BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
PERENCANAAN PERLINDUNGAN

BAB III METODE PEMETAAN EKOREGION PROVINSI

BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

Membangun Kesadaran Masyarakat Melalui Strategi Pro Green Regulation & Budgeting dan Pro Green Law Enforcement

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

INDIKATOR KINERJA INDIVIDU

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PENAATAN HUKUM LINGKUNGAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 810 TAHUN : 2011

PENDAHULUAN Latar Belakang

4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan United Nations Convention on Biological Diversity (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa

BUPATI LUWU PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE

Kajian Hukum Penataan Ruang Berbasiskan Ekosistem dan Peluang Penerapan EU RED (EU Renewable Energy Source Directive)

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURANDAERAH KOTA MAKASSAR NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

BUPATI SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2013 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2013 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

RANCANGAN STRUKTUR ORGANISASI PERANGKAT DAERAH (DLHK) PROVINSI BANTEN TAHUN 2017

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 18/MEN/2007 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

GUBERNUR SULAWESI BARAT

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2006 TENTANG PROGRAM MENUJU INDONESIA HIJAU

INTEGRASI MUATAN RTRW DAN RPJM PROPINSI LAMPUNG SEKTOR LINGKUNGAN HIDUP. Oleh : Zumrodi

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BUPATI TANA TORAJA PROVINSI SULAWESI SELATAN

I. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR TAHUN 2014 SERI E NOMOR TAHUN 2014

PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN ATAU PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BERKAITAN DENGAN KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

D i n a s K e h u t a n a n d a n L i n g k u n g a n H i d u p D a e r a h P r o v i n s i B a n t e n T a h u n

Payung Hukum. 1. kewajiban memperhatikan perlindungan fungsi lingkungan hidup. Menurut UU. Mengawal Hukum Lingkungan

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 02 TAHUN 2012

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RENCANA AKSI KEBIJAKAN KELAUTAN INDONESIA

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

GUBERNUR SUMATERA BARAT

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 KEPALA BIDANG TATA LINGKUNGAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN MALANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2012

BUPATI BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

BUPATI TOLITOLI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 10 TAHUN 2013 T E N T A N G PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH

BUPATI MUARA ENIM PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

Mata Ajaran : Manajemen Lingkungan Rumah Sakit Topik : Lingkungan Hidup & Sistem Manajemen Lingkungan RS Minggu Ke : II

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL TENTANG

PENATAAN RUANG BERBASIS EKOSISTEM DAN PELUANG PENERAPAN EU RED (SATU KAJIAN HUKUM)

-2- saling melengkapi dan saling mendukung, sedangkan peran KLHS pada perencanaan perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup bersifat menguatkan. K

UKL DAN UPL TPA SAMPAH TALANGAGUNG KECAMATAN KEPANJEN KABUPATEN MALANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

2012, No.62 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang K

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN TAHUN: 2011 NOMOR : 2 SERI : E PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 4..TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2016 SERI E. 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nom

BAB I PENDAHULUAN. ruang aktivitas manusia dan budayanya tidak bisa lepas dari atmosfir, biosfir,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 150 TAHUN 2000 TENTANG PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS

PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Banten adalah salah satu daerah pemekaran yang dulu termasuk dalam wilayah Karesidenan Banten, Provinsi Jawa Barat, dan terbentuk melalui Undang undang No. 23 Tahun 2000. Pada awalnya, Provinsi Banten terdiri dari empat kabupaten yaitu Kabupaten-kabupaten Pandeglang, Lebak, Tangerang, dan Serang serta dua kota, yaitu Kota Tangerang dan Kota Cilegon. Namun dalam perkembangannya terjadi pemekaran wilayah, dimana Kabupaten Serang menjadi Kabupaten Serang dan Kota Serang, sedangkan Kabupaten Tangerang dimekarkan juga menjadi Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang Selatan. Dengan demikian Provinsi Banten saat ini terdiri dari empat kabupaten dan empat kota. Proses pemekaran seperti tergambar di atas menunjukkan bahwa Provinsi Banten merupakan salah satu provinsi di tanah air yang berkembang secara cepat. Apalagi, secara geografis Provinsi Banten berdampingan dengan Provinsi DKI Jakarta (berjarak hanya sekitar 90 km), sehingga pengaruh perkembangan ibu kota terhadap perkembangan Provinsi Banten tidak dapat dihindari dan provinsi baru ini menjadi salah satu penyangga (hinterland) perkembangan DKI Jakarta. Selain itu, Provinsi Banten juga terletak di ujung barat dari Pulau Jawa, sehingga dengan posisi ini Provinsi Banten menjadi sangat strategis karena menjadi jalur penghubung darat antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Oleh karena itu, perkembangan wilayah di provinsi ini adalah suatu keniscayaan yang harus terjadi, oleh sebab itu pembangunan ke depan harus dirancang dengan konsep ramah lingkungan agar kesejahteraan rakyat dapat dicapai dengan arti yang sesungguhnya. Salah satu alat untuk mengontrol pembangunan yang berwawasan lingkungan adalah perencanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup seperti yang dituangkan dalam Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tersebut tahap perencanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup memerlukan suatu pranata yang disebut Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH). RPPLH ini dapat dicapai melalui dua tahapan, yaitu inventarisasi lingkungan hidup dan penetapan wilayah ekoregion. RPPLH selanjutnya menjadi dasar penyusunan Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten I - 1

pembangunan dan harus dimuat dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Dalam Pasal 10 Ayat 4 dari undang-undang tersebut, dinyatakan bahwa RPPLH mempunyai empat muatan, yaitu rencana tentang (1) pemanfaatan/pencadangan sumber daya alam, (2) pemeliharaan dan perlindungan kualitas/fungsi lingkungan hidup, (3) pengendalian, pemantauan, serta pendayagunaan dan pelestarian sumber daya alam, dan (4) adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim. Dengan demikian penentuan materi muatan RPPLH wajib dilakukan melalui (1) analisis dokumen perencanaan yang terkait, (2) analisis dan telaah ekosistem dan jasanya yang berbasis ekoregion, dan (3) analisis tata ruang penentuan daya dukung dan daya tampung yang berbasis ekoregion. Dari uraian perencanaan di atas cukup jelas bahwa untuk dapat melakukan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, maka kegiatan inventarisasi lingkungan hidup, penetapan ekoregion, dan penyusunan RPPLH menjadi hal yang mendasar dan wajib dilakukan oleh pemerintah daerah untuk menyongsong pembangunan ke depan. Tujuan dilakukannya inventarisasi lingkungan hidup adalah untuk memperoleh data dan informasi mengenai sumber daya alam, sedangkan tujuan penetapan ekoregion adalah menyusun dan mengelopokkan wilayah-wilayah geografis suatu daerah yang memiliki kesamaan ciri iklim, tanah, air, flora dan fauna asli, serta pola interaksi manusia dengan alam yang menggambarkan integritas sistem alam dan lingkungan hidup yang kesemuanya didasarkan pada hasil inventarisasi lingkungan hidup. 1.2. Maksud dan Tujuan Maksud dari penetapan ekoregion Provinsi Banten adalah mempunyai data dan informasi terkait dengan ekoregion provinsi yang akan digunakan sebagai salah satu acuan dasar dalam penyusunan rencana perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup (RPPLH). Adapun tujuan dari penetapan ekoregion Provinsi Banten adalah menentukan dan memetakan bentanglahan (landscape) di provinsi ini menjadi satuan-satuan wilayah ekologis (ekoregion) yang mempertimbangkan aspek-asdpek litosfir, hidrosfir, biosfir, dan atmosfir. 1.3. Manfaat a. dapat menjadi satuan analisis untuk penetapan daya dukung dan daya tampung lingkungan Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten I - 2

b. menjadi dasar dalam memberikan arah untuk penetapan rencana perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup (RPPLH) dan untuk perencanaan pembangunan yang disesuaikan dengan karakter wilayah provinsi dan wilayah tetangga c. memudahkan dalam melakukan kerjasama terkait dengan pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup yang mengandung persoalan pemanfaatan, pencadangan sumber daya alam, maupun persoalan lingkungan hidup d. menjadi acuan untuk pengendalian dan pelestarian jasa ekosistem/lingkungan yang mempertimbangkan keterkaitan antar ekosistem yang satu dengan ekosistem yang lain dalam satu ekoregion, sehingga dapat dicapai suatu produktivitas optimal untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan e. menjadi acuan pemetaan Ekoregion Kabupaten yang digunakan sebagai dasar untuk penetapan RPPLH dan perencanaan pembangunan yang sesuai dengan karakter ekosistem di setiap kabupaten 1.4. Referensi Hukum 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup; 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya; 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Keanekaragaman Hayati (Biological Diversity) Konvensi PBB; 4. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan; 5. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air; 6. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; 7. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir; 8. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana 9. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; 10. Undang undang Nomor 37 Tahun 2014 tentang Konservasi Tanah dan Air 11. Undang Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah 12. Kep Men LH No. 110 Tahun 2003 tentang Pedoman Penetapan Daya Tampung Beban Pencemar Air Pada Sumber Air; 13. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air; 14. Peraturan Pemerintah RI No. 43 tentang Air Tanah; 15. Per Men LH No. 27 Tahun 2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS); Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten I - 3

16. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 10 tahun 2012 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup 17. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 4 Tahun 2012 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Banten Tahun 2012-2017 (Lembaran Daerah Prov Banten Tahun 2012 Nomor 42) 18. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 2 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten Tahun 2010-2030 19. Peraturan Gubernur Banten Nomor 63 Tahun 2014 tentang Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air Minum Provinsi Banten 20. Peraturan Daerah Provinsi Banten No 1 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana 21. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 5 tahun 2014 tentang Perlindungan Pertanian Pangan Berkelanjutan 22. Peraturan Gubernur Banten Nomor 99 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Gubernur Banten Nomor 18 Tahun 2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Bnaten Nomor 8 Tahun 2003 tentang Pengembangan Pemanfaatan Air 23. Keputusan Gubernur Banten No 672 tahun 2001 tentang Pengendalian Air Permukaan 24. Keputusan Gubernur Banten No 672 tahun 2001 tentang Pedoman Pengelolaan Air Bawah Tanah 1.5. Hasil Yang Diharapkan Hasil diharapkan dari kegiatan Penyusunan Penyusunan Kajian Teknis Penetapan Ekoregion Banten adalah : 1. Peta Ekoregion Provinsi Banten, skala dasar 1 : 250.000 2. Identifikasi dan deskripsi karakteristik setiap satuan ekoregion. 1.6. Ruang Lingkup Kegiatan Kajian penetapan ekoregion mencakup seluruh wilayah di Provinsi Banten, sedangkan pemetaan ekoregion meliputi tahapan-tahapan : delineasi batas ekoregion, deskripsi karakteristik ekoregion, dan penyajian peta secara kartografis. Delineasi batas ekoregion didasarkan pada Peta Ekoregion Pulau/Kepulauan atau Peta Ekonusa dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) skala 1:500.000 (KLH, 2013) yang kemudian dipilah lebih rinci (lebih detil) dengan tetap mempertimbangkan aspek-aspek morfologi dan morfogenesis Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten I - 4

bentanglahan (sebagai deliniator ekoregion) yang bersifat statis, yaitu pada kedetilan skala 1:250.000. Format deskripsi ekoregion yang dibuat mengacu pada Peta Ekoregion Pulau/Kepulauan dengan isi yang lebih detil lagi sesuai dengan hasil inventarisasi lingkungan hidup dan hasil kerja lapangan pada saat verifikasi penetapan ekoregion. Persebaran ekoregion provinsi mengacu pada batas morfologi dan morfogenesis yang baru (sebagai satuan pemetaan) untuk diintegrasikan dengan peta iklim (isohyet curah hujan tahunan) dan peta komunitas vegetasi. Selanjutnya peta ekoregion provinsi disajikan secara kartografis pada skala 1 : 250.000. 1.7. Jangka Waktu Pelaksanaan Kegiatan Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan yang disyaratkan dalam KAK yaitu selama 4 (empat) bulan kalender pada dasarnya dapat dipenuhi oleh Konsultan. Untuk itu Konsultan akan menyusun rencana pelaksanaan pekerjaan secara efektif dan efisien. 1.8. Kebutuhan Dan Layanan Tenaga Ahli Dalam pelaksanaan kegiatan ini tenaga ahli yang dibutuhkan adalah yang menguasai bidang-bidang sebagai berikut: 1. Team Leader/Ahli Geomorfologi-Geologi, Magister (S2) Geomorfologi yang berpengalaman minimal 6 tahun; 2. Ahli Ekologi, Sarjana S1 Biologi/Teknik Lingkungan yang berpengalaman di bidang penyusunan ekoregion/pengelolaan lingkungan sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun 3. Ahli Pemetaan, minimal Sarjana S1 Geografi yang berpengalaman minimal 4 tahun 4. Ahli Pengembangan Wilayah, minimal Sarjana S1 Perencanaan Wilayah yang berpengalaman di bidang analisis perencanaan tata ruang wilyah sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun, dan mempunyai SKA. Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten I - 5