BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Dalam kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kulit banyak di jumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Hominis (kutu mite yang membuat gatal). Tungau ini dapat menjalani seluruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan pesantren yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam dengan cara

BAB 1 PENDAHULUAN. (Heukelbach et al. 2006). Skabies terjadi pada kedua jenis kelamin, di segala usia,

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia beriklim tropis (Utomo, 2004). Iklim tersebut dapat mempermudah

dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduk yang hidup dengan perilaku dan satunya dilaksanakan melalui pencegahan dan pemberantasan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. tubuh dari pengaruh lingkungan hidup. Organ ini merupakan alat tubuh

BAB 1 : PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Berbagai program telah dilaksanakan oleh pemerintah guna menurunkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes

I. PENDAHULUAN. Skabies adalah penyakit menular disebabkan infestasi dan sensitasi Sarcoptes

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan lingkungan merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial

BAB I PENDAHULUAN. mandi, handuk, sisir haruslah dihindari (Depkes, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kelembaban tinggi. Pedikulosis kapitis merupakan infestasi kutu kepala Pediculus

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh tungau yaitu Sarcoptes scabiei yang berada di liang bawah

Hubungan Kebersihan Perorangan dan Kondisi Fisik Air dengan Kejadian Scabies di Desa Wombo Kecamatan Tanantovea Kabupaten Donggala

BAB I PENDAHULUAN. Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisa

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.17 No.3 Tahun 2017

BAB I PENDAHULUAN. dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat. kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (DepKes RI, 2009).

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajad Sarjana S-1 KEPERAWATAN. Diajukan Oleh : NURMA RAHMAWATI J

BAB I PENDAHULUAN. sehat,tidak bau, tidak menyebarkan kotoran atau menyebabkan penyakit

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN prevalensi scabies di Indonesia sebesar 5,60-12,95 % dan scabies

BAB I PENDAHULUAN. yang setinggi-tingginya. Masyarakat diharapkan mampu berperan sebagai pelaku

BAB I LATAR BELAKANG

Hubungan Personal Higiene dengan Kejadian Skabies pada Santri Pondok Pesantren Al Falah Putera Kecamatan Liang Anggang Tahun 2016

BAB 1 : PEMBAHASAN. penelitian ini menggunakan desain penelitian case control study sehingga kemungkinan

REFERENSI SKRIPSI. Oleh : YUDHA PRAWIRA MANDALA WIJAYA No.BP

PENGARUH SIKAP TENTANG KEBERSIHAN DIRI TERHADAP TIMBULNYA SKABIES ( GUDIK ) PADA SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, di antaranya adalah

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pesantren. Istilah pondok, mungkin berasal dari kata funduk, dari bahasa Arab

BAB I PENDAHULUAN. Sehat adalah hak asasi bagi setiap makhluk hidup baik fisik maupun mental.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Skabies adalah penyakit kulit pada manusia yang. disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var.

HUBUNGAN PENGETAHUAN SANTRIWATI TENTANG PENYAKIT SKABIES DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT SKABIES DI PONDOK PESANTREN

I. PENDAHULUAN. serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Siregar, 2004). Penyakit

PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI WUSTHO (SMP) DI PESANTREN AL-FALAH BANJARBARU

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Buol termasuk di Kecamatan Biau Kabupaten Buol Ibu Kota

gatal-gatal (Yulianus, 2005). Walaupun tidak sampai membahayakan jiwa, penyakit skabies perlu mendapatkan perhatian karena tingkat penularannya yang

HUBUNGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SCABIES PADA SANTRI PUTRA DAN PUTRI DI PONDOK PESANTREN AN-NUR NGRUKEM SEWON BANTUL YOGYAKARTA

LEMBAR INFORMASI. D III Keperawatan Malang, oleh karena itu mohon kesediaan untuk menjadi

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PERILAKU PENCEGAHAN SKABIES DENGAN KEJADIAN SKABIES PADA SISWI KELAS VII MADRASAH TSANAWIYAH MUHAMMADIYAH 15 LAMONGAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. Pediculosis humanus capitis (kutu) adalah salah satu ektoparasit penghisap

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

BAB 1 PENDAHULUAN. sensitisasi ektoparasit yaitu Sarcoptes scabiei varietas hominis. Skabies dalam

BAB I PENDAHULUAN. mencegah kesakitan dan mencegah terjangkitnya penyakit terutama penyakit yang

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 2, Juni 2017 ISSN

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN RINGKASAN. A. Kesimpulan. Kesimpulan yang dapat diambil pada penelitian ini antara lain:

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN SKABIES DI KAMAR PADAT DAN KAMAR TIDAK PADATDI PONDOK PESANTREN MODERN ISLAM PPMI ASSALAAM SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dari lingkungan baru inilah sifat dan perilaku manusia terbentuk dengan sendirinya.

BAB I PENDAHULUAN. Kakimantan Tengah, Kalimantan selatan, Sulawesi Tengah, dan Gorontalo

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. sebagai salah satu kegiatan penelitian Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

PENGARUH KEBIASAAN PERSONAL HYGIENE TERHADAP KEJADIAN SKABIES

HUBUNGAN HIGIENE PERORANGAN, SANITASI LINGKUNGAN DANRIWAYAT KONTAK DENGAN KEJADIAN SKABIES

PERBEDAAN PERSONAL HYGIENE PADA SISWA REMAJA MONDOK DAN YANG PULANG KE RUMAH DI MADRASAH ALIYAH HASAN MUNADI DESA BANGGLE BEJI PASURUAN TAHUN 2015

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SKABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN CIPASUNG KABUPATEN TASIKMALAYA

ABSTRACT. Key words: scabies, environment, behavior ABSTRAK

Universitas Sumatera Utara

6. Laporan Hasil Uji Laboratorium Kimia Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular (BTKL & PPM) Kelas 1 Medan...

Nanda Intan Windi Hapsari Fakultas Kesehatan, Universitas Dian Nuswantoro Semarang, 2014 ABSTRAK


BAB 1 PENDAHULUAN. ditularkan melalui tanah. Penyakit ini dapat menyebabkan penurunan kesehatan,

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN SKABIES DI PONDOK PESANTREN AL-KAUTSAR PEKANBARU

A. Pendahuluan. Sumber: Dokumen Pribadi Penulis (2015). Buku Pendidikan Skabies dan Upaya Pencegahannya

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DAN PERSONAL HYGIENE

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. M. Federspiel, salah seorang pengkaji ke-islaman di Indonesia, menjelang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur, salah satu agenda riset nasional bidang

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEJADIAN SKABIES

BAB 1 : PENDAHULUAN. fenomena penyakit yang terjadi pada sebuah kelompok masyarakat, yang berhubungan,

BAB I PENDAHULUAN. dan berat dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya (Golant dikutip

BAB III METODE PENELITIAN


DAFTAR PUSTAKA. Boediardja, A. S., dkk., Infeksi Kulit Pada Anak dan Bayi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Indonetion University

KUESIONER. A. Data Umum. No. : Nama : Umur : Jenis Kelamin : Pendidikan : Alamat : : Kasus/Kontrol **(coret yang tidak perlu) B.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN HIGIENE PERSEORANGAN, SANITASI LINGKUNGAN DAN STATUS GIZI TERHADAP KEJADIAN SKABIES PADA ANAK

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Pesantren Rhoudlotul Quran di Kauman. Semarang dan waktu penelitian bulan Maret sampai Mei 2014.

ANALISIS FAKTOR RISIKO SCABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN NURUL HIKMAH DESA KEBONAGUNG KECAMATAN PAKISAJI KABUPATEN MALANG ABSTRAK

Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan. Air

KUESIONER PENELITIAN

Siti Nor Ismihayati 1, Pawiono 1, Suparyanto 1

JIMKESMAS JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT VOL. 2/NO.6/ Mei 2017; ISSN X,

DAFTAR ISI. xii. ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga xii. Tesis WA RINA

BAB 1 : PENDAHULUAN. perilaku hidup bersih dan sehat. Pengembangan perilaku hidup bersih dan sehat

FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN DERMATITIS PADA SANTRI DI PESANTREN MODERN AL MUKHLISHIN TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan karena akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang

PERILAKU SANTRI DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT SKABIES DI PONDOK PESANTREN ULUMU QUR AN STABAT

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DAN HIGIENE PERSEORANGAN DENGAN KEJADIAN SKABIES DI RUTAN CABANG SIBUHUAN KABUPATEN PADANG LAWAS TAHUN 2013

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skabies merupakan penyakit endemi di masyarakat. Penyakit ini banyak dijumpai pada anak dan orang dewasa muda, tetapi dapat mengenai semua golongan umur. Penyakit kulit skabies merupakan penyakit yang mudah menular. Penularan skabies biasanya disebabkan oleh sarcoptes scabiei betina yang sudah dibuahi atau kadang-kadang berbentuk larva. Penderita penyakit kulit skabies, terlihat jelas penetrasi pada kulit berbentuk papula, vesikel atau berupa saluran kecil berjejer, berisi kutu dan telurnya. Penyakit Skabies dapat ditularkan secara langsung (kontak kulit dengan kulit) misalnya berjabat tangan, tidur bersama, dan melalui hubungan seksual. Penularan secara tidak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dan selimut. 1 Skabies biasanya menyerang manusia yang biasa hidup secara berkelompok, yang tinggal di asrama, barak-barak TNI, lapas dan pondok pesantren. Pondok Pesantren merupakan salah satu tempat pendidikan agama Islam yang mempunyai fungsi sebagai tempat mendidik manusia sehingga memiliki pengetahuan tinggi dan pondok pesantren termasuk salah satu tempat yang beresiko terjadi skabies karena merupakan tempat yang berpenghuni secara berkelompok. Akibat yang ditimbulkan dari penyakit skabies adalah rasa gatal pada bagian kulit di malam hari. Pada umumnya penyakit skabies menyerang bagian lipatan tubuh, bagian sela-sela jari tangan, di bawah ketiak, pinggang, dan permukaan depan pergelangan tangan. 1,2 Prevalensi skabies di Indonesia cenderung cukup tinggi pada anakanak sampai dewasa. Menurut Depkes RI prevalensi skabies di puskesmas seluruh Indonesia pada Tahun 2008 adalah 5,6% - 12,95% dan skabies menduduki urutan ke-3 dari 12 penyakit kulit tersering. Prevalensi penyakit skabies Tahun 2008 ditemukan di berbagai permukiman kumuh seperti TPA, 1

kasus. 5 Hasil penelitian di Pondok Pesantren Al-Muayyad Surakarta kejadian rumah susun dan pondok pesantren. Prevalensi di Jakarta mencapai 6,20% di Boyolali sebesar 7,6%, Pasuruan sebesar 8,22% dan di Semarang mencapai 5,80%. 3,4 Berdasarkan data yang terdapat di Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011, kejadian skabies di 20 puskesmas menunjukkan bahwa kejadian terbanyak terdapat di daerah Cilacap dengan jumlah 46,8% kasus, urutan kedua di daerah Bukateja dengan jumlah 34,2% kasus dan urutan ketiga di daerah Semarang dengan jumlah 19% kasus. 5 Data profil dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kendal Tahun 2013, penyakit kulit masuk dalam 10 besar penyakit di puskesmas Kabupaten Kendal, dengan persentase 3,44%. 3 Data penderita skabies di Kabupaten Kendal Tahun 2014 sebanyak 3.432 skabies didapatkan perbedaan kondisi fisik air dan hygiene perorangan terhadap timbulnya penyakit skabies, dan mempunyai kebiasaan bergantigantian pakaian atau alat shalat (84,21%), bergantian handuk (82,11%), dan tidur berdesak desakan (91,58%) hal tersebut juga disebabkan karena pengetahuan (74,74%). 6 Berdasarkan penelitian di Pondok Pesantren Niha Yatul Amal menunjukkan bahwa kebiasaan santri dalam pemakaian sabun mandi, kebiasaan pemakaian handuk, kebiasaan berganti pakaian, kebiasaan tidur bersama, dan kebiasaan mencuci pakaian bersama penderita skabies, menunjukkan ada hubungan yang siginifikan dengan antara santri penderita skabies dengan kebiasaan santri dengan presentase 62,9%. 7 Data pondok pesantren di Kabupaten Kendal Tahun 2015 ada 228 pondok pesantren, dengan jumlah santri sebesar 32.435 orang yang tersebar di 30 puskesmas. Puskesmas Pageruyung merupakan salah satu puskesmas di Kabupaten Kendal yang rutin melakukan pemeriksaan di beberapa pondok pesantren di wilayahnya rutin setiap bulan. Pondok Pesantren yang dikunjungi antara lain Pondok Pesantren At - Thoyyibah Parakan Sebaran, Pondok Pesantren Darul Huda Nurusahroh Parakan Sebaran, Pondok 2

Pesantren Al-Furqon - Getas Blawong, Pondok Pesantren Maslahul Anwar - Bangunsari, Pondok Pesantren Ar-Rosyad Pucakwangi dan Pondok Pesantren Darul Al-Qur an Pucakwangi. 8 Berdasarkan survey pendahuluan di pondok pesantren wilayah kerja Puskesmas Pageruyung Kabupaten Kendal, masih banyak pondok pesantren yang mana kondisi sanitasi lingkungannya masih kurang baik, seperti ketersediaan air bersih, kondisi bak mandi yang kurang baik, air yang tidak lagi berwarna jernih, pengurasan bak mandi dilakukan setahun 2 kali, dan higiene perorangan yang juga masih buruk. 8 Kebiasaan santri tersebut meliputi pinjam-meminjam alat pribadi sesama santri seperti sering memakai baju dan handuk secara bergantian, menjemur baju bertumpuk-tumpuk, tidak dijemur di bawah terik matahari, suka merendam baju, membuang sampah bekas sampho tidak pada tempatnya, jendela kamar jarang dibuka, kamar berantakan tidak tersusun rapi, banyak baju yang digantungkan, dan tidurnya bersama-sama dalam satu alas tidur. Kebiasaan tersebut dapat menimbulkan penularan penyakit skabies di pondok pesantren. Berdasarkan keterangan dari pengurus dan para santri di pondok pesantren, sebagian para santri yang sakit berobat di Puskesmas Pageruyung, selain itu tenaga kesehatan Puskesmas Pageruyung juga rutin melakukan pemeriksaan setiap bulan. Hal tersebut dilakukan karena Pos Kesehatan Pondok Pesantren yang ada di 6 pondok pesantren wilayah kerja Puskesmas Pageruyung sudah tidak aktif. Berdasarkan data hasil pemeriksaan rutin di 6 pondok pesantren wilayah kerja Puskesmas Pageruyung penyakit yang sering terjadi yaitu penyakit kulit, termasuk skabies. Data pemeriksaan skabies di 6 pondok pesantren setiap tahunnya semakin meningkat. Pada Tahun 2015 Bulan Januari ditemukan kasus penyakit skabies di masing-masing pondok pesantren adalah sebagai berikut : di Pondok pesantren At-Thoyyibah 37%, Pondok Pesantren Darul Huda Nurusahroh 33,63%, Pondok Pesantren Al-Furqon 32%, Pondok Pesantren Maslahul Anwar 34%, Pondok Pesantren Ar-Rosyid 45% dan Pondok 3

Pesantren Darul Al-Qur an 37%, diduga menderita skabies, karena menunjukan tanda tanda atau gejala seperti ada bintik-bintik merah, kecil pada kulit, ada terowongan pada lipatan kulit, sela-sela jari tangan, jari kaki, sikut, pergelangan tangan, lesi pada kulit, dan merasa gatal pada malam hari. 8 Berdasarkan hal tersebut perlu penelitian lebih jauh tentang Hubungan Kualitas Air Bersih dan Personal Hygiene skabies. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah Apakah ada hubungan kualitas air bersih, dan personal hygiene skabies pada pondok pesantren di wilayah Puskesmas Pageruyung Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal Tahun 2015? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan kualitas air bersih dan personal hygiene skabies pada pondok pesantren di wilayah Puskesmas Pageruyung Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal Tahun 2015. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan kualitas air bersih pada pondok pesantren. b. Mendeskripsikan personal hygiene santri di pondok pesantren. c. Mendeskripsikan kejadian skabies di pondok pesantren. d. Menganalisis hubungan kualitas air bersih skabies. e. Menganalisis hubungan personal hygiene skabies. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis Penelitian ini akan menghasilkan informasi tentang hubungan kualitas air bersih dan personal hygiene yang berkaitan skabies, informasi tersebut bermanfaat secara praktis sebagai bahan 4

kajian untuk bekerjasama dengan departemen agama dalam program kesehatan di pondok pesantren. 2. Manfaat teoritis dan manfaat metodologis Hasil penelitian ini dapat menjadi alternatif tambahan informasi, khususnya mengenai penyakit skabies dan diharapkan dapat memberikan pemahaman dalam rangka menambah ketrampilan peneliti dalam menganalisis dan mengolah data hasil penelitian. E. Keaslian (originality) dan Kebaruan (novelty) Peneliti No (Tahun) 1. Suci Chairiya Akmal (2013) 9 Tabel 1.1 Daftar publikasi yang menjadi rujukan Judul Hubungan Personal Hygiene skabies di pondok Pendidikan Islam Darul Ulum, Palarik Air Pacah, Kecamatan Koto Tangah Padang 2. Frenki (2011) 10 Hubungan personal hygiene santri dengan kejadian penyakit kulit infeksi skabies dan tinjauan sanitasi lingkungan Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru 3. Yudha Prawira Mandala (2011) 11 Faktor faktor yang berhubungan skabies pada santri di Pondok Pesantren Al- Makmur Tungkar Kabupaten 50 Kota Desain Cross Sectional Case Control Cross Sectional Variabel Bebas dan Terikat Personal Hygiene dan Kejadian Skabies Personal Hygiene yang meliputi kebersihan pakaian, kebersihan kulit, kebersihan tangan dan kuku, Kebersihan genetalia, kebersihan handuk dan kebersihan tempat tidur dan seprei Tingkat pengetahuan, sikap, personal hygiene, sanitasi lingkungan dan kejadian skabies. Hasil P value = 0,00 < 0,05 antara Personal Hygiene dengan Kejadian Skabies antara kebersihan pakaian (p = 0,025), kebersihan kulit (p= 0,000), kebersihan tangan dan kuku (p= 0,029), kebersihan genetalia (p=0,000), kebersihan handuk (p=0,034) dan kebersihan tempat tidur dan seprei (p=0,000) skabies Tidak ada tingkat pengetahuan (p=0,263), tidak ada sikap (p=0,706), Tidak ada personal hygiene (p=731), Ada sanitasi lingkungan 5

No Peneliti (Tahun) 4. Btari Sekar Saraswat i ardana Putri (2011) 12 5. Mu linatul Saadatin (2014) 13 Judul Hubungan Hygiene Perorangan, Sanitasi Lingkungan dan status Gizi terhadap Kejadian Skabies pada Anak Hubungan higiene perorangan, sanitasi lingkungan, dan riwayat kontak yang berkaitan skabies di pondok pesantren Al Itqon Kota Semarang Desain Cross Sectional Case Control Variabel Bebas dan Terikat Hygiene perorangan, sanitasi lingkungan, status gizi dan kejadian skabies Hygiene perorangan, sanitasi lingkungan, riwayat kontak dan kejadian skabies Hasil dengan kejaian skabies dengan p value 0,044 antara higiene perseorangan (p=0,001), Ada status gizi (p=0,015), tidak ada sanitasi dengan kejadian skabies (p=0,561) antara hygiene perorangan (p=0,005), yang terdiri dari kebiasaan penggunan alat mandi (p=0,000) dan kebiasaan berpakaian (p=0,008) dengan kejadian skabies.. Beda penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah variabel bebas yang berupa kualitas air bersih, subjek, waktu serta tempat penelitian. 6