18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan dilaksanakan di lahan sawah irigasi Desa Sinar Agung, Kecamatan Pulau Pagung, Kabupaten Tanggamus dari bulan November 2014 sampai April 2015. 3.2 Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah benih padi Varietas Ciherang, Urea, SP-36, Phonska, Dolomit, Silika (SiO 2 35%), Mangan (MnSO 4. H 2 O), plastik, Niklosamida 500 g/l, Isoprothiolen 400 g/l, Fentin asetat 45%, dan Metil tiofanat 500 g/l. Alat yang digunakan adalah traktor bajak, cangkul, timbangan analitik, gelas ukur, akuades, hand rotary, knapsack sprayer, sabit, penggaris meteran, oven Memmert, alat pemisah benih (seed blower), alat penghitung benih (seed counter), kamera, jerigen 10 dan 20 liter, corong, dan alat tulis. 3.3 Metode Penelitian Untuk menjawab pertanyaan dalam perumusan masalah dan menguji hipotesis, rancangan perlakukan disusun secara faktorial (2x5). Faktor pertama adalah
19 pemberian Mn dengan konsentrasi 0 ppm (M 0 ) dan 5 ppm (M 1 ). Faktor kedua adalah pemberian Si yang terdiri dari 5 taraf konsentrasi, yaitu 0 ppm (S 0 ), 50 ppm (S 1 ), 100 ppm (S 2 ), 150 ppm (S 3 ), dan 200 ppm (S 4 ). Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan kelompok teracak sempurna (RKTS) dengan tiga kali ulangan. Homogenitas ragam antarperlakuan diuji dengan Uji Bartlet dan kemenambahan data diuji dengan Uji Tukey. Jika asumsi terpenuhi, data dianalisis ragam dan dilanjutkan dengan uji ortogonal dan polinomial orthogonal (Tabel 3, Lampiran). Semua pengujian dilakukan pada taraf α 0,05. 3.4 Pelaksanaan Penelitian 3.4.1 Pengolahan tanah Air digenangkan setinggi 2 5 cm sebelum pembajakan. Pembajakan tanah I sedalam 15 20 cm menggunakan bajak traktor singkal lalu tanah diinkubasi selama 3 4 hari. Perbaikan pematang dibuat cukup besar untuk memastikan tidak terjadi rembesan air. Genang lahan sawah selama 2 3 hari sedalam 2 5 cm diatas permukaan. Selanjutnya pembajakan tanah II dilakukan untuk mengendalikan gulma dan pelumpuran tanah. Permukaan tanah diratakan menggunakan garu atau papan yang ditarik tangan. Lahan yang telah diolah diistirahatkan 1 2 hari, supaya lumpur stabil. Penelitian ini menggunakan lahan percobaan seluas 270 m 2 dengan 30 petak percobaan, yang masing-masing petak percobaan tersebut berukuran 3 m x 3 m.
20 3.4.2 Penyemaian Benih yang digunakan adalah benih padi Varietas Ciherang. Benih terlebih dahulu direndam dalam air selama 24 jam. Selanjutnya, benih diperam menggunakan kain kasa selama semalam untuk menyerempakkan perkecambahan benih. Kemudian benih disebar merata di lahan persemaian secara macak-macak. Saat benih berkecambah, beri tambahan air dengan ketinggian air mencapai pangkal batang selama persemaian. Bibit padi yang berumur 14 hst disemprot dengan bakterisida Puanmur 50 SP dengan dosis anjuran 0,5 1,0 l/ha dan insektisida Sidabas 50 EC dengan dosis 0,25 0,50 l/ha untuk mencegah terjadinya serangan penyakit hawar daun bakteri dan wereng batang coklat pada saat persemaian. 3.4.3 Penanaman Pindah tanam dilakukan setelah bibit berumur sekitar 22 hari setelah semai. Pencaplakan dilakukan untuk membuat jarak tanam bibit secara seragam dan teratur. Penanaman dilakukan dengan jarak tanam 25 cm x 25 cm dengan 3 4 batang/rumpun. Setiap satuan petak perlakuan berukuran 3 m x 3 m terdapat 144 rumpun/petak, sehingga untuk mengetahui jumlah bibit yang diperlukan dapat dikalikan dengan tiga puluh petak satuan percobaan. 3.4.4 Aplikasi Mn dan Si Aplikasi Mn dan Si dilakukan sejak tanaman berumur 21 hari setelah tanam. Mn dan Si diaplikasikan sebanyak 3 kali yaitu pada saat 3, 7, dan 11 minggu setelah tanam (MST) dengan konsentrasi MnSO 4.H 2 O sebesar 0 ppm dan 5 ppm
21 sedangkan konsentrasi SiO 2 0 ppm, 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm, dan 200 ppm. Langkah awal yang dilakukan untuk membuat larutan Si dan Mn adalah menghitung konsentrasi Si dan Mn dalam SiO 2 dan MnSO 4. H 2 O dengan cara: ppm Mn atau Si = ( ) % Selanjutnya konsentrasi Mn dan Si diperoleh sebesar 5 ppm Mn (0,016 g/l), 50 ppm Si (0,3 g/l), 100 ppm Si (0,6 g/l), 150 ppm Si (0,9 g/l), dan 200 ppm Si (1,2 g/l). Kebutuhannya disesuaikan dengan volume semprot yang digunakan pada masing-masing waktu aplikasi. Selanjutnya Si yang telah larut disemprotkan ke seluruh permukaan daun bagian bawah dengan menggunakan knapsack sprayer. Aplikasi larutan Si dan Mn dilakukan pada hari yang sama, namun Mn terlebih dahulu diaplikasikan pada daun tanaman padi. Hal ini dikarenakan Si bersifat melapisi jaringan daun tanaman sehingga apabila Si diaplikasikan terlebih dahulu dikhawatirkan Mn tidak dapat menembus kedalam jaringan daun tanaman karena telah terlapisi oleh Si. 3.4.5 Pemeliharaan Penyulaman dimaksudkan untuk mengganti bibit yang mati, agar populasi tanaman tidak berkurang. Penyulaman dilakukan seawal mungkin 7 HST, agar pertumbuhan tanaman sulaman tetap baik. Pupuk dasar yang digunakan adalah 300 kg Urea/ha, 150 kg SP-36/ha, dan 150 kg Phonska/ha yang diberikan pada saat padi berumur 7 14 HST, 21 28 HST, dan 35 50 HST dengan cara disebar.
22 Pengairan dilakukan dengan menggunakan irigasi teknis lahan sawah yaitu sepuluh hari pertama setelah tanam penggenangan sedalam 2 5 cm, selanjutnya dibuat macak-macak, dilanjutkan secara intermitten, yaitu kondisi basah-kering dengan interval 7 10 hari. Pada saat pembungaan diairi kembali kemudian pada saat 10 14 hari menjelang panen pengairan dihentikan. Penyiangan gulma secara mekanis pada 21 dan 42 HST, menggunakan landak atau hand rotary. Penyiangan dilakukan pada kondisi air macak-macak. Penggunaan herbisida disesuaikan dengan gulma target. Pengendalian hama pada fase vegetatif dilakukan dengan menggunakan insektisida Sidabas 500 EC sesuai dengan dosis anjuran, yaitu 0,25 0,50 l/ha. 3.4.6 Pemanenan Panen dilaksanakan pada saat tanaman telah mencapai masak fisiologis yang ditandai dengan bulir padi yang sudah menguning 95% serta kadar air berkisar 17 23%. Pemanenan dilakukan dengan cara memotong batang tanaman padi dengan sabit. Perontokan gabah padi dilakukan dengan menggunakan alat perontok thresher atau perontok bermesin. Pengeringan gabah padi dilakukan secara manual, yaitu dengan menjemur calon benih padi di bawah sinar matahari untuk menurunkan kadar air benih padi hingga 16 18% (gabah kering simpan/gks). Setelah itu, gabah yang sudah kering dibersihkan dari kotoran, jerami, maupun gabah hampa menggunakan alat pemisah benih (seed blower) atau penampi.
23 3.5 Pengamatan Untuk menguji kesahihan kerangka pemikiran dan hipotesis dilakukan pengamatan terhadap komponen pertumbuhan dan produksi padi yang dihasilkan. Tinggi tanaman. Pengukuran dimulai dari pangkal batang yang berbatasan dengan tanah sampai daun yang terpanjang. Pengukuran dilakukan saat tanaman berumur 12 minggu setelah tanam (MST) menggunakan meteran dalam satuan sentimeter. Bobot kering berangkasan. Berangkasan tanaman padi diambil 2 sampel/petak pada saat akhir fase vegetatif atau akan memasuki fase generatif. Berangkasan dikeringkan dengan menggunakan oven Memmert dengan suhu 70 o C selama 3 x 24 jam kemudian ditimbang dengan timbangan Ohaus sensitivitas 0,1 gram, dalam satuan gram. Jumlah anakan maksimum (rumpun). Pengamatan dilakukan saat 21 HST dan diukur 1 minggu sekali. Jumlah anakan maksimum dilihat dengan mengambil rata-rata anakan tertinggi pada pengukuran yang telah dilakukan. Pengukuran dihentikan pada saat tanaman masa primordial (63 HST). Jumlah anakan produktif (rumpun). Jumlah anakan produktif dihitung dari jumlah anakan total yang mampu menghasilkan malai. Jumlah anakan produktif dihitung pada saat tanaman padi berumur 13 MST.
24 Panjang malai. Panjang malai diukur dari pangkal malai hingga ujung malai. Pengukuran dilakukan menggunakan meteran dalam satuan sentimeter. Panjang malai diukur sebelum panen. Bobot gabah isi per rumpun. Bobot gabah isi dihitung dengan cara menimbang semua gabah isi per rumpun. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan timbangan elektirk dengan sensitivitas 0,1 gram. Bobot 1.000 butir gabah. Menimbang 1.000 butir gabah yang telah dikeringkan sampai pada kadar air 14%. Pengamatan dilakukan dengan menghitung benih menggunakan alat penghitung benih (seed counter) sebanyak 1.000 butir dan ditimbang dengan menggunakan timbangan elektrik sensitivitas 0,1 g dalam satuan gram. Hasil padi ton per hektar. Pengamatan dilakukan dengan menimbang bobot gabah pada kadar air 14% per petak panen dengan ukuran 2x2 dalam petak perlakuan kemudian dikonversikan ke dalam satuan ton per hektar.