BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU

II. TINJAUAN PUSTAKA. Proses pengolahan kelapa sawit menjadi crude palm oil (CPO) di PKS,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. minyak adalah kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ). Kelapa sawit (Elaeis guinensis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lemaknya, minyak sawit termasuk golongan minyak asam oleat-linolenat. Minyak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit ( E. guineensis Jacq) diusahakan secara komersil di Afrika, Amerika

Bab II Tinjauan Pustaka

II. TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS OIL LOSSES PADA FIBER DAN BROKEN NUT DI UNIT SCREW PRESS DENGAN VARIASI TEKANAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit (Elaeis guineensis) merupakan tumbuhan tropis yang

KATA PENGANTAR. TEKNIK PENGOLAHA KELAPA SAWIT PERANCANGAN SCREW PRESS Page 1

ANALISA KEBUTUHAN UAP PADA STERILIZER PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN LAMA PEREBUSAN 90 MENIT

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR A. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI CPO. 1 B. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI PKO...6 KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA...

BAB2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. adalah kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ). Kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari Mauritius dan Amsterdam dan ditanam di kebun raya Bogor. Tanaman kelapa sawit

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. minyak adalah kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. dari tempurung dan serabut (NOS= Non Oil Solid).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. minyak adalah kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ). Kelapa sawit (Elaeis guinensis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) di pabrik bertujuan untuk memperoleh minyak

Bab I Pengantar. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengolahan tandan buah segar (TBS) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dimaksudkan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Biji Kemiri Sumber : Wikipedia, Kemiri (Aleurites moluccana) merupakan salah satu tanaman tahunan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. adalah kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq). Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. hutan Brazil dibanding dengan Afrika. Pada kenyataannya tanaman kelapa sawit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan bukti-bukti yang ada, kelapa sawit diperkirakan berasal dari Nigeria,

TINJAUAN PUSTAKA. Belanda dengan bibit yang berasal dari Bourbon (Rheunion) atau Mauritius

KELAPA SAWIT dan MANFAATNYA

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu tanaman perkebunan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tandan Buah Rebus (TBR) yang keluar dari Sterilizer lalu masuk ke bagian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Bagian buah dan biji jarak pagar.

I. PENDAHULUAN. Potensi PKO di Indonesia sangat menunjang bagi perkembangan industri kelapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kelapa Sawit Sebagai Tanaman Penghasil Minyak Sawit. pangan maupun non-pangan dalam negeri.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

! " # $ % % & # ' # " # ( % $ i

BAB II LANDASAN TEORI

Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kelapa Sawit Kelapa sawit, didasarkan atas bukti-bukti fosil, sejarah dan linguistik yang ada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berasal dari Nigeria (Afrika Barat) karena pertama kali ditemukan di hutan belantara

Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sekilas Sejarah Pabrik Minyak Sawit dan Perkebunan Kelapa Sawit

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. dari tempurung dan serabut (NOS= Non Oil Solid). kasar kemudian dialirkan kedalam tangki minyak kasar (crude oil tank) dan

I. PENDAHULUAN. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan pabrik yang mengolah TBS (Tandan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gun Gun Gumilar, Zackiyah, Gebi Dwiyanti, Heli Siti HM Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indinesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) berasal dari Nigeria, Afrika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II PEMBAHASAN MATERI. (TBS) menjadi minyak kelapa sawit CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit

PENGARUH SUHU PADA CRUDE OIL TANK (COT) TERHADAP KADAR AIR DARI MINYAK SAWIT MENTAH (CPO) DI PABRIK KELAPA SAWIT PTPN. IV KEBUN ADOLINA KARYA ILMIAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang

I. PENDAHULUAN. perkebunan kelapa sawit Indonesia hingga tahun 2012 mencapai 9,074,621 Ha.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit disebut dengan Elaeis guinensis Jacq. Elaeis berasal

I. PENDAHULUAN. Indonesia dan kontribusinya terhadap ekspor non migas nasional cukup besar.

BAB II LANDASAN TEORI. Tanaman kelapa sawit adalah jenis tanaman palma yang berasal dari benua

BAB II LANDASAN TEORI. kelapa sawit dan lazim disebut Tandan Buah Segar (TBS). Tanaman kelapa sawit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. produksi dan mutu kelapa sawit mengingat tanaman kelapa sawit baru akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Proses Pengolahan CPO (Crude Palm Oil) Minyak Kelapa Sawit

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ) adalah tanaman berkeping satu yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) berasal dari Nigeria, Afrika

OUTLINE. PERLAKUAN AWAL Tujuan: TEKNOLOGI PENGOLAHAN MINYAK DAN LEMAK PANGAN PENDAHULUAN. Video: Sustainable Palm Oil Production PERLAKUAN AWAL

EFEKTIVITAS PROSES PEMBUANGAN UDARA MELALUI PIPA CONDENSATE PADA STASIUN REBUSAN (STYLIZER) DI PABRIK KELAPA SAWIT

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA KADAR ASAM LEMAK BEBAS (ALB), KADAR AIR, DAN KADAR KOTORAN PADAMINYAK KELAPA SAWIT (CPO) HASIL OLAHAN PT. MOPOLI RAYA ACEH TAMIANG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang dilapisi kulit yang tipis, kadar minyak dalam perikarp sekitar persen.

ANALISA ASAM LEMAK BEBAS (ALB) KERNEL SELAMA PENYIMPANAN PADA PT. SASANA YUDHA BHAKTI SATRIA OIL MILL DESA GUNUNG SARI KECAMATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I SOLVENT EXTRACTION

Korelasi Antara Kadar Air pada Kernel Terhadap Mutu Kadar Asam Lemak Bebas Produk Palm Kernel Oil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

VI. PENINGKATAN MUTU PRODUK KOMODITAS BERBASIS KELAPA SAWIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PRODUKSI BIODIESEL DARI CRUDE PALM OIL MELALUI REAKSI DUA TAHAP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis Guinensis Jack) berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit dihutan Brazil dibandingkan dengan Afrika. Pada kenyataannya tanaman kelapa sawit hidup subur diluar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Papua Nugini. Indonesia, tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat. Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak sawit. Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat batang kelapa sawit yang dibawa dari Mauritus dan Amsterdam kemudian ditanam di kebun Raya Bogor. Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secra komersial pada tahun 1912. (Fauzi, 2004) Menurut Hunger (1924) pada tahun 1869 Pemerintah Kolonial Belanda mengembangkan tanaman kelapa sawit di Muara Enim dan pada tahun 1970 Musi Hulu. Bapak kelahiran industri perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah seorang Belgia bernama Adrien Hallet. Beliau pada tahun 1911 membudidayakan kelapa sawit secara komersial dalam bentuk perkebunan di sungai Liput (Aceh) dan Pulu Raja (Asahan). Pada masa penjajahan Belanda pertumbuhan perkebunan besar kelapa sawit telah berjalan sangat cepat sehingga sangat menguntungkan perekonomian pemerintah belanda. Pada masa pendudukan Jepang pada tahun 1942, pemerintah pendudukan meneruskan perkebunan kelapa sawit ini dan hasilnya dikirim ke Jepang sebagai bahan mentah industri perang. Kemudian semua terhenti karena terjadinya serangan Sekutu pada tahun 1943. Pada tahun 1947 Pemerintah Belanda merebut kembali dua pertiga dari perkebunan yang pernah dikuasai kelaskaran (Stoler, 1985). Kemudian menjelang

6 akhir tahun 1948 maskapai-maskapai perkebunan mereka maing-masing dan menjadi milik mereka kembali. Pada akhir tahun 1957 seluruh perusahaan milik maskapai Belanda diambil alih oleh pemerintah Indonesia. (Risza, 1994). 2.2 Varietas Kelapa Sawit Berdasarkan tebal tipisnya tempurung (cangkang) dan kandungan minyak dalam buah maka kelapa sawit dapat dibedakan dalam tiga tipe, yaitu: 1. Tipe Dura 2. Tipe Pisifera 3. Tipe Tenera Tempurung (cangkang) sangat tebal, kandungan minyak dalam buah rendah. Tempurung sangat tipis bahkan hanya berbentuk bayangan cincin, hampir tidak bertempurung namun kandungan minyak dalam buah tinggi. Merupakan persilangan Dura sebagai pohon ibu, dengan Pesifera sebagai pohon bapak. Tenera bertempurung tipis kandungan minyak tinggi. (Risza, 1994) 2.3 Minyak Kelapa Sawit Salah satu dari beberapa tanaman golongan palm yang dapat menghasilkan minyak adalah kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ). Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah beriklim tropis dengan curah hujan 2000 mm/tahun dan kisaran suhu 22 o -32 o C. Minyak kelapa sawit dapat dihasilkan dari inti kelapa sawit yang dinamakan minyak inti kelapa sawit (palm kernel oil) dan sebagai hasil samping ialah bungkil inti kelapa sawit (palm kernel meal atau pellet).

7 Bungkil inti kelapa sawit adalah inti kelapa sawit yang telah mengalami proses ekatraksi dan pengeringan. Sedangkan pellet adalah untuk yang telah dicetak kecilkecil, berbentuk bulat panjang dengan diameter lebih kurang 8 mm. selain itu bungkil kelapa sawit dapat digunakan sebagai makanan ternak. Minyak sawit adalah trigliserida, yaitu senyawa gliserol dengan asam lemak.sesuai dengan bentuk bangun rantai asam lemaknya, minyak sawit termasuk golongan minyak asam oleat-linoleat.trigliserida adalah senyawa kimia yang terdiri dari ikatan gliserol dengan 3 molekul asam lemak. (Mangoensoekarjo, 2003) CH 2 OH + R 1 COOH CH 2 COOR 1 CH OH + R 2 COOH CH COOR 2 + 3H 2 O CH 2 OH + R 3 COOH CH 2 COOR 3 Gliserol asam lemak trigliserida air Gambar 2.1.Pembentukan trigliserida oleh asam lemak. Sifat trigliserida akan tergantung pada perbedaan asam- asam lemak yang bergabung untuk membentuk trigliserida. 2.3.1 Komposisi Minyak Kelapa Sawit Minyak kelapa sawit merupakan sumber utama minyak pangan dengan tingkat konsumsi ebih dari 80% dan 20 persen buah yang dilapisi kulit tipis ; kadar minyak dalam perikarp sekitar 34-40 persen. Minyak kelapa sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisi tetap karena mengandung sejumlah besar asam lemak tidak jenuh dengan atom karbon lebih dari delapan. (S. Ketaren 1986) 2.3.1.1 Asam Lemak Bebas Asam lemak bebas dihasilkan oleh proses hidrolisis dan oksidasi biasanya bergabung dengan lemak netral. Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit adalah gliserol dan ALB. Reaksi ini akan dipercepat dengan adanya faktor-faktor panas, air, keasaman, dan katalis (enzim). Semakin lama reaksi ini berlangsung, maka semakin banyak kadar ALB yang terbentuk (Anonim, 2001).

8 Kadar asam lemak bebas dalam minyak kelapa sawit, biasanya hanya dibawah 1%. Lemak dengan kadar asam lemak bebas lebih besar dari 1%. Asam lemak bebas, walaupun berada dalam jumlah kecil mengakibatkan rasa tidak lezat.hal ini berlaku pada lemak yang mengandung asam lemak tidak dapat menguap, dengan jumlah atom C lebih besar dari 14. (Ketaren, 1986). 2.3.1.2 Asam Lemak Dua jenis asam lemak yang paling dominan dalam minyak sawit yaitu asam palmitat C 16:0 (jenuh) dan asam oleat C 18:1 (tidak jenuh). Umumnya komposisi asam lemak minyak kelapa sawit adalah sebagai berikut: Tabel 2.1.Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit Nama Asam Jenis Rumus Molekul Kadar (%) Asam Laurat Asam Lemak Jenuh C 11 H 23 COOH 2,0 Asam Miristat Asam Lemak Jenuh C 13 H 27 COOH 1,8 Asam palmitat Asam Lemak Jenuh C 15 H 31 COOH 40 Asam Stearat Asam Lemak Jenuh C 17 H 35 COOH 3,0 Asam Arakhidrat Asam Lemak Jenuh C 19 H 35 COOH 1,0 Asam Linoleat Asam LemakTak Jenuh C 17 H 27 COOH 1,1 Asam Linolenat Asam Lemak Tak Jenuh C 17 H 31 COOH 7,9 Asam Oleat Asam Lemak Tak Jenuh C 17 H 33 COOH 42 Sumber: J.Sartono, 1994 Kelapa sawit mengandung lebih kurang 80 persen perikarp dan 20 persen buah yang dilapisi kulit yang tipis, kadar minyak dalam perikarp sekitar 34-40 persen. Minyak kelapa sawit adalah lemak semi padat mempunyai komposisi yang tetap. Rata-rata komposisi minyak kelapa sawit dapat dilihat pada tabel 2.2. Bahan yang tidak dapat disabunkan jumlahnya sekitar 0,3 persen. Tabel 2.2. Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dan minyak inti kelapa sawit Asam lemaak Minyak kelapa sawit (%) Minyak inti sawit (%)

9 Asam kaprilat Asam kaproat Asan Laurat Asam miristat Asam palmitat Asam stearat Asam oleat Asam linoleat Sumber: S.Ketaren (2005) - - - 1,1 2,5 40 46 3,6 4,7 39 45 7 11 3 5 3 7 46 52 14 17 6,5 9 1 2,5 13 19 0,5 2 2.3.1.3 Standar Mutu Standar mutu adalah merupakan hal yang penting untuk menentukan minyak yang bermutu baik. Ada beberapa faktor yang menetukan standar mutu, yaitu kandungan air dan kotoran dalam minyak, kandungan asam lemak bebas, warna, dan bilangan peroksida. Faktor lain yang mempengaruhi standar mutu adalah titik cair dan kandungan gliserida, refining loss, plastisitas dan spreadability, kejernihan kandungan logam berat dan bilangan penyabunan. Mutu minyak kelapa sawit yang baik mempunyai kadar air kurang dari 0,1 % dan kadar kotoran lebuh kecil dari 0,01 %. Kandungan asam lemak bebas serendah mungkin (lebih kurang 2 % atau kurang), bilangan peroksida dibawah 2, bebas dari warna merah atau kuning (harus berwarna pucat) tidak berwarna hijau, jernih, dan kandungan logam berat serendah mungkin atau bebas dari ion logam. (Ketaren, 2005) 2.4 Manfaat Minyak Kelapa Sawit a. Bahan Baku Makanan Minyak kelapa sawit dapat diolah menjadi bahan makan seperti, mentega, lemak untuk masakan (shortening), bahan tambahan cokelat, bahan tambahan es krim, dan lain-lain. b. Bahan Baku Kosmetika dan Obat-obatan Krim, shampo, lotion dan vitamin A adalah beberapa produk yang berasal dari minyak kelapa sawit. Minyak kelapa sawit jauh lebih mudah diserap kulit dibandingkan dengan minyak lain.

10 c. Bahan Baku Industri Berat dan Ringan Pada industri kulit, minyak kelapa sawit digunakan sebagai bahan pelembut dan pelunak. Minyak kelapa sawit juga digunakan pada industri tekstil karena mudah dibersihkan. Sebagai pelumas, minyak kelapa sawit cukup baik karena tahan terhadap tekanan dan suhu tinggi. d. Biodiesel Biodiesel minyak sawit merupakan biodiesel yang dibuat dengan cara esterifikasi dan transesterifikasi minhyak kelapa sawit dan alkohol rantai pendek. (Pardamean, 2008) 2.5 Pengolahan Kelapa Sawit 1. Pengangkutan TBS ke Pabrik Tandan buah segar hasil pemanenan harus segera diandkut ke pabrik untuk diolah lebih lanjut. Pada buah yang tidak segera diolah, maka kandungan ALB-nya semangkin meningkat. Untuk menghindari hal tersebut, maksimal 8 jam setelah panen, TBS harus segera diolah. Asam lemak bebas terbentuk karena adanya kegiatan enzim lipase yang terkandung didalam buah dan berfungsi memecah lemak/minyak menjadi asam lemak dan gliserol. Kerja enzim tersebut semakin aktif apabila struktur sel buah matang mengalami kerusakan. Untuk itu, pengangkutan TBS ke pabrik mempunyai peranan yang sangat penting. Ada beberapa alat pengangkutan buah yang tepat untuk mengatasi masalah kerusakan buah selama pengangkutan TBS dari perkebunan ke pabrik, yaitu: Lori, Traktor gandengan, atau Truk. 2. Perebusan

11 Buah beserta lorinya kemudian direbus dalam suatu tempat perebusan (sterilizer) atau dalam ketel rebus. Perebusan dilakukan dengan mengalirkan uap panas selama 1 jam atau tergantung pada besarnya tekanan uap. Pada umumnya, besarnya tekanan uap yang digunakan adalah 2,5 atmosfer dengan suhu uap 125 o C. perebusan yang terlalu lama dapat menurunkan kadar minyak dan pemucatan kerenl. Sebaliknya perebusan dalam waktu yang terlalu pendek menyebabkan semakin banyak buah yang tidak rontok dari tandannya. Tujuan dari perebusan adalah: a. merusak enzim lipase yang menstimulir pembentukan ALB, b.mempermudah pelepasan buah dari tandan dan inti dari cangkang, c.memperlunak daging buah sehingga memudahkan proses pemerasan, serta d.untuk mengkoagulasikan (mengendapkan) protein sehingga memudahkan pemisahan minyak. 3. Perontokan dan pelumatan buah Setelah perebusan lori-lori yang berisi TBS ditarik keluar dan diangkat dengan alat Hosting Crane yang digerakkan dengan motor. Hosting Crane akan membalikkan TBS ke atas mesin perontok buah (thresher). Dari thresher, buah-buah yang telah rontok dibawa ke mesin pelumat (digester). Untuk lebih memudahkan penghancuran daging buah dan pelepasan biji, selama proses pelumatan TBS dipanasi (diuapi) terus. Tandan buah kosong yang sudah tidak mengandung buah diangkut ke tempat pembakaran dan digunakan sebagai bahan bakar. Selain sebagai bahan bakar, tandan kosong tersebut sering juga digunakan sebagai bahan mulsa (penutup tanah). 4. Pemerasan atau ekstraksi minyak sawit Untuk memisahkan dari lumatan TBS, maka perlu dilakukan pengadukan selama 25-30 menit. Setelah lumatan buah bersih dari biji sawit, langkah selanjunya adalah pemerasan atau ekstraksi yang bertujuan untuk mengambil minyak masa adukan. Ada beberapa alat yang digunakan dalam proses ekstraksi minyak, yaitu terdiri dari: a. Ektraksi dengan sentrifugasi Alat yang dipakai berupa tabung baja silindris yang berlubang-lubang pada bagian dindingnya. Buah yang telah lumat, dimasukkan ke dalam tabung, lalu diputar.

12 Dengan adanya gaya sentrifugasi, maka minyak akan keluar melalui lubang-lubang pada dinding tabung. b. Ekstraksi dengan cara screw press Prinsip ekstraksi minyak dengan cara ini adalah menekan bahan lumatan dalam tabung yang berlubang dengan alat ulir yang berputar sehingga minyak akan keluar lewat lubang-lubang tabung. c. Ekstraksi dengan bahan pelarut Ekstraksi dengan cara ini adalah dengan menambahkan pelarut tertentu pada lumatan daging buah sehingga minyak akan terpisah dari partikel. Namun cara ini masih kurang efisien untuk digunakan. d. Ekstraksi dengan tekanan hidrolisis Dalam sebuah peti pemeras, bahan ditekan secara otomatis dengan hidrolis. 5. Pemurnian Minyak sawit yang keluar dari tempat pemerasan atau pengepresan masih berupa minyak kasar yang masih mengandung kotoran berupa partikel-partikel dari tempurung dan serabut serta 40-45% air. Minyak sawit yang masih kasar kemudian dialirkan kedalam tangki minyak kasar (Crude Oil Tank) dan setelah melalui pemurnian atau klarifikasi yang bertahap, maka akan dihasilkan minyak sawit mentah (Crude Palm Oil, CPO). Proses penjernian berfungsi untuk menurunkan kandungan air didalam minyak. Minyak ini siap dipasarkan atau mengalami proses pengolahan sampai dihasilkan minyak murni (Procesed Palm Oil, PPO). 6. Pengeringan dan pemecahan biji

13 Biji sawit ynag telah dipisahkan pada proses pengadukan, diolah lebih lanjut untuk diperoleh minyaknya. Sebelum dipecah, biji sawit ini dikeringkan dalam silo, minimal 14 jam dengan sirkulasi udara kering pada suhu 50 o C. Akibat pengeringan ini, inti sawit akan mengerut sehingga memudahkan pemisahan inti sawit dari tempurungnya. Biji sawit yang sudah kering dibawa ke alat pemecah biji. 7. Pemisahan inti sawit dari tempurung Pemisahan inti sawit dari tempurungnya berdasarkan perbedaan berat jenis (BJ) antara inti sawit dan tempurung. Alat yang di gunakan disebut hydrocyclone separator. Dalam hal ini, inti dipisahkan oleh aliran air yang berputar dalam sebuah tabung yang berputar atau dapat juga mengapungkan biji-biji yang telah pecah dalam larutan lempung yang mempunyhai BJ 1,16, kemudian inti sawit dan tempurung dicuci sampai bersih. Kemudian inti sawit harus segera dikeringkan untuk menghindari kerusakan oleh mikroorganisme pada suhu 80 o C. Setelah kering, inti sawit dapat dipak atau diolah lebih lanjut, yaitu diekstraksi sehingga dihasilkan minyak inti sawit (Palm Kernel Oil, PKO). Hasil samping pengolahan minyak inti sawit adalah (Kernel Oil Cake, KOC). (Tim Penulis PS,1997) 2.6. Pengempaan kelapa sawit (presser) Pada proses ini minyak mula-mula diambil dari berondolan dengan cara melumat dan mengempa, proses ini sangat mempengaruhi efiseinsi pengutipan minyak. Alat ini terdiri dari satu buah silinder (press cylinder) dan di dalamnya terdapat dua buah ulir (screw) yang berputar berlawanan arah. Brondolan yang telah mengalami pencacahan dan keluar dari bagian bawah digester sudah berupa bubur. Hasil cacahan tersebut langsung masuk ke alat pengempaan yang berada persis di bagian bawah digester. Pada pabrik kelapa sawit, umumnya digunakan screw press sebagai alat pengempaan untuk memisahkan minyak dari daging buah. Proses pemisahan minyak terjadi akibat putaran screw mendesak bubur buah, sedangkan dari arah yang berlawanan tertahan oleh sliding cone. Screw dan sliding cone ini berada di dalam sebuah selubung baja yang disebut press cage, dimana dindingnya berlubang-lubang diseluruh permukaanya. Dengan demikian, maka minyak dari bubur buah yang terdesak ini akan keluar melalui lubang-lubang press

14 cage, sedangkan ampasnya keluar melalui celah antara sliding cone dan press cage. (Pahan, 2006) Tujuan pengempaan adalah memeras minyak sebanyak mungkin dari massa remasan sehingga kehilangan minyak sekecil-kecilnya, umumnya telah dipakai kempa ulir (screw press) ganda, karena kempa ulir (screw press) adalah yang paling sesuai untuk buah Tenera. Didalam suatu silinder mendatar yang dindingnya berperforasi bekerja dua ulir dengan arah putar yang berlawanan. Pada ujung pengeluaran silinder terdapat suatu konus yng menekan massa ampas kempa yang keluar. Tekanan dapat diatur secara optimalnya. Pengaturan posisi konus dapat dilakukan berdasarkan tekanan dalam kempa atau berdasarkan pemakaian tenaga listrik. Dinding silinder secara terus-menerus dibilas dengan semprotan air panas. Juga kedalam massa disemprotkan uap. Kapasitas kempa dapat diatur dengan penyesuaian putaran ulirnya. Makin tinggi tekanan kempa makin rendah kadar minyak pada ampas kempa, tetapi makin banyak biji yang pecah dalam kempah. Oleh karena itu pilihan tekanan kempa adalah kompromi antara kedua hal tersebut. Untuk buah Tenera kompromi tersebut tercapai pada tingkat kehilangan minyak 7,5% terhadap zat kering. Untuk buah Dura kehilangan ini akan lebih tinggi, karena angka perbandingan biji dengan bagian serabut jauh lebih tinggi, sehingga kemungkinan biji bersinggungan satu sama lain dalam kempa menjadi lebih besar. Dengan demikian minyak yang terperangkap diantara celah-celah, sehingga tidak terperas keluar dari kempa akan lebih banyak. (Mangoensoekarjo.S,3003) Fungsi screw press adalah: 1. Memeras cairan yang terdapat dari bahan buah dan memisahkannya dari inti serta serabut buah. 2. Melumatkan kembali buah yang belum sempat dilumatkan di dalam digester (alat pelumat), agar pengambilan minyak berjalan sempurna pada adonan diberi air panas dengan jumlah tertentu.

15 3. Cairan yang keluar dari pressan mengandung bahan-bahan: minyak, air, serabut halus, bubur daging buah, lumpur tanah, pasir halus dan pasir kasar. Dengan demikian masih banyak bahan yang bukan minyak yang terkandung dalam bahan-bahan yang keluar dari alat kempaan sehingga perlu dimurnikan lebih lanjut dalam proses klarifikasi. Pengambilan cairan minyak menjadi kurang efektif apabila di Screw Press terjadi : 1. Silinder press tersumbat akibat jarang dikosongkan 2. Air panas yang diberikan pada adonan tidak cukup 3. Tekanan screw press dibawah 29-36 Ampere 4. Buah yang tidak cukup matang direbus 5. Screw press telah aus (Karim.A,2001) 2.7. Ekstraksi Minyak Pada dasarnya proses ekstraksi minyak kelapa sawit terdapat beberapa metode, yaitu: 1. Metode Pengempaan Minyak yang terdapat dalam adonan dikeluarkan dari minyak dengan cara gravitsai seperti yang terjadi pada digester dan dengan cara pengempaan atau ekstraksi pelarut. Ekstraksi dengan pengempaan dipengaruhi oleh komposisi adonan. Komposis buah dan cake sangat berpengaruh terhadap proses pengempaan, dan inilah salah satu penyebab evolusi teknologi kempa pada pabrik kelapa sawit. 2. Hydraulic Press Alat kempa hydraulic untuk kelapa sawit diproduksi oleh stork dengan kapasitas 500 kg/jam. Alat ini bekerja dengan tekanan 70 kg/cm 2. Alat kempa ini terdiri dari tabung silinder dengan diameter 54 cm dan tinggi 134 cm. Tekanan yang diperlukan pada sumbu tenaga sangat besar oleh sebab itu kompresor yang digunakan merupakan faktor pembatas dalam pengoperasian alat kempa. Disamping kapasitas sangat rendah dan memerlukan perawatan hydraulic yang lebih intensif menyebabkan pemakaian alat ini tidak berkembang yang kemudian digantikan dengan alat kempa yang praktis dan kapasitas yang tinggi sepertti Screw press.

16 3. Screw Press Mekanisme pengempaan ialah masuknya adonan kedalam cylinder press dan mengisi worm, volume setiap sapce worm berbeda, semakin mengarah keujung screw volume semakin kecil, sehingga perpindahan massa akan menyebabkan minyak terperas. Dan kenyataannya saat ini alat kempa yang dijumpai dipabrik umumnya terdiri dari screw press. Hal ini disebabkan beberapa faktor antara lain: a) Kapasitas olah alat yang tinggi, dan dapat menghemat tempat jika dibandingkan dengan hydraulic press. Kapasitas olah screw press berkisar antara 5-15 ton TBS/jam. b) Karena kapasitas yang tinggi maka biaya opersi per ton TBS sangat rendah. c) Kebutuhan operator untuk mengoperasikan lebih sedikit dibanding dengan hydarulic press. d) Kebutuhan tenaga (power) yang rendah untuk memeras buah. e) Cake breaker conveyor lebih mudah memecahkan gumpalan cake yang keluar. Disamping itu terdapat kelemahannya antara lain: a) Membutuhkan ongkos perawatan yang lebi tinggi. b) Banyak biji yang pecah, terutama biji yang terdiri dari cangklang tipis. c) Minyak yang keluar dari screw press lebih banyak mengandung padatan yang terdiri dari serat, pasir, dan lumpur sehingga minyak yang keluar ke Oil Gutter lebih pekat, dan akan membutuhkan air pengencer yang lebih banyak. d) Akibat peranan pengempaan yang dapat mencincang dan mengaduk adonan maka minyak lebih cenderung mengarah ke emulsi sehingga dalam air buangan yang keluar ke fat pit mengandung minyak yang lebih tinggi.

17 2.8. Faktor yang Mempengaruhi Efisiensi Ekstraksi a. Tipe screw press Terdapat tiga tipe screw press yang umum digunakan dalam PKS yaitu Speichim, Usine de Wecker dan stork. Ketiga alat ini mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap efisiensi pengempaan. Alat Speichim memiliki feed screw, sehingga kontinuitas dan jumlah bahan yang masuk konstan dibandingkan dengan adonan yang masuk berdasarkan gravitasi. Adonan yang masuk kedalam screw press mempengaruhi volume worm yang paralel dengan penekanan ampas., jika kosong maka tekanan akan kurang dan oil losses dalam ampas akan tinggi. Melihat kondisi ini beberapa pabrik pembuat screw press menggunakan feed screw, karena disamping pengisian yang efektif juga melakukan pengempaan pendahuluan dengan tekanan rendah sehingga minyak keluar. Hal ini akan membantu daya kerja dari screw press, karena kandungan minyak telah berkurang. Penggunaan feed screw akan menimbulkan pertambahan investasi dan biaya perawatan yang lebih besar. Oleh sebab itu dalam pengoperasiannya perlu dilakukan perhatian yang lebih intensif. Screw press terdiri dari single shaft dan double shaft yang memiliki kemampuan press yang berbeda-beda, dimana alat press yang double shaft umumnya kapasitasnya lebih tinggi dari single shaft. b. Tekanan kerja screw press Tekanan lawan Penggerak as screw press dilakukan dengan elektromotor yang dipindahkan dengan belt, gigi dan hydroulic. Untuk menurunkan kadar minyak dalam ampas tekanan lawan dinaikkan dengan mengatur cone, hal ini akan menyebabkan efek samping yaitu ditemukan presentase biji yang pecah lebih tinggi dan dapat mempercepat kerusakan screw press, bahkan dapat menyebabkan kebakaran elektromotor screw press. Tekanan kerja cone yang rendah akan menghasilkan ampas dengan kadar minyak yang tinggi dengan sedikit jumlah biji pecah sudah berkurang. Oleh sebab itu pengoperasian screw press hendaknya dipertimbangkan keuntungan dan kerugian yang diakibatkan. Kerusakan cone yang terjadi di pabrik sering dibiarkan begitu saja tanpa diperbaiki, dengan melakukan pengaturan pada panel board yang mengatur amper arus masuk, hal

18 Stabilitas ini sudah bertentangan dengan prinsip kerja alat continous pressing dan berakibat pada kerusakan elektromotor yang cepat. Tekanan yang terlalu bervariasi akan mengakibatkan pengaruh negatif terhadap proses pengempaan dan terhadap alat kempa. Adjust yang dilakukan pada elektromotor dan cone yang secara terpisah tidak dapat mempertahankan tekanan yang stabil. Untuk menstabilkan tekanan kerja dan tekanan lawan pada screw press dilakukan dengan cara mengganti gear drive dengan hydraulic transmisi sehingga ganjalan-ganjalan yang terdapat dalam screw press yang disebabkan ketidak samaan bahan baku dapat diatur secara otomatis. Alat ini sudah banyak dikembangkan pada screw press, serta dapat diatur arah putaran screw sehingga cake yang berbeda dalam cylinder press dapat dikeluarkan. Tujuan untuk menstabilkan tekanan pressan adalah : a) Memperkecil kehilangan minyak dalam ampas, dengan meratanya adonan masuk kedalam screw press yang diimbangi dengan tekanan stabil maka ekstraksi minyak akan lebih sempurna, dengan demikian kehilangan minyak akan lebih rendah. b) Menurunkan jumlah biji yang pecah. Semakin tinggi varaisi tekanan dalam screw press maka jumlah biji pecah semakin tinggi. c) Memperpanjang umur peralatan, seperti screw press, cylinder press dan elektromotor lebih tahan lama karena kurangnya goncangan elektrik dan mekanis. Untuk menstabilkan tekanan pressan maka dilakukan suatu sistem interlocking antara power penggerak screw dengan hydarulic cone. Dengan cara ini satu dengan lainnya saling mengurangi lonjakan-lonjakan tekanan baik karena keadaan adonan maupun akibat perobahan tegangan arus listrik. c. Jumlah air yang digunakan Air yang diberikan pada alat screw press tergantung pada jenis alat. Pemberian air dilakukan dengan cara menyiram cake dalam pressan dari atas bagian tengah atau chute screw press. Jumlah air yang diberikan teragantung pada suhu air, semakin tinggi suhu

19 air, maka jumlah air yang digunakan juga tidak terlalu banyak, karena jika air yang digunakan terlalu banyak dapat berakibat terhadap : a. Kandungan air cake Kandungan air cake yang tinggi dapat menyebabkan proses: 1. Pemecahan cake yang lebih sulit dalam cake breaker conveyor (CBC). Hal ini sering menyebabkan beban CBC yang terlalu berat. 2. Semakin tinggi kandungan air pada ampas,maka kalor bakarnya akan semakin tinggi yang dapat memperkecil kapasitas dan efisiensi boiler. 3. Pemeraman biji yang berkadar air yang lebih tinggi dalam silo biji akan lebih lama dan dapat menyebabkan penurunan efisiensi eksraksi biji yang lebih rendah. b. Penurunan kapasitas screw press akibat bertambahnya kandungan air dan kecepatan gerak cake dalam worm Jumlah air pengencer yang diberikan, menurut hasil percobaan pada beberapa alat screw press, yaitu 50-75% terhadap kandungan minyak dalam adonan tersebut, misalnya jika rendemen minyak 22% dengan kapasitas screw press 10 ton TBS/jam maka iar yang disemprotkan sebagai air pengencer sebanyak 1,1-1,65 M 3. Suhu air yang terdapat pada hot water tank tidak tercapai, maka dilakukan pemberian steam langsung kedalam screw press. Cara ini tidak dibenarkan, karena terjadi kerusakan mutu minyak yakni derajat bleachability yang jelek yang dapat diketahui dari nilai DOBI yang menurun. Oleh sebab itu disarankan agar pemakaian steam langsung dihindarkan sedangkan kekurangan panas dapat diatasi dengan melakukan pengawasan terhadap pemanasan air dalam hot water tank. (Naibaho,P.M.1998).