PENGEMBANGAN COURSEWARE

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PENGEMBANGAN COURSEWARE MULTIMED IA INTERAKTIF D ENGAN TAHAPAN PEMBELAJARAN 5M PAD A MATERI PENGGOLONGAN D AN TATA NAMA SENYAWA HID ROKARBON

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

2015 PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF PEMBUATAN POLA DASAR BUSANA WANITA

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan salah satu ilmu yang memunculkan fenomena yang abstrak.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kemajuan sebuah

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat ini. berkembang sangat pesat terutama dalam bidang pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. adalah media cetak (diktat, modul, hand out, buku teks, majalah, surat kabar, dan

I. PENDAHULUAN. Fisika merupakan salah satu pelajaran IPA yang menarik untuk dipelajari karena

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan dalam ruang lingkup pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hardiyanti Hidayat, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Muhammad Fauzi Sya bana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan alat penyampaian pesan-pesan penerangan, bukan didesain untuk tujuan

2015 ANALISIS MATERI LAJU REAKSI PADA BUKU TEKS PELAJARAN SMA/MA KELAS XI DARI PERSPEKTIF 4S TMD PADA TAHAP SELEKSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bermacam-macam metode yang diberikan oleh pendidik. Pendidik berperan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia dan. dilaksanakan semenjak adanya manusia, hakikat pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. di SMK N 1 Cimahi yang masih menggunakan media berupa papan tulis dan

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan teknologi saat ini membawa berbagai perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi terhadap penyediaan media pembelajaran untuk menunjang proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kimia merupakan suatu disiplin ilmu yang mempelajari mengenai materi,

BAB I PENDAHULUAN. Penemuan-penemuan baru dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. dan efisien untuk mencapai tujuan yang telah diprogramkan dan tetap

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indah Fat, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fariz Eka Nurfu ad, 2013

BAB I PENDAHULUAN. tugas-tugas di dalam kelas saja, melainkan proses terjadinya interaksi antara guru,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pesatnya laju perkembangan media pembelajaran pada saat ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dijamah oleh teknologi. Teknologi informasi dan komunikasi telah masuk ke

I. PENDAHULUAN. Pendidikan berkualitas menjadi hal penting yang harus dimiliki oleh setiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi semakin berkembang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan, keberadaan peran dan fungsi guru merupakan

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan alat-alat bantu mengajar di sekolah-sekolah dan lembaga-lembaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu usaha untuk mewujudkan pembangunan di masa

BAB I PENDAHULUAN. arti yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala isinya termasuk gejala-gejala alam yang ada. Ruang lingkup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mereka sehingga terwujud keprofesionalan yang mantap. Seorang guru dituntut

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk membantu aktivitas manusia. Melalui internet, manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai pelaksana pendidikan akan terkena dampak dari setiap perubahan

BAB I PENDAHULUAN. upaya perwujudan kompetensi siswa, dibangun oleh berbagai unsur, yaitu unsur

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF DENGAN SERIOUS GAME MATA PELAJARAN KIMIA. Agung Panji Sasmito, Heru Wahyu Herwanto

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran biologi penguasaan konsep-konsep biologi sangat

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan pada Permendiknas Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses,

PENINGKATAN HASIL BELAJAR KIMIA MELALUI PEMBELAJARAN BERBANTUAN KOMPUTER DENGAN MEDIA CHEMO-EDUTAINMENT

Grafik 1.1 Pengguna Internet Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dan peserta didik melalui bahasa verbal sebagai media utama penyampaian materi

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari fenomena alam, fisika juga memberikan pelajaran yang baik kepada

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sumber kemajuan bangsa yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang terus-menerus, bahkan dewasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pemerintah telah berupaya untuk mengembangkan serta menyempurnakan kurikulum

2015 PENGGUNAAN MEDIA TWITTER UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI SISWA MENGEMUKAKAN PENDAPAT DALAM PEMBELAJARAN IPS

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari medium

BAB I PENDAHULUAN. sebab pendidikan merupakan salah satu komponen yang sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. bahan ajar dihasilkan dari upaya pendidikan yang sangat dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20, 2003, h. 4).

I. PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan setiap hari, merupakan sebuah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indriyani Hargesta, 2015

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pendidikan dan kemampuan yang baik. Dengan pendidikan maka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pendidikan sains memiliki potensi dan peranan strategis dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Setiap siswa mempunyai cara yang berbeda dalam mengkonstruksikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, sikap dan prilakunya. Eun dan Young (2010) mengemukakan

ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS LECTORA INSPIRE PADA MATERI LAJU REAKSI UNTUK SISWA KELAS XI SMAN 4 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. keilmuan lainnya. Manfaat matematika dalam kehidupan sehari-hari tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. martabat manusia secara holistik. Hal ini dapat dilihat dari filosofi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menganalisis diajarkan dengan tujuan agar siswa mampu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kimia didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari materi dan sifatnya, perubahan materi yang terjadi dan energi yang menyertai perubahan tersebut (Silberberg, 2007). Kimia merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang dipelajari pada tingkat sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA) dan yang sederajat. Kimia menjadi penting untuk dipelajari karena keberadaannya tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, Wu dan Foss (2010) mengatakan bahwa konten kimia cukup banyak mengandung konsep yang abstrak. Berdasarkan penelitian Turkoguz (2012) menunjukkan bahwa sebagian besar siswa di SMA berpikir bahwa kimia adalah disiplin ilmu yang sulit dan mereka mengalami kesulitan dalam memahami konsep kimia. Persepsi awal siswa tersebut akan menjadi penghalang untuk mempelajari materi kimia karena kurangnya minat siswa dalam memahami konsep kimia tersebut. Guru perlu melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan minat siswa terhadap kimia, salah satunya dengan menggunakan media pembelajaran yang menarik. Hamalik mengemukakan dalam Arsyad (2007) bahwa pemakaian media dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan pembelajaran. Media juda diartikan sebagai alat yang dapat membantu proses belajar mengajar yang berfungsi memperjelas makna pesan yang disampaikan sehingga tujuan pengajaran dapat tercapai lebih baik, lebih sempurna (Daryanto, 2011). Keberhasilan pembelajaran dipengaruhi oleh kelengkapan media yang digunakan. Semakin bervariasi media yang digunakan, maka pesan atau materi pembelajaran yang diterima oleh siswa akan semakin optimal. Hal ini disebabkan karena keberagaman modalitas belajar siswa. Seperti yang dikatakan Musfiqon (2012) bahwa guru perlu mengkombinasikan berbagai jenis media dalam satu pembelajaran. Guru bisa menggabungkan media berbasis visual, audio dan

kinestetik untuk untuk menyampaikan materi belajar agar pesan bisa diserap semua siswa meski modalitasnya beragam. Hasil penelitian Computer Technology Research (CTR) menyebutkan bahwa umumnya siswa dapat mengingat pesan yang disampaikan melalui tulisan sebesar 20%, audio sebesar 30%, visual sebesar 50%, dan apabila disampaikan melalui tulisan, audio, visual ditambah dengan melakukan, akan mencapai 80%. Multimedia dapat menyajikan informasi yang dapat dilihat, didengar dan dilakukan, sehingga multimedia sangatlah efektif untuk menjadi alat (tools) yang lengkap dalam proses pembelajaran (Munir, 2012). Penggunaan multimedia juga nampaknya sudah menjadi kebutuhan dalam pembelajaran di sekolah, mengingat semakin pesatnya perkembangan informasi dan teknologi yang bersifat publik. Sebagaimana dikatakan Lee dan Owens dalam Musfiqon (2012) bahwa dalam kehidupan global akan berkembang dunia virtual, manusia selalu berhubungan dengan teknologi, baik untuk komunikasi maupun mengambil informasi. Pada kurikulum 2013 yang saat ini diterapkan, pembelajaran berpusat pada siswa dijadikan pendekatan pembelajaran yang tertuang secara jelas dalam Permendikbud No. 81A tentang Implementasi Kurikulum 2013. Dalam Permendikbud No. 70 Tahun 2013, terdapat beberapa penyempurnaan pola pikir, diantaranya adalah perubahan pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakatlingkungan alam, sumber atau media lainnya), perubahan pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet) serta perubahan pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat multimedia.

Pembelajaran berpusat pada siswa harus memberi ruang bagi siswa untuk melakukan kegiatan belajar mandiri dan memberikan kebebasan kepada siswa untuk melakukan pembelajaran di dalam maupun di luar kelas dari berbagai sumber dan media pembelajaran. Kegiatan belajar mandiri dapat dilakukan sendiri atau bersama orang lain, dengan atau tanpa bantuan guru profesional (Haris, 2007). Dengan begitu, siswa dapat dengan bebas menentukan materi yang ingin dikuasainya, serta dapat menentukan waktu dan tempat yang digunakan untuk melakukan kegiatan belajar tersebut. Menurut Umar Tirta Rahardja dan La Sulo (2000) kemandirian dalam belajar diartikan sebagai aktivitas belajar yang berlangsungnya lebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri, dan tanggung jawab sendiri dari pembelajar. Siswa belajar dengan sepenuhnya dikontrol oleh diri sendiri. Salah satu materi kimia yang dianggap sulit oleh siswa yaitu materi laju reaksi yang merupakan cabang dari kinetika kimia (Kirik & Boz, 2012). Kesulitan siswa dalam memahami konsep laju reaksi akan menghambat siswa dalam memahami konsep kesetimbangan kimia. Hal tersebut disebabkan oleh karakteristik materi kimia yang mempunyai konsep saling berkaitan satu sama lain. Berdasarkan penelitian Justi (2002) menyatakan bahwa laju reaksi dianggap sulit oleh siswa karena memuat perhitungan matematis dan banyak faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Berkaitan dengan hal tersebut, dilakukan studi pendahuluan di 10 sekolah menengah atas di kota Cirebon dan Bandung. Hasil studi pendahuluan tersebut didapat bahwa pada materi laju reaksi, guru lebih memfokuskan pembelajaran pada perhitungan matematis dan cenderung tidak melakukan praktikum mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dikarenakan materi tersebut memiliki jam pelajaran yang terbilang sedikit (3x4JP) dengan beban belajar yang cukup banyak (teori tumbukan, faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi, dan orde reaksi serta persamaan laju reaksi). Padahal,

praktikum merupakan metode yang sesuai untuk menjelaskan materi tersebut karena memberikan pengalaman langsung kepada siswa. Menurut Kustandi dan Sutjipto (2013) pengalaman langsung akan memberikan kesan paling utuh dan paling bermakna mengenai informasi dan gagasan yang terkandung dalam pengalaman itu, oleh karena itu melibatkan indra penglihatan, pendengaran, perasaan, penciuman, dan peraba, yang dikenal dengan learning by doing. Pengaruh suhu terhadap laju reaksi merupakan salah satu sub materi yang jarang diajarkan dengan metode praktikum karena keterbatasan alat dan bahan serta fasilitas laboratorium yang belum memadai. Data dari Kemendiknas (2009) menunjukkan bahwa masih banyak sekolah setingkat sekolah menengah (SMP dan SMA) di Indonesia yang belum memiliki fasilitas laboratorium yang memadai untuk mendukung kegiatan belajar-mengajar di sekolah. Sekolah yang memiliki fasilitas laboratorium IPA pada jenjang pendidikan SMP hanya sekitar 31.82% dengan laboratorium kimia yang hanya 4.57%. Sedangkan pada jenjang SMA, sekolah yang memiliki laboratorium IPA hanya sekitar 27.47% dengan laboratorium kimia yang hanya 19.69%. Salah satu solusi untuk permasalahan tersebut adalah dengan penggunaan courseware multimedia sebagai pengganti pembelajaran yang mengharuskan tersedianya laboratorium. Pada sub materi pengaruh suhu terhadap laju reaksi-pun tidak dijelaskan secara mendalam melalui teori tumbukan. Di dalam penelitiannya, Justi (2012) menyatakan bahwa banyak siswa yang mengalami miskonsepsi pada materi tersebut. Konsep abstrak pada sub materi pengaruh suhu terhadap laju reaksi tidak dapat dijelaskan hanya dengan menggunakan metode ceramah dengan media papan tulis, melainkan harus divisualisasikan agar siswa secara nyata dan jelas memahami konsep tersebut. Menurut Suryani (2006), model simulasi merupakan tool yang cukup fleksibel untuk memecahkan masalah yang sulit. Model simulasi sangat efektif digunakan untuk sistem yang relatif kompleks untuk pemecahan

analitis dari model tersebut. Law dan Kelton dalam Suryani (2006) menyatakan bahwa simulasi didefinisikan sebagai sekumpulan metode dan aplikasi untuk menirukan atau merepresentasikan perilaku dari suatu sistem nyata, yang biasanya dilakukan pada komputer dengan menggunakan perangkat lunak tertentu. Manfaat adanya model simulasi juga dapat mengurangi pemakaian bahan-bahan kimia dan mengurangi limbah yang dihasilkan sehingga sesuai dengan prinsip ramah lingkungan. Multimedia pada submateri pengaruh suhu terhadap laju reaksi sudah banyak terdapat di internet. Salah satunya adalah multimedia yang dikembangkan Pustekkom (2003) yang dapat dilihat pada alamat web berikut ini http://mydiaryzone.blogspot.co.id/2010/07/swf-zone-laju-reaksi.html. Namun, multimedia dalam web tersebut masih memiliki kekurangan. Dalam multimedia tersebut hanya terdapat simulasi visualisasi tumbukan pada suhu tertentu, bukan pemodelan secara nyata dari praktikum pengaruh suhu terhadap laju reaksi. Reaksi yang dilakukan pun tidak dijelaskan melibatkan larutan apa saja, suhu yang digunakan juga tidak diketahui, dan tidak membuktikan teori yang ada bahwa umumnya suatu reaksi berlangsung dua kali lebih cepat jika suhunya dinaikkan 10 o C. Menurut penulis, materi yang dibahas kurang didukung oleh elemen-elemen media pendukung materi seperti video dan gambar/foto. Penjelasan mengenai pengaruh suhu terhadap laju reaksi yang ada dalam multimedia tersebut pun kurang mendalam dan luas. Beberapa hal di ataslah yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian dengan judul Pengembangan Courseware Multimedia Interaktif pada Submateri Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi untuk Siswa SMA. B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka peneliti dapat mengidentifikasi permasalahan yaitu multimedia pengaruh suhu terhadap laju reaksi yang dapat diakses diinternet masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengembangkan courseware multimedia interaktif yang lebih baik. Dalam hal ini, penulis merasa perlu untuk merumuskan permasalahan agar mencapai sasaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah Bagaimana Kelayakan dan Tanggapan Pengguna dari Representasi Courseware Multimedia Interaktif untuk Submateri Pokok Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi?. Permasalahan tersebut diuraikan menjadi beberapa pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana representasi bentuk elemen-elemen media (teks, gambar/foto, video, simulasi, dll) yang akan dikembangkan untuk courseware multimedia interaktif pengaruh suhu terhadap laju reaksi? 2. Bagaimana kelayakan courseware multimedia interaktif pengaruh suhu terhadap laju reaksi yang telah dikembangkan? 3. Bagaimana tanggapan guru dan siswa setelah menggunakan courseware multimedia interaktif pengaruh suhu terhadap laju reaksi yang telah dikembangkan? C. Pembatasan Masalah Masalah dalam penelitian ini dibatasi sampai validasi dan pengujian terbatas keterpakaian Courseware Multimedia Interaktif pada Submateri Pokok Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi pada tahap implementasi model pengembangan ADDIE. D. Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah menghasilkan produk courseware multimedia interaktif pengaruh suhu terhadap laju reaksi untuk siswa SMA kelas XI. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Memperoleh informasi mengenai elemen-elemen media yang diperlukan seperti teks keluaran, gambar/foto, video, dan simulasi dari sub materi pengaruh suhu terhadap laju reaksi. 2. Memperoleh informasi mengenai kelayakan courseware multimedia interaktif pengaruh suhu terhadap laju reaksi yang telah dikembangkan. 3. Memperoleh informasi mengenai tanggapan guru dan siswa terhadap courseware multimedia interaktif pengaruh suhu terhadap laju reaksi yang telah dikembangkan. E. Manfaat Hasil Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat untuk beberapa pihak yang terlibat dalam pelaksanaannya, yaitu: 1. Bagi Siswa Courseware multimedia interaktif pengaruh suhu terhadap laju reaksi yang dikembangkan dapat membangkitkan motivasi dan ketertarikan siswa mempelajari materi pelajaran kimia dan meningkatkan penguasaan konsep siswa pada submateri pengaruh suhu terhadap laju reaksi. 2. Bagi Guru Courseware multimedia interaktif pengaruh suhu terhadap laju reaksi dapat menjadi inovasi baru dalam pembelajaran kimia di sekolah. Selain itu juga dapat memfasilitasi sekolah yang belum memiliki laboratorium yang memadai untuk menunjang dilakukannya pembelajaran dengan metode praktikum pada submateri pengaruh suhu terhadap laju reaksi. 3. Bagi Peneliti lain

Courseware multimedia interaktif pengaruh suhu terhadap laju reaksi yang dihasilkan dapat dikembangkan kembali untuk penelitian lebih lanjut guna menghasilkan produk yang lebih baik. F. Struktur Organisasi Penulisan Skripsi Struktur organisasi skripsi merujuk pada pedoman penulisan karya ilmiah UPI. Terdapat tiga bagian dalam penulisan skripsi ini yaitu bagian awal, bagian tengah dan bagian akhir. Bagian awal terdiri dari lembar judul, lembar pengesahan, lembar persembahan, lembar pernyataan, kata pengantar, ucapan terima kasih, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar lampiran. Bagian tengah terdiri dari lima BAB, yaitu: 1. BAB I berisi pendahuluan, yang terdiri atas latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi penulisan skripsi. 2. BAB II berisi kajian pustaka, yang memiliki peran penting dalam penelitian ini. Kajian pustaka berfungsi sebagai landasan teoritis dalam menyusun rumusan masalah dan tujuan penelitian. Kajian pustaka membahas mengenai konsep-konsep dan teori-teori yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. 3. BAB III berisi metode penelitian yang dijelaskan secara rinci, terdiri atas subjek penelitian, metode penelitian yang dipilih, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik pengolahan data. 4. BAB IV berisi hasil penelitian dari identifikasi dan analisis data yang dihubungkan dengan kajian pustaka untuk menghasilkan jawaban dari rumusan masalah.

5. BAB V berisi simpulan dan saran. Simpulan merupakan jawaban dari rumusan masalah yang dituliskan dengan cara poin-poin. Saran ditujukan kepada peneliti yang berminat untuk melakukan penelitian selanjutnya. Bagian akhir dari penulisan skripsi ini adalah daftar pustaka dan lampiran. Daftar pustaka memuat semua sumber tertulis yang pernah dikutip dan digunakan dalam pengembangan penelitian dan penyusunan skripsi. Daftar pustaka disusun secara alfabetis tanpa nomor urut. Lampiran berisi semua dokumen yang digunakan dalam pengembangan dan penulisan hasil penelitian.