BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan, persalinan, dan menyusui merupakan proses alamiah bagi kehidupan seorang ibu dalam usia reproduktif. Perubahan-perubahan yang terjadi pada wanita selama kehamilan adalah fisiologis bukan patologis. Oleh karenanya, asuhan yang diberikan pun adalah asuhan yang meminimalkan intervensi. Sulit sekali diketahui sebelumnya bahwa kehamilan akan menjadi masalah atau abnormal. Oleh karena itu pelayanan antenatal care merupakan cara penting untuk mendukung kesehatan ibu hamil normal (Sunarsih, dkk, 2011.hlm.12) Pelayanan antenatal care 7T bertujuan untuk menurunkan atau mencegah kesakitan, serta kematian maternal dan perinatal. Untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu maupun bayinya dengan cara membina rasa saling percaya dengan ibu, mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan. Asuhan antenatal penting untuk menjamin agar proses alamiah tetap berjalan normal selama kehamilan. (Sunarsih, dkk, 2011.hlm.11) Dalam perkembangan pelayanan antenatal di Indonesia, ternyata belum menunjukkan hasil yang bermakna dalam menurunkan angka kematian ibu (AKI), dalam mendeteksi faktor resiko dan kasus resiko tinggi. Sebenarnya bidan memiliki peran penting dalam mencegah dan menangani setiap kondisi yang mengancam jiwa ini melalui beberapa intervensi yang merupakan
komponen penting dalam pelayanan antenatal seperti mengukur tekanan darah, memeriksa kadar proteinuria, mendeteksi tanda-tanda awal perdarahan/infeksi, maupun deteksi dan penanganan awal terhadap anemia. Namun, ternyata komponen antenatal care yang rutin dilaksanakan tersebut tidak efektif untuk menurunkan angka kematian maternal dan perinatal (Sunarsih, dkk, 2011.hlm.15) Di Negara-negara berkembang, kesakitan dan kematian ibu menjadi masalah sejak lama. Kematian ibu terutama terjadi pada masa kehamilan dan persalinan. Bahkan WHO (World Health Organization) memperkirakan setiap tahun terjadi 210 juta kehamilan diseluruh dunia. Dari jumlah tersebut 20 juta perempuan mengalami kesakitan akibat kehamilan, diantaranya 8 juta kasus yang mengalami komplikasi yang mengancam jiwa, dan lebih dari 500.000 meninggal, dan hampir 50% kematian tersebut terjadi di Asia Selatan dan Asia Tenggara termasuk Indonesia (Wahyuningsih, 2009). Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi, pada tahun 2002 menunjukkan angka kematian sebesar 307/100.000 kelahiran hidup (KH), pada 2007 menjadi 228/100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2007). Namun demikian, masih diperlukan upaya keras untuk mencapai target RPJMN 2010-2014 yaitu 118/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2014 dan target Millenium Development Goals (MDGs) yaitu 102/100.000 KH pada tahun 2015 (Wahyuningsih, 2009 hal 140). Pada tahun 2003, Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) memperkirakan 13.778 ibu meninggal setiap tahunnya. Bila dikalkulasi dalam
hitungan hari, terdapat 38 orang ibu yang meninggal dan bila dalam hitungan jam ada 2 orang ibu yang meninggal setiap jam nya (Sunarsih, dkk, 2011.hlm.1) Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh M. Choiroel Anwar, mengatakan bahwa hasil survey demographi dan kesehatan Indonesia tahun 2003 didapatkan Angka Kematian Bayi adalah 52/1000 kelahiran hidup dengan angka kematian neonatal 25/1000 kelahiran hidup, dimana kematian perinatal memberikan sumbangan terhadap kematian bayi tersebut sebesar 33,5%. Angka kematian bayi di Indonesia 2-5x lebih tinggi dibandingkan dengan negara Asia Tenggara lainnya serta menunjukkan penurunan yang sangat lambat. Sebagian besar kematian perinatal tersebut sebenarnya dapat dicegah, bila kesehatan ibu selama hamil terjaga dengan baik melalui pemeriksaan antenatal yang berkualitas. Derajat kesehatan ibu berpengaruh secara langsung terhadap derajat kesehatan janin pada minggu pertama kehidupannya, dengan demikian upaya peningkatan kesehatan perinatal tidak dapat dipisahkan dengan upaya peningkatan kesehatan ibu. Berdasarkan SDKI tahun 2002/2003, tingginya Angka Kematian Ibu di Indonesia adalah 307 per 100.000 kelahiran hidup. Indonesia masih merupakan Negara yang memiliki AKI tertinggi di ASEAN karena AKI di Indonesia mencapai 307 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan, infeksi, eklamsi, dan partus lama (Sunarsih, dkk, 2011.hlm.1) Menurut Nur Inayah Rauf, Moh. Yusran Amin, Balqis dalam penelitiannya mengatakan penyebab langsung kematian ibu pada umumnya adalah trias perdarahan, infeksi, eklampsia. Bila ditelusuri lebih lanjut, penyebab
langsung itu ternyata bertunmpu pada rendahnya status gizi dan kesehatan ibu hamil akibat masih ditemukan hambatan informasi, hambatan sosial budaya, hambatan ekonomi, dan hambatan geografis dalam menjaga kesehatan ibu hamil. Menurut MNH (Maternal Neonatal Health) asuhan antenatal merupakan prosedur rutin yang dilakukan oleh petugas (dokter, perawat, bidan) dalam membina suatu hubungan dalam proses pelayanan pada ibu hamil untuk persiapan persalinannya. Dengan memberikan asuhan antenatal yang baik akan menjadi salah satu tiang penyangga dalam safe motherhood dalam usaha menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal. (Kusmiyati, dkk, 2009.hlm.6) Pelayanan kesehatan antenatal sangat penting dalam mengurangi kematian akibat persalinan jika dilakukan dengan jumlah dan frekuensi yang sesuai standar pelayanan antenatal care. Hal ini didukung oleh beberapa penelitian, seperti penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2009) yang menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara kematian perinatal dengan frekuensi antenatal care. Dalam penelitian Eka vitriyani, Badar kirwono, Artika fristi firnawati mengatakan bahwa cakupan antenatal K1 di wilayah kerja Puskesmas Pulokart, K1 dalam tahun 2010 (78,64%) mengalami penurunan sebesar 16,82% dari tahun 2009 (95,42%) sedangkan cakupan K4 TAHUN 2010 (90,23%) mengalami penurunan sebesar 3.31% dibandingkan pada tahun 2009 (93,54%) Karena standar layanan kesehatan merupakan bagian dari layanan kesehatan itu sendiri dan memainkan peranan yang penting dalam mengatasi
mutu layanan kesehatan. Maka pemberi layanan layanan kesehatan harus memahami status kesehatan dan kebutuhan layanan kesehatan masyarakat yang dilayaninya serta mendidik masyarakat terhadap layanan kesehatan dasar dan melibatkan masyarakat dalam bagaimana cara yang paling efektif untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu (Sofyan, dkk, 2006.hlm.125) Menurut Endang Rostiati dalam penelitiannya mengatakan bahwa peran bidan sebagai ujung tombak pelayanan harus mampu dan terampil dalam memberikan pelayanan sesuai dengan standar yang ditetapkan. Peran serta yang proaktif dari bidan diharapkan dapat menekan penurunan angka kematian ibu dan bayi di Indonesia. Adapun masalah yang ditemukan dalam praktek kebidanan yaitu dalam melaksanakan praktiknya masih banyak bidan yang bekerja tidak sesuai dengan standar pelayanan kebidanan yang telah ditetapkan. Hal ini tentu saja dapat menjadi ancaman yang berakibat fatal terhadap kesehatan ibu dan anak serta dapat meningkatkan jumlah kematian dan kesakitan. Maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Kepatuhan Bidan Praktek Swasta dalam memberikan asuhan standar minimal pelayanan antenatal di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Tahun 2014 B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah, yaitu : Bagaimanakah Kepatuhan Bidan dalam memberikan asuhan standar minimal antenatal di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Tahun 2014
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui Bagaimana kepatuhan Bidan dalam memberikan asuhan standar minimal pelayanan antenatal di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Tahun 2014 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui karakteristik bidan dalam memberikan asuhan standar minimal pelayanan antenatal berdasarkan lama bekerja di wilayah kerja Puskesmas Helvetia. b. Untuk mengetahui karakteristik bidan dalam memberikan asuhan standar minimal pelayanan antenatal berdasarkan latar belakang pendidikan di wilayah kerja Puskesmas Helvetia. c. Untuk mengetahui pengetahuan bidan tentang asuhan standar minimal pelayanan antenatal berdasarkan latar belakang pendidikan di wilayah kerja Puskesmas Helvetia d. Untuk mengetahui kepatuhan bidan dalam memberikan asuhan standar minimal pelayanan antenatal di wilayah kerja Puskesmas Helvetia D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Bidan Standar pelayanan kebidanan dapat digunakan untuk menentukan kompetensi yang diperlukan bagi bidan dalam menjalankan praktik sehari-hari dan dapat sekaligus melindungi bidan, karena penilaian terhadap proses dan hasil pelayanan dilakukan atas dasar yang jelas.
2. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan, wawasan peneliti tentang kunjungan pemeriksaan kehamilan dan penerapan ilmu metodologi penelitian dalam merancang dan melaksanakan penelitian. 3. Bagi Institusi Pendidikan D IV Bidan Pendidik Sebagai referensi bagi perpustakaan serta memberikan tambahan atau masukan yang dapat dijadikan informasi bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian lebih lanjut bagi mahasiswa yang akan membutuhkan.