BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. menyatakan ijab dan yang kedua menyatakan qabul, yang kemudian

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Sekilas Tabungan Wisata Sejarah Tabungan Wisata

BAB II LANDASAN TEORI. yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip. Menurut pendapat lain, Wadi ah adalah akad penitipan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK SIMPANAN WADI AH BERJANGKA DI BMT TEGAL IJO DESA GANDUL KECAMATAN PILANGKENCENG KABUPATEN MADIUN

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 Tabungan

BAB III PEMBAHASAN Pengertian Wadi ah Yad Dhamanah

BAB II LANDASAN TEORI. yang dituju. Jadi pada dasarnya strategi (strategy) adalah alat untuk

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN BAGI HASIL DALAM PEMBIAYAAN MUSHA>RAKAH DI BMT AN-NUR REWWIN WARU SIDOARJO

BAB II LANDASAN TEORI. deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan secara luas dinegara lain untuk menyebutkan bank dengan prinsip

PRODUK PERHIMPUNAN DANA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS PENERAPAN AKAD WADI AH PADA PRODUK TABUNGAN ZIARAH DI KOPENA PEKALONGAN

Porsi. Nasabah. Porsi. Bank. SUMBER DANA: Giro Wadiah Tab Wadiah Tab. Mudharabah Dep. Mudharabah Equity. Profit Distribution.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MUDHARABAH. dimana pihak pertama bertindak sebagai pemilik dana (shahibul mal)

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI TABUNGAN RENCANA MULTIGUNA DI PT. BANK SYARI AH BUKOPIN Tbk. CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS TENTANG APLIKASI PERJANJIAN SEWA SAFE DEPOSIT BOX DITINJAU DARI BNI SYARIAH HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

monay, dalam perbankan dan pembolehan sepekulasi menyebabkan penciptaan uang

BAB II PRODUK PENGHIMPUNAN DANA

Mura>bahah adalah istilah dalam fikih Islam yang

BAB III PEMBAHASAN. Lancar) yang merupakan produk unggulan dari Koperasi Jasa Keuangan. Syariah tersebut. SIRELA (Simpanan Suka Rela Lancar) merupakan

FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 81/DSN-MUI/III/2011 Tentang

BAB IV. oleh Baitul mal wat Tamwil kepada para anggota, yang bertujuan agar anggota

BAB IV ANALISIS LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN LETTER OF CREDIT PADA BANK MANDIRI SYARI AH

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK PEMANFAATAN BARANG TITIPAN. A. Analisis Praktik Pemanfaatan Barang Titipan di Kelurahan Kapasari

BAB I PENDAHULUAN. usaha prospektif namun padanya tidak memiliki permodalan berupa keuangan

KEMENTRIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG FAKULTAS SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perbankan syariah merupakan suatu sistem perbankan yang

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Simpanan Pelajar (SIMPEL) KSPPS BMT Al-Hikmah Ungaran

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK MURA>BAH}AH PROGRAM PEMBIAYAAN USAHA SYARIAH (PUSYAR) (UMKM) dan Industri Kecil Menengah (IKM)

MUD{A<RABAH DALAM FRANCHISE SISTEM SYARIAH PADA KANTOR

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA

BAB I PENDAHULUAN. syariah dapat menjawab segala permasalahan ekonomi yang memiliki unsur riba

BAB II PRINSIP PRINSIP BAGI HASIL

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PEMBAHASAN. Akad wadi ah merupakan sesuatu akad yang bersifat tolong-menolong

BAB II LANDASAN TEORITIS. memenuhi kebutuhan, keinginan, dan kepuasan nasabahnya.

BAB II LANDASAN TEORI. A. Konsep Akad Bai Bitsaman Ajil dalam Fiqh Muamalah

BAB IV ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002 TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM AKAD RAHN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENERAPAN SYARAT HASIL INVESTASI MINIMUM PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH UNTUK SEKTOR PERTANIAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN KOMISI KEPADA AGEN PADA PRULINK SYARIAH DI PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE NGAGEL SURABAYA

Raja Grafindo Persada, 2016, hlm.99

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONAL WADI< AH PADA TABUNGAN ZAKAT DI PT. BPRS BAKTI MAKMUR INDAH

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

DANA TALANGAN H A J I. خفظ اهلل Oleh: Ustadz Dr. Erwandi Tirmidzi, MA. Publication: 1433 H_2012 M DANA TALANGAN HAJI

MENELUSURI FATWA DSN-MUI TENTANG EKONOMI SYARI AH (Produk Penghimpunan Dana)

BAB IV ANALISIS PENENTUAN NISBAH BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM DI BMT BINTORO MADANI DEMAK

BAB 1 PENDAHULUAN. kenaikan yang baik. Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) seperti. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) dan Koperasi JASA Keuangan Syariah

BAB IV FATWA DSN NO. 02/DSN-MUI/IV/2000 TENTANG TABUNGAN. A. Fatwa DSN NO. 02/DSN-MUI/IV/2000 tentang Tabungan

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA. Pada bagian ini penulis akan menguraikan tentang data-data yang di

BAB II LANDASAN TEORI. dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan

BAB II PEMBIAYAAN MURABAHAH

BAB II LANDASAN TEORI. A. Konsep Akad Musyarakah dalam Fiqh Muamalah. tanggung jawab yang sama. Musyarakah bisa berbentuk mufawadhah atau

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS. Al- Baqarah : 275).

HILMAN FAJRI ( )

A. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak bisa tidak harus terkait dengan persoalan akad

Pada hakikatnya pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di Bank. pemenuhan kebutuhan akan rumah yang disediakan oleh Bank Muamalat

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN UANG MUKA. Secara bahasa, murābahah berasal dari kata ar-ribhu ( الر بح ) yang

BAB I PENDAHULUAN. modern yang melayani masyarakat pemakai jasa-jasa keuangan. Lembaga

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dan bank muamalat merupakan bank pertama yang ada di indonesia.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. membayangkan mesti di dasarkan pada dua konsep hukum Mudhârabah dan

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

BAB III WADIAH DALAM PERSPEKTIF FIQH

1. Firman Allah QS. al-nisa' [4]: 29: 2. Firman Allah QS. al-ma'idah [5]: 1: 3. Firman Allah QS. al-baqarah [2]: 283:

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TABUNGAN ZAKAT AL-WADI< AH DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB II LANDASAN TEORI

mura>bahah terdapat berbagai formulasi definisi yang berbeda-beda

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN BAGI HASIL MUDHARABAH PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DI KSPS BMT LOGAM MULIA

BAB I PENDAHULUAN. hukum Islam. Pembentukan sistem ini berdasarkan adanya larangan dalam agama Islam untuk

BAB III TINJAUAN UMUM AQAD MURABAHAH DALAM FIQH MUAMALAH. Kata aqad dalam kamus bahasa arab berasal dari kata ع ق د - ی ع ق د - ع ق د ا yakni

Bagi YANG BERHUTANG. Publication: 1434 H_2013 M. Download > 600 ebook Islam di PETUNJUK RASULULLAH

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN TABUNGAN PAKET LEBARAN DI KJKS BMT-UGT SIDOGIRI CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

4. Firman Allah SWT QS. al-baqarah (2):278 45)& %*('! Hai orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba jika kamu orang yang b

BAB II LANDASAN TEORI

Contoh Penghitungan Murabahah (Hipotesis)

PENERAPAN AKAD WADI AH PADA PRODUK SIMPANAN ARISAN BERKAH DI KSPPS BMT HARAPAN UMAT PATI CABANG GABUS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG DANA ZAKAT MA L DI YAYASAN NURUL HUDA SURABAYA. A. Analisis Mekanisme Hutang Piutang Dana Zakat

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan masyarakat yang semakin berkembang merupakan efek dari era

BAB II AKAD MUDHARABAH DAN DEPOSITO MUDHARABAH DALAM FIQIH MUAMALAH. A. Akad Mudharabah dalam Fiqih Muamalah

BAB III TINJAUAN TENTANG IMPLEMENTASI SIMPANAN MUDHARABAH BERJANGKA (DEPOSITO)

BAB I PENDAHULUAN. Di samping itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukarkan uang,

BAB I PEDAHULUAN. peluang terjadinya jual-beli dengan sistem kredit atau tidak tunai dalam

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU

BAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH. Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

MURA<BAH{AH BIL WAKA<LAH DENGAN PENERAPAN KWITANSI

BAB IV ANALISIS TERHADAP MEKANISME PEMBIAYAAN EMAS DENGAN AKAD RAHN DI BNI SYARIAH BUKIT DARMO BOULEVARD CABANG SURABAYA

Transkripsi:

Tamwil. 2 Pasal 1 angka 21 Undang-Undang Nomor 21 Tahun BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Tabungan Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Nasabah jika hendak mengambil simpanannya dapat datang langsung ke bank dengan membawa buku tabungan, slip penarikan, atau melalui fasilitas ATM. 1 Adapun yang dimaksud dengan tabungan syariah adalah simpanan yang dijalankan berdasarkan prinsipprinsip syariah. Pada dasarnya tabungan dan simpanan itu sama akan tetapi di dalam prakteknya tabungan digunakan pada bank syariah dan simpanan digunakan pada Baitul Maal wa 2008 tentang perbankan syariah yang menyebutkan bahwa tabungan adalah simpanan berdasarkan akad wadiah atau investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain 1 Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, Yogyakarta:Gadjah Mada University Press, 2009, hlm.92 2 Wawancara dengan Kunaefi Abdillah S. Ag selaku Manager BMT El Amanah Kendal 18

19 yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat dan ketentuan tertentu yang disepakati. 3 Islam dalam hal ini mempunyai dua prinsip perjanjian yang sesuai diimplementasikan dalam produk perbankan berupa tabungan, yaitu wadiah dan mudharabah. Hampir sama dengan giro, pilihan terhadap produk ini tergantung keinginan dari nasabah. Jika hanya ingin menyimpan saja maka bisa dipakai produk tabungan wadiah, sedangkan jika untuk memenuhi nasbah yang ingin berinvestasi atau mencari keuntungan maka yang ditawarkan dan yang sesuai adalah tabungan mudharabah. Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal (dana), sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola dana (mudharib) dalam suatu kegiatan produktif. Perbankan syariah secara singkat memiliki dua macam produk tabungan, yaitu tabungan wadiah dan tabungan mudharabah. Perbedaan utama dengan tabungan diperbankan konvensional adalah tidak dikenalnya suku bunga tertentu yang diperjanjikan, yang ada adalah nisbah atau presentase bagi hasil pada tabungan mudharabah dan bonus pada tabungan wadiah. 3 Pasal 1 Undang-Undang Perbankan Syariah

20 B. Landasan Hukum Tabungan Fatwa Dewan Syariah Nasional No:02/DSN- MUI/IV/2000 tentang Tabungan: Menimbang a. Bahwa keperluan masyarakat dalam peningkatan kesejahteraan dan dalam penyimpanan kekayaan, pada masa kini, memerlukan jasa perbankan; dan salah satu produk perbankan di bidang penghimpunan dana dari masyarakat adalah tabungan, yaitu simpanan dana yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang telah disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu; b. Bahwa kegiatan tabungan tidak semuanya dapat dibenarkan oleh hukum Islam (syari ah); c. Bahwa oleh karena itu, DSN memandang perlu menetapkan fatwa tentang bentuk-bentuk mu amalah syar ah untuk dijadikan pedoman dalam pelaksanaan tabungan pada bank syari ah.

21 Mengingat 1. Firman Allah QS.Al-Baqarah ayat 283 Artinya : Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak mendapatkan seorang penulis, maka hendaklah ada barang jaminan yang dipegang, (oleh yang berpiutang). Tetapi, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya. Dan janganlah kamu (parasaksi) menyembunyikan kesaksian, karena barang siapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdoa hatinya dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

22 2. Hadist riwayat Ibnu Majah: ع ه ص ال ح ب ه ص ه ي ب ع ه أ ب ي ه ق ال ق ال ر س ى ل هللا صلى هللا عليه وسلم ث ل د ف ي ه ه ال ب ر ك ت ال ب ي ع إ ل ى أ ج ل و ال م ق ا ر ض ت و أ خ ل ط ال ب ر ب ا لش ع ي ر ل ل ب ي ج ل ل ل ب ي ع Dari Shalih bin Shuhaib r.a.bahwa Rasulullah saw. bersabda, Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual. (HR. Ibnu Majah n0. 2280, kitab at-tijarah) 3. Ijma. Diriwayatkan, sejumlah sahabat menyerahkan (kepada orang, mudharib) harta anak yatim sebagai mudharabah dan tak ada seorang pun mengingkari mereka. Karenanya, hal itu dipandang sebagai ijma (Wahbah Zuhaily, al-fiqh al-islami wa Adillatuhu, 1989, 4/838) 4. Qiyas. Transaksi mudharabah diqiyaskan kepada transaksi musaqah. 5. Kaidah fiqh: ا أل ص ل ف ى ال م ع ا م ل ث ا ل ب ا ح ت إ ل أ ن ي ذ ل ذ ل ي ل ع ل ى ح ح ر ي م ه ا Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya. 6. Para ulama menyatakan, dalam kenyataan banyak orang yang mempunyai harta namun tidak mempunyai

23 kepandaian dalam usaha memproduktifkannya; sementara itu, tidak sedikit pula orang yang tidak memiliki harta namun ia mempunyai kemampuan dalam memproduktifkannya. Oleh karena itu, diperlukan adanya kerjasama di antara kedua pihak tersebut. Memutuskan Kedua: Ketentuan Umum Tabungan berdasarkan Mudharabah: 1. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul mal atau pemilik dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana. 2. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syari ah dan mengembangkannya, termasuk di dalamnya mudharabah dengan pihak lain. 3. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan bukan piutang. 4. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening.

24 5. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya. 6. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan. Menetapkan: Fatwa tentang Tabungan Pertama: Tabungan ada dua jenis: 1. Tabungan yang tidak dibenarkan secara syariah, yaitu tabungan yang berdasarkan perhitungan bunga 2. Tabungan yang dibenarkan, yaitu tabungan yang berdasarkan prinsip Mudharabah dan Wadiah. Kedua: Ketentuan Umum Tabungan berdasarkan Mudharabah: 1. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul mal atau pemilik dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana. 2. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip dan mengembangkannya, termasuk di dalamnya mudharabah dengan pihak lain 3. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan bukan piutang.

25 4. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening. 5. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya. 6. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan. Ketiga: Ketentuan Umum Tabungan berdasarkan Wadiah: 1. Bersifat simpanan 2. Simpanan bisa diambil kapan saja (on call) atau berdasarkan kesepakatan. 3. Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian ( athaya) yang bersifat sukarela dari pihak bank. Ditetapkan di: Jakarta Tanggal: 26 Dzulhijjah 1420 H/1 April 2000 M 4 4 Zainuddin Ali, Hukum Perbankan Syariah, Jakarta:Sinar Grafika, 2008, hlm.244-245

kembali. 5 Wadi ah itu diambil dari lafazh wad al-sya i 26 C. Pengertian Wadiah Wadi ah dalam bahasa fiqh berarti barang titipan atau memberikan, juga memberikan harta untuk dijaganya dan pada penerimanya. Karena itu, istilah wadi ah sering disebut sebagai sesuatu yang ditempatkan bukan pada pemiliknya supaya dijaga. Sedangkan Al-Qur an memberikan arti wadi ah sebagai amanat bagi orang yang menerima titipan dan ia wajib mengembalikannya pada waktu pemilik meminta (menitipkan sesuatu) dengan makna meninggalkannya. Dinamakan sesuatu yang dititipkan seseorang kepada yang lain untuk menjaganya bagi dirinya dengan wadi ah karena ia meninggalkannnya pada pihak yang dititipi. Oleh karena itu, secara bahasa, wadi ah berarti sesuatu yang diletakkan pada selain pemiliknya agar dipelihara atau dijaga. Wadi ah ini merupakan nama yang berlawanan antara memberikan harta untuk dipelihara dengan penerimaan yang merupakan mashdar dari awda a (ida ) yang berarti titipan dan membebaskan atas barang yang dititipkan. Pengertian wadi ah secara istilah, di antara para fuqaha terjadi perbedaan dalam redaksional; namun demikian, 5 Dwi Suwiknyo, Kompilasi Tafsir Ayat-Ayat Ekonomi Islam, Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2010, hlm.295

27 secara substantif pengertian wadi ah yang didefinisikan para fuqaha tersebut tidak jauh berbeda. Hanafiyah misalnya, mengartikan wadi ah dengan penguasaan kepada pihak lain untuk menjaga hartanya, baik secara sharih maupun dalalah. Sedangkan Malikiyyah hampir mirip dengan Syafi iyyah mengartikan wadi ah dengan perwakilan dalam menjaga harta yang dimiliki atau dihormati secara khusus dengan cara tertentu. Hanabillah mengartikan wadi ah dengan akad perwakilan dalam penjagaan harta yang bersifat tabarru atau akad penerimaan harta titipan sebagai wakil dalam penjagaannya. Dari beberapa definisi di atas, maka secara kumulatif dapat disimpulkan bahwa wadi ah memiliki dua pengertian. Pertama, pernyataan dari seseorang yang memberikan kuasa atau mewakilkan kepada pihak lain untuk memelihara atau menjaga hartanya. Kedua, sesuatu atau harta yang dititipkan seseorang kepada pihak lain agar dipelihara atau dijaganya. Pada pengertian yang pertama wadi ah lebih diartikan sebagai tasharuf yang dilakukan oleh pemilik harta kepada pihak lain untuk menjaga hartanya, sedangkan dalam pengertian yang kedua wadi ah lebih diartikan sebagai harta yang dititipkan oleh pemiliknya kepada pihak lain. Wadi ah adalah permintaan dari seseorang kepada pihak lain untuk mengganti dalam memelihara atau menjaga

28 hartanya, yakni permintaan untuk mengganti pihak yang memiliki harta. Hal ini berarti bahwa wadi ah itu menetapkan permintaan mengganti posisi pemilik harta untuk menjaganya. Dalam konteks ini, wadi ah memiliki makna yang sama dengan wakalah, di mana pemilik harta mewakilkan kepada pihak lain untuk menjaga dan atau memelihara hartanya. Dari pemaknaan ini, maka dapat dipahami pula bahwa wadi ah itu pada hakikatnya adalah amanat yang diberikan oleh pemilik harta kepada pihak yang dititipi dan wajib mengembalikannya kepada pemiliknya pada saat pemilik menghendakinya. Hal ini disebabkan wadi ah dan amanah merupakan dua kata untuk makna yang hampir sama (sinonim), meskipun tidak persis sama. Wadi ah merupakan permintaan secara sengaja untuk menjaga, sedang amanah adalah sesuatu yang diserahkan kepada seseorang, baik dengan maksud wadi ah atau bukan. Dalam hal ini, wadi ah adalah kepercayaan dalam makna khusus, sedang amanah adalah kepercayaan dalam makna umum. 6 D. Landasan Hukum Wadiah 1. Al-Qur an a. QS. An-Nisa ayat 58 6 Yadi Janwari, Lembaga Keuangan Syariah, Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2015, hlm.2-3

29 Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk menyampaikan amanat (titipan), kepada yang berhak menerima, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Pendengar lagi Maha Melihat. b. QS. Al-Baqarah ayat 283 Artinya: Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang ). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan

30 amanatnya ( hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barang siapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya;dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. 2. Hadits ع ه أ ب ي ه ر ي ر ة ق ال ق ال الى ب ي ص ل ى الل ه م ع ل ي ه و س ل م أ د ا ل م او ت إ ل ى م ه ائ خ م ى ك و ل ح خ ه م ه خ او ك Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda, Sampaikanlah (tunaikanlah) amanat kepada yang berhak menerimanya dan jangan membalas khianat kepada orang yang telah mengkhianatimu. (HR. Abu Dawud dan menurut Tirmidzi hadits ini hasan, sedang Imam Hakim mengkategorikannya sahih). 3. Ijma Para tokoh ulama Islam sepanjang zaman telah melakukan ijma (konsensus) terhadap legitimasi alwadi ah karena kebutuhan manusia terhadap hal ini jelas terlihat, seperti dikutip oleh Dr. Azzuhaily dalam al-fiqh al-islami wa Adillatuhu dari kitab al-mughni wa Syarh Kabir li Ibni Qudhamah dan Mubsuth li Imam Sarrakhsy. 4. Fatwa DSN-MUI No.36/DSN-MUI/X/2002 tentang Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) menentukan sebagai berikut:

31 Pertama: 1) Bank Indonesia selaku bank sentral boleh menerbitkan instrumen moneter berdasarkan Prinsip Syariah yang dinamakan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI), yang dapat dimanfaatkan oleh bank syariah untuk mengatasi kelebihan likuiditasnya. 2) Akad yang digunakan untuk instrumen SWBI adalah akad wadiah sebagaimana diatur dalam Fatwa DSN No.01/DSN-MUI/IV/2000 tentang Tabungan. 3) Dalam SWBI tidak boleh ada imbalan yang diisyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian ( athaya) yang bersifat sukarela dari pihak Bank Indonesia. 4) SWBI tidak boleh diperjualbelikan. Kedua: Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya. Fatwa DSN-MUI No.63/DSN-MUI/XII/2007 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS). 7 7 Nasaruddin Umar, Perbankan Syariah, Jakarta:Prenadamedia Group, 2014, hlm.403

32 E. Jenis-Jenis Wadiah 1. Wadiah Yad Al-Amanah Wadiah Yad Al-Amanah merupakan titipan murni dari pihak yang menitipkan barangnya kepada pihak penerima titipan. Pihak penerima titipan harus menjaga dan memelihara barang titipan dan tidak diperkenankan untuk memanfaatkannya. Penerima titipan akan mengembalikan barang titipan dengan utuh kepada pihak yang menitipkan setiap saat barang itu dibutuhkan. Dalam aplikasi perbankan syariah, produk yang dpaat ditawarkan dengan menggunakan akad al-wadiah yad al-amanah adalah save deposit box. Dalam produk save deposit box, bank menerima titipan barang dari nasabah untuk ditempatkan di kotak tertentu yang disediakan oleh bank syariah. Bank syariah wajib menjaga dan memelihara kotak itu. Bank syariah perlu tempat dan petugas untuk menjaga dan memelihara titipan nasabah, sehingga bank syariah akan membebani biaya administrasi yang besarnya sesuai dengan ukuran kotak itu. Pendapatan atas jasa save deposit box termasuk dalam fee based income. Skema akad Wadiah Yad Al-Amanah

33 1.Titipan barang NASABAH PENITIP 2. Fee penitipan barang BANK SYARIAH PENERIMA 3. Pengembalian barang titipan Keterangan: 1. Nasabah menitipkan barang kepada bank syariah dengan menggunakan akad al-wadiah yad al- Amanah. Bank syariah menerima titipan, dan barang yang dititipkan akan ditempatkan dalam tempat penyimpanan yang aman. Bank syariah akan menjaga dan memelihara barang itu. 2. Atas penitipan barang oleh nasabah kepada bank syariah, maka nasabah dibebani biaya oleh bank syariah. Biaya ini diperlukan sebagai biaya pemeliharaan dan biaya sewa atas tempat penyimpanan barang titipan nasabah. Biaya yang dibayar oleh nasabah penitip bagi bank syariah merupakan pendapatan fee.

34 3. Bank syariah akan mengembalikan barang titipan sewaktu-waktu diperlukan attau diambil oleh nasabah. Karakteristik Wadiah Yad Al-Amanah a. Barang yang dititipkan oleh nasabah tidak boleh dimanfaatkan oleh pihak penerima titipan. Penerima titipan dilarang untuk memanfaatkan barang titipan. b. Penerima titipan berfungsi sebagai penerima amanah yang harus menjaga dan memelihara barang titipan. Penerima titipan akan menjaga dan memelihara barang titipan, sehingga perlu menyediakan tempat yang aman dan petugas yang menjaganya. c. Penerima titipan diperkenankan untuk membebankan biaya atas barang yang dititipkan. Hal ini karena penerima titipan perlu menyediakan tempat untuk menyimpan dan membayar biaya gaji pegawai untuk menjaga barang titipan, sehingga boleh meminta imbalan jasa. 2. Wadiah Yad Dhamanah Wadiah Yad Dhamanah adalah akad antara dua pihak, satu pihak sebagai pihak yang menitipkan (nasabah) dan pihak lain sebagai pihak yang menerima titipan. Pihak penerima titipan dapat memanfaatkan barang yang dititipkan. Penerima titipan wajib

35 mengembalikan barang yang dititipkan dalam keadaan utuh. Penerima titipan diperbolehkan diberikan imbalan dalam bentuk bonus yang tidak diperjanjikan sebelumnya. Dalam aplikasi perbankan, akad wadiah yad dhamanah dapat diterapkan dalam produk penghimpunan dana pihak ketiga antara lain giro dan tabungan. Bank syariah akan memberikan bonus kepada nasabah atas dana yang dititipkan di bank syariah. Besarnya bonus tidak boleh diperjanjikan sebelumnya, akan tetapi tergantung pada kebijakan bank syariah. Bila bank syariah memperoleh keuntungan, maka bank akan memberikan bonus kepada pihak nasabah. Skema akad Wadiah Yad Dhamanah NASABAH PENITIP 1. Titipan Dana 2. Bonus BANK SYARIAH PENERIMA TITIPAN 4. Pemanfaatan dana 3. Return USER OF FUND

36 Keterangan: 1. Nasabah menitipkan dananya di bank syariah dalam bentuk giro maupun tabungan dalam akad wadiah yad dhamanah. 2. Bank syariah menempatkan dananya atau menginvestasikan dananya kepada user of fund untuk digunakan sebagai usaha (bisnis riil) 3. User of fund memperoleh pendapatan dan/atau keuntungan atas usaha yang dijalankan, sehingga user of fund membayar return kepada bank syariah. Return yang diberikan oleh user of fund kepada bank syariah antara lain dalam bentuk bagi hasil, margin keuntungan, dan pendapatan sewa, tergantung pada akad. 4. Setelah menerima bagian keuntungan dari user of fund, maka bank syariah akan membagi keuntungannya kepada penitip dalam bentuk bonus. Bank syariah akan memberikan bonus bila investasi yang disalurkan oleh bank memperoleh keuntungan. Karakteristik Wadiah Yad Dhamanah a. Harta dan barang yang dititipkan boleh dimanfaatkan oleh pihak yang menerima titipan.

37 b. Penerima titipan sebagai pemegang amanah. Meskipun harta yang dititipkan boleh dimanfaatkan, namun penerima titipan harus memanfaatkan harta titipan yang dapat menghasilkan keuntungan. c. Bank mendapat manfaat atas harta yang dititipkan, oleh karena itu penerima titipan boleh memberikan bonus. Bonus sifatnya tidak mengikat, sehingga dapat diberikan atau tidak. Besarnya bonus tergantung pada pihak penerima titipan. Bonus tidak boleh diperjanjikan pada saat kontrak, karena bukan merupakan kewajiban bagi penerima titipan. d. Dalam aplikasi bank syariah, produk yang sesuai dengan akad wadiah yad dhamanah adalah simpanan giro dan tabungan. 8 F. Rukun dan Syarat Wadiah Rukun dari akad titipan Wadiah (yad Amanah maupun yad Dhamanah) yang harus dipenuhi dalam transaksi ada beberapa hal berikut: 1) Pelaku akad, yaitu penitip (mudi muwaddi ) dan penyimpan/penerima titipan (muda /mustawda ) 2) Objek akad, yaitu barang yang dititipkan 2011, hlm.60-65 8 Ismail, Perbankan Syariah, Jakarta:Kencana Prenadamedia Group,

38 3) Shighah, yaitu Ijab dan Qabul Sementara itu, syarat Wadiah yang harus dipenuhi adalah syarat bonus sebagai berikut: 1) Bonus merupakan kebijakan (hak prerogatif) penyimpan. 2) Bonus tidak disyaratkan sebelumnya. 9 G. Implementasi Wadiah di Baitul Mal wa Tamwil Wadiah dipraktikkan di bank-bank yang menggunakan sistem syariah dengan menggunakan konsep wadiah yad al-dhamanah, yaitu titipan dengan risiko ganti rugi. Dengan konsep tersebut, bank syariah menerima titipan dana dari nasabah dan nasabah mengizinkan bank menggunakan dana tersebut untuk diinvestasikan dengan syarat bila terjadi risiko maka bank memberikan ganti rugi. Konsekuensi dari wadiah yad al-dhamanah adalah jika uang itu dikelola pihak bank syariah dan mendapat keuntungan, maka seluruh keuntungan menjadi milik bank. 10 Baitul Mal wa Tamwil (BMT) adalah balai usaha mandiri terpadu yang isinya berintikan bayt al-mal wa tamwil dengan kegiatan mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi 9 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta:Rajawali Pers, 2013, hlm.44 10 Nasaruddin Umar, Perbankan Syariah, Jakarta:Prenadamedia Group, 2014, hlm.407

39 pengusaha kecil dengan antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya. Dari pengertian ini maka tampak bahwa dasar pemikiran pendirian BMT adalah untuk menumbuhkan kagiatan menabung, terutama pada anggota BMT dan pengusaha yang menjadi nasabah BMT itu sendiri. Akad yang digunakan BMT untuk merealisasi tujuan tersebut adalah akad wadiah. Wadiah di BMT diartikan dengan akad penitipan uang dari pihak yang mempunyai uang (anggota atau nasabah) kepada BMT sebagai pihak yang diberi kepercayaan dengan tujuan untuk menjaga keselamatan, keamanan serta keutuhan uang itu. Wadiah yang digunakan di BMT pada umumnya adalah wadiah yad aldhamanah, yaitu akad penitipan uang di mana BMT dengan atau tanpa izin penitip uang dapat memanfaatkan uang titipan dan harus bertanggung jawab terhadap kehilangan atau kerusakan uang titipan. Semua manfaat dan keuntungan yang diperoleh dalam penggunaan uang titipan jadi hak BMT. Namun demikian, pihak BMT yang telah menggunakan uang titipan tersebut, tidak dilarang untuk memberikan semacam insentif berupa bonus dengan catatan tidak disyaratkan dalam akad dan jumlahnya tidak ditetapkan dalam nominal persentase secara advance.

40 Dalam mengimplementasikan wadiah di BMT dalam bentuk tabungan, mesti memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. BMT bertindak sebagai penerima uang titipan dan nasabah bertindak sebagai pemilik uang titipan. 2. Uang titipan disetor penuh kepada BMT dan dinyatakan dalam jumlah nominal. 3. Uang titipan dapat diambil setiap saat. 4. Tidak diperbolehkan menjanjikan pemberian imbalan atau bonus kepada nasabah. 5. BMT menjamin pengembalian uang titipan nasabah. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa anggota BMT atau pengusaha yang menitipkan uang di BMT bertindak sebagai muwaddi atau rab al-mal dan BMT itu sendiri bertindak sebagai wadi. Mekanisme operasional wadiah yang diimplementasikan di unit simpan pinjam syariah dapat diskemakan sebagaimana termuat dalam gambar berikut. 11 11 Yadi Janwari, Lembaga Keuangan Syariah, Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2015, hlm.9-10

41 Simpanan Uang Anggota Perjanjian Wadiah Penjagaan barang/insentif/bonu Simpanan Uang H. Tabungan Wadiah Tabungan wadiah adalah simpanan atau tabungan yang dijalankan berdasarkan akad wadiah, yaitu titipan murni yang harus dijaga dan dikembalikan kapanpun sesuai kehendak pemiliknya. Berkaitan dengan produk tabungan bank syariah biasanya menggunakan akad wadiah yad adhdhamanah, dalam hal ini nasabah bertindak sebagai pemilik dana atau penitip yang memberikan hak kepada bank syariah untuk mengelola dan memanfaatkan barang atau dana yang dititipkannya tersebut dan bank syariah sendiri bertindak sebagai pihak yang dititipi dana atau barang yang disertai hak untuk memanfaatkan dana atau barang tersebut. Bank syariah yang telah diberi hak untuk mengelola dana tersebut maka bank syariah mempunyai konsekuensi yaitu bank bertanggungjawab atas keutuhan harta titipan tersebut serta harus mengembalikannya kapan saja pemilik

42 ingin mengambilnya. Disisi lain bank juga berhak sepenuhnya atas keuntungan dari hasil penggunaan atau pemanfaatan dana atau barang tersebut. Karena wadiah yad adh-dhamanah mempunyai implikasi hukum yang sama dengan qardh, maka antara nasabah dan bank tidak boleh menjanjikan untuk membagi hasil keuntungan harta tersebut. Tetapi bank diperkenankan untuk memberikan bonus kepada pemilik harta titipan asalkan tidak dijanjikan diawal. Karena pemberian bonus merupakan kebijakan bank syariah yang bersifat sukarela. Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan beberapa ketentuan umum tentang tabungan wadiah, yaitu sebagai berikut: 1. Tabungan wadiah merupakan tabungan yang bersifat titipan murni yang harus dijaga dan dikembalikan sesuai kehendak pemiliknya. 2. Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana atau pemanfaatan dana menjadi milik bank, sedangkan nasabah itu sendiri tidak dijanjikan imbalan dan juga tidak menanggung kerugiannya. 3. Bank dibolehkan memberikan bonus kepada nasabah sebagai tanda insentif asalkan tidak dijanjikan diawal. 12 12 Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2011, hlm.345-346

43 Fitur dan Mekanisme Tabungan Wadiah: a. Bank bertindak sebagai penerima dana titipan dan nasabah bertindak sebagai penitip dana. b. Bank tidak diperkenankan menjanjikan pemberian imbalan atau bonus kepada nasabah. c. Bank dapat membebankan kepada nasabah biaya administrasi berupa biaya-biaya yang terkait langsung dengan biaya pengelolaan rekening antara lain biaya cek/bilyet giro, biaya materai, cetak laporan transaksi dan saldo rekening, pembukaan dan penutupan rekening. d. Bank menjamin pengembalian dana titipan nasabah. e. Dana titipan dapat diambil setiap saat oleh nasabah.