BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Skizofrenia Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat mengganggu. Psikopatologinya melibatkan kognisi, emosi, persepsi dan aspek lain dari perilaku. Tanda dan manifestasinya bervariasi di antara pasien dari waktu ke waktu, tetapi efek dari penyakit ini biasanya berat dan bertahan seumur hidup. Kelainan biasanya dimulai sebelum usia 25 tahun, menetap seumur hidup, dan mempengaruhi semua status sosial. Pasien dan keluarga penderita skizofrenia biasanya mengalami pengasingan secara sosial karena ketidakpedulian yang menyeluruh terhadap penyakit ini. Walaupun skizofrenia didiskusikan sebagai penyakit tunggal, tetapi mungkin saja merupakan sekumpulan kelainan yang terdiri dari berbagai etiologi, dan meliputi gambaran klinis, respons pengobatan dan rangkaian penyakit yang bervariasi. Klinisi harus menyadari bahwa diagnosis skizofrenik, seluruhnya didasarkan pada riwayat psikiatri dan pemeriksaan status mental. Skizofrenia yang mengenai kurang lebih 1% dari populasi, biasanya dimulai sebelum usia 25 tahun, bertahan sepanjang kehidupan dan mempengaruhi orang dari seluruh kelas sosial. Baik penderita maupun keluarganya mengalami permasalahan sosial dari masyarakat akibat ketidaktahuan yang besar mengenai penyakit tersebut. Di Amerika Serikat prevalensi seumur hidup untuk skizofrenia berkisar 1% yang berarti bahwa sekitar 1 dari 100 orang akan berkembang menjadi 1 5,6,11 4
skizofrenia dalam kehidupan mereka. Prevalensi skizofrenia sama pada pria dan wanita. Puncak usia timbulnya serangan pertama atau onset adalah 10-25 tahun pada pria dan 25-35 tahun pada wanita. Sekitar 90 % pasien dalam pengobatan untuk skizofrenia berusia antara 15-55 tahun. Model Diatesis stres pada skizofrenia merupakan suatu teori kontemporer yang populer, yang menyarankan manifestasi dari skizofrenia adalah multi determine, hasil interaksi antara predisposisi genetik dan lainnya. Faktor-faktor tersebut menambah kecenderungan peningkatan skizofrenia tetapi bukan penyerta yang spesifik, seperti kondisi lingkungan berperan sebagai faktor non spesifik. 4 Bukti - bukti menyokong bahwa beberapa individu dengan skizofrenik adalah lebih rentan terhadap eksaserbasi gejala-gejala dibawah stres daripada yang lainnya. 4-5 6,7 2.2. Stres Stres adalah kondisi kejiwaan ketika jiwa itu mendapat beban, stres itu sendiri bermacam-macam bisa berat, bisa juga ringan, dan stres berat mengakibatkan berbagai gangguan. Stres merupakan suatu penyebab psikopatologi mayor, suatu presipitator dari penyakit psikiatri dan suatu penyumbang untuk penderitaan mental yang sungguh-sungguh. Beberapa teori etiologi dari skizofrenia memfokuskan pada genetik dan faktor lingkungan atau kombinasi keduanya. Yang mana cukup bukti tentang 6
kehidupan yang merugikan dan stres sosial mulai dari keluarga berperan penting dalam menentukan penyebab dari penyakit secara keseluruhan. Respons terhadap stres, respons normal terdiri dari tiga komponen : 1) Respons emosi dengan perubahan somatis yang menyertai. 2) Respons psikologis yang mengurangi dampak pengalaman itu. 3) Cara menghadapi situasi (coping) dan respons emosi berkaitan dengan itu. Coping adalah kemampuan individu untuk mengatasi berbagai masalah yaitu perilaku, kognitif, dan respons emosional, dalam stres yang didapat, agar dapat menguasai situasi ini dan mengurangi dampak dari stres yang datang itu. 3,10 Pasien dengan skizofrenia cenderung untuk menggunakan strategi coping pada kehidupan stressfull. 3,10 Perlekatan vulnerability-stress pada skizofrenia menyatakan tingkat dukungan yang berbeda terhadap hubungan antara stres dan skizofrenia pada tiga tipe perbandingan yang telah dilaporkan; a. Tingkat stresor peristiwa kehidupan pada pasien skizofrenik dalam perbandingan dengan kelompok gangguan psikiatri lainnya. b. Tingkat stresor tersebut pada pasien skizofrenik dalam perbandingan dengan kontrol normal. c. Tingkat stresor tersebut pada pasien skizofrenik yang bervariasi dalam keparahan gejala. 3 Studi yang menyelidiki dampak stres sehari-hari atau Hassles, baik stres fisik dan kesehatan psikologi, dari individu yang menalami gangguan mental. Hasilnya dilaporkan bahwa lebih banyak frekwensi Hassles tentang keprihatinan 6 8
keuangan, kesepian, kebosanan, kriminal, keprihatinan tentang prestasi dan penurunan kesehatan. Level tertinggi dari stres yang mana berhubungan pada kenaikan somatik dan simtomatologi psikiatrik, indikasi asosiasi nyata dengan Hassles dan adaptasi jalan keluar dalam populasi sampel secara keseluruhan. Tidak sama dengan skala kehidupan yang biasanya yang hanya fokus pada kehidupan sekitar kita. Daily Hassles stress mempunyai ide dimana setiap harinya seseorang itu menjumpai stresor di lingkungannya yang mungkin juga memberikan pengaruh negatip pada kesehatan mental dan psikis individu itu sendiri. Apapun kejadian yang dihadapi dapat menjadi ancaman besar atau tantangan. 9 Daily Hassles Stress terdiri dari 51 pertanyaan tentang kehidupan seharihari yang terjadi pada selama beberapa bulan. Dan dinilai dengan menggunakan angka numerik 1-4. Setelah itu dihitung hasil dan dijumlahkan, dibuat dalam tingkatan yakni; skor respons dan jumlahkan hasilnya: > 136 stres paling tinggi 116 135 stres tinggi 76 115 stres menengah 56 75 stres rendah 51 55 stres paling rendah 9
2.3. Fase Stabilisasi Pengobatan Skizofrenia Pada fase ini simtom akut dapat dikendalikan tetapi pasien mempunyai risiko relaps jika pengobatan atau dosis obat diturunkan terlalu dini atau pasien berhadapan dengan stres yang berlebihan. 6 Tujuan terapi ini adalah mengurangi stres pada orang dengan skizofrenik dan memberikan dukungan untuk mengurangi kekambuhan, meningkatkan adaptasi pasien skizofrenia terhadap kehidupan dalam masyarakat, memfasilitasi pengurangan gejala secara terus-menerus dan konsolidasi remisi, dan meningkatkan proses penyembuhan. Bila pasien memiliki perbaikan dengan obat tertentu, obat tersebut dapat dilanjutkan dan dipantau selama enam bulan. Penurunan dosis dan penghentian pengobatan pada fase ini dapat menyebabkan kekambuhan. 18 Tujuan terapi selama fase stabilisasi adalah meyakinkan pasien skizofrenik bahwa gejala yang sudah terkontrol harus dipertahankan sehingga pasien skizofrenik bisa mempertahankan dan memperbaiki derajat fungsi dan kualitas hidupnya. Edukasi tentang perjalanan dan luaran (outcome) penyakit, misalnya kepatuhan terhadap pengobatan dapat dimulai pada fase ini. 18
2.4. Kerangka Konsep Pasien Skizofrenik Fase Stabilisasi Faktor Demografi - Jenis Kelamin - Kelompok Umur - Pekerjaan - Pendidikan - Tempat Tinggal STRES