ANALISIS BEBAN KERJA TERHADAP PENGEMUDI BUS JURUSAN BANDUNG-DENPASAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE NASA-TLX

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS BEBAN KERJA KOORDINATOR DAN MANAGER MENGGUNAKAN METODE NASA-TLX (11 pt, bold, huruf kapital)

M.Yani Syafei & Wahyu Katon Dosen Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Pasundan Bandung.

ANALISIS BEBAN KERJA MENTAL OPERATOR WEAVING B UNIT INSPECTING PT DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV DENGAN METODE NASA-TLX

NASKAH. Diajukan oleh: D TEKNIK

ANALISIS TINGKAT BEBAN KERJA OPERATOR PACKING DENGAN METODE NASA-TLX (TASK LOAD INDEX) DI PT GEMBIRA

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: PENGUKURAN BEBAN KERJA MENTAL PADA DIVISI OPERASI PT. X DENGAN METODE NASA-TLX

PENGUKURAN BEBAN KERJA PERAWAT MENGGUNAKAN METODE NASA-TLX DI RUMAH SAKIT XYZ

BAB III METODE PENELITIAN

PENGUKURAN BEBAN KERJA MENTAL MASINIS KERETA API RUTE JARAK JAUH (STUDI KASUS PADA PT KAI DAOP 2)

ANALISA BEBAN KERJA MENTAL DENGAN METODE NASA TLX PADA OPERATOR KARGO DI PT. DHARMA BANDAR MANDALA (PT. DBM)

ANALISA BEBAN KERJA OPERATOR INSPEKSI DENGAN METODE NASA-TLX (TASK LOAD INDEX) DI PT. XYZ

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya jumlah kendaraan juga berbanding lurus dengan meningkatnya

Tingkat Beban Kerja Mental Masinis berdasarkan NASA-TLX (Task Load Index) di PT. KAI Daop. II Bandung

PENENTUAN BEBAN KERJA MENTAL PERAWAT BERDASARKAN SHIFT KERJA DAN JENIS KELAMIN MENGGUNAKAN METODE NATIONAL

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA Tutorial 4 BEBAN KERJA MENTAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tingkat Beban Kerja Mental Masinis Berdasarkan NASA-TLX (Task Load Index) Di PT. KAI Daop. II Bandung *

Evaluasi Beban Kerja Mental Masinis Kereta Api Prameks dengan Metode RNASA-TLX (Studi Kasus: PT. KAI DAOP 6 YOGYAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara menangani pasien

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi sekarang ini, pihak penyedia jasa dituntut untuk

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Amri 1, Herizal Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe, Aceh-Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Penerbangan merupakan sarana transportasi yang sudah dalam kondisi

ANALISIS BEBAN KERJA MENTAL DENGAN METODE NASA TLX PADA DEPARTEMEN LOGISTIK PT ABC

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAPORAN TUGAS AKHIR PENGUKURAN DAN ANALISIS BEBAN KERJA FISIK DAN MENTAL PENGEMUDI BUS AKDP RUTE SOLO- SEMARANG

Analisa Beban Kerja Fisik dan Mental dengan Menggunakan Work Sampling dan NASA-TLX Untuk Menentukan Jumlah Operator

Penilaian Beban Kerja Karyawan Unit Mikro Bank Menggunakan Metode NASA TLX

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan

ANALISIS BEBAN KERJA MENTAL DENGAN METODE NASA TLX PADA DIVISI DISTRIBUSI PRODUK PT. PARAGON TECHNOLOGY AND INNOVATION

Moch. Zulfiqar Afifuddin Rizqiansyah. Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang

Prosiding Seminar Nasional XII Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

PENGUKURAN BEBAN MENTAL DI KALANGAN MAHASISWA MENGGUNAKAN METODE NASA-TLX (STUDI KASUS: MAHASISWA DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI UNDIP)

ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA KERJA DENGAN METODE WORKLOAD ANALYSIS DAN NASA-TLX DI LABORATORIUM UJI PT. GELORA DJAJA SURABAYA

PENGEMASAN SARI KEDELAI UNTUK INDUSTRI RUMAH TANGGA. Program Studi Teknik Mesin D3, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Nasional Malang

Moch. Zulfiqar Afifuddin Rizqiansyah. Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Yopi Marlan 1),Erwin Maulana Pribadi 2) Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Pasundan 1) :

ANALISIS TINGKAT STRESS PEKERJA OPERASIONAL DI STASIUN KERETA API BANDUNG BERDASARKAN

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan produktivitas. Salah satu cara yang dapat dilakukan perusahaan

ASPEK PENCAHAYAAN DALAM PEKERJAAN PEMERIKSAAN VISUAL

PENGUKURAN BEBAN KERJA PSIKOLOGIS KARYAWAN CALL CENTER MENGGUNAKAN METODE NASA-TLX (Task Load Index) PADA PT. XYZ

BAB I PENDAHULUAN. daerah jawa tengah keberadaan bus sudah banyak digunakan para masyarakat

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

PERANCANGAN MEJA KERJA UNTUK ALAT PRES PLASTIK YANG ERGONOMIS MENGGUNAKAN METODE RASIONAL DAN PENDEKATAN ANTHROPOMETRI

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS PERBEDAAN SHIFT KERJA TERHADAP BEBAN KERJA MENTAL, BEBAN KERJA FISIK, KUALITAS TIDUR, DAN TINGKAT KEWASPADAAN PADA SUPIR TRAVEL PO.

Ani Umyati Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Cilegon, Banten

xii 3.2 Pengumpulan Data Pengolahan Data NASA-TLX RSME Analisis Komparatif Desain Penelitian..

ANALISIS BEBAN KERJA FISIK DAN MENTAL UNTUK MENGURANGI TINGKAT KELELAHAN PEKERJA DI CV. SUMBER JAYA FURNITURE

BAB V PEMBAHASAN 5.1 NASA-TLX Analisis Setiap Dimensi NASA-TLX

ANALISA BEBAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN WORK SAMPLING DAN NASA-TLX UNTUK MENENTUKAN JUMLAH OPERATOR (Studi Kasus: PT XYZ)

ANALISIS BEBAN KERJA MENTAL, FISIK SERTA STRES KERJA PADA PERAWAT SECARA ERGONOMI DI RSUD Dr. ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI

Analisis Pengukuran Beban Kerja Mental Perawat Unit Gawat Darurat dengan Metode NASA-Task Load Index

ERGONOMI PADA BURUH GENDONG PEREMPUAN. ( Oleh : Risma A Simanjuntak, Prastyono Eko Pambudi ) Abstrak

Bab 3 Metodologi Penelitian

BAB 6 KESIMPULAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

,,3. Sv.h erii. s7-,,tr t. Surat Pernyataan. Pengalihan Hak Pubtikasi. Menyatakan bahwa makalah berludul: Judul Ka

Evaluasi Beban Kerja Mental Dengan Subjective Workload Assessment Technique (Swat) Di PT. Air Mancur

HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... NASKAH SOAL TUGAS AKHIR... HALAMAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

ANALISIS BEBAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE SWAT

DAFTAR PUSTAKA. Alexander, DC., 1986, The Practice and Management of Industrial Ergonomics, Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.

Sem inar N asional W aluyo Jatm iko II F TI U P N V eteran Jaw a Tim ur ANALISIS PEMINDAHAN MATERIAL DENGAN PENDEKATAN RECOMMENDED WEIGHT LIMIT

PERBANDINGAN DAN PENGUKURAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN PENDEKATAN NASA-TLX (Studi Kasus : IKM Maria Jaya dan IKM Mukti Abadi)

ANALISIS PENGARUH SHIFT KERJA TERHADAP BEBAN KERJA MENTAL PEKERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE SWAT (SUBJECTIVE WORKLOAD-ASSESSMENT TECHNIQUE)

BAB I PENDAHULUAN. bidang komunikasi maupun bidang instruksional telah memungkinkan tersedianya

EVALUASI ERGONOMI BERDASARKAN WORKLOAD ANALYSIS DAN POSTUR KERJA PADA PROSES BATIK CAP (Studi Kasus UKM Batik Cap Supriyarso)

PERANCANGAN MODEL PENAKSIRAN PERFORMANSI ERGONOMI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT. PAL INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Analisis Efisiensi Operator Pemanis CTP dengan Westing House System s Rating

PERBAIKAN BEBAN KERJA FISIK DAN MENTAL PADA PEMBUATAN KERIPIK SINGKONG MENGGUNAKAN QUICK EXPOSURE CHECK

Analisis Pengaruh Beban Kerja Mental Terhadap Perubahan Kondisi Fisiologis pada Petugas Pengatur Perjalanan Kereta Api (PPKA)

PERBAIKAN STASIUN KERJA UNTUK MENGURANGI BEBAN KERJA DENGAN METODE SWAT, DENYUT JANTUNG, DAN METODE MOST

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendekatan deskriptif qualitative. Strauss, Anslem & Corbin, Juliet mendefinisikan

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

Beban Kerja Mental menurut Level Jabatan dan Usia Karyawan di Industri CPO

ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X.

STRATEGI MEMINIMASI STRES KERJA OPERATOR BERDASARKAN FAKTOR PEMICU STRES KERJA PADA PT AGRONESIA INKABA *

ANALISIS BEBAN KERJA OPERATOR AIR TRAFFIC CONTROL BANDARA XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE NASA-TLX

Seminar Nasional Waluyo Jatmiko II FTI UPN Veteran Jawa Timur

Analisis Sistem Kerja Sortasi Biji Kopi Dengan Menggunakan Pendekatan Ergonomi Di CV. Kopi Tunah Kolak Jaya

LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISIS BEBAN KERJA MENTAL MASINIS DENGAN METODE RNASA-TLX (Studi Kasus: PT. KAI DAOP 6 YOGYAKARTA)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudraja dalam. website MetroTV mengatakan Indonesia merupakan salah satu pemasok

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH FAKTOR PERSONAL DAN MANAJEMEN K3 TERHADAP TINDAKAN TIDAK AMAN (UNSAFE ACTION) PADA PEKERJA

USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA PADA STASIUN PEMOTONGAN UNTUK MENGURANGI KELUHAN MUSCULOSKELETAL DI CV. XYZ

Simposium Nasional RAPI XIII FT UMS ISSN

Evaluasi Beban Kerja Operator Mesin pada Departemen Log and Veeeneer Preparation di PT. XYZ

ANALISIS BEBAN KERJA MENGGUNAKAN METODE NASA-TLX DAN BERDASARKAN KEPMENPAN NO

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS

DESAIN BENTUK FISIK KERETA DORONG SESUAI ANTROPOMETRI ANAK-ANAK UNTUK PENJUAL COBEK ANAK

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH MUSIK TERHADAP BEBAN KERJA MENTAL PEKERJA BATIK TULIS DAN CAP DI BATIK PUTRA LAWEYAN

Transkripsi:

ANALISIS BEBAN KERJA TERHADAP PENGEMUDI BUS JURUSAN BANDUNG-DENPASAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE NASA-TLX (Studi Kasus di PT. PAHALA KENCANA Cabang Bandung) Hilman Akbar Email: Hilmanakbar01@gmail.com ABSTRAK PT. PAHALA KENCANA merupakan salah satu perusahaan jasa transportasi Bus Antar Kota Antar Propinsi melayani rute ke 55 kota tujuan di Pulau Sumatra, Jawa, Madura, dan Bali. Salah satu rute yang diteliti adalah aktivitas pengemudi rute Bandung-Denpasar. Para pengemudi bus rute Bandung-Denpasar dirasakan memiliki beban kerja yang tinggi karena rute ini merupakan rute terpanjang yang disediakan PT.PAHALA KENCANA. Pengemudi bus memerlukan kebutuhan fisik dan konsentrasi yang tinggi agar bisa mengendalikan bus dengan baik sehingga keamanan dan kenyamanan penumpang dapat terjaga. Dari data kecelakaan transportasi bus yang diperoleh, diketahui bahwa pada tahun 2006 terjadi kecelakaan sebanyak 2.945 unit, tahun 2007 sebanyak 3.278 unit bus, tahun 2008 sebanyak 3.973, tahun 2009 sebanyak 4.586 unit, tahun 2010 sebanyak 5.374 unit, tahun 2011 sebanyak 5.881 unit dan tahun 2012 sebanyak 6.319 unit. Dari tahun 2006-2012 terjadi kenaikan rata-rata kecelakaan sebesar 14,91%. Naiknya jumlah kecelakaan dari tahun ketahun 90% dikarenakan oleh kelalaian manusia atau pengemudi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis beban kerja yang dialami pengemudi bus jurusan Bandung-Denpasar PT. PAHALA KENCANA, yang mana digunakan metode NASA-TLX yang merupakan pengukuran beban kerja subjektif. Pengukuran beban kerja dilakukan dengan menggunakan metode NASA-TLX. Dimana NASA-TLX adalah prosedur rating multidimensional yang membagi workload atas dasar ratarata pembebanan enam subskala. Subskala tersebut meliputi Mental Demands (MD), Physical Demands (PD), Temporal Demands (TD), Own Performance (OP), Effort (EF), dan Frustation (FR). Untuk prosesnya, setelah diperoleh hasil dari penyebaran kuesioner yang dibagikan kepada pekerja mesin blow,kemudian dilakukan pembobotan variabel. Pada pembobotan ini dilakukan pembandingan antara ke-6 variabel yang nantinya akan terdapat 15 perbandingan pasangan. Kemudian jawaban dari para pekerja tersebut di uji tingkat konsistensinya dengan menggunakan uji Consistensy Index, apakah jawaban dari para pekerja tersebut konsisten atau tidak. Apabila terbukti tidak konsisten, maka pekerja tersebut diminta untuk menjawab ulang pertanyaanpertanyaan yang terdapat pada kuesioner. Pemberian rating untuk ke-6 variabel yang terdapat pada beban kerja NASA-TLX dibagi menjadi 5 tingkatan, yaitu sangat rendah (0% s/d 20%), rendah (21% s/d 40%), sedang (41% s/d 60%), tinggi (61% s/d 80%), dan tinggi (81% s/d 100%). Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kemudahan pekerja dalam menjawabnya. Hasil dari pengolahan data tersebut kemudian dijadikan input pada NASA-TLX, sehingga diperoleh besarnya beban kerja yang dirasakan oleh pekerja tersebut. Dari hasil pengolahan data yang dilakukan dapat diperoleh rata-rata beban kerja sebesar 68,37 % dengan rincian 15 pengemudi (93,8%) yang menilai beban kerja mereka sudah overload dan 1 orang pekerja (6,2%) yang menilai beban kerja sudah optimal load. Dari 6 variabel yang terdapat pada NASA-TLX, terdapat 4 variabel yang memiliki raitng terbesar, yaitu Mental Demands (80%), Effort (65,6%), Temporal Demand (61%) dan Own Performance (67,5%). Sedangkan untuk 2 variabel lainnya berada pada tingkatan sedang, yaitu Physical Demands (56%) dan Frustation (58%). Dari perhitungan rata-rata skor pembobotan variabel NASA-TLX, diperoleh beban kerja dalam kaegori pekerjaan mental dengan prosentase 59% sedangkan kategori pekerjaan fisik hanya 41%. Dari data tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa rata-rata beban kerja yang dirasakan oleh pengemudi bus Pahala Kencana jurusan Bandung-Denpasar ini dominasi oleh kategori pekerjaan mental Kata kunci: beban kerja, Nasa-TLX 1

1. PENDAHULUAN PT Pahala Kencana adalah perusahaan yang bergerak di bidang usaha Bus Antar Kota Antar Propinsi yang pada awalnya hanya melayani rute Kudus-Jakarta PP dan Solo-Jakarta PP. Situasi pergerakan bisnis yang dinamis memacu Pahala Kencana untuk terus mengembangkan wilayah operasi pemasarannya hingga menjangkau beberapa kota besar dan kecil di Pulau Sumatra, Jawa, Madura, Bali, dan Lombok. PT Pahala Kencana mempunyai 55 rute perjalanan dengan dua kelas layanan yaitu VIP dan Eksekutif. Dengan adanya dua kelas layanan yang mempunyai fasilitas lengkap sesuai dengan kebutuhan penumpang diharapkan dapat memberikan kenyamanan selama perjalanan. Waktu perjalanan merupakan bagian terpenting dalam dunia transportasi, begitupula dengan PT Pahala Kencana yang selalu berusaha mencapai tingkat standar waktu perjalanan terbaik. PT Pahala Kencana selalu melalakukan peningkatan layanan baik dari fasilitas maupun maupun pelayanan dengan tujuan agar penumpang merasa aman dan nyaman ketika menggunakan jasa transportasi bus ini. Namun, ketika PT Pahala Kencana mencoba berusaha untuk meyakinkan penumpang akan kenyamanan dan keamanan jasa angkutan ini, terjadi beberapa kasus kecelakaan yang mengakibatkan kepercayaan penumpang akan rasa nyaman dan aman tersebut seakan-akan hilang. Kecelakan tersebut terjadi diakibatkan oleh dua faktor yaitu faktor teknis dan faktor SDM, untuk faktor teknis misalnya seperti tidak berfungsinya rem dan elemen-elemen pada bus dapat mengganggu jalannya kegiatan perjalanan bus ini. Untuk faktor SDM, kelalaian dan kelelahan dari pengemudi menjadi penyebab utama terjadinya kecelakaan. Dalam hal ini pengemudi bertanggung jawab penuh terhadap bus yang dikemudikannya. 90% kecelakaan pada bus diakibatkan oleh faktor kesalahan manusia/pengemudi.. Dalam melakukan tugasnya, pengemudi dituntut untuk selalu siap dan sigap karena pengemudi bertanggungjawab atas segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan selama perjalanan. Faktor kelelahan seperti mengantuk sering menjadi pemicu terjadinya kesalahan dalam melakukan pekerjaan yang dapat mengakibatkan kecelakaan dalam perjalanan, selain itu tanggung jawab yang besar menjadi beban mental tersendiri bagi pengemudi yang harus bekerja ekstra hati-hati demi terjaganya keselamatan penumpang. Kondisi fisik maupun mental seorang pengemudi memiliki peranan yang sangat penting bagi keselamatan penumpang. Dalam hal ini pengemudi memerlukan fisik yang fit, konsentrasi tinggi dan kondisi mental dari segi kognitif maupun stress yang tinggi. Banyak tugas yang harus dilaksanakan mulai dari pemeriksaan kondisi bus agar tetap lancar ketika sedang dalam perjalanan, mengatur kecepatan agar mencapai waktu standar, menjaga konsentrasi ketika dalam keadaan macet dan menjaga keselamatan penumpang sampai tujuan. Selain itu masih banyak tanggung jawab yang dimiliki oleh seorang pengemudi bus dalam melakukan tugasnya. Mengetahui betapa besarnya tugas dan tanggung jawab dari pengmudi bus, memungkinkan akan adanya beban kerja yang besar yang dialami, apalagi beban kerja tersebut berhubungan langsung dengan keselamatan penumpang. Oleh karena itu sangatlah penting bagi PT Pahala Kencana untuk melakukan analisis terhadap beban kerja karena beban kerja yang dimiliki pengemudi memiliki kaitan langsung dengan keselamatan penumpang serta performa dan keberhasilan perusahaan dalam mencapai target yang sudah ditentukan perusahaan. 2. MODEL, ANALISA, DESAIN, DAN IMPLEMENTASI Model pemecahan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan software NASA-TLX (The National Aeronautics and Space Administration Task Load Index) Gambar 1. Variabel Pengamatan NASA TLX Merupakan teknik untuk mengukur Mental Workload secara subjektif, dan 2

menunjukan multidimensional yang dibangun untuk memperoleh skor workload scara keseluruhan. Pengamatan yang dilakukan berdasarkan 6 variabel yaitu Mental Demand (MD), Physical Demand(PD), Temporal Demand(TD), Performance(OP), Frustation Level (FR), Effort(EF). 6 variabel ini merupakan rangkaian indikator yang dirasakan oleh pekerja yang menimbulkan beban kerja pada pekerjaan yang mereka kerjakan. Proses pengolahan data secara umum dapat dilihat dalam tahap sebagai berikut : Mulai Menentukan Responden Mengidentifikasi Pekerjaan Mendeskripsikan pekerjaan kedalam Dimensi NASA-TLX Pembobotan Variabel Mulai Penilaian Beban Aktivitas / Rating terhadap variabel Nasa TLX Perumusan masalah, Tujuan dan kegunaan pemecahan masalah Pembobotan / Penentuan Beban Kerja Tinjauan pustaka dan Landasan teori Penetapan Beban Kerja Penentuan metode, Software NASA-TLX Pengumpulan Data : 1. Data umum perusahaan 2. Struktur Organisasi 3. Jumlah pengemudi 4. Keadaan fisik pekerja dan lingkungan kerja 5. data kecelakaan bus tahun 2006-2012 Pengolahan data : 1. Penentuan Responden 2. Pembagian Kuesioner 3. Pengukuran Beban Kerja Dengan Software NASA-TLX 4. Penentuan Kategori Beban Kerja Mental Pekerja Analisis Kesimpulan dan Saran Selesai Gambar 2. Flowchart langkah-langkah pemecahan masalah Proses pengolahan data dengan menggunakan software dapat dilihat pada gambar dibawah ini: Selesai Gambar 3. Flowchart NASA-TLX 2.1 Analisa Penelitian dilakukan dengan menggunakan Kuesioneer dimana kuesioner tersebut disebarkan kepada responden yaitu Pengemudi bus Pahala Kencanna jurusan Bandung-Denpasar. Dalam membuat kuesioner terlebihdahulu membuat deskripsi pekerjaan terhadap enam variabel NASA- TLX terhadap pengemudi bus tersebut. Pekerjaan variabel Keterangan Berfikir mengambil keputusan MD selama perjalanan seperti mendahului kendaraan lain,berkonsentrasi, bertanggung jawab atas keselamatan penumpang sampai pada tempat tujuan. Duduk yang lama, Memutar Pengemudi Bus PD kemudi, menginjak pedal rem, pedal gas, pedal kopling. TD Target standar waktu perjalanan yang sudah ditentukan. OP Tidak melakukan hal-hal yang membahayakan, tidak mengantuk, tidak terjadi insiden. Usaha yang dilakukan selama EF dalam perjalanan, seperti melakukan manufer, menghadapi kondisi macet, rem mendadak, menghadapi tanjakan, turunan, dan jalan berkelok. Rasa takut melakukan kesalahan FR selama dalam perjalanan, pengguna jalan lain, takut akan terlambat tiba ditempat tujuan. Gambar 4. Deskripsi deimensi 3

Setelah kuesioner disebar dan hasilnya di input kedalam software NASA-TLX maka didapat hasil kuesioner tersebut. NASA Task Data Value Weight Scale Total Bobot Per Variabel Mental Demand 85 0.333333 28.33 Physical Demand 60 0.066667 4.00 Temporal Demand 60 0.133333 7.99 Performance 75 0.2 15.00 Effort 70 0.133333 9.33 Frustration 60 0.133333 7.99 Total Workload 72.66 Gambar 5. Contoh Hasil Software NASA-TLX Setelah beban kerja pegawai yang dirasakan oleh pengemudi bus diketahui dengan perhitungan software NASA-TLX, selanjutnya adalah menemtukan beban pekerjaan pengemudi bus tersbut. Dengan melihat hasil rekapitulasi perhitungan beban kerja maka dapat dihitung rata-rata beban kerja pengemudi bus tersebut. Berdasarkan hasil rekapitulasi perhitungan beban kerja maka dapat dihitung rata-rata beban kerja pengemudi bus Pahala Kencana jurusan Bandung- Denpasar sebesar 68.37% dengan rincian 1 orang pengemudi dengan kategori optimal load dan 15 orang pengemudi pada kategori over load. 3. HASIL DAN DISKUSI Setelah dilakukan peritungan dengan menggunakan software NASA-TLX maka didapatkan hasil sebagai berikut. Tabel.1 Nilai Rata-rata dari Penilaian (rating) Variabel NASA-TLX untuk Pengemudi Bus KATEGORI MENTAL FISIK VARIABEL MD FR EF TD OP PD SKOR 1280 925 1050 970 1080 890 RATA-RATA 80 58 65.6 61 67.5 56 Berdasarkan tabel diatas diperoleh empat penilaian kategori beban pekerjaan yang tinggi yaitu variabel Mental Demand (MD) dengan skor rata-rata sebesar 80% artinya dalam pekerjaan mengemudi bus ini memerlukan beban pekerjaan mental yang tinggi. Effort (EF) dengan skor rata-rata 65.6% artinya dalam pekerjaan mengemudi bus ini memerlukan usaha yang tinggi. Temporal Demand (TD) dengan skor ratarata 61% artinya dalam pekerjaan mengemudi bus ini memerlukan kebutuhan waktu yang tinggi dan Own Performance (OP) dengan skor rata-rata 67.5% artinya dalam pekerjaan mengemudi bus ini memerlukan performansi yang tinggi. Sedangkan untuk variabel physical demand (PD) dan Frusation (FR) mempunyai skor rata-rata 56% dan 58 % yang tergolong kedalam tingkatan sedang. Hal ini menunjukan bahwa kategori pekerjaannya dalam proses mengemudi memerlukan physical demand (PD) dan Frusation (FR) sedang. Untuk mengetahui beban pekrjaan pekerja termasuk dalam kategori pekerjaan fisik atau pekerjaan mental, maka dihitung rata-rata skor variabel NASA-TLX dimana untuk kategori pekerjaan mental digolongkan pada total skor dari variabel MD,EF dan FR. Sedangakan untuk kategori pekerjaan fisik didasarkan pada total skor dari variabel PD,TD dan OP. nilai rata-rata dari pembobotan variabel NASA-TLX pengemudi bus Pahala Kencana jurusan Bandung-Denpasar disajikan pada tabel dibawah ini. Tabel 2. Nilai Ratarata dari Pembobotan Variabel NASA-TLX Pengemudi Bus KATEGORI MENTAL FISIK VARIABEL MD FR EF TD OP PD RATA-RATA BOBOT NILAI 0.30 0.14 0.15 0.13 0.18 0.10 TOTAL SKOR 0.59 0.41 PROSENTASE 59% 41% Berdasarkan Tabel 2 diatas yang dihasilkan melalui rata-rata skor pembobotan variabel NASA-TLX bahwa jenis pekerjaan yang dilakukan pengemudi bus Pahala Kencana jurusan Bandung- Denpasar sebagian besar masuk dalam kaegori pekerjaan mental dengan prosentase 59% sedangkan kategori pekerjaan fisik hanya 41%. Artinya jenis pekerjaan sebagai pengemudi bus Pahala Kencana jurusan Bandung-Denpasar ini dominasi oleh kategori pekerjaan mental. Setelah didapatkan hasil perhitungan terdapat GAP antara hasil pengukuran beban kerja pengemudi bus jurusan Bandung- Denpasar dengan persepsi perusahaan. Perusaahaan menyatakan bahwa untuk level 4

pengemudi beban kerja yang dirasakan seharusnya Optimal Load sedangkan menurut hasil perhitungan adalah Over Load, maka harus dilakukan persamaan persepsi antara perusahaan dengan pegawai yang merasakan dengan cara sebagai berikut: 1. Diadakan pelatihan dan pemahaman tentang konsep beban kerja, terutama dalam menggunakan metode NASA- TLX. 2. Dilakukan pengukuran beban kerja terhadap seluruh pengemudi bus PT. PAHALA KENCANA. 3. Penetapan ulang standarisasi beban kerja pekerjaan pada bagian tersebut berdasarkan hasil pengukuran tersebut. 4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengamatan dan pengolahan data yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. a) Dari 16 responden pengemudi bus jurusan Bandung-Denpasar terdapat 15 pengemudi (93.8%) menilai bahwa beban kerja yang dirasakan overload (indeks diatas 0,60), sedangkan hanya 1 pengemudi (6,2%) menilai bahwa beban kerja yang dirasakan optimal load (indeks antara 0,40 s/d 0,60) dengan beban kerja rata-rata seluruh responden sebesar 68.37%. b) Dari 6 variabel beban kerja NASA- TLX yang ada, diperoleh empat penilain beban pekerjaan yang tinggi, yaitu variabel Mental Demand (MD) dengan skor rata-rata sebesar 80%, Effort (EF) dengan skor rata-rata 65.6%, Temporal Demand (TD) dengan skor rata-rata 61% dan Own Performance (OP) dengan skor ratarata 67.5%. dengan demikian pekerjaan mengemudi bus jurusan Bandung-Denpasar ini memerlukan dukungan yang tinggi baik dari kategori pekerjaan mental maupun fisik. c) Dari perhitungan rata-rata skor pembobotan variabel NASA-TLX, diperoleh bahwa sebagian besar beban kerja masuk dalam kaegori pekerjaan mental dengan prosentase 59% sedangkan kategori pekerjaan fisik hanya 41%. Artinya jenis pekerjaan sebagai pengemudi bus Pahala Kencana jurusan Bandung- Denpasar ini dominasi oleh kategori pekerjaan mental. 2. a) Berdasakan persepsi perusahaan level beban kerja pengemudi bus jurusan Bandung-Denpasar berada dalam kategori optimal load. Persepsi perusahaan ini tidak sesuai dengan hasil pengukuran beban kerja dilapangan, dimana rata-rata beban kerja sebesar 68,37%. Oleh karena itu terjadi GAP antara persepsi perusahaan tentang beban kerja dengan hasil pengukuran beban kerja yang dirasakan oleh pengemudi bus jurusan Bandung-Denpasar. Sehingga harus dilakukan persamaan persepsi beban kerja antara perusahaan dan pengemudi bus jurusan Bandung- Denpasar. 5. DAFTAR PUSTAKA 1. Bridger, 1995, Introduction To Ergonomics, McGraw-Hill, Inc., New York. 2. Hart, S.G and Staveland, L.E, 1988, Aeropace Human Factors Research Division, NASA-Ames Research Center, Moffet Field, California. 3. Hancock, M, 1988, Human Mental Workload, North Holland. 4. Karhiwikarta, Wahyu, H, 1996, Pengukuran Beban Kerja (Suatu Tinjauan dari Bidang Fisiologis Medis), Makalah Loka Karya III Methods Engineering, Laboratorium PSK & Ergonomi Teknik Industri-ITB, Bandung. 5. Nurmianto, Eko, 1996, Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya, Edisi Pertama, Guna Widya, Surabaya. 6. Pulat, B, Mustafa, 1992, Fundamentals Of Industrial Ergonomics, Prentice Hall Inc., Englewood Cliffs, New Jersey. 7. Sutalaksana, Iftikar. 2006, Teknik Tata Cara Kerja, Institut Teknologi Bandung, Bandung. 8. Wignjosoebroto, Sritomo, 2003, Ergonomi Studi Gerak dan Waktu, Edisi Pertama, Guna Widya, Surabaya. 9. Singarimbun, M. dan Effendi, S, 1995, Metode Penelitian Survai, PT. Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta. 10. Tarwaka, Solichul H, Bakri A, dan Sudiajeng Lilik, 2004, Ergonomi Untuk Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan Produktivitas, UNIBA Press, Surakarta 5