ cancel up) 14. Q: Apakah Bank ACCD Indonesia dapat memberikan fasilitas pembiayaan perdagangan dalam ringgit kepada Importir/Eksportir Indonesia yang melakukan perdagangan dengan Malaysia? A: Ya, dapat. Adapun pembiayaan perdagangan dapat dilakukan melalui transaksi rupiah atau valuta asing terhadap ringgit melalui transaksi tod, tom, spot, forward dan/atau swap dengan Bank ACCD Indonesia lainnya dan/atau Bank ACCD Malaysia, atau dengan cara pinjaman langsung (direct borrowing) dalam ringgit dari Bank ACCD Indonesia lainnya dan/ atau Bank ACCD Malaysia. 15. Q: Pembiayaan perdagangan yang diberikan dalam ringgit dapat menggunakan underlying transaksi dalam denominasi mata uang selain ringgit? A: Ya, dapat. Nominal dokumen underlying transaksi selain dalam ringgit harus dinyatakan dalam ekuivalen ringgit. 16. Q: Bagaimana Bank ACCD Indonesia melakukan pengelolaan saldo SNA Ringgit? A: Untuk kepentingan pengelolaan saldo SNA Ringgit, Bank ACCD Indonesia dapat melakukan transaksi yang meliputi: a. investasi pada aset keuangan dalam ringgit di Malaysia; b. transaksi swap ringgit terhadap rupiah atau valuta asing dengan Bank ACCD Indonesia lainnya atau dengan Bank ACCD Malaysia; dan/atau c. konversi dari ringgit ke rupiah atau valuta asing lainnya melalui transaksi tod, tom, spot, dan/atau forward. 17. Q: Untuk kepentingan pengelolaan saldo Sub-SNA Ringgit, dapatkah Eksportir Indonesia melakukan investasi pada aset keuangan dalam ringgit di Malaysia? A: Eksportir Indonesia dapat melakukan investasi pada aset keuangan dalam ringgit atas saldo Sub-SNA Ringgit miliknya. Namun investasi yang dilakukan eksportir Indonesia dilarang dalam bentuk penempatan pada bank di Malaysia berupa deposito dan tabungan. Sama halnya dengan eksportir Malaysia, untuk kepentingan pengelolaan saldo Sub-SNA Rupiah eksportir Malaysia dapat melakukan investasi pada aset keuangan dalam rupiah di Indonesia.
18. Q: Apa persyaratan yang harus dipenuhi Eksportir Indonesia untuk kepentingan kegiatan investasi pada aset keuangan dalam ringgit? A: Untuk kepentingan kegiatan investasi pada aset keuangan dalam ringgit, eksportir Indonesia wajib menyampaikan dokumen pendukung pada saat penyelesaian investasi dilakukan. Adapun yang dimaksud dengan dokumen pendukung antara lain bukti konfirmasi pembelian aset keuangan dalam ringgit di Malaysia. 19. Q: Dapatkah Importir/Eksportir di Indonesia melakukan penyetoran dan penarikan dalam ringgit secara tunai pada Sub-SNA Ringgit? A: Tidak dapat. Bank ACCD Indonesia dilarang melaksanakan perintah penyetoran dan penarikan dalam ringgit secara tunai pada Sub-SNA Ringgit. 20. Q: Apakah Bank ACCD Indonesia dapat melakukan transaksi Non-deliverable forward rupiah atau valuta asing terhadap ringgit? A: Tidak dapat. Bank ACCD Indonesia tidak dapat melakukan dan/atau memfasilitasi transaksi non-deliverable forward rupiah atau valuta asing terhadap ringgit. 21. Q: Apa saja yang dapat digunakan sebagai dokumen underlying transaksi yang bersifat perikiraan (anticipatory basis)? A: Dokumen underlying transaksi yang bersifat perkiraan diantaranya adalah: 1. Dokumen perkiraan pembayaran impor paling lama 6 (enam) bulan. 2. Dokumen perkiraan penerimaan ekspor paling lama 6 (enam) bulan. Pelaporan 1. Q: Apa saja laporan yang harus disampaikan Bank ACCD Indonesia kepada Bank Indonesia? A: Laporan yang harus disampaikan Bank ACCD Indonesia meliputi formulir: 1. Transaksi valuta asing 2. Posisi terbuka transaksi ringgit 3. Posisi saldo SNA Ringgit 4. Transfer dana 5. Posisi saldo dan mutasi Sub-SNA Ringgit 6. Posisi pembiayaan perdagangan 2. Q: Apakah dalam penyusunan laporan terdapat format yang disediakan? A: Ya, format laporan terdapat dalam Lampiran VII PADG No 19/12/PADG/2017. 3. Q: Dalam hal tidak terdapat transaksi rupiah atau valuta asing terhadap ringgit dan tidak terdapat posisi terbuka transaksi ringgit dalam 1 (satu) periode laporan apakah laporan tersebut tetap disampaikan? A: Ya, dalam hal tidak terdapat transaksi rupiah atau valuta asing terhadap ringgit dan/atau posisi terbuka transaksi ringgit dalam 1 (satu) periode laporan maka laporan tersebut tetap disampaikan berupa header. 4. Q: Laporan yang telah disusun Bank ACCD Indonesia disampaikan melalui email?
A: Ya, penyampaian laporan disampaikan secara offline kepada Bank Indonesia dengan menggunakan surat elektronik kepada laporan_accd@bi.go.id 5. Q: Apakah Bank ACCD Indonesia yang menyampaikan laporan akan menerima notifikasi email yang menginformasikan bahwa laporan telah diterima Bank Indonesia? A: Ya, Bank Indonesia akan mengirimkan email notifikasi bahwa laporan yang disampaikan telah diterima. PADG 1. Q: Apa perbedaan PADG NO 19/11/PADG/2017 Tentang Penyelesaian Transaksi Perdagangan Bilateral Antara Indonesia Dan Thailand Menggunakan Mata Uang Rupiah Dan Baht Melalui Bank dengan PADG NO 19/12/PADG/2017 Tentang Penyelesaian Transaksi Perdagangan Bilateral Antara Indonesia Dan Malaysia Menggunakan Mata Uang Rupiah Dan Ringgit Melalui Bank? A: Berikut ini adalah perbedaannya: MATRIX PERBEDAAN LCS FRAMEWORK BI-BNM DAN BI-BOT NO. SUBJECT BI-BNM BI -BOT Bank ACCD Indonesia memelihara dan memastikan saldo SNA Ringgit Bank ACCD Indonesia memelihara dan memastikan saldo SNA Baht paling paling banyak sebesar banyak sebesar THB1,000,000,000.00 MYR100,000,000.00 (seratus juta (satu miliar baht Thailand) pada akhir 1. Saldo SNA ringgit Malaysia) pada akhir Hari. Hari. Permohonan persetujuan diterima Permohonan persetujuan diterima oleh oleh BNM paling lambat pada pukul BoT paling lambat pada pukul 16.30 17.30 waktu Kuala Lumpur, waktu Bangkok, Thailand pada hari Malaysia, pada Hari terjadinya terjadinya kelebihan saldo SNA Baht kelebihan saldo SNA Ringgit 2. 3. 4. Posisi gross transaksi swap Posisi Terbuka Transaksi Ringgit Dokumen Underlying Transaksi Dilarang melebihi MYR100,000,000.00 (seratus juta ringgit Malaysia). Paling banyak sebesar MYR20,000,000.00 (dua puluh juta ringgit Malaysia), pada akhir Hari. Perhitungan Underlying Transaksi yang bersifat perkiraan dan jangka waktu transaksi menggunakan Underlying Transaksi yang bersifat perkiraan dilarang melebihi 6 (enam) bulan sejak tanggal transaksi. Dokumen Underlying Transaksi yang bersifat perkiraan dihitung secara gross (gross basis). Wajib didukung oleh dokumen Underlying Transaksi yang bersifat final Dilarang melebihi THB1,000,000,000.00 (satu miliar baht Thailand). Paling banyak sebesar THB200,000,000.00 (dua ratus juta baht Thailand), pada akhir Hari. Perhitungan Underlying Transaksi yang bersifat perkiraan dan jangka waktu transaksi menggunakan Underlying Transaksi yang bersifat perkiraan dilarang melebihi 1 (satu) tahun sejak tanggal transaksi. Dokumen Underlying Transaksi yang bersifat perkiraan dapat dihitung secara gross (gross basis) atau secara neto (net basis). Wajib didukung oleh dokumen Underlying Transaksi yang bersifat final (firm
NO. SUBJECT BI-BNM BI -BOT (firm commitment): commitment): tod, tom, dan/atau spot tod, tom, spot dan/atau swap Wajib didukung oleh dokumen Wajib didukung oleh dokumen Underlying Underlying Transaksi yang bersifat final Transaksi yang bersifat final (firm (firm commitment) atau dokumen commitment) atau dokumen Underlying Underlying Transaksi yang bersifat Transaksi yang bersifat perkiraan perkiraan (anticipatory basis): (anticipatory basis): forward dan/atau swap forward - Dalam hal Bank ACCD Indonesia menerima dokumen Underlying Transaksi yang bersifat perkiraan, Bank ACCD Indonesia wajib meminta dokumen Underlying Transaksi yang bersifat final (firm commitment) pada tanggal setelmen.