BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita merupakan salah satu anak berkebutuhan khusus yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

2015 PENGARUH METODE DRILL TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMAKAI SEPATU BERTALI PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS 3 SDLB DI SLB C YPLB MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I. sosialnya sehingga mereka dapat hidup dalam lingkungan sekitarnya. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pendidikan terutama wajib belajar sembilan tahun yang telah lama

BAB I PENDAHULUAN. anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata rata. Tuna

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tita Nurhayati, 2013

2016 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK TUNAGRAHITA RINGAN MELALUI MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap individu telah diatur di dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan, memberikan

BAB I PENDAHULUAN. dalam fungsi motorik, afektif maupun kognitifnya. Orang-orang yang fungsi. kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.

BAB I PENDAHULUAN. yang menangani anak berkebutuhan khusus, termasuk di dalamnya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama,

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh bagaimana kebiasaan belajar peserta didik. Segala bentuk

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Muhammad Miftahul Ulum Pendidikan Luar Biasa Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seharusnya mendapatkan perlakuan yang sama seperti siswa normal. Siswa SLB

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya belajar merupakan serangkaian kegiatan dalam

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang cerdas, yaitu terlebih dahulu dapat dilakukan dengan. peningkatan prestasi akademik siswa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam pasal 31 UUD 1945 (Amandemen 4) bahwa setiap warga negara

BAB I PENDAHULUAN PENERAPAN METODE MONTESSORI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN OPERASI HITUNG PENGURANGAN PADA PESERTA DIDIK TUNARUNGU KELAS I SDLB

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan berhitung merupakan aspek yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita kategori ringan membutuhkan pendidikan sebagaimana anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ali Murtadho Fudholy, 2013

PENGARUH PERMAINAN CONGKLAK TERHADAP KEMAMPUAN OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN PESERTA DIDIK TUNAGRAHITA KELAS III SDLB

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan tanggung jawab setiap siswa dan kualitas hasil

BAB I PENDAHULUAN. paling dasar. Di tingkat ini, dasar-dasar ilmu pengetahuan, watak, kepribadian,

JASSI_anakku Volume 18 Nomor 1, Juni 2017

BAB III METODE PENELITIAN. termasuk dalam penelitian subjek tunggal. Variabel merupakan atribut atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Putri Permatasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. investasi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan keahlian untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran matematika mempunyai peran penting dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan dari anak-anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sri Hani Widiyanty, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumberdaya manusia yang berkualitas. Dengan pendidikan. mengukur, menurunkan, dan menggunakan rumus-rumus matematika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. terikat yang memiliki keterkaitan satu sama lain. Variabel (dalam Sunanto, J.,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indriani, 2013

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu : 1. Media Animasi Komputer MANTAP

I. PENDAHULUAN. selalu berhubungan dengan tema tema kemanusiaan, artinya pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2016 MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMAKAI SEPATU BERTALI PAD A ANAK TUNAGRAHITA SED ANG MELALUI METOD E D RILL D I SLB C SUMBERSARI BAND UNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. diberikan oleh orang dewasa untuk mencapai kedewasaan. Henderson dalam. perkembangan individu yang berlangsung sepanjang hayat.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Bahasa digunakan manusia sebagai sarana komunikasi di dalam

intelegensi siswa. Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari lingkungan siswa yaitu lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi terhadap aspek-aspek kejiwaan anak, seperti perhatian, emosi, minat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rina Agustiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Ai Nuraeni, 2014 Pembelajaran PAI Untuk Siswa Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terpadu (integrated learning) yang menggunakan tema untuk mengaitkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULAN A. Latar belakang Penelitian Lina Rahmawati,2013

BAB III METODE PENELITIAN. a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah media tabel bilangan. Media

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita ringan merupakan kelompok anak yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Luar Biasa bertujuan untuk membantu peserta didik yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS

BAB I PENDAHULUAN. dan mengembangkan kemampuan anak didiknya. Aktivitas kegiatan seorang

BAB I PENDAHULUAN. manusia, tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDIDIKAN KHUSUS LANDASAN YURIDIS

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional RI nomor 22 dan 23 tahun 2006.

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

BAB 1 PENDAHULUAN. diberikan. Setiap anak merupakan individu yang unik, dimana masing-masing dari. menceritakan hal tersebut dengan cara yang sama.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Pendidikan pada dasarnya usaha sadar yang menumbuh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

ANALISIS KESULITAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENYELESAIKAN SOAL OPERASI PENJUMLAHAN DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) HARAPAN IBU METRO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional adalah menjamin mutu pendidikan

PENGARUH MEDIA PERMAINAN PUZZLE TERHADAP KEMAMPUAN MENGENAL HURUF VOKAL PADA ANAK TUNA GRAHITA KATEGORI SEDANG KELAS III SLB N SLEMAN ARTIKEL JURNAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Inne Yuliani Husen, 2013

MENINGKATKAN KETAHANAN DUDUK BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS I MELALUI PLANNED HUMOR MENGGUNAKAN BONEKA TANGAN (SSR di SLB Negeri 1 Padang)

I. PENDAHULUAN. TK (Taman kanak-kanak) merupakan salah satu lembaga pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN. luas, pendidikan diartikan sebagai tindakan atau pengalaman yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Pendidikan luar biasa

BAB I PENDAHULUAN. dapat meraih hasil belajar yang relatif tinggi (Goleman, 2006).

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak tunagrahita merupakan salah satu anak berkebutuhan khusus yang berhak mendapatkan pendidikan khusus. Pernyataan ini sesuai dengan UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB IV pasal 5 ayat 2 yang menyatakan bahwa: Warga Negara yang mengalami kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus Pendidikan khusus yang diberikan pada anak tunagrahita bertujuan untuk mengembangkan kemampuannya secara optimal. Salah satu cara untuk mengetahui kemampuan anak tunagrahita terutama dalam bidang akademik yaitu hasil belajar. Hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh oleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran. Pada kenyataannya hasil belajar anak tunagrahita pada umumnya rendah. Hal ini dapat diakibatkan oleh berbagai faktor, Ngalim Purwanto (2002:138) menjelaskan bahwa Ada dua faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar yaitu dari diri individu (internal) dan dari luar individu (eksternal). Faktor dari individu (internal) antara lain tingkat kecerdasan, kemauan (motivasi instrinsik) dan bakat (kemampuan). Menurut Slamet (2008) faktor diluar diri individu antara lain faktor keluarga (cara orang tua mendidik, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan), sekolah (metode atau teknik mengajar, kurikulum, alat-alat yang dipergunakan dalam pembelajaran)

2 dan masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat). Berdasarkan hasil studi lapangan di SLB Satria Galdin (Agustus,2010) diketahui hasil belajar anak tunagrahita ringan di kelas IV SDLB C pada mata pelajaran matematika pokok bahasan penjumlahan benda sampai 10 rendah. Rendahnya hasil belajar matematika tersebut dapat diakibatkan oleh berbagai faktor. Dari faktor individu, anak tunagrahita memiliki kemampuan akademik di bawah anak pada umumnya yang seusia dengannya. Program pembelajaran yang diberikan harus sesuai dengan kemampuan anak. Kemampuan anak tunagrahita akan dapat diperkirakan dengan melihat usia kronologis, skor intelegensi dan usia mental. Wiliam Stern (Alex, 2009:167) menyatakan bahwa intelegensi adalah rasio usia mental (Mental Age) terhadap usia kronologis (Cronological Age). Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa usia mental adalah hasil kali antara IQ dengan usia kalender (chronological age) yang dirasiokan dengan 100. Usia mental anak tunagrahita akan menjadi salah satu acuan pemberian program pembelajaran anak tunagrahita. Usia kronologis siswa kelas IV SDLB C SLB Satria Galdin adalah 10 tahun, namun di SLB Satria Galdin belum ada skor intelegensi untuk para siswa. Untuk mengetahui rentang skor intelegensi anak tunagrahita ringan dapat menggunakan pernyataan Blake (Soetjihati, 2006:107) bahwa anak tunagrahita ringan memiliki IQ 69-55 (skala Weschler). Dari data usia kronologis anak tunagrahita ringan usia 10 tahun dengan IQ terendah 55 dan IQ tertinggi 69, akan didapat usia mental anak setelah melalui perhitungan hasil kali antara IQ dengan usia kalender yang dirasiokan dengan 100. Dari

3 perhitungan tersebut didapat usia mental terendah anak yakni 5,5 dan usia mental tertinggi anak yakni 6,9 tahun. Berdasarkan hal tersebut, maka pembelajaran untuk anak tunagrahita ringan khususnya untuk mata pelajaran matematika dengan usia 10 tahun ialah program pembelajaran untuk anak pada umumnya usia 5,5 tahun sampai dengan 7 tahun atau setara dengan program pembelajaran kelas 1 SD. Program pembelajaran matematika kelas 1 SD adalah penjumlahan bilangan sampai 10 (Depdiknas,2006). Dari hasil perhitungan usia mental tersebut dapat dikatakan bahwa program pembelajaran matematika dikelas IV SDLB SLB Satria Galdin telah sesuai dengan usia mental anak, dimana program pembelajaran matematika yang diberikan kepada anak adalah operasi hitung penjumlahan benda sampai 10. Program yang diberikan pun harus disesuaikan kembali dengan kemampuan dan kebutuhan anak. Hal ini karena anak tunagrahita ringan mempunyai karakteristik mental yang dikemukakan oleh M.Amin (1993:23) bahwa: Anak tunagrahita ringan memiliki kecenderungan menjawab dengan berulang terhadap pertanyaan yang berbeda, tidak mampu memberikan kritik dan kemampuan menyimpan instruksi dalam jiwanya/ingatannya. Cenderung memiliki kemampuan berfikir konkrit daripada abstrak, mereka tidak mampu mendeteksi kesalahan-kesalahan dalam pertanyaan, terbatas kemampuannya dalam penalaran dan visualiasi serta mengalami kesulitan konsentrasi. Kemampuan anak tunagrahita di kelas IV SDLB SLB Satria Galdin ini sudah dapat membilang 1 sampai dengan 10 dan mulai mengenal konsep penjumlahan dengan benda yakni melanjutkan menghitung dari benda pertama sebanyak benda penjumlah, dimana benda terakhir merupakan hasil dari penjumlahan. Dari karakteristik anak didapat bahwa anak kurang minat dalam pembelajaran matematika. Kurangnya minat dalam pembelajaran matematika ini

4 terlihat pada saat pembelajaran berlangsung anak cenderung pasif, kurang memperhatikan penjelasan guru dan cenderung tidak mau melaksanakan perintah guru pada saat pembelajaran matematika. Permasalahan ini dapat diakibatkan salah satunya karena dalam proses pembelajaran khususnya mata pelajaran matematika guru masih menggunakan metode ceramah. Dalam proses pembelajarannya pun guru kurang memberikan penguatan (reinforcement), kalaupun ada penguatan yang diberikan hanya berbentuk lisan seperti bagus. Untuk dapat meningkatkan hasil belajar anak pada mata pelajaran matematika, salah satunya diperlukan sebuah teknik motivasi ekstrinsik yang dapat memberikan penguatan kepada siswa agar dapat mengikuti pembelajaran dengan optimal yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar. Salah satu teknik yang dapat digunakan untuk penguatan (reinforcement) kepada anak yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajarnya yakni teknik token ekonomi. Menurut O Clery (Herawati, 2002:29) menyatakan bahwa program token ekonomi telah sukses mengurangi tingkah laku yang mengacau, menambah semangat belajar dan mengarah pada prestasi akademik yang lebih besar dalam berbagai kelas. Teknik token ekonomi ini diterapkan dalam pembelajaran matematika untuk memberikan penguatan (reinforcement) agar anak tunagrahita mampu menyelesaikan tugas matematika dalam pembelajaran yang akan meningkatkan hasil belajarnya. Dalam penelitian ini target yang akan dicapai adalah meningkatnya hasil belajar anak tunagrahita dalam mata pelajaran matematika pokok bahasan operasi hitung penjumlahan benda sampai 10. Selanjutnya peneliti menentukan cara

5 penyelesaian soal dan barang-barang apa saja yang memungkinkan untuk dijadikan penukaran token. Barang-barang tersebut harus disukai oleh anak. Setelah itu menentukan nilai atau harga untuk setiap soal matematika yang dapat dijawab oleh anak. Misalnya ketika anak dapat menjawab dengan benar satu soal maka diberi satu token berupa stiker, kemudian menetapkan nilai barang-barang dengan token, misalnya anak akan diberi coklat dengan harga dua token. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka penulis berasumsi bahwa pendekatan behavior dengan teknik token ekonomi merupakan pendekatan yang cocok untuk meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran matematika yang diharapkan pula meningkatkan hasil belajarnya. Judul penelitian yang dirumuskan adalah sebagai berikut: Penerapan Teknik Token Ekonomi Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Anak Tunagrahita Ringan (Penelitian Eksperimen Single Subject Research Pada Pokok Bahasan Operasi Hitung Penjumlahan Benda Sampai 10 Di Kelas IV SDLB-C SLB Satria Galdin Ciparay) B. Identifikasi Masalah Berdasarkan hasil studi di atas, maka permasalahan yang muncul mengenai teknik token ekonomi dalam meningkatkan hasil belajar anak tunagrahita ringan dalam mata pelajaran matematika pokok bahasan penjumlahan benda sampai 10 di kelas IV SDLB SLB Satria Galdin, diantaranya : 1. Rendahnya hasil belajar anak tunagrahita pada mata pelajaran matematika 2. Kurangnya penguatan yang diberikan oleh guru pada saat pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran matematika.

6 3. Kondisi anak tunagrahita pada saat pembelajaran matematika berlangsung cenderung pasif, kurang memperhatikan penjelasan guru dan cenderung tidak mau melaksanakan perintah guru. 4. Teknik token ekonomi belum pernah diterapkan dalam pembelajaran matematika. C. Batasan Masalah Untuk lebih memfokuskan pada bidang penelitian ini, maka identifikasi masalah di atas dapat dibatasi pada: 1. Hasil belajar anak tunagrahita ringan dalam mata pelajaran matematika pokok bahasan operasi hitung penjumlahan benda sampai 10 sebelum penerapan teknik token ekonomi. 2. Hasil belajar anak tunagrahita ringan dalam mata pelajaran matematika pokok bahasan operasi hitung penjumlahan benda sampai 10 setelah penerapan teknik token ekonomi? 3. Seberapa besar pengaruh penerapan teknik token ekonomi terhadap peningkatan hasil belajar matematika pokok bahasan operasi hitung penjumlahan benda sampai 10.

7 D. Rumusan masalah Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang masalah, dapat dikemukakan pokok permasalahan yang menjadi dasar perumusan masalah penelitian. Adapun rumusan masalah pada enelitian ini adalah: bagaimana pengaruh penerapan teknik token ekonomi terhadap peningkatan hasil belajar matematika pokok bahasan operasi hitung penjumlahan benda sampai 10 di kelas IV SDLB-C SLB Satria Galdin Ciparay. E. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat dua variable penelitian, yaitu variable bebas dan variable terikat. 1. Variabel Bebas Sugiyono (2008:39) menyatakan bahwa Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Dalam hal ini yang menjadi variabel bebas adalah teknik token ekonomi. Teknik token ekonomi merupakan penerapan operant conditioning dengan mengganti hadiah langsung dengan sesuatu yang dapat ditukarkan kemudian, misalnya dengan kupon yang bisa ditukar dengan makanan, permen atau mainan yang disukai anak, jika anak mampu menunjukkan tingkah laku yang diinginkan atau mampu menghilangkan tingkah laku yang tidak diharapkan. Dengan adanya hadiah, tingkah laku muncul berulang. Tingkah laku yang

8 diharapkan muncul berulang dalam penerapan teknik token ekonomi ini yakni meningkatnya hasil belajar anak. 2. Variabel Terikat Variabel terikat adalah variabel variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2008:39). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah hasil belajar matematika pokok bahasan operasi hitung penjumlahan benda sampai 10 anak tunagrahita ringan. Menurut Nana Sudjana (2004:11) menyatakan bahwa hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan. Hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran. Untuk melihat hasil belajar dilakukan suatu penilian terhadap siswa yang bertujuan untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai suatu materi atau belum. F. Pertanyaan Penelitian Adapun yang menjadi pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah: Teknik token ekonomi dapat meningkatkan hasil belajar anak tunagrahita ringan dalam mata pelajaran matematika pokok bahasan operasi hitung penjumlahan benda sampai 10 di kelas IV SDLB SLB Satria Galdin

9 G. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan utama dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Mengetahui hasil belajar anak tunagrahita dalam mata pelajaran matematika pokok bahasan operasi hitung penjumlahan benda sampai 10 sebelum penerapan teknik token ekonomi. b. Mengetahui hasil belajar anak tunagrahita dalam mata pelajaran matematika pokok bahasan operasi hitung penjumlahan benda sampai 10 selama penerapan teknik token ekonomi. c. Mengetahui hasil belajar anak tunagrahita dalam mata pelajaran matematika pokok bahasan operasi hitung penjumlahan benda sampai 10 setelah penerapan teknik token ekonomi. 2. Kegunaan Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah a. Secara Teoritis 1.) Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah pengetahuan mengenai pendidikan anak tunagrahita, terutama dalam pembelajaran matematika anak tunagrahita. 2.) Dapat memberikan sumbangan teknik pembelajaran pada anak tunagrahita yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran matematika.

10 b. Secara Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi para guru, orang tua dan lainnya yang terkait dengan peningkatan hasil belajar anak tunagrahita khususnya pada mata pelajaran matematika.