PENCAPAIAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PENEMUAN TERBIMBING

dokumen-dokumen yang mirip
PENCAPAIAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PROBLEM-BASED LEARNING (PBL)

PENCAPAIAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL CYCLE LEARNING 5E

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS MELALUI PEMBELAJARAN PROBLEM POSING PADA SISWA SMP

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah suatu quasi eksperimen, dengan desain kelompok

PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PERAGA TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MTs

Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMP

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS

EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN METAKOGNITIF DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK MAHASISWA DALAM MATA KULIAH PROGRAM LINIER

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMK DI KOTA CIMAHI

PENDEKATAN INDUKTIF-DEDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS PADA SISWA SMP

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA

SIKAP SISWA TERHADAP MATEMATIKA PADA PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN OPEN-ENDED DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN SAINTIFIK BERBANTUAN ALAT PERAGA TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PENDEKATAN PROBLEM SOLVING MODEL POLYA TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 2 PAKISJAYA

Pendekatan Pembelajaran Metacognitive Scaffolding dengan Memanfaatkan Multimedia Interaktif untuk Meningkatkan Literasi Matematis Siswa SMA

PENGARUH PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol.4 No 1 Pebruari 2017 ISSN

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA SMP

Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP Dengan Pendekatan Matematika Realistik Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH METODE BERBASIS PROYEK MEMANFAATKAN POTENSI LOKAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SMP

Mosharafa Jurnal Pendidikan Matematika Volume 5, Nomor 1, April 2015

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING

DAFTAR ISI... Halaman PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK...

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA SISWA KELAS XI DI MAN RENGASDENGKLOK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALLY, REPETITION (AIR) TERHADAP PENINGKATAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

BAB III METODE PENELITIAN

PEMBELAJARAN PENEMUAN UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP

Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN O X O

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN GEOGEBRA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SURYAKANCANA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING) TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SMP KELAS VIII

P - 63 KEMANDIRIAN BELAJAR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

PENGARUH PEMBELAJARAN PROBLEM POSING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA MTS KELAS VIII

IMPLEMENTASI PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS-GAMES- TOURNAMENTS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sedangkan untuk data kuantitatif diperoleh dari hasil pretes dan postes kemampuan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Penerapan Pendekatan Konstektual untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah serta Disposisi Matematis Siswa SMA

BAB III METODE PENELITIAN. subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan subjek apa

Kata kunci: Teknik MURDER, Pendekatan Metakognitif, Penalaran Matematis.

Pengaruh Model Pembelajaran TAI terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA SISWA SMP KELAS VII

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Dalam implementasinya di lapangan, penelitian ini menggunakan dua

Muhamad Soeleman Universitas Suryakancana Cianjur

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis melalui Pembelajaran berbasis Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. masalah (problem solving) matematis siswa dengan menerapkan model

PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP DENGAN PENDEKATAN OPEN-ENDED UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN QUESTION STUDENT HAVE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan membahas mengenai analisis data dari hasil pengolahan

P-34 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian, deskripsi

Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dengan Metode Brainstroming

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika UNSIKA, 1 Dosen Prodi Pendidikan Matematika UNSIKA,

BAB III METODE PENELITIAN

Jaya Dwi Putra. Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Riau Kepulauan Batam Korespondensi:

IMPLEMENTASI STRATEGI THINK-TALK-WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP 1 KARAWANG TIMUR

BAB III METODE PENELITIAN

Dimana, O : Pretes atau postes. X : Perlakuan berupa pembelajaran kontekstual dengan teknik mind map. : Subjek tidak dipilih secara acak.

: Perlakuan (Pembelajaran dengan model pembelajaran M-APOS),

Meningkatkan Disposisi Matematis Siswa dengan Menggunakan Pembelajaran Berbasis Penemuan Terbimbing

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang sudah terdaftar dengan kelasnya masing-masing, sehingga tidak

Keterangan: O : Pretes, Postes X : Perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran penemuan terbimbing

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN MODEL PBL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah peningkatan kemampuan berpikir

Kontribusi Model Problem Based Learning terhadap Peningkatan Kemampuan Koneksi dan Pemecahan Masalah Matematik

Nita Yulinda 1, Riana Irawati 2, Diah Gusrayani 3. Jl. Mayor Abdurrachman No. 211 Sumedang 1 2

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Dengan

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KONEKSI MATEMATIS SISWA

BAB III METODE PENELITIAN. kemampuan penalaran dan pemecahan masalah matematis siswa melalui

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DENGAN METODE EKSPLORASI

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK MAHASISWA PGSD DITINJAU DARI PERBEDAAN JENIS KELAMIN

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN MODEL AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMA

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA SD MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING

Jurnal Matematika Ilmiah STKIP Muhammadiyah Kuningan Vol. 2 No.1 Mei 2016

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kemampuan pemahaman matematik siswa dan data hasil skala sikap.

BAB III METODE PENELITIAN O X O

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERBANDINGAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA YANG MENDAPATKAN METODE PEMBELAJARAN PSI DENGAN KONVENSIONAL

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN BELIEF SISWA

DAFTAR ISI PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR DIAGRAM... DAFTAR GAMBAR...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang diperoleh dalam setiap tahapan penelitian yang telah dilakukan. Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika (SESIOMADIKA) 2017 ISBN: 978-602-60550-1-9 Pembelajaran, hal. 566-570 PENCAPAIAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PENEMUAN TERBIMBING NUR AMANAH 1, RAFIQ ZULKARNAEN 2, YUSI ARDIYANTI 3 Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNSIKA Email: 1 nur.amanah29@gmail.com, 2 rafiq.zulkarnaen@staff.ac.id, 3 yusi.ardiyanti@staff.ac.id Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pencapaian kemampuan pemecahan masalah matematis antara siswa yang menggunakan model pembelajaran penemuan terbimbing dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran langsung. Metode yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desain penelitian yang digunakan adalah kelompok kontrol postes. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di satu SMPN di Kabupaten Karawang, dengan pengambilan sampel dilakukan secara purposive, dipilih dua kelas sebagai sampel penelitian yaitu kelas VIII-A sebagai kelas eksperimen (N=30) dan kelas VIII-D sebagai kelas kontrol (N=35). Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh kesimpulan bahwa pencapaian kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran penemuan terbimbing (M=13,93; SD=9,70) lebih baik dari siswa yang menggunakan model pembelajaran langsung (M=8,14; SD=5,05), pada z(63)=-2,12, sig. < α=0,05. Kata kunci : Kemampuan pemecahan masalah matematis, model penemuan terbimbing. 1. Pendahuluan Salah satu kemampuan yang dimiliki siswa dalam pembelajaran matematika adalah kemampuan pemecahan masalah matematis (NCTM, [8]; Depdiknas, [3]) yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh (Depdiknas, 2006). Pemecahan masalah merupakan pusat dari kurikulum singapura yang dikelilingi oleh lima komponen yang saling berkesinambungan, yaitu konsep, keterampilan, proses, sikap dan metakognisi (Sutomo) [13]. Masalah matematis merupakan suatu pertanyaan atau soal matematis yang belum pernah dikerjakan (Ruseffendi) [10] dan dalam menyelesaikannya tidak dapat diselesaikan dengan prosedur rutin (Zulkarnaen, [16]; Kusumah, [4]) namun harus melalui beberapa prosedur lainnya (Sumarmo) [12]. Suatu masalah untuk siswa pada jenjang sekolah tertentu belum tentu menjadi masalah bagi siswa pada jenjang sekolah yang lebih tinggi (Sumarmo) [12], hal tersebut dipengaruhi oleh pengetahuan atau pengalaman siswa berbeda-beda (Kusumah) [4]. Sehingga kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah matematis atau masalah dunia nyata dimana cara menyelesaikannya siswa harus tahu masalah itu apa, lalu bagaimana cara menyelesaikannya, bagaimana cara menjalankannya, cara memperoleh solusi yang benar dan dapat memeriksa kebenaran hasil yang diperoleh (Kusumah) [4], sehingga kepuasan akan tercapai ketika siswa dapat memecahkan 566

567 Pencapaian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis SMP melalui Model Penemuan Terbimbing masalah matematis yang dihadapinya. Hal tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh Polya dalam Taufik [14] bahwa langkah-langkah dalam kemampuan pemecahan masalah matematis, yaitu memahami masalah, merencanakan penyelesaian, melasanakan rencana dan memeriksa kembali hasil. Beberapa penelitian mengungkapkan lemahnya kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, misalnya: Anggraini, dkk. [1]; Meidawati [7]; dan Ulya [15]. Terbiasanya siswa mengerjakan soal-soal rutin (Anggraini, dkk) [1], kurang mampu dalam menggali konsep (Herdiana dalam Ulya) [15], terbiasa menghafal konsep-konsep tanpa memahami masalah baik masalah matematis ataupun masalah dunia nyata (Meidawati) [7] sehingga hal tersebut membuat siswa tidak dapat memecahkan suatu masalah apabila diberikan soal-soal yang berbentuk non rutin (Anggraini, dkk) [1]. Kecenderungan tersebut berdampak pada kemampuan pemecahan masalah matematis yang kurang memuaskan. Mengatasi permasalahan di atas maka diperlukan suatu model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematis, yang dapat mengajak siswa untuk belajar secara berkelompok agar siswa dapat berdiskusi dengan temannya, dapat mengajak siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan baru secara mandiri, serta pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam merancang model atau strategi dalam menyelesaikan persoalan, dan pembelajaran yang dapat memeriksa kebenaran hasil sehingga proses pembelajaran menjadi lebih efektif. Pembelajaran yang dimaksud yaitu dengan menerapkan model penemuan terbimbing. Markaban [6] mengemukakan bahwa model pembelajaran dengan penemuan yang dipandu oleh guru dapat melibatkan suatu dialog/interaksi antara siswa dan guru. Dalam pelaksanaanya, siswa diarahkan untuk mencari kesimpulan yang diinginkan melalui suatu urutan pertanyaan yang diatur oleh guru. Tujuan dari adanya dialog adalah agar guru dan siswa dapat saling mempengaruhi berpikir masing-masing. Guru dapat membantu siswa dalam berpikir yaitu dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan terfokus yang memungkinkan siswa untuk memahami masalah dan membangun suatu konsep serta aturan-aturan, sehingga siswa dapat belajar menemukan sesuatu untuk memecahkan masalah. Model penemuan terbimbing mendorong siswa untuk berpikir sendiri sehingga dapat menemukan prinsip umum berdasarkan bahan atau data yang telah disediakan guru. Model penemuan terbimbing mampu melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran dan mengurangi kecenderungan guru untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran. Penelitian yang relevan berkaitan dengan model penemuan terbimbing dilakukan oleh Bani [2] terhadap siswa kelas VII SMP yang menyimpulkan bahwa peningkatan kemampuan pemahaman dan penalaran siswa yang memperoleh pembelajaran penemuan terbimbing lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Selanjutnya, penelitian Shulhany yang menyimpulkan bahwa model penemuan terbimbing dapat mengembangkan daya kombinatorial siswa SMA. Kemudian, penelitian Nopiah [9] terhadap kelas X SMK menyimpulkan bahwa peningkatan kemampuan penalaran siswa yang mendapat pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran penemuan terbimbing lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran konvensional. Hal tersebut terlihat dari pembelajaran penemuan terbimbing dapat meningkatkan kemampuan penalaran dimana kemampuan penalaran merupakan kemampuan menjelaskan mengapa dan bagaimana suatu hasil dapat diproses dan ditarik kesimpulan (Sumarmo) sehingga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada aspek merencanakan penyelesaian. Fokus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pencapaian kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP melalui model penemuan terbimbing. 2. Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen dengan desain penelitian yang digunakan adalah kelompok kontrol postes. Pada desain ini terdapat dua kelas sampel, yaitu satu

kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas kontrol. Siswa pada kelas eksperimen memperoleh pembelajaran dengan model penemuan terbimbing sedangkan siswa pada kelas kontrol memperoleh pembelajaran dengan pembelajaran langsung, kemudian diakhir penelitian kedua kelas diberi postes (Lestasi dan Yudhanegara) [5]. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII pada satu Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kabupaten Karawang. Sampel penelitian diambil dengan menggunakan teknik purposive, sehingga diperoleh dua kelas VIII yang telah terbentuk, yaitu kelas VIII A sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII D sebagai kelas kontrol. Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen tes yang terdiri dari lima soal uraian yang disesuaikan dengan indikator-indikator kemampuan pemecahan masalah matematis. Dimana bobot soal dan penilaian mengacu kepada pendapat Schoen dan Ochmke (Zulkarnaen) [16]. Materi uji yang digunakan di dalam penelitian ini adalah kubus dan balok. Untuk mendapatkan kualitas instrumen yang baik sebelum digunakan kepada sampel penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji validitas, reliabilitas, daya pembeda dan indeks kesukaran. 3. Hasil dan Pembahasan Penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan pencapaian kemampuan pemecahan matematis siswa yang menggunakan model penemuan terbimbing dengan pencapaian kemampuan pemecahan matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran langsung. hasil penelitian disajikan sebagai berikut: Tabel 1 Statistik Deskriptif Data Postes Aspek Pemecahan Masalah Matematis Skor Maks 568 Model PT Model PL M SD M SD Memahami Masalah 2 1,90 0,31 1,66 0,68 2 1,53 0,68 1,17 0,95 Merencanakan Penyelesaian 4 2,17 1,76 1,09 1,36 4 2,07 1,78 1,66 1,63 4 1,60 1,85 0,37 0,73 Melaksanakan Rencana 2 0,87 0,89 0,34 0,48 2 0,80 0,96 0,09 0,28 Memeriksa Kembali 2 0,83 0,91 0,31 0,47 2 0,73 0,69 0,57 0,61 2 0,90 0,96 0,51 0,66 2 0,53 0,73 0,37 0,60 Nilai Postes Keseluruhan 28 13,93 9,70 8,14 5,05 Berdasarkan data pada Tabel 1 di atas, nampak bahwa pencapaian kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang menggunakan model penemuan terbimbing cenderung lebih baik daripada pencapaian kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran langsung, baik dilihat secara keseluruhan maupun secara aspek demi aspek kemampuan pemecahan masalah. Namun demikian, kemampuan pemecahan masalah pada aspek memahami masalah tidak berbeda secara signifikan, hal tersebut disebabkan pada proses pembelajaran guru membiasakan siswa agar menyelesaikan soal dengan mencari apa yang diketahui dan ditanyakan terlebih dahulu untuk memudahkan dalam memahami soal, hal tersebut diketahui dari guru mata pelajaran yang di wawancarai. Pada aspek merencanakan penyelesaian dan melaksanakan rencana berbeda secara signifikan, hal tersebut disebabkan proses pembelajaran dengan model penemuan terbimbing pada tahap pemrosesan data guru memberikan siswa kesempatan dalam memproses data dan menganalisis data, selain itu siswa belajar bagaimana cara menentukan kemungkinan-kemungkinan penyelesian yang sesuai dengan masalah matematis, kemudian pada tahap penyusunan konjektur siswa belajar memilih

569 NUR AMANAH, RAFIQ ZULKARNAEN, YUSI ARDIYANTI strategi pemecahan masalah dan bagaimana cara melaksanakan strategi tersebut (Shulhany) [11], sehingga pada tahap ini kemampuan merencanakan penyelesaian dan melaksanakan rencana dapat berkembang. Selanjutnya, pada aspek memeriksa kembali terdapat perbedaan, hal tersebut disebabkan proses pembelajaran dengan model penemuan terbimbing pada tahap memeriksa konjektur dan menjelaskan kembali konjektur siswa diberikan kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusinya, kemudian setelah didapat kebenaran hasil selanjutnya guru memberikan kesempatan siswa untuk membuat kesimpulan dari hasil presentasi (Shulhany) [11]. Sehingga terlihat bahwa pencapaian kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang menggunakan model penemuan terbimbing lebih baik daripada pencapaian kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran langsung, pada pokok bahasan kubus dan balok. Selanjutnya, data dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) uji normalitas, 2) uji homogenitas, dan 3) uji perbedaan dua rata-rata, jika data tidak normal atau tidak homogen maka dilanjut dengan uji nonparametrik. a. Uji Normalitas Skor Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Uji normalitas yang penulis gunakan adalah uji Shapiro-Wilk. Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui data postes kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas ekperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal atau tidak, denga kriteria pengujian: jika nilai Sig. (p) >, maka data berdistibusi normal. Sedangkan, jika jika nilai Sig. (p), maka data tidak berdistibusi normal, dengan taraf signifikansi pada pengujian ini adalah 0,05. Hasil uji normalitas skor postes kemampuan pemecahan masalah matematis kedua kelompok sampel tersaji pada Tabel 2 berikut: Tabel 2 Hasil Uji Normalitas Skor Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Kelas Shapiro Wilk Statistic Df Sig. Keterangan Eksperimen 0,870 30 0,002 H 0 ditolak Kontrol 0,969 35 0,426 H 0 diterima Berdasarkan Tabel 2 di atas terlihat bahwa nilai signifikansi pada kelas eksperimen = 0,002. Nilai signifikansi tersebut kurang dari 0,05 (sig. < 0,05), sehingga H 0 ditolak. Hal ini berarti postes kemampuan pemecahan masalah matematis kelas eksperimen tidak berdistribusi normal. Sedangkan, nilai signifikansi pada kelas kontrol = 0,426. Nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (sig. 0,05), sehingga H 0 diterima. Hal ini berarti postes kemampuan pemecahan masalah matematis kelas kontrol berdistribusi normal. b. Hasil Uji Perbedaan Rerata Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Kedua Kelompok Sampel Berdasarkan uji normalitas skor postes kemampuan pemecahan masalah matematis diperoleh salah satu data tidak berdistribusi normal, sehingga uji perbedaan rerata postes kemampuan pemecahan masalah matematis menggunakan uji Mann-Whitney. Hasil uji perbedaan rerata postes kemampuan pemecahan masalah matematis kedua kelompok sampel tersaji pada Tabel 3 berikut: Tabel 3 Hasil Uji Mann-Whitney Skor Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Statistik Nilai Keterangan Mann-Whitney 363,500 Z -2,129 H 0 ditolak Asymp. Sig. (2-tailed) 0,033 Berdasarkan tabel 4.7 di atas diperoleh hasil pengujian dengan nilai Asymp. Sig. = 0,033 < = 0,05, sehingga H 0 ditolak. Hal ini berarti pencapaian kemampuan pemecahan masalah

matematis siswa yang menggunakan model penemuan terbimbing lebih baik daripada siswa yang menggunakan model pembelajaran langsung. 4. Kesimpulan Hasil analisis data penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa percapaian kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang menggunakan model penemuan terbimbing lebih baik daripada pencapaian kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran langsung, pada pokok bahasan kubus dan balok. Sehingga diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan pada kemampuan matematis lainnya dan pokok bahasan yang lebih luas. Referensi [1] Anggraini, L. Dkk. (2010). Penerapan Model Investigasi Kelompok untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VIII-4 SMP Negeri 27 Palembang. Jurnal Pendidikan Matematika, 4(1). [2] Bani, A. (2011). Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematis Siswa SMP melalui Pembelajaran Penemuan Terbimbing. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan. [3] Depdiknas, (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan. [4] Kusumah, Emah H. W. (2016). Implementasi Pendekatan Matematika Realistik terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP di Kabupaten Karawang. Skripsi Pendidikan Matematika FKIP UNSIKA: Tidak diterbitkan. [5] Lestari dan Yudhanegara. (2015). Penelitian Pendidikan Matematika. Bandung : Refika Aditama. [6] Markaban, (2008). Model Penemuan Terbimbing pada Pembelajaran Matematika SMK. Yogyakarta: PPPPTK Matematika Yogyakarta. [7] Meidawati, Y. (2014). Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Inkuiri Tebimbing Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Jurnal Pendidikan dan Keguruan, 1(2), 2356-3915. [8] NCTM (2000). Principle and Standarts of School Mathematics. Reston: NCTM [9] Nopiah (2015). Penerapan Metode Penemuan Terbimbing dalam Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis. Skripsi Pendidikan Matematika FKIP UNSIKA: Tidak diterbitkan. [10] Russeffendi, E.T (2010). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito. [11] Shulhany, A. (2016). Daya Kombinatorial Siswa pada Matematika Materi Peluang dengan Model Penemuan Terbimbing. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan. [12] Sumarmo, U. (2013). Kumpulan Makalah Berpikir dan Disposisi Matemtais serta Pembelajarannya. FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan. [13] Sutomo, E. (----). Kajian Literatur Tentang Perbandingan Kurikulum Pendidikan Matematika di Berbagai Negara [Online]. Tersedia: https://www.academia.edu/27613350/kajian_literatur_tentang_perbandingan_kurikulu m_pendidikan_matematika_di_berbagai_negara_indonesia_singapura_jepang_amerik a_serikat_dan_finlandia_?auto=download [3 Agustus 2017] [14] Taufik, M. (2014). Pengaruh Pendekatan Open Ended Terhadap Motivasi Belajar Dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Sman 5 Mataram. Jurnal AgriSains, 5(1), 2086-7719. [15] Ulya, H. (2015). Hubungan Gaya Kognitif dengan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa. Jurnal Konseling Gusjigang, 1(2), 2460-1187. [16] Zulkarnaen, R. (2010). Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematik Siswa SMA melalui Pendekatan Open-ended dengan Pembelajaran Kooferatif Tipe Coop-coop. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan. 570