BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal bagi masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh Pemerintah. Kesehatan juga merupakan salah satu indikator penting

BAB I PENDAHULUAN. Dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, Departemen Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia, terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia.

LEMBAR PERSETUJUAN UNTUK MELAKUKAN WAWANCARA

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional. Dalam undang-undang Kesehatan No. UU Nomor 36 Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. sendiri dapat diartikan bahwa anak tidak meninggal pada awal - awal

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Depkes RI, 2010).

Descriptive Statistics. Kasus DBD Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov a

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), program pencegahan dan

Daftar Nama Kecamatan dan Kelurahan di Kota Medan

BAB I PENDAHULUAN. dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita

Lampiran I Skematik Proses Perijinan. Universitas Sumatera Utara

BAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit menular mengutamakan aspek promotif dan preventif dengan membatasi

Keywords: DHF, EMBP, larvae-free index.

PERSEBARAN PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA MEDAN. Mbina Pinem 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod Borne Virus, genus

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

PENDAHULUAN. diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi setiap orang. Setiap orang mempunyai hak

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

Lampiran 1. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. Acuan Pembangunan kesehatan pada saat ini adalah konsep Paradigma

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemberantasanpenyakitmenularmerupakan program yang. atandiperlukandukungansistemkesehatannasional (SKN) yang tangguh,

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan. kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. dunia melalui WHO (World Health Organitation) pada tahun 1984 menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi, angka kesakitan bayi, status gizi dan angka harapan hidup (Depkes RI,

BAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) mendefinisikan Diare merupakan

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM A. SEJARAH SINGKAT KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab. mortalitas dan morbiditas anak di dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN. (P2ISPA) adalah bagian dari pembangunan kesehatan dan upaya pencegahan serta

Tingkat pertumbuhan sekitar 1,48% per tahun dan tingkat kelahiran atau Total

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas

peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomi (Notoadmodjo, 2012).

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

BAB I PENDAHULUAN. suatu tindakan memberikan kekebalan dengan cara memasukkan vaksin ke dalam

BAB I PENDAHULUAN. distribusi pendapatan memicu terjadinya ketimpangan pendapatan yang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal adalah tingkat kondisi

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak. Pada tahun 2001 sebanyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN. baik dibutuhkan sarana kesehatan yang baik pula. keinginan yang bersumber dari kebutuhan hidup. Tentunya demand untuk menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB 1 : PENDAHULUAN. (triple burden). Meskipun banyak penyakit menular (communicable disease) yang

BAB I PENDAHULUAN. oleh status kesehatan, pendidikan dan tingkat pendapatan perkapital.

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1973 TENTANG PERLUASAN DAERAH KOTAMADYA MEDAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan obat (drug oriented)

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir(suraatmaja, 2007). Penyakit diare menjadi penyebab kematian

SALINAN KEPUTUSAN WALIKOTA MEDAN NOMOR : 482 / 091.K /

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dan masih sering timbul sebagai KLB yang menyebabkan kematian

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

BAB I PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan. Salah satu misi tersebut adalah memelihara dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. World Health

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. melawan serangan penyakit berbahaya (Anonim, 2010). Imunisasi adalah alat yang terbukti untuk mengendalikan dan

BAB I PENDAHULUAN. angka kesakitan dan kematian anak, United Nation Children Fund (UNICEF) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Penyakit ini tetap menjadi salah satu

BABIII PROFIL PERMUKIMAN KUMUH KOTA MEDAN

I. PENDAHULUAN. Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan. Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare Depkes RI 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Prioritas pembangunan kesehatan dalam rencana strategis kementerian

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang bertujuan untuk meningkatkan

Penyakit diare hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan dunia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB 1 PENDAHULUAN. negara khususnya negara-negara berkembang. Berdasarkan laporan The World

BAB 1 PENDAHULUAN. menular yang banyak menyebabkan kematian. Masalah tersebut menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit campak merupakan salah satu penyebab kematian pada anak-anak di

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA. A. Sejarah Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

BAB 1 : PENDAHULUAN. memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program


BAB I PENDAHULUAN. lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi

Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Status gizi merupakan indikator dalam menentukan derajat kesehatan bayi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak merupakan individu yang berada dalam suatu rentang

I. PENDAHULUAN. bersifat endemis juga sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. tergantung pada potensi biologinya. Tingkat tercapainya potensi biologi seorang

BAB I PENDAHULUAN Millennium Develepment Goals (MDG s) Indonesia menargetkan

BAB I PENDAHULUAN. kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%, penumonia (post

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang penularannya melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. terkena virus rabies kepada manusia yang disebut dengan zoonosis. Penyakit rabies

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam masyarakat, termasuk di Indonesia. Bangsa Indonesia yang sedang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Penyelenggaraan upaya kesehatan yang dimaksud meliputi kegiatan perbaikan gizi, kesehatan keluarga, kesehatan lingkungan, pemberantasan penyakit menular maupun penyakit tidak menular dan sebagainya (Depkes RI, 2004). Indonesia merupakan kawasan endemik berbagai penyakit menular, salah satunya adalah diare. Setiap tahun rata-rata 100.000 anak meninggal dunia karena diare dan diare menjadi penyebab kematian kedua terbesar setelah malnutrisi di Indonesia. Penyebab utama diare yaitu kurangnya perilaku hidup bersih masyarakat dan sanitasi yang buruk (Dinkes Jatim, 2006). Diare pada Balita (Bawah lima tahun) sangat berbahaya karena dapat menyebabkan kematian akibat kekurangan cairan. Balita rentan terhadap diare karena perkembangan sistem pencernaan dan kekebalan tubuhnya yang belum optimal menyebabkan mereka mudah terserang diare akibat bakteri atau virus (Medicastore.com, 2007).

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2000 2003, diare merupakan penyebab kematian nomor tiga pada Balita di dunia. Di Asia Tenggara juga menempati urutan ketiga penyebab kematian pada Balita (WHO, 2005) dan di Indonesia menurut Surkesnas (Survei Kesehatan Nasional) 2001 diare merupakan salah satu penyebab kematian kedua terbesar pada Balita. Diare merupakan penyakit dengan frekuensi Kejadian Luar Biasa (KLB) yang cukup tinggi. Tahun 2006 dilaporkan 11 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara; Deli Serdang, Asahan, Labuhan Batu, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Nias, Dairi, Padang Sidempuan, Serdang Bedagai, Samosir dan Nias Selatan mengalami KLB diare dengan jumlah penderita 2.110 kasus dan jumlah kematian 62 orang dengan Case Fatality Rate (CFR) = 2,94%. Jumlah penderita terbanyak di Kabupaten Nias yaitu 613 penderita dan terendah di Kabupaten Asahan yaitu 24 penderita, sedangkan CFR tertinggi terjadi di Kabupaten Nias Selatan yaitu 10% dan terendah di Kabupaten Langkat yaitu 0%. Berdasarkan laporan diperoleh bahwa jumlah penderita diare di Sumatera Utara tahun 2006 adalah 182.922 penderita, dengan Incidence Rate (IR) 6,9/1.000 penduduk dan angka kematian (CFR) 0,016% lebih rendah dari angka nasional yaitu 1,2%. Walaupun angka IR dan CFR rendah namun data tersebut belum menggambarkan keadaan yang sebenarnya di masyarakat, karena pencapaian target penemuan kasus diare masih sangat rendah yaitu 23,11% dari target 358.814 orang pada tahun 2006. Ini mengandung arti bahwa masih banyak kasus-kasus yang tidak terlaporkan (under-reporting) yang terjadi di tengah masyarakat. Diketahui juga bahwa 52,50% dari penderita adalah kelompok umur Balita (Profil Kesehatan Sumut, 2006).

Di Kota Medan tahun 2007 jumlah kasus diare sebesar 35.952 kasus, yakni kasus yang terdaftar di Puskesmas, rumah sakit negeri, dan rumah sakit swasta, 30 anak Balita di antaranya meninggal (www.kompas.com, 2008). Data dari Dinas Kesehatan Kota Medan mengenai distribusi penyakit diare di Kota Medan per kecamatan tahun 2007 secara rinci dapat di lihat pada Tabel 1.1. berikut ini : Tabel 1.1. Distribusi Penyakit Diare di Kota Medan Per Kecamatan Tahun 2007 No Kecamatan Puskesmas Jumlah Diare Jumlah Diare Pada Balita 1 Medan - Pusk. Tuntungan Tuntungan 490 238 - Pusk. Simalingkar 1.000 365 2 Medan Johor - Pusk. Medan Johor 1.536 758 - Pusk. Kedai Durian 714 425 3 Medan Amplas - Pusk. Amplas 1.468 916 4 Medan Denai - Pusk. Desa Binjei 658 263 - Pusk. Tegal Sari 681 385 - Pusk. Medan Denai 598 254 - Pusk. Bromo 1.508 746 5 Medan Area - Pusk. Kota Matsum 830 282 - Pusk. Sukaramai 709 352 - Pusk. M. Area Selatan 779 441 6 Medan Kota - Pusk. Teladan 829 544 - Pusk. Pasar Merah 591 514 - Pusk. Sp. Limun 886 380 7 Medan Maimun - Pusk. Kp. Baru 648 283 8 Medan Polonia - Pusk. Polonia 558 288 9 Medan Baru - Pusk. Pd. Bulan 889 342 10 Medan Selayang - Pusk. PB.Selayang 293 95 11 Medan Sunggal - Pusk. Desa Lalang 725 268 - Pusk. Sunggal 1.108 509 12 Medan Helvetia - Pusk. Helvetia 1.274 534 13 Medan Petisah - Pusk Petisah 372 116

Tabel. 1.1. (Lanjutan) - Pusk.Darussalam 488 167 - Pusk.Rantang 296 92 14 Medan Barat - Pusk.Glg. Kota 759 334 - Pusk.Pulo Brayan 1.062 447 - Pusk.Sei Agul 1.114 554 15 Medan Timur - Pusk.Glugur Darat 1.321 744 16 Medan - Pusk.Sentosa Baru Perjuangan 1.339 619 17 Medan Tembung - Pusk. Mandala 1.243 587 - Pusk. Sering 448 173 18 Medan Deli - Pusk. Mdn Deli 2.235 1000 - Pusk. Titi Papan 671 370 19 Medan Labuhan - Pusk. Medan Labuhan 1.013 317 - Pusk Pekan Labuhan 1.071 548 - Pusk. Martubung 940 480 20 Medan Marelan - Pusk. Terjun 1.983 1,191 21 Medan Belawan - Pusk. Belawan 1.990 1,007 Jumlah Kasus 37.117 17.928 Sumber : Profil Kesehatan Kota Medan tahun 2007 Dari data tersebut dapat dilihat bahwa kasus diare tertinggi terdapat di Kecamatan Medan Deli. Berdasarkan laporan tahunan Puskesmas Medan Deli, diare termasuk ke dalam 10 penyakit terbesar dan selama 3 tahun terakhir kasus diare di Medan Deli mengalami peningkatan. Tahun 2006 kasus diare di Kecamatan Medan Deli mengalami peningkatan dari 1.758 kasus menjadi 2.056 kasus dan pada balita dari 856 menjadi 1.025 balita kemudian tahun 2007 kasus meningkat lagi menjadi 2235, namun kasus pada balita menurun 2,5 % dari tahun sebelumnya. Tahun 2008 jumlah kasus diare bulan Januari-Juni sebesar 937 kasus. Di Kecamatan Medan Deli, diare tersebar di 5 kelurahannya, dan kasus tertinggi terdapat di Kelurahan Kota Bangun dengan 1010 kasus. Berdasarkan golongan umur maka kasus tertinggi terdapat pada golongan umur 0 4 tahun dengan

jumlah 809 kasus. Berdasarkan data yang diperoleh dari puskesmas Medan Deli, tingginya kasus diare di Kelurahan Kota Bangun dibandingkan dengan 4 kelurahan lainnya di Kecamatan Medan Deli disebabkan daerah tersebut sanitasinya jelek dan masih banyak yang tidak mempunyai jamban keluarga. Persediaan air bersih di Kecamatan Kota Bangun menggunakan PAM (Perusahaan Air Minum) dan sumur gali (SGL), dari 1.514 KK (Kepala Keluarga) yang ada di Kelurahan Kota Bangun, yang menggunakan PAM 33,86 % (510 KK) dan SGL 66,14% (1004 KK) dan dari 1514 KK, 60% KK (921 KK) menggunakan jamban leher angsa, 15% (223 KK) menggunakan WC (Water Closet) cemplung dan 25% (370 KK) tidak memiliki jamban. KK yang tidak memiliki jamban memilih untuk BAB (Buang Air Besar) di sungai atau terkadang menumpang di WC tetangga terdekatnya. Kualitas sumur gali di Kelurahan Kota Bangun bervariasi,ada yang sudah memenuhi syarat kesehatan dan ada juga yang kurang memenuhi syarat kesehatan. Data mengenai distribusi penyakit diare tiap kelurahan dapat dilihat secara rinci pada Tabel 1.2. berikut ini: Tabel. 1.2. Distribusi Penyakit Diare di Kecamatan Medan Deli Per Kelurahan Tahun 2007 No Kelurahan Kasus Diare Kepadatan Penduduk 1 Kota Bangun 1010 47,87 jiwa/km 2 2 Mabar 307 72,55 jiwa/km 2 3 Mabar Hilir 287 70,50 jiwa/km 2 4 Tanjung Mulia 316 65,47 jiwa/km 2 5 Tanjung Mulia Hilir 315 113,87 jiwa/km 2 Sumber: Laporan Tahunan Puskemas Medan Deli Tahun 2007

Adapun upaya atau kegiatan yang dilakukan oleh pihak Puskesmas Medan Deli untuk mengatasi peningkatan kasus diare setiap tahunnya yaitu: penyuluhan diare, pemberian oralit, kaporisasi, cakupan Balita dengan diare, dan home visit (Laporan Tahunan Puskesmas Medan Deli, 2007). Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan petugas puskesmas dapat diketahui bahwa puskesmas hanya bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota dan tidak berkerjasama dengan sektor lain (Petugas umum & Dinas Kebersihan) untuk mengatasi peningkatan diare. Bentuk kerjasama yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota yaitu dengan menyediakan oralit dan kaporit untuk puskesmas yang kemudian akan diberikan kepada masyarakat yang diketahui menderita diare dan mpunyai kualitas air yang buruk. Skinner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku kesehatan merupakan suatu respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Meskipun perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar, namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor faktor lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini berarti bahwa meskipun stimulusnya sama bagi setiap orang, namun respons setiap orang berbeda. Faktor yang membedakan terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku terbagi dua yakni: determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya: tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin dan sebagainya dan determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering

merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2003). Derajat kesehatan terutama kesehatan dalam keluarga, sangat ditentukan oleh perilaku hidup sehat ibu. Dalam keluarga, ibu memegang peranan besar karena ibu merupakan penggerak/motivator utama keluarga dalam membentuk, membina dan meningkatkan kesadaran akan kesehatan dan lingkungan yang bersih bagi anggota keluarga (Zaahara, 2002). Berdasarkan hasil penelitian Zaahara (2002) di Kecamatan Tanjung Periok diketahui bahwa tingginya angka diare pada balita disebabkan karena sikap ibu dalam mengasuh balita yang kurang memperhatikan tindakan pencegahan diare. Hasil penelitian Erniliana (2006) menunjukkan bahwa karakteristik individu mempunyai hubungan dengan tindakan ibu dalam pencegahan diare pada bayi dan berdasarkan hasil penelitian Akhar (2008), diketahui bahwa pengetahuan ibu memberikan kontribusi paling kuat dibandingkan faktor lingkungan dan sosial ekonomi dalam memengaruhi kejadian diare akut pada Balita. Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Penelitian Kamaruddin (2004) menunjukkan bahwa ada hubungan kejadian diare dengan faktor lingkungan yaitu ketersediaan jamban, sumber air bersih, tempat pembuangan sampah dan higiene perorangan. Berdasarkan uraian tersebut peneliti ingin meneliti pengaruh faktor lingkungan dan karakteristik ibu terhadap tindakan penanganan diare pada Balita di Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli Kota Medan tahun 2009.

1.2. Permasalahan Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah Bagaimana pengaruh faktor lingkungan dan karakteristik ibu terhadap tindakan penanganan diare pada Balita di Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli Kota Medan tahun 2009. 1.3. Tujuan Penelitian Menjelaskan pengaruh faktor lingkungan dan karakteristik ibu (umur, pendidikan, status pekerjaan, pendapatan, pengetahuan dan sikap) terhadap tindakan penanganan diare pada Balita di Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli Kota Medan tahun 2009 1.4. Manfaat Penelitian 1. Meningkatkan peran serta masyarakat terutama ibu dalam penanganan penyakit diare. 2. Sebagai informasi dan bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Medan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Kota Medan. 3. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Medan Deli dalam upaya menangani penyakit diare. 4. Sebagai masukan bagi peneliti lain dan bahan referensi di perpustakaan FKM- USU.