I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

agribisnis untuk mencapai kesejahteraan wilayah pedesaan (prospherity oriented) (Bappeda Kabupaten Lampung Barat, 2002). Lebih lanjut Bappeda

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

REVITALISASI KEHUTANAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS

BAB III Visi dan Misi

Pengarahan KISI-KISI PROGRAM PEMBANGUNAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014

Implementasi Kebijakan Pengembangan Kawasan Agropolitan Sendang Kabupaten Tulungagung

ASPEK EKONOMI DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG I - 1 LAPORAN AKHIR D O K U M E N

I. PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur. Dengan demikian segala upaya pelaksanaan

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan Wilayah

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap penduduk kota maupun penduduk dari wilayah yang menjadi wilayah

PENATAAN WILAYAH PERTANIAN INDUSTRIAL Kawasan Pertanian Industrial unggul berkelanjutan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya perikanan di Kabupaten Gorontalo Utara meliputi perikanan tangkap dan perikanan budidaya.

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

TEKNOLOGI DALAM AGRIBISNIS

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

REFORMA AGRARIA SEBAGAI BAGIAN INTEGRAL DARI REVITALISASI PERTANIAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI PEDESAAN

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. tidak terpisahkan serta memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah dan

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di era otonomi daerah menghadapi berbagai

I. PENDAHULUAN. orang pada tahun (Daryanto 2010). Daryanto (2009) mengatakan

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

INDONESIA NEW URBAN ACTION

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran-sasaran pembangunan yang dituju harus melibatkan dan pada

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 VISI KABUPATEN BENGKULU TENGAH

I. PENDAHULUAN. Daya saing Indonesia menurut World Economic Forum tahun 2008/2009 berada

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan wilayah dapat diartikan sebagai peningkatan taraf hidup masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

1. Berdasarkan analisis tipologi gabungan kinerja sistim agropolitan dan kinerja

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

RINGKASAN DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN PASURUAN TAHUN

BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan

1.1. VISI DAN MISI DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA PRABUMULIH. pedoman dan tolak ukur kinerja dalam pelaksanaan setiap program dan

I. PENDAHULUAN Kebijakan otonomi daerah yang bersifat desentralisasi telah merubah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

Analisis Isu-Isu Strategis

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR MINAPOLITAN

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 ( atau

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

Transkripsi:

I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sebagai negara agraris dengan berbagai produk unggulan di setiap daerah, maka pembangunan ekonomi berbasis pertanian dan perikanan di Indonesia harus berorientasi pada pengembangan sistem agribisnis yang diyakini dapat memperkokoh perekonomian bangsa, serta menjamin pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Dalam menghadapi tuntutan lingkungan strategis, baik dalam negeri, regional maupun global, maka strategi pembangunan perikanan yang berorientasi pada pengembangan sistem agribisnis sudah waktunya ditingkatkan dengan meningkatkan keterpaduan pada pengembangan wilayah (ruang). Permasalahan yang ada dalam pembangunan ekonomi adalah keseimbangan kepentingan antara pemenuhan kebutuhan pembangunan dengan upaya mempertahankan kelestarian lingkungan. Pembangunan ekonomi yang berbasis sumberdaya alam yang tidak mengindahkan aspek lingkungan akan berdampak negatif pada lingkungan, karena kapasitas daya dukung dan sumberdaya alam itu terbatas (Fauzi, 2004). Dengan ketersediaan sumberdaya alam yang terbatas, arus barang dan jasa yang dihasilkan dari sumberdaya alam tidak dapat dilakukan secara terus menerus (Meadow et al., 1972 dalam Fauzi, 2004) tanpa dilakukan upaya keberlanjutannya. Oleh karena itu maka perlu diupayakan sistem pertanian dan perikanan yang mencari optimasi dan kontinuitas penggunaan sumberdaya lokal dengan mengkombinasikan komponen-komponen yang berbeda dari suatu usaha yang saling melengkapi (komplementer) dengan memiliki kemungkinan pengaruh sinergik yang besar. Menurut Pranadji (2004) kebijakan pembangunan pertanian termasuk di dalamnya perikanan, dinilai tepat jika mampu memposisikan pertanian dan perikanan sebagai penggerak utama (kemajuan) ekonomi perdesaan yang berdaya saing tinggi, berkeadilan dan berkelanjutan. Mengingat di beberapa lokasi cukup banyak pembangunan wilayah perdesaan dengan komoditi perikanan dan perikanan merupakan sumber protein yang murah, maka pembangunan perikanan di perdesaan perlu dikembangkan. Pembangunan perikanan berkelanjutan merupakan suatu usaha

2 dalam pemenuhan kebutuhan akan hasil-hasil perikanan secara bijak untuk generasi saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Berpegang pada program revitalisasi pertanian, perikanan dan kehutanan; maka basis pembangunan saat ini adalah pembangunan perdesaan. Oleh karena itu, pembangunan perdesaan pada daerah-daerah sentra produksi perlu lebih dimantapkan agar tumbuh dan berkembang sentra-sentra pertumbuhan ekonomi baru yang lebih kuat, mengingat fungsi daerah perdesaan sangat penting, terutama dalam hal: 1. penyedia bahan pangan untuk penduduk (termasuk penduduk di perkotaan); 2. menyerap tenaga kerja untuk pembangunan; 3. penyedia bahan baku untuk industri; 4. penghasil komoditi untuk ekspor. Namun sangat disayangkan, pembangunan perdesaan tersebut hingga saat ini masih dirasakan adanya ketimpangan pembangunan, terutama jika dibandingkan dengan pembangunan yang terjadi di perkotaan. Bahkan perbedaan pembangunan antara perdesaan dan perkotaan tersebut terasa cukup mencolok. Kondisi ini secara empiris terlihat dari interaksi antara keduanya yang memperlihatkan hubungan yang saling memperlemah. Kondisi ini terjadi karena berkembangnya kota sebagai pusatpusat pertumbuhan ternyata tidak memberikan efek penetesan ke bawah (trickle down effect). Dalam kondisi seperti tersebut di atas, tidak akan terjadi pertukaran sumberdaya yang saling menguntungkan sesuai dengan harapan berbagai pihak dalam rangka mewujudkan keberlanjutan pembangunan dalam jangka panjang. Oleh karena itu maka terjadi pengurasan sumberdaya dari wilayah perdesaan (backwash effect). Adanya ketidak berimbangan hubungan antar wilayah perdesaan dan perkotaan ini pada akhirnya mengakibatkan terjadinya berbagai permasalahan di kedua belah pihak. Padahal seharusnya antara wilayah perdesaan dan perkotaan terjadi interaksi secara mutualisma. Dalam hal ini yang seharusnya terjadi adalah adanya barter produk antara keduanya, misalnya hasil industri dan jasa di perkotaan dijual ke perdesaan dan hasil-hasil pertanian dan pengolahan sumberdaya alam di perdesaan

3 dijual ke kota. Mengingat adanya ketimpangan tersebut, kiranya wilayah perdesaan harus selalu diupayakan agar dapat melakukan pembangunan secara mandiri Salah satu upaya untuk mewujudkan kemandirian pembangunan perdesaan adalah dengan pengolahan potensi wilayah perdesaan itu sendiri, dimana ketergantungan dengan perekonomian kota dapat diminimalkan. Untuk itu maka pendekatan agropolitan merupakan upaya pemecahan masalah dalam aktivitas pembangunan yang terkonsentrasi di wilayah perdesaan. Namun khusus untuk wilayah perdesaan yang mempunyai potensi untuk dikembangkan perikanannya, maka pendekatan yang dilakukan adalah agropolitas berbasis komoditi ikan yang dikenal dengan sebutan minapolitan. Minapolitan menjadi relevan dengan wilayah perdesaan yang mempunyai potensi perikanan. Hal ini disebabkan pada umumnya sektor perikanan dan pengelolaan sumberdaya alam merupakan mata pencaharian utama dari sebagian besar masyarakat perdesaan terutama di daerah yang mempunyai potensi perikanan yang cukup tinggi seperti halnya dengan Boyolali. Pada pendekatan agropolitan menggambarkan bahwa pengembangan atau pembangunan perdesaan (rural development) secara beriringan dapat dilakukan dengan pembangunan wilayah perkotaan (urban development) pada tingkat lokal (Friedman dan Douglas, 1976). Kondisi yang sama juga terjadi pada pendekatan minapolitan, dalam hal ini minapolitan merupakan pembangunan perdesaan menjadi perkotaan pada tingkat lokal. Pembangunan kawasan perdesaan merupakan hal yang sangat mutlak dibutuhkan, mengingat sumberdaya alam di kawasan perdesaan sangat potensial untuk dimanfaatkan sebagai alat pendorong pembangunan. Oleh karenanya, maka pengembangan seperti halnya pada agropolitan, kawasan minapolitan akan menjadi sangat penting dalam konteks pengembangan wilayah, mengingat: 1. Kawasan dan sektor yang dikembangkan sesuai dengan keunikan lokal 2. Pengembangan kawasan minapolitan dapat meningkatkan pemerataan mengingat sektor yang dipilih merupakan basis aktifitas masyarakat

4 3. Keberlanjutan dari pengembangan kawasan dan sektor menjadi lebih pasti mengingat sektor yang dipilih mempunyai keunggulan kompetitif dan komparatif dibandingkan dengan sektor lainnya Dalam menyikapi berbagai tantangan dalam pembangunan perikanan dan guna mempercepat pembangunan perdesaan, diperlukan komitmen yang kuat dan kerjasama antara pemerintah, masyarakat, maupun swasta. Untuk itu diperlukan terobosan konsep pembangunan yang dapat mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi perdesaan melalui peran aktif berbagai pihak yang dilakukan secara terarah, terintegrasi dan terkoordinasi. Dalam mewujudkan pembangunan perdesaan terutama desa-desa yang mempunyai potensi perikanan dan sudah mempunyai produk unggulan jenis ikan tertentu perlu terus ditumbuhkembangkan. Untuk menyikapi berbagai tantangan dalam pembangunan perikanan dan guna mempercepat pembangunan perdesaan, diperlukan komitmen yang kuat dan kerjasama antara pemerintah, masyarakat, maupun swasta. Untuk itu diperlukan terobosan konsep pembangunan yang dapat mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi perdesaan melalui peran aktif berbagai pihak yang dilakukan secara terarah, terintegrasi dan terkoordinasi. Salah satu upayanya adalah melalui konsep pengembangan kawasan minapolitan, yang diidentifikasikan sebagai kota-kota perikanan dan desa-desa sentra produksi perikanan yang terdapat di sekitarnya, dengan batasan yang tidak ditentukan oleh batas administrasi, tetapi lebih karena sarana ekonominya. Subsektor perikanan merupakan subsistem dari pertanian di Indonesia diharapkan dapat berperan sebagai sumber pertumbuhan baru sektor pertanian secara luas. Harapan yang diberikan kepada subsektor perikanan tersebut cukup beralasan karena sebagai sumber baru sektor pertanian, pembangunan perikanan mempunyai landasan yang cukup kokoh (Murdjijo, 1996). Pembangunan perikanan bertujuan antara lain untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup penduduk di perdesaan serta diharapkan dapat mengembangkan potensi daerah. Selain dapat meningkatkan kualitas hidup pembudidaya dan nelayan

5 melalui peningkatan produksi ikan dan hasil perikanan, guna memenuhi kebutuhan pangan dan gizi. Mengingat perikanan merupakan salah satu komoditi yang tidak saja menguntungkan secara ekonomi namun juga akan memenuhi kebutuhan gizi masyarakat (sumber protein yang murah meriah) maka daerah yang berpotensi dalam pengembangan perikanan seperti Boyolali, perlu dikembangkan lebih lanjut menjadi pusat perkembangan ekonomi yang dikenal dengan minapolitan. Saat ini Boyolali sudah menjadi lokasi yang mempunyai potensi di bidang budidaya ikan yang dikenal dengan istilah minapolitan yang cukup berkembang pesat, namun hingga saat ini komoditi yang dikembangkan terbatas pada pembesaran ikan lele, padahal masih ada kegiatan perikanan lain yang lebih komersial untuk dapat dikembangkan di Boyolali, untuk itu maka hal yang perlu dilakukan saat ini adalah melakukan pembangunan perdesaan yang berkelanjutan melalui pengembangan komoditas perikanan yang kita kenal dengan minapolitan. Dalam rangka pengembangan minapolitan ini, maka hal yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah melihat potensi minapolitan di Kabupaten Boyolali, melakukan analisis terhadap keberlanjutan minapolitan di Kabupaten Boyolali, yang berlokasi di Desa Sawit, faktor apa yang berpengaruh terhadap pengembangan minapolitan dan seperti apa skenario pengembangannya Oleh karena itu maka penelitian pembangunan perdesaan berkelanjutan melalui pendekatan pengembangan kawasan minapolitan di Kabupaten Boyolali perlu segera dilakukan. 1.2 Kerangka Pemikiran Pembangunan perikanan sangat terkait dengan pemanfaatan sumberdaya lahan dan air. Upaya peningkatan produktivitas secara intensif telah menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan, produksi tidak meningkat secara proporsional, bahkan cenderung menurun. Penurunan produksi berakibat pada menurunnya pendapatan para pembudidaya ikan yang dalam jangka panjang berdampak pada meningkatnya kemiskinan. Terdapat hubungan timbal balik antara kemiskinan dan

6 kerusakan lingkungan, dimana kerusakan lingkungan mengakibatkan kemiskinan dan sebaliknya peningkatan kemiskinan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Pembangunan nasional secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu pembangunan daerah perkotaan (urban) dan daerah perdesaan (rural). Daerah perkotaan selama ini diarahkan sebagai pusat industri dan perdagangan serta pusat pemerintahan, sedangkan daerah perdesaan diarahkan sebagai pusat produksi pertanian dan perikanan. Hal ini dapat dilihat kegiatan pembangunan yang lebih diarahkan pada peningkatan produksi. Peningkatan produksi perikanan seperti yang terjadi di Boyolali awalnya diharapkan dapat meningkatkan perekonomian perdesaan. Selama ini konsep pembangunan tersebut di atas ternyata belum mampu meningkatkan kesejahteraan para pembudidaya ikan dan kawasan perdesaan, bahkan cenderung menyebabkan kesenjangan antara wilayah perkotaan dan perdesaan. Program pembangunan menyebabkan peningkatan produksi dan ekonomi yang tidak berkelanjutan karena ternyata menimbulkan degradasi lingkungan secara fisik, kimia, dan biologis dalam waktu relatif lebih cepat. Penekanan program pembangunan perdesaan pada peningkatan produksi perikanan sering tidak mengindahkan aspek kelestarian lingkungan. Oleh karena itu seperti halnya pada pembangunan pertanian, di bidang perikanan juga dibutuhkan strategi pembangunan perikanan yang berkelanjutan. Menurut Tong Wu (2002) dalam Pronoto (2005), strategi pembangunan sebaiknya mencakup: (1) redistribusi dengan pertumbuhan, (2) substitusi ekspor, dan (3) penciptaan lapangan kerja dan pembangunan perdesaan. Pengembangan wilayah dengan pendekatan minapolitan merupakan model alternatif dalam membangun perdesaan yang berkelanjutan. Konsep ini mengintegrasikan pemberdayaan masyarakat dan pengembangan wilayah secara simultan. Pemberdayaan masyarakat merupakan konsep pembangunan yang mengutamakan partisipasi (participation) dan kemitraan (partnership) yang mengarah pada pembangunan dari, oleh dan untuk rakyat sejalan dengan paradigma baru yang bottom up. Keberlanjutan pembangunan perikanan tidak terlepas dari jenis komoditas yang diusahakan. Komoditas unggulan merupakan jenis pilihan komoditas yang diusahakan pada daerah setempat yang memiliki sifat-sifat unggul bagi daerah

7 tersebut bila dibandingkan dengan daerah lainnya. Pembangunan perdesaan melalui sistem perikanan berkelanjutan yang didukung oleh komoditi unggulan dalam pendekatan minapolitan diharapkan dapat memberikan solusi yang tepat untuk mengatasi dan menjawab berbagai permasalahan kesenjangan antara desa dengan kota. Seperti halnya pada agropolitan, minapolitan juga didasari konsep pengembangan wilayah dengan penekanan pada pembangunan infrastruktur, kelembagaan, dan permodalan/investasi. Tahapan dalam pengembangan minapolitan juga akan relatif sama dengan pengembangan agropolitan, yakni akan meliputi peningkatan agribisnis komoditas unggulan, pembangunan agroindustri, dan konservasi sumber daya alam dan lingkungan. Sasaran pembangunan pada minapolitan juga relatif sama dengan pada sasaran pembangunan agropolitan, yakni pembangunan infrastruktur pendukung produksi perikanan, pengolahan hasil dan pemasaran, serta permukiman terbangun secara memadai seperti infrastruktur pada kota; penguatan kelembagaan perdesaan; kelestarian lingkungan; perekonomian perdesaan tumbuh berkembang; produktivitas perikanan yang meningkat serta terbukanya lapangan pekerjaan. Dengan demikian diharapkan dapat mengurangi pengurasan sumberdaya alam, yang menyebabkan kesenjangan perkembangan desa kota dan urbanisasi dari desa ke kota. Munasinghe (1993) mengembangkan konsep diamond triangle yang menghubungkan antara aspek ekonomi, sosial dan ekologi dalam kerangka mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Pembangunan dikatakan berkelanjutan jika memenuhi aspek, yaitu secara ekonomi dapat efisien serta layak, secara sosial berkeadilan, dan secara ekologis lestari (ramah lingkungan). Keterkaitan tiga aspek tersebut seperti disajikan pada Gambar 1, yang dalam hal ini hubungan antara sosialekonomi didekati dengan ukuran seperti pemerataan dan kesempatan kerja, hubungan ekonomi-ekologi didekati dengan penilaian lingkungan, valuasi ekonomi dan internalisasi biaya eksternal, serta hubungan sosial-ekologi didekati dengan tingkat partisipasi, pluralisme dan lainnya. Valuasi ekonomi sumber daya alam pada dasarnya berlandaskan tujuan umum agar sumber daya alam dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat (economic welfare). Ekonomi

8 kemakmuran berusaha mencari kriteria mengenai alokasi faktor produksi antara berbagai penggunaan dan distribusi hasil antar individu, yang mendasarkan pada analisis manfaat/ kepuasan. Tujuan Ekonomi: Pertumbuhan dan Efisiensi Pemerataan Tenaga Kerja Target Asistensi Penilaian LH Valuasi Internalisasi Tujuan Sosial: Kesejahteraan, Persamaan Hak Partisipasi Pluralisme Konsultasi Tujuan Ekologi: Pelestarian SDAL dan Berkelanjutan. Gambar 1. Hubungan-hubungan diamond triangle pembangunan berkelanjutan (Munasinghe, 1993) Di samping Teori Munasinghe yang mengembangkan pembangunan berkelanjutan dilihat dari aspek ekonomi, sosial dan ekologi, OECD (1993) juga menyatakan bahwa pembangunan berkelanjutan pada prinsipnya menyangkut dimensi ekologi, ekonomi, sosial-budaya yang didalamnya termasuk dimensi kelembagaan. Untuk lebih jelasnya kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.

9 Lingkungan/wilayah Pembangunan Pedesaan Permasalahan: Kemiskinan Pendapatan pembudidaya rendah Produktivitas perikanan rendah Rendahnya harga produk dikalangan pembudidaya Teknologi yang rendah Kelembagaan pembudidaya yang kurang berkembang Kebutuhan pengembangan agropolitan/minapolitan di Kabupaten Boyolali berbasis ikan lele Tujuan Sosial: Kesejahteraan, Persamaan hak Pola pengembangan berkelanjutan Pemerataan Tenaga kerja Tujuan ekonomi Pertumbuhan & Efisiensi Partisipasi plurarisme konsultasi Pembangunan Perkotaan Pemerataan Tenaga kerja Tujuan Ekologi: Pelastarian SDAL & berkelanjutan Analisis keberlanjutan kawasan minapolitan Analisis prospektif Parameter kunci pengelolaan kawasan minapolitan Prioritas kebijakan pengembangan kawasan minapolitan Kampung Lele Pertumbuhan Ekonomi Penguatan lembaga Pemberdayaan masyarakat Produktivitas perikanan Penegakan hukum Kelestarian lingkungan Terpeliharanya budaya lokal Berkeadilan Gambar 2. Kerangka pemikiran penelitian

10 1.3 Perumusan Masalah Pembangunan pertanian dan perdesaan mempunyai peran kunci dalam pemantapan ketahanan pangan, karena 70 persen penduduk miskin dunia hidup di perdesaan dan mengandalkan sumber penghidupannya dari sektor pertanian (dalam arti luas) termasuk di dalamnya perikanan. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pada puncak krisis ekonomi tahun 1998, jumlah penduduk miskin hampir mencapai 50 juta jiwa dan sekitar 64,4 persen tinggal di perdesaan. Pada tahun 1999, saat ekonomi menuju pemulihan, jumlah penduduk miskin turun menjadi sekitar 37 juta jiwa dan sekitar 66,8 persen tinggal di perdesaan. Sesuai Renstra Pembangunan Pertanian tahun 2005-2009, dimana sasaran penduduk miskin di perdesaan menurun dari 18,90% pada tahun menjadi 15,02% pada tahun 2009 (Deptan, 2005). Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa pengentasan kemiskinan hanya dapat dilakukan melalui pembangunan pertanian dan perikanan serta pembangunan perdesaan yang berkelanjutan, yang dapat meningkatkan produktivitas pertanian dan perikanan, produksi pangan dan daya beli masyarakat. Kesenjangan ekonomi telah memunculkan masalah kompleks antara lain meningkatnya arus migrasi penduduk desa ke kota, meningkatnya kemiskinan masyarakat, meningkatnya jumlah pengangguran dan eksploitasi sumberdaya alam. Kegiatan pembangunan pada era reformasi dalam otonomi daerah ini pun memunculkan isu paradigma baru yaitu kegiatan yang berbasis masyarakat (bottom up). Kenyataan ini semakin diperkuat dengan banyaknya kegiatan pemerintah yang berhenti di tengah jalan maupun gagal dilaksanakan karena tidak adanya dukungan dan partisipasi dari masyarakat. Pelibatan masyarakat sedari awal oleh pemerintah dalam suatu kegiatan pembangunan menjadi hal yang penting mengingat masyarakat merupakan bagian dari kegiatan pembangunan itu sendiri. Pengembalian fungsi masyarakat sebagai agen pembangunan dan menjadi subyek pembangunan telah menghidupkan kembali arti maupun peran dari partisipasi masyarakat itu sendiri. Salah satu cara partisipasi masyarakat itu adalah dengan konsep kemitraan. Peranan sektor pertanian dan perikanan terhadap ekonomi nasional sangat penting dilihat dari kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi. Ketidakseimbangan pembangunan menghasilkan struktur hubungan antar wilayah yang membentuk suatu interaksi yang saling memperlemah satu dengan

11 lainnya. Wilayah hinterland perdesaan menjadi melemah karena terjadi pengurasan sumberdaya yang berlebihan (backwash) dan pengangguran besar yang mengakibatkan terjadinya aliran bersih (net-transfer) (Rustiadi dan Hadi, 2004), sehingga terjadi akumulasi nilai tambah di pusat-pusat pembangunan secara masif dan berlebihan. Terjadinya akumulasi nilai tambah di kawasan-kawasan pusat pertumbuhan cenderung mengarah pada kemiskinan dan keterbelakangan di perdesaan. Kenyataan ini mendorong terjadinya migrasi dari desa ke kota (Anwar, 2005), sehingga perlu diupayakan suatu kegiatan interaksi antara perkotaan dengan perdesaan yang saling menunjang. Ketimpangan pembangunan wilayah antara kota sebagai pusat kegiatan dan orientasi pembangunan ekonomi Indonesia yang lebih menekankan pertumbuhan (growth), memperlebar ketimpangan antara desa-kota yang perlu diminimalisasi (Yusuf, 2004). Ekonomi perdesaan selama ini tidak memperoleh nilai tambah yang proporsional akibat dari wilayah perkotaan menjadi pipa pemasaran dari arus komoditas primer dari perdesaan. Sebab-sebab kemiskinan antara lain: keterbatasan aksesibilitas pada aset produktif, ketersediaan dan jangkuan serta ketersediaan teknologi maju yang sangat terbatas, miskinnya prasarana sosial dan perekonomian, kualitas SDM yang minim, ketersediaan lapangan usaha yang terbatas, jangkauan pada pembiayaan usaha terbatas, pola pembangunan yang tidak sesuai dengan keunggulan komparatif wilayah, sangat lemahnya dukungan politik, dan belum mantapnya desentralisasi manajemen pembangunan dan otonomi daerah masih lemah. Perubahan pola kegiatan pembangunan dari top down menjadi konvergensi dengan bottom up merupakan suatu peluang dan dukungan terhadap upaya-upaya masyarakat maupun pemerintah setempat untuk mengembangkan potensi perikanan yang ada di setiap wilayah khususnya di Kabupaten Boyolali, khususnya di Kecamatan Sawit. Permasalahan yang dapat di rumuskan antara lain : 1. Bagaimana potensi ekologi, ekonomi dan sosial bagi pengembangan sistem agribisnis komoditas unggulan (ikan lele) untuk mendukung minapolitan di Kabupaten Boyolali.

12 2. Bagaimana keberlanjutan minapolitan di Kabupaten Boyolali 3. Faktor apa yang berpengaruh terhadap pengembangan minapolitan dan 4. Seperti apa skenario pengembangan minapolitan di Kabupaten Boyolali. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan pembangunan perdesaan berkelanjutan melalui pendekatan pengembangan kawasan minapolitan di Kabupaten Boyolali. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, maka tahapan penelitian yang akan dilakukan adalah: 1. Mengidentifikasi potensi bagi pengembangan sistem agribisnis komoditas unggulan (ikan lele) untuk mendukung minapolitan di Kabupaten Boyolali. 2. Menganalisis keberlanjutan minapolitan di Kabupaten Boyolali 3. Mengidentifikasi faktor apa yang berpengaruh terhadap pengembangan minapolitan 4. Merumuskan prioritas kebijakan pengembangan kawasan minapolitan Kampung Lele di Kabupaten Boyolali. 1.5 Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi bagi para pembudidaya ikan lele dan penentu kebijakan serta investor mengenai budidaya ikan lele yang mendukung pengembangan minapolitan di wilayah kecamatan yang merupakan pusat minapolitan sehingga diharapkan terjadi percepatan pertumbuhan wilayah dan berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat, khususnya kawasan pengembangan perikanan/minapolitan. 2. Merupakan bahan masukan bagi pemerintah daerah untuk memberikan rekomendasi dalam menentukan arahan kebijakan perencanaan pengembangan minapolitan di wilayah kecamatan yang merupakan pusat perikanan/minapolitan.