BAB I PENDAHULUAN. dalam pembukaan Undang Undang Dasar 1945 (selanjutnya disebut UUD 1945)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II PENGATURAN RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK DOKUMEN KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

I. PENDAHULUAN. Proses desentralisasi pemerintahan yang dilakukan oleh Pemerintah. daerah memberikan konsekuensi terhadap Pemerintah Daerah untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang baik. Melalui sistem pemerintahan yang baik, setidaknya hal tersebut dapat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah pemungutan pajak mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia adalah negara kesatuan yang berdasarkan

BAB III TINJAUAN TEORI. senantiasa berpacu untuk meningkatkan pendapatan daerah, salah satunya

II. TINJAUAN PUSTAKA. administrasi dan fungsi Pemerintah di daerah yang dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. diatur dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. pusat dan daerah, bahwa pembangunan daerah sebagai bagian integral dari

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat kali mengalami perubahan. atau amandemen. Di dalam bidang hukum, pengembangan budaya hukum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah harus mengupayakan agar

BAB II TINJAUAN TENTANG PEMERINTAH DAERAH DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. yang dibutuhkan oleh daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang dibarengi dengan pelaksanaan otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara merata bagi seluruh rakyat Indonesia yang sesuai dengan sila

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

BAB I PENDAHULUAN. Diberlakukannya undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah

BAB I PE DAHULUA. sesuai dengan perkembangan masyarakat dan Negara baik di bidang. kenegaraan maupun di bidang sosial dan ekonomi. Pada mulanya pajak

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pasal 1 ayat (3) Undang Undang Dasar 1945 yang berbunyi Negara

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PERIZINANN TERTENTU

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TANGGAL 13 SEPTEMBER 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Peran dinas perhubungan dalam mendukung peningkatan pendapatan asli daerah di Kabupaten Magelang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan tujuan negara yaitu Melindungi segenap

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi Daerah merupakan fenomena yang sangat dibutuhkan dalam era

BAB I PENDAHULUAN. tekhnologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global. pembangunan. Oleh karena itu peran masyarakat dalam Pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. kota. Terhadap masing-masing daerah propinsi daerah Kabupaten dan kota

BAB 1 PENDAHULUAN. Negara adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan. Pada negara Indonesia, tujuan

I. PENDAHULUAN. sekaligus mendukung terciptanya suatu tujuan nasional. Pembangunan nasional. rakyat serta kemakmuran yang adil dan merata bagi publik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah harus mengupayakan agar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang bersumber dan dipungut

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang memadai dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pemerintahan suatu negara, pemerintah mempunyai peran dalam perekonomiannya.

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan Daerah memegang peranan yang sangat penting dalam

1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana telah diubah dengan Perubahan Kedua Undang-Undang Dasar 1945;

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kepastian hukum bagi jalannya kehidupan organisasi pemerintahan di Indonesia,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR : 18 TAHUN 2010 T E N T A N G RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1997 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. negara. Hasil dari pembayaran pajak kemudian digunakan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan melalui tiga asas yaitu desentralisasi, dekosentrasi dan tugas

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut M. Suparmoko (2001: 18) otonomi daerah adalah kewenangan daerah

BAB I PENDAHULUAN. yang berdasarkan atas hukum (Rechstaat) dalam arti negara pengurus. 1 Selain itu,

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM

RETRIBUSI TERMINAL SEBAGAI SALAH SATU SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN/KOTA. Oleh. Zainab Ompu Zainah ABSTRAK

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA USAHA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melancarkan jalannya roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah

BAB I PENDAHULUAN. No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1997 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. wilayah yang lebih kecil. (Josef Riwu Kaho, 1998:135) pembayaran tersebut didasarkan atas prestasi atau pelayanan yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan negara hukum. Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut. rendah sehingga menjadi urusan rumah tangga daerah itu. 1.

NOMOR 34 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1997 PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan produktifitas sumber daya alam, sumber daya potensial yang

BAB I PENDAHULUAN. dampak hampir pada semua aspek atau sektor kehidupan. Dampak tersebut

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Semakin besar jumlah penduduk maka semakin. jawab pemerintah dalam mensejahterakan rakyatnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas

I. PENDAHULUAN. Organisasi sebagai satu kesatuan yang dinamis merupakan alat untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakikatnya seorang anak dilahirkan sebagai akibat dari hubungan

BAB I PENDAHULUAN. utuh, sehingga wilayah negara Indonesia terbagi ke dalam daerah otonom.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KABUPATEN KEPULAUAN ARU TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat bangsa dan

BAB III RETRIBUSI DAERAH. Undang Nomor 28 Tahun 2009 sebagai perubahan Undang-Undang Nomor 34

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan peraturan perundang-undangan, yang hasilnya dipergunakan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagian sudah diterapkan dalam penyelenggaraan pemerintahan. 1

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik pula. Oleh karena itu, pemerintah diharapkan mampu

BAB II LANDASAN TEORI. keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, pendapatan asli daerah didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. bertumpu pada penerimaan asli daerah. Kemandirian pembangunan baik di tingkat

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG

PEMUNGUTAN PAJAK PARKIR DAN RETRIBUSI PARKIR OLEH PEMERINTAH DAERAH

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 1 TAHUN 2009

PERATURAN DAERAH TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI

BAB 1 PENDAHULUAN. yang meliputi seluruh kehidupan manusia, bangsa dan negara, untuk. Pembangunan nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil makmur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah.

ANALISIS EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bidang pengelolaan keuangan negara maupun daerah. Akuntabilitas

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa negara hukum (rechtsstaat)

toko modern dan kontribusinya terhadap PAD kota Metro.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan ruang adanya otonomi oleh masing-masing daerah untuk. adanya pemerintahan daerah yang menjalankan pemerintahan daerah

BAB III PENGELOLAAN RETRIBUSI PARKIR KOTA SURABAYA. A. Pengaruh Retribusi Terhadap Pendapatan Asli Daerah

EVALUASI RETRIBUSI PASAR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI SURAKARTA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN H. Latar Belakang Pembangunan nasional adalah serangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional yang bermaktub dalam pembukaan Undang Undang Dasar 1945 (selanjutnya disebut UUD 1945) Alinea IV bahwa Negara melindungi segenap bangsa dan Negara Indonesia, untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Tujuan nasional sebagaimana ditegaskan dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 diwujudkan melalui pelaksanaan penyelenggaraan Negara yang berkedaulatan rakyat dan demokratis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Salah satu prinsip dasar dalam Negara Republik Indonesia adalah Negara Kesatuan yang menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada daerah, hal ini searah dengan Pasal 18 UUD 1945, didalamnya bahwa pembagian daerah di Indonesia terdiri atas daerah besar dan daerah kecil dengan bentuk dan susunan pemerintahan ditetapkan dengan suatu undang-undang. 1 1 H. Faried Ali, dkk, Studi Analisa Kebijakan (Konsep, Teori dan Aplikasi Sampel Teknik Analisa Kebijakan Pemerintahan, (Bandung: Aditama, 2012), hal 138

Seiring dengan undang-undang Otonomi Daerah, dimana daerah diberi kebebasan untuk mengatur rumah tangganya sendiri yang membagi atas daerahdaerah propinsi dan propinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yaitu tiap-tiap propinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah yang diatur dengan undang-undang. Adapun bentuk dan susunan pemerintah di daerah tersebut diatur dengan Undang Undang Nomor 32 dan 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menetapkan bahwa Pinjaman Daerah merupakan salah satu sumber Pemerintah Daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi, yang dicatat dan dikelola dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Serdang Bedagai berusaha mengintensifkan penghasilan daerah, salah satunya adalah Retribusi Penggantian Biaya Cetak Dokumen Kependudukan Dan Catatan Sipil. Berdasarkan undang-undang Nomor 34 tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah bahwa Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Setiap Negara modern masa kini banyak sekali campur tangan penguasa Negara ke dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, yakni campur tangan dibidang politik, dalam bidang ekonomi, dalam bidang sosial budaya, kehidupan

keluarga, perkawinan, perhimpunan, hiburan, kesenian, olahraga, dalam bidang agama dan kepercayaan serta teknologi. 2 Keluarnya Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan merupakan suatu kebijakan yang di keluarkan pemerintah untuk menaggulangi permasalahan di bidang kependudukan, Sesuai Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006, tujuan dan manfaat diwajibkannya setiap warga memiliki dokumen kependudukan diatas adalah memberikan keabsahan identitas dan kepastian hukum atas dokumen kependudukan, memberikan perlindungan status hak sipil setiap penduduk dan merupakan pengakuan negara bagi setiap penduduk. Oleh karena itu untuk menerapkan amanat dari Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, pemerintah pusat sesuai dengan surat Menteri Dalam Negeri Nomor: 471.13/4141/SJ, tertanggal 13 Oktober 2010, perihal Penerbitan NIK dan Penerapan e-ktp Tahun 2011, penerapan e-ktp berada diseluruh Indonesia, meliputi 2348 kecamatan dan 197 kabupaten/kota dan ditahun 2012 berada di 3886 di kecamatan dan 300 di kabupaten/kota. Untuk mensukseskan program dalam hal ini penerbitan e-ktp oleh Kementrian Dalam Negeri, Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai sebagai salah satu kabupaten yang ditunjuk melaksanakan program ini, Bupati Serdang Bedagai mengeluarkan surat edaran mengenai penerbitan KK Nasional dan KTP dengan pengurusan kedua dokumen diatas gratis (tidak dipungut biaya), dikarenakan KK dan KTP merupakan instrumen penting dan juga sebagai syarat untuk pengurusan hal 25 2 Prajudi Atmosudirjo, Hukum Administrasi Negara, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1995),

penerbitan e-ktp, hal ini berdasarkan Peraturan Bupati Nomor 26 Tahun 2011 tentang pembebasan retribusi penggantian biaya cetak Kartu Tanda Penduduk dan Kartu Keluarga di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Serdang Bedagai. Retribusi penggantian biaya cetak Kartu Tanda Penduduk dan Kartu Keluarga di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Serdang Bedagai dipilih peneliti untuk dijadikan Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai, kebijakan pembebasan retribusi penggantian biaya cetak KTP dan KK ini merupakan kebijakan penggantian retribusi yang pertama kalinya di Pemerintah Daerah Kabupaten Serdang Bedagai. Kebijakan ini dimulai pada tanggal 21 November 2011 hingga 15 Oktober 2013. Namun dalam pelaksanaan kebijakan ini terdapat banyak fenomenafenomena yang tidak sesuai dengan rencana awal diturunkannya kebijakan ini. Pengurusan KTP dan KK gratis terus dipertanyakan, penggratisan itu merupakan kebijakan emosional, sebab pada saat warga mengurus KTP dan KK masih ada oknum petugas yang meminta uang dengan dalih untuk uang lembur. Seharusnya jika Bupati Serdang Bedagai berani menggratiskan pengurusan KTP dan KK harus dibarengi dengan anggaran yang memadai. Warga berharap Peraturan Bupati Nomor 26 Tahun 2011 dilaksanakan secara konsekuen objek penelitian karena dokumen kependudukan seperti KTP dan KK adalah dokumen penting yang wajib dimiliki oleh setiap warga Negara wajib KTP dan merupakan identitas diri setiap warga negara, selain itu kebijakan ini bertujuan agar masyarakat

Serdang Bedagai lebih mudah untuk menyiapkan data kependudukannya pada saat pengurusan dan pembuatan e-ktp. Sebagaimana yang telah disebutkan diatas bahwa yang menjadi sumber Pendapatan Asli daerah antara lain adalah dari sektor retribusi penggantian biaya cetak dokumen kependudukan dan catatan sipil. Dengan demikian perlu adanya suatu komitmen dari semua pihak dari unsur pemerintah maupun masyarakat sebagai wajib retribusi dalam menyikapi bagaimana melakukan manajemen retribusi penggantian biaya cetak dokumen kependudukan dan catatan sipil yang ada sehingga betul-betul dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan pendapatan asli daerah. Maka dalam hal ini perlu ditunjang dengan pelaksanaan manajemen yang baik, karena manajemen dibutuhkan dimana saja orang-orang bekerja sama (organisasi) untuk mencapai suatu tujuan bersama 3. Untuk itu diperlukan adanya manajemen retribusi penggantian biaya cetak dokumen kependudukan dan catatan sipil secara optimal, efisien dan efektif, supaya apa yang direncanakan bisa tercapai dalam pelaksanaan. Sehubungan dengan hal tersebut maka Pemerintah Daerah Kabupaten Serdang Bedagai perlu memikirkan secara serius masalah-masalah yang erat hubungannya dengan retribusi penggantian biaya cetak dokumen kependudukan dan catatan sipil, dan berusaha melakukan upaya demi mengoptimalkan peningkatan penerimaan Retribusi sehingga retribusi penggantian biaya cetak dokumen kependudukan dan catatan sipil dapat memberi kontribusi yang besar 3 Sondang P. Siagian, Filsafat Administrasi (Jakarta : Bumi Aksara, 2003), hal 29

dalam meningkatkan retribusi Daerah secara khusus dan Pendapatan Asli Daerah secara umum. Berdasarkan latar belakang di atas merasa tertarik memilih judul tinjauan yuridis tentang pelaksanaan retribusi penggantian biaya cetak dokumen kependudukan dan catatan sipil berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Nomor 19 Tahun 2008. I. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini antara lain : 1. Bagaimanakah pengaturan retribusi penggantian biaya cetak dokumen kependudukan dan catatan sipil di Kabupaten Serdang Bedagai? 2. Bagaimanakah prosedur pelaksanaan retribusi penggantian biaya cetak dokumen kependudukan dan catatan sipil berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Nomor 19 Tahun 2008? 3. Apakah kendala dalam pelaksanaan retribusi penggantian biaya cetak dokumen kependudukan dan catatan sipil berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Nomor 19 Tahun 2008? J. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan penulisan Berdasarkan rumusan masalah yang dituliskan di atas maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetajhui pengaturan retribusi penggantian biaya cetak dokumen kependudukan dan catatan sipil di Kabupaten Serdang Bedagai. b. Untuk mengetahui prosedur pelaksanaan retribusi penggantian biaya cetak dokumen kependudukan dan catatan sipil berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Nomor 19 Tahun 2008. c. Untuk mengetahui kendala dalam pelaksanaan retribusi penggantian biaya cetak dokumen kependudukan dan catatan sipil berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Nomor 19 Tahun 2008. 2. Manfaat penulisan Dari tujuan di atas diharapkan penelitian ini dapat bermanfat: a. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai suatu karya ilmiah yang dapat menunjang perkembangan ilmu pengetahuan dan sebagai bahan masukan yang dapat mendukung bagi peneliti maupaun pihak lain yang tertarik dalam bidang penelitian yang sama. b. Manfaat praktis Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pihak Pemerintah Daerah Kabupaten Serdang Bedagai tentang pelaksanaan retribusi penggantian biaya cetak dokumen kependudukan dan catatan sipil K. Keaslian Penulisan Penelitian ini dilakukan atas ide dan pemikiran dari peneliti sendiri atas masukan yang berasal dari berbagai pihak guna membantu penelitian dimaksud.

Sepanjang yang telah ditelusuri dan diketahui di lingkungan Fakultas Hukum, penelitian tentang tinjauan yuridis tentang pelaksanaan retribusi penggantian biaya cetak dokumen kependudukan dan catatan sipil berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Serdang bedagai nomor 19 Tahun 2008, belum pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya. Dengan demikian, jika dilihat kepada permasalahan yang ada dalam penelitian ini, maka dapat dikatakan bahwa penelitian ini merupakan karya ilmiah yang asli, apabila ternyata dikemudian hari ditemukan judul yang sama, maka dapat dipertanggungjawabkan sepenuhnya. L. Tinjauan Kepustakaan 1. Kependudukan Kependudukan adalah hal ihwal yang berkaitan dengan jumlah, struktur, umur, jenis kelamin, agama, kelahiran, perkawinan, kehamilan, kematian, persebaran, mobilitas dan kualitas serta ketahanannya yang menyangkut politik, ekonomi, sosial, dan budaya. 4 2. Catatan sipil Catatan Sipil (Burgelijke Stand) artinya catatan mengenai peristiwa perdata yang dialami oleh seseorang atau untuk memastikan status perdata seseorang. Ada lima peristiwa hukum dalam kehidupan manusia yang perlu dilakukan pencatatan, yaitu : 4 Graziabrigita.blogspot.co.id/2013/02/pengertian-kependudukan-dan-pengertian.html (diakses tanggal 7 Januari 2016).

1) Kelahiran, menentukan status hukum seseorang sebagai subyek hukum pendukung hak dan kewajiban. 2) Perkawinan, menentukan status hukum seseorang sebagai suami atau isteri dalam ikatan perkawinan menurut hukum. 3) Perceraian, menentukan status hukum seseorang sebagai janda atau duda yang bebas dari ikatan suatu perkawinan. 4) Kematian, menentukan status hukum seseorang sebagai ahli waris, sebagai janda atau duda dari almarhum/almarhumah. 5) Penggantian nama, menentukan status hukum seseorang dengan identitas tertentu dalam hukum perdata. 5 Fungsi Catatan Sipil ialah untuk memperoleh kepastian hukum tentang status perdata seseorang yang mengalami peristiwa hukum. Kepastian hukum sangat penting dalam setiap perbuatan hukum, apakah ada hak dan kewajiban hukum yang sah antara pihak-pihak yang berhubungan hukum tersebut. Kepastian hukum mengenai Kelahiran, menentukan status perdata seseorang apakah sudah dewasa atau belum dewasa. Kepastian hukum mengenai Perceraian menentukan status perdata seseorang untuk bebas mencari pasangan hidup. Kepastian hukum mengenai Kematian, menentukan status perdata seseorang sebagai ahli waris maupun keterbukaan ahli waris. 3. Sumber penerimaan daerah Lahirnya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 yang kemudian diubah menjadi UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah merupakan salah 5 http://tidakdijual.com/content/pengertian-dan-fungsi-catatan-sipil (diakses tanggal 7 Januarin 2016)

satu upaya mutakhir dari Pusat untuk mengatur pola hubungan keuangan antara Pusat dan Daerah. Namun yang jelas, UU tersebut dalam ukuran yuridis formal telah memberikan harapan baru bagi daerah untuk memperoleh kesempatan guna mewujudkan kemandiriannya dalam mengelola dan memanfaatkan sumbersumber pendapatan yang dimiliki dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan. 6 Berdasarkan Undang-undang No.33 tahun 2004 (sebagai pengganti UU No.25 Tahun 1999), sumber-sumber penerimaan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi meliputi; pendapatan daerah dan pembiayaan. Pendapatan daerah bersumber dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah.pendapatan Asli Daerah merupakan salah satu sumber pembiayaan daerah yang utama dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Karena penyelenggaraan pemerintahan di daerah akan terlaksana dengan baik apabila didukung oleh dana yang memadai, disamping dana yang berasal pusat. Namun demikian meskipun terdapat bantuan transfer dana dari pusat, daerah diharapkan tidak selalu bergantung kepada pusat dalam artian daerah harus mampu menggali sumber-sumber pembiayaan yang berasal dari daerahnya sendiri. Sumber-sumber penerimaan daerah yang potensial harus digali secara maksimal namun tetap dalam koridor peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam rangka menggali sumber-sumber keuangan daerah terutama dalam meningkatkan pendapatan asli daerah, pemerintah daerah harus berusaha 6 Muhammad Fauzan, Hukum Pemerintahan Daerah; Kajian Tentang Hubungan Keuangan antara Pusat dan Daerah, (Yogyakarta: UII Press, 2006), hal. 11

mencarisumber-sumber keuangan yang potensial yaitu pajak daerah dan retribusi daerah. Kewenangan daerah untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah diatur dengan UU No. 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang merupakan penyempurnaan dari UU No. 18 Tahun 1997 dan ditindaklanjuti peraturan pelaksananya dengan PP No. 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah dan PP No. 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah. Pajak daerah dan retribusi daerah merupkan salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan otonomi daerah. 4. Retribusi Daerah Sebagaimana halnya pajak daerah, retribusi diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, untuk meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan masyarakat. Menurut Pasal 1 ayat (28) UU No. 34 Tahun 2000 : Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Berdasarkan ketentuan tersebut, maka retribusi tidak lain merupakan pemasukan yang berasal dari usaha-usaha Pemerintah Daerah untuk menyediakan sarana dan prasarana yang ditujukan untuk memenuhi kepentingan warga msyarakat baik individu maupun badan atau koorporasi dengan kewajiban memberikan pengganti berupa uang sebagai pemasukan kas daerah. Daerah kabupaten/kota diberi peluang dalam menggali sumber-sumber keuangannya

dengan menetapkan jenis retribusi selain yang telah ditetapkan, sepanjang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dan sesuai dengan aspirasi masyarakat. Retribusi dapat digolongkan atas tiga golongan, yaitu Retribusi Jasa Umum; Retribusi Jasa Usaha; dan Retribusi Perizinan Tertentu. 7 a. Retribusi Jasa Umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan tau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Jenis Retribusi Jasa Umum antara lain; Retribusi Pelayanan Kesehatan; Retribusi Pelayanan Kebersihan/Persampahan; Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Penduduk dan Akte Catatan Sipil dan lain-lain. b. Retribusi Jasa Usaha adalah retribusi atas jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta. Jenis retribusi jasa usaha antara lain; Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah; Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan; Retribusi Tempat Pelelangan dan lain-lain. c. Retribusi Perizinan Tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian ijin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan, atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumberdaya alam, sarana, prasarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Jenis Retribusi Perizinan Tertentu terdiri dari; Retribusi Ijin Mendirikan Bangunan; Retribusi Ijin 7 Suparman Zen Kemu, Analisis Usulan Pembentukan Perda Mengenai Retribusi Perijinan Pembuangan Limbah Cair Sebagai Langkah Pencegahan Polusi Limbah Cair di Daerah, Jurnal Kajian Ekonomi dan Keuangan Vol.9 No.4, hal. 96, Desember 2005.

Tempat Penjualan Minuman Beralkohol; Retribusi Ijin Gangguan; dan Retribusi Ijin Trayek. Namun demikian berdasarkan PP No.66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah, daerah dapat menerapkan berbagai jenis retribusi lainnya sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam undang-undang. Jenis retribusi lainnya, misalnya adalah penerimaan negara bukan pajak yang telah diserahkan kepada daerah. 8 Ketentuan inilah yang membuka peluang bagi daerah untuk menerbitkan berbagai jenis retribusi yang pada akhirnya dibatalkan oleh Pemerintah Pusat karena dianggap mengganggu iklim investasi di daerah dan memberatkan pelaku usaha. Tim gabungan yang terdiri dari perwakilan Departemen Keuangan dan Departemen Dalam Negeri, telah membatalkan dan merevisi 111 peraturan daerah (perda) bermasalah dari 193 perda tentang pajak dan retribusi yang diterima tim sepanjang 2005. Sejak 2001 tim telah membatalkan dan merevisi total 448 perda dari 4.574 perda yang diterima. dari total 448 perda itu, yang dibatalkan sebanyak 404 perda dan yang direvisi 44 perda dari berbagai sektor. Sektor yang terbanyak adalah pertanian dan peternakan (87), industri dan perdagangan (68), dan perhubungan (66). 9 M. Metode Penelitian Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa dan konstruksi, yang dilakukan secara metodologis, sistematis, dan konsisten. Metodologis berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu; sistematis adalah 8 Ahmad Yani, Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia, (Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada, 2002), hal.63 9 Tempo Interaktif, Pemerintah Batalkan 448 Perda Bermasalah, Edisi Jum at 29 April 2005.

berdasarkan suatu sistem, sedangkan konsisten berarti tidak adanya hal-hal yang bertentangan dalam suatu kerangka tertentu. 10 1. Jenis penelitian Jenis penelitian yang diterapkan adalah memakai metode pendekatan yuridis normatif untuk mengkaji peraturan-peraturan yang berhubungan dengan pelaksanaan retribusi penggantian biaya cetak dokumen kependudukan dan catatan sipil berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai nomor 19 Tahun 2008. Penelitian yuridis normatif adalah penelitian yang dilakukan dengan cara menganalisa hukum yang tertulis dari bahan perpustakaan atau data sekunder belaka yang lebih dikenal dengan nama bahan sekunder dan bahan acuan dalam bidang hukum atau bahan rujukan bidang hukum. 11 Maka pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan peraturan hukum yang berlaku baik itu dalam peraturan perundang-undangan hukum nasional terutama Peraturan Daerah Kabupaten Serdang bedagai nomor 19 Tahun 2008. 2. Sifat penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif analitis. Dikatakan bersifat deskriptif karena dalam penelitian ini diharapkan memperoleh gambaran yang menyeluruh, lengkap dan sistematis mengenai pelaksanaan retribusi penggantian biaya cetak dokumen kependudukan dan catatan sipil berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Nomor 19 Tahun 10 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta : UI Press, 2008), hal. 42 11 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007), hal.33

2008. Bersifat analitis maksudnya bahwa penelitian ini tidak hanya memaparkan apa yang telah diteliti. 3. Sumber data Data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari hasil penelaahan kepustakaan atau penelaahaan terhadap berbagai literatur atau bahan pustaka yang berkaitan dengan masalah atau materi penelitian yang sering disebut sebagai bahan hukum. Data sekunder berasal dari penelitian kepustakaan (library research) yang diperoleh dari : a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan yang terdiri dari : 1) Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia 2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah 3) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah 4) Undang-Undang nomor 28 Tahun 2009, Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah 5) Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah 6) Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah 7) Peraturan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Nomor 19 tahun 2008 tentang Retribusi Penggantian Biaya Cetak Dokumen Kependudukan dan Catatan Sipil.

b. Bahan hukum sekunder, yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti rancangan undang-undang, hasl-hasil penelitian, hasil karangan dari kalang hukum, dan seterusnya. 12 c. Bahan hukum tersier, yakni bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder; contohnya adalah kamus dan seterusnya 13 4. Metode pengumpulan data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menghimpun data yang berasal dari kepustakaan, berupa peraturan perundang-undangan, buku-buku atau literatur, jurnal ilmiah, majalah-majalah artikel, putusan Pengadilan yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti serta tulisan-tulisan yang terkait dengan pelaksanaan retribusi penggantian biaya cetak dokumen kependudukan dan catatan sipil berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Nomor 19 Tahun 2008. 5. Analisis data Keseluruhan data atau bahan yang diperoleh dianalisis secara kualitatif, yaitu dengan memberi penilaian terhadap hasil penelitian berdasarkan peraturan perundang-undangan, pendapat para ahli, dan akal sehat dengan uraian kalimatkalimat dan tidak menggunakan angka-angka. Analisis data ini bertolak dari teoriteori dan konsep yang telah disusun dan dikemukakan dalam kerangka teori dan kerangka konsepsional. 12 Ibid., hal 13. 13 Ibid.

Hal ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang bersifat umum dan menyeluruh tentang objek permasalahan yang diteliti. Berdasarkan analisis yang dilakukan kemudian ditarik generalisasi tentang permasalahan dan kemudian diambil konklusi guna memberikan jawaban tentang permasalahan yang dikemukakan. N. Sistematika Penulisan Didalam penulisan skripsi ini dikemukakan sistematika agar dapat diperoleh suatu kesatuan pembahasan yang saling berhubungan erat bab satu dengan bab yang lainnya. Adapun Skripsi ini menggunakan sistematika sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian dan sistematika penulisan BAB II PENGATURAN RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK DOKUMEN KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI Bab ini berisikan tinjauan umum tentang retribusi, Retribusi Pengganti Biaya Cetak Dokumen Kependudukan dan Catatan Sipil sebagai Salah Satu Sumber Pendapatan Asli Daerah, Dasar Hukum Pengganti Biaya Cetak Dokumen Kependudukan dan Catatan Sipil di Kabupaten Serdang Bedagai

BAB III PROSEDUR PELAKSANAAN RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK DOKUMEN KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 19 TAHUN 2008 Bab ini berisikan mengenai gambaran umum Kabupaten Serdang Bedagai, proses pemungutan retribusi pengganti biaya cetak dokumen kependudukan dan catatan sipil, pengawasan pelaksanaan retribusi penggantian biaya cetak dokumen kependudukan dan catatan sipil BAB IV KENDALA DALAM PELAKSANAAN RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK DOKUMEN KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 19 TAHUN 2008 Bab ini merupakan hasil dari pembahasan yang berisikan tentang kendala dalam pelaksanaan retribusi penggantian biaya cetak dokumen kependudukan dan catatan sipil berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Nomor 19 Tahun 2008 dan upaya mengatasi kendala dalam pelaksanaan retribusi penggantian biaya cetak dokumen kependudukan dan catatan sipil berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Nomor 19 Tahun 2008. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan kesimpulan dan saran dari seluruh bab pembahasan yang telah dilakukan.