BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan yang menjadi pintu layanan terdepan dalam hubungan dengan masyarakat adalah di rumah sakit. Sebagai pemberian pelayanan kesehatan yang komplek, mutu pelayanan hendaklah diperhatikan dan dikembangkan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan juga tuntutan masyarakat yang terus berubah dan maju. Hasil studi Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menyebutkan dalam kurun waktu hanya tiga tahun, sejak 2005 hingga 2007, diketahui sedikitnya ada 50.000 orang Indonesia bunuh diri. Studi tersebut menyebutkan, kemiskinan dan impitan ekonomi merupakan penyebab tingginya jumlah orang yang mengakhiri hidupnya sendiri. Dampak perkembangan jaman dan pembangunan dewasa ini juga menjadi faktor peningkatan permasalahan kesehatan yang ada, menjadikan banyaknya masalah kesehatan fisik juga masalah kesehatan mental spiritual. Dan pada akhir-akhir ini penderita gangguan jiwa makin meningkat, kebanyakan penderita gangguan jiwa terjadi karena perilaku kekerasan baik dalam rumah tangga ataupun yang lainnya. Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Amalia dkk, pada tahun 2000 ditemukan bahwa kekerasan yang dilakukan oleh suami pada istri dikarenakan adanya stereotype bahwa laki-laki itu maskulin dan perempuan
feminim, selain itu suami juga merasa frustrasi dengan penghasilan istri yang lebih tinggi. Di Indonesia sendiri, kasus kekerasan terhadap istri lebih banyak yang tidak terungkap karena adanya anggapan bahwa hal tersebut adalah masalah keluarga dan tabu apabila terungkap. Perilaku kekerasan biasanya dilakukan oleh pasien skizofreina jenis paranoid, hebepfrenik, residual, dan akut, karena pada jenis ini pasien seolah mendapatkan ancaman, tekanan psikologi, dan menganggap orang lain sebagai musuh, reaksi yang spontan karena halusinasi juga bisa berupa pukulan, ancaman dan ekspresi marah yang lain. Selain itu juga ada faktor pemahaman yang dapat mendorong orang melakukan kekerasan, yaitu faktor pemahaman yang fanatik dalam beragama, politik dan lain-lain, yang meliputi segala aspek kehidupan; mulai dari orang bangun tidur sampai tidur kembali, bahkan ketika tidur sekalipun, bisa mendorong orang melakukan kekerasan. Kesemuanya masih mengarah pada perlindungan pada aspek keselamatan pada pasien dan juga orang lain di sekitarnya, namun belum mengarah pada aspek penyebab kemarahan itu sendiri dan kurang memperhatikan respon fisik dan psikologi dari pasien, seperti pelaksanaan asuhan keperawatan yang berusaha mengekspresikan persepsi, pikiran dan perasaan serta menghubungkan hal tersebut untuk mengamati dan melaporkan kegiatan yang dilakukan. Jenis pelayanan kesehatan yang biasa dilakukan pada penanganan pasien skizofreina dengan perilaku kekerasan di atas adalah: isolasi ruangan, pemberian medika mantosa (pengobatan), pengikatan dan pembentukan tim krisis (Stuart dan Sundeen, 1998).
Berdasarkan hasil laporan periode bulan Desember 2009, pasien yang dirawat di ruang II (Brotojoyo ) didapatkan dari 24 pasien yang mengalami gangguan jiwa terdapat 11 pasien atau sekitar 45,8% mengalami gangguan persepsi halusinasi, 8 pasien atau sekitar 33,3% mengalami Perilaku kekerasan, 3 pasien atau sekitar 12,5% mengalami gangguan konsep diri harga diri rendah dan 2 pasien atau sekitar 8,3% mengalami gangguan isolasi sosial : menarik diri dengan rata rata umur pasien antara 18 40 tahun. Dari fenomena tersebut, penulis tertarik untuk menulis karya tulis ilmiah dengan mengangkat judul Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Resiko Perilaku Kekerasan pada Ny. S di Ruang II (Brotojoyo) Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Dr Amino Gondohutomo Semarang.
B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Dapat memberikan Asuhan keperawatan pada Ny. S dengan resiko perilaku kekerasan di ruang Brotojoyo Rumah Sakit Jiwa Dr. Amino Gondohutomo Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan perilaku kekerasan. b. Mampu menentukan masalah keperawatan pada klien dengan perilaku kekerasan. c. Mampu membuat rencana keperawatan pada klien dengan perilaku kekerasan. d. Mampu membuat implementasi keperawatan pada klien dengan perilaku kekerasan. e. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan pada klien dengan perilaku kekerasan.
C. Metode Penulisan Metode yang dipakai adalah deskriptif dengan pendekatam proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, evaluasi. Deskriptif merupakan gambaran kasus yang dikelola dengan cara pengumpulan data yang diperoleh saat pengkajian sampai dengan evaluasi. Adapun teknik pengambilan yang digunakan yaitu: 1. Wawancara Mengadakan tanya jawab dengan pihak yang terkait pasien, keluarga maupun tim kesehatan mengenai data pasien gangguan konsep diri harga diri rendah, wawancara dilakukan selama proses keperawatan berlangsung. 2. Observasi Dengan mengadakan pengamatan dan melaksanakan Asuhan Keperawatan secara langsung pada pasien selama di Rumah Sakit Jiwa Dr. Amino Gondohutomo Semarang. 3. Dokumentasi Dokumentasi ini diambil dan dipelajari dari catatan medis, catatan perawatan maupun pengobatan. 4. Studi kepustakaan Menggunakan dan mempelajari literatu-literatur medis maupun perawatan yang menunjang sebagai pedoman toritis untuk menegakkan diagnosa dan perencanaan keperawatan.
D. Sistematika Penulisan Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai Karya Tulis Ilmiah ini penulis menggunakan sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab yaitu : BAB I Pendahuluan meliputi latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan makalah BAB II Tinjauan teori meliputi pengertian, rentang respon, penyebab, tanda dan gejala, mekanisme koping, faktor predisposisi, faktor presipitasi, masalah keperawatan pohon masalah, diagnosa keperawatan dan intervensi keperawatan. BAB III Tinjauan kasus meliputi pengkajian, analisa data, pohon masalah, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi dan evaluasi keperawatan. BAB IV Pembahasan BAB V Penutup meliputi kesimpulan dan saran. DAFTAR PUSTAKA