GAMBARAN PENGGUNAAN OBAT DAN KEPATUHAN MENGKONSUMSI OBAT PADA PENYAKIT HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Prevalensi hipertensi berdasarkan yang telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan pengukuran tekanan darah terlihat meningkat dengan bertambahnya

GAMBARAN KETEPATAN DOSIS PADA RESEP PASIEN GERIATRI PENDERITA HIPERTENSI DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jumpai. Peningkatan tekanan arteri dapat mengakibatkan perubahan patologis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

POLA PERESEPAN OBAT PADA PENDERITA HIPERTENSI DI APOTEK SEHAT FARMA KLATEN TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

5/30/2013. dr. Annisa Fitria. Hipertensi. 140 mmhg / 90 mmhg

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit

BAB III METODE PENELITIAN. cross-sectional dan menggunakan pendekatan retrospektif, yaitu penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

Saftia Aryzki* dan Alfian R. Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin Jl. Flamboyan III/7B Kayu Tangi Banjarmasin 70123

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Keberhasilan pembangunan adalah cita-cita suatu bangsa yang terlihat

BAB III METODE PENELITIAN. group design with pretest posttest. Penelitian ini dilakukan untuk melihat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI PUSKESMAS SEMPAJA SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konseptual

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. batas-batas tekanan darah normal yaitu 120/80 mmhg. Penyebab hipertensi

BAB V PEMBAHASAN A. PENGARUH PEMBERIAN PISANG AMBON TERHADAP. kelompok kontrol pemberian pisang ambon, rata-rata tekanan darah sistolik

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

darah. Kerusakan glomerulus menyebabkan protein (albumin) dapat melewati glomerulus sehingga ditemukan dalam urin yang disebut mikroalbuminuria (Ritz

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan unit terkecil dalam suatu masyarakat yang terdiri

YUANITA ARDI SKRIPSI SARJANA FARMASI. Oleh

PENGARUH KEPATUHAN DAN POLA PENGOBATAN TERHADAP HASIL TERAPI PASIEN HIPERTENSI

BAB I PENDAHULUAN. yang memerlukan pengobatan dalam jangka waktu yang panjang. Efek

TINGKAT KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT X PADA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) (Purwanto,

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang keilmuan Obstetri dan Ginekologi.

OBAT KARDIOVASKULER. Obat yang bekerja pada pembuluh darah dan jantung. Kadar lemak di plasma, ex : Kolesterol

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi bisa diumpamakan seperti pohon yang terus. Hipertensi yang didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik (SBP, 140

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak terdeteksi meskipun sudah bertahun-tahun. Hipertensi dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baik di negara berkembang maupun di negara maju. Penyakit asma termasuk lima

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

HERNAWAN TRI SAPUTRO J

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

olahraga secara teratur, diet pada pasien obesitas, menjaga pola makan, berhenti merokok dan mengurangi asupan garam (Tedjasukmana, 2012).

KAJIAN PENGGUNAAN OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS TEMINDUNG SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke

TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

INTISARI. Kata Kunci : Hipertensi, Pelayanan Komunikasi, Informasi Dan Edukasi.

BAB I PENDAHULUAN. keadaan cukup istirahat maupun dalam keadaan tenang. 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hipertensi adalah salah satu penyakit dengan kondisi medis yang beragam.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI DESKRIPTIF PEMBERIAN OBAT PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SARIO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian kerena payah jantung, infark miocardium, stroke, atau gagal. ginjal (Pierece, 2005 dalam Cahyani 2012).

sebesar 0,8% diikuti Aceh, DKI Jakarta, dan Sulawesi Utara masing-masing sebesar 0,7 %. Sementara itu, hasil prevalensi jantung koroner menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1)

BAB 1 PENDAHULUAN. Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering

BAB I PENDAHULUAN. seluruh pembuluh dimana akan membawa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah

PENGARUH PENYULUHAN OBAT ANTI HIPERTENSI TERHADAP PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS BALONGSARI SURABAYA BARAT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mekanisme regulasi tekanan darah (pada pengukuran berulang tekanan darah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Farmakoterapi Obat pada Gangguan Kardiovaskuler

BAB II. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

GAMBARAN PENGGUNAAN OBAT DAN KEPATUHAN MENGKONSUMSI OBAT PADA PENYAKIT HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2013 Anita Mursiany 1), Nur Ermawati 2), Nila Oktaviani 3) Dosen Progdi Farmasi Universitas Pekalongan Abstrak Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup istirahat atau tenang. Pengobatan hipertensi untuk menurunkan tekanan darah dan mencegah komplikasi dengan penyakit lain. Hipertensi merupakan salah satu penyakit kronis yang membutuhkan pengobatan dalam jangka panjang bahkan seumur hidup. Sehingga kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat bertujuan untuk menjaga tekanan darah tetap terkontrol. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran penggunaan obat dan kepatuhan mengkonsumsi obat pada penyakit hipertensi di instalasi rawat jalan RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan tahun 2013. Penelitian deskriptif observasional dengan pengambilan sampel menggunakan metode consecutive sampling pada pasien hipertensi yang menjalani rawat jalan di RSUD Kraton Kab. Pekalongan tahun 2013. Sumber data penggunaan obat adalah informasi yang tertulis didalam rekam medik pasien. Kepatuhan mengkonsumsi obat diukur menggunakan kuesioner MMAS (Morisky Medication Adherence Scale) merupakan kuesioner yang digunakan untuk melihat kepatuhan pengobatan pada pasien hipertensi. Obat yang digunakan pada penyakit hipertensi terdiri dari obat tunggal dan kombinasi. Penggunaan Obat tunggal pada penyakit hipertensi adalah golongan beta bloker dengan obat bisoprolol sebesar 33,33%. Obat antihipertensi 2 kombinasi adalah Diuretik kuat dan ACE Inhibitor sebesar 36,47%. Obat antihipertensi 3 kombinasi adalah Diuretik kuat dan ACE Inhibitor dan β- bloker sebesar 31,89%. Obat antihipertensi 4 kombinasi adalah Diuretik kuat dan β-bloker dan ACE Inhibitor dan diuretik hemat kalium sebesar 42,85%. Hasil pengukuran dengan kuesioner MMAS diperoleh persentase tingkat kepatuhan dari 42 pasien yaitu kepatuhan tinggi sebesar 26,20%, kepatuhan sedang sebesar 52,40% dan kepatuhan rendah sebesar 21,40%. PENDAHULUAN Perkembangan penyakit degeneratif telah menjadi suatu masalah yang besar di dunia dan khususnya di Indonesia pada saat ini. Penyakit degeneratif banyak terjadi karena gaya hidup yang tidak sehat. Masyarakat banyak mengkonsumsi makanan instan yang mengandung pengawet, kurang memiliki kandungan gizi yang rendah, 237

mengandung lemak jenuh, garam, gula, dan MSG yang tinggi. Makanan dengan kandungan lemak jenuh dan kalori yang tinggi dapat mengakibatkan kegemukan atau obesitas. Hal ini memacu semakin berkembangnya penyakit degeneratif. Salah satu jenis penyakit degeneratif adalah hipertensi. Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan menunjukkan penyakit hipertensi masuk kedalam 10 besar penyakit terbanyak selama 2 tahun berturut-turut tahun 2012 dan 2013. Data dari RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan penyakit hipertensi masuk dalam 10 besar penyakit terbanyak dan mengalami peningkatan tiap tahunnya. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup istirahat atau tenang (DepKes RI, 2014). Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VII 2003 (DepKes RI, 2014) Klasifikasi tekanan darah Tekanan darah Sistolik (mmhg) Tekanan Darah Diastolik (mmhg) Normal < 120 < 80 Prahipertensi 120-139 80-89 Hipertensi stage 1 140-159 90-99 Hipertensi stage 2 160 atau > 160 100 atau > 100 Tujuan dari pengobatan hipertensi untuk menurunkan tekanan darah dan mencegah komplikasi dengan penyakit lain. Seseorang yang menderita hipertensi dan tidak mendapatkan pengobatan maupun pengontrolan secara rutin bisa menyebabkan terjadinya penyakit yang serius. Penyakit yang serius seperti kerusakan ginjal, jantung koroner, dan stroke. Hipertensi merupakan salah satu penyakit kronis yang tidak dapat disembuhkan, hanya dapat dikontrol 238

dan membutuhkan pengobatan dalam jangka panjang bahkan seumur hidup. Untuk itu, kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat merupakan hal yang penting, bertujuan untuk menjaga tekanan darah tetap terkontrol. Kepatuhan (compliance) dalam pengobatan dapat diartikan sebagai perilaku pasien yang mentaati semua nasihat dan petunjuk yang dianjurkan oleh tenaga medis, seperti dokter dan apoteker mengenai segala sesuatu yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan pengobatan. Kepatuhan dalam minum obat merupakan syarat utama tercapainya keberhasilan pengobatan yang di lakukan (Saragi, 2011) Salah satu cara untuk mengukur kepatuhan mengkonsumsi obat adalah menggunakan Morisky Scale. Skala Morisky yang digunakan untuk menilai tingkat kepatuhan penggunaan obat adalah Self Report Morisky Medication Adherence Scale (MMAS) dengan 8 item pertanyaan. METODELOGI PENELITIAN Penelitian deskriptif observasional dengan pengambilan sampel menggunakan metode consecutive sampling. Teknik pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu yang telah dibuat oleh peneliti berdasarkan ciri atau sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Sampel penelitian adalah pasien hipertensi di instalasi rawat jalan RSUD Kraton Kab. Pekalongan. Pengambilan data di RSUD Kraton Kab. Pekalongan pada tahun 2013. Sumber data penelitian adalah informasi yang tertulis didalam rekam medik pasien dan kuesioner 239

Morisky Medication Adherence Scale (MMAS) yang di isi oleh pasien hipertensi. Kuesioner Morisky Medication Adherence Scale (MMAS) adalah Nilai kepatuhan mengkonsumsi obat 8 skala baru untuk mengukur kepatuhan penggunaan obat dengan rentang nilai 0 sampai 8. Kategori respon terdiri dari ya dan tidak. Item nomor 1 sampai 4 dan 6 sampai 7 Hasil Uji validitas dan reabilitas dari kuesioner MMAS merujuk pada penelitian Evaluasi Pengaruh Konseling Farmasi terhadap Hasil Terapi Pasien Hipertensi Usia Lanjut di Poliklinik Jantung RSUD Undata Palu periode November - Desember 2011 yang dilakukan oleh Ingrid Faustine Hasil validitas menunjukkan semua item nilai 1 untuk jawaban tidak. Item 5 pertanyaan valid dengan nilai r nilai 1 untuk jawaban ya dan 5 skala likert untuk 1 item hitung = 0,3. Reliabilitas kuesioner MMAS menggunakan Cronbach s pertanyaan nomor 8 dengan nilai 1 alpha sebesar 0,715 (dinyatakan untuk jawaban tidak pernah, 0 untuk jawaban sekali-kali, kadangkadang, biasanya dan selalu. MMAS dikategorikan menjadi 3 tingkat kepatuhan obat : kepatuhan tinggi (nilai 8), kepatuhan sedang (6- < 8) dan kepatuhan rendah (nilai < 6) reliabel apabila nilai Cronbach s alpha > 0,60). Hasil uji validitas dan reliabilitas dari kuesioner MMAS menyatakan bahwa kuesioner dapat digunakan sebagai instrument kepatuhan mengkonsumsi obat. (Morisky dkk, 2008). 240

HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel II. Penggunaan obat anti hipertensi tunggal. Golongan Obat Jenis Obat Prosentas antihipertensi e (%) Diuretik Kuat Furosemid 8,33 β-bloker a. Kardioselektif b. Non selektif Atenolol 16,66 Bisoprolol 33,33 Propanolol 16,66 Antagonis kalsium diltiazem 16,66 ARB Candesartan 8,39 Berdasarkan tabel diatas penggunaan obat antihipertensi tunggal yang digunakan oleh RSUD Kraton Kab. Pekalongan adalah furosemid, atenolol, bisoprolol, propanolol, dan candesartan. Furosemid bekerja dengan menghalangi penyerapan natrium, klorida dan air dari cairan yang disaring dalam tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan yang mendalam output urin (diuresis). Atenolol termasuk golongan β- bloker mempengaruhi jantung dan peredaran darah (darah me ngalir melalui arteri dan vena). Mekanisme kerja bisoprolol penghambatan pelepasan renin oleh ginjal, dan pengurangan aliran tonus simpatis dari pusat vasomotor pada otak. Efek samping sakit kepala, mulut kering, vertigo. Propanolol mekanisme kerja β- bloker non selektif (antiaritmia), memblok secara kompetitif respon terhadap stimulasi α-bloker dan β- bloker adrenergik yang akan menghasilkan penurunan denyut jantung. Efek sampimg pusing, gangguan tidur, diare. Diltiazem adalah derivat benzodiazepin yang merupakan prototip dari antagonis kalsium. Mekanisme kerja senyawa ini adalah mendepresi fungsi nodus SA dan AV, juga vasodilatasi arteri dan arteriol koroner serta perifer. Dengan demikian maka diltiazem akan menurunkan denyut jantung dan 241

kontraklititas otot jantung, sehingga terjadi keseimbangan antara persediaan dan pemakaian oksigen pada iskhemik jantung. Diltiazem efektif terhadap angina yang disebabkan oleh vasospasme koroner maupun aterosklerosis koroner. Pemberian diltiazem akan mengurangi frekuensi serangan angina dan menurunkan kebutuhan pemakaian obat nitrogliserin. Efek samping nyeri kepala, pusing, gangguan saluran cerna dan bradikardia. Candesartan golongan ARB merupakan antagonis II pada reseptor AT I, yang menyebabkan penurunan resistensi perifer tanpa adanya reflek peningkatan denyut jantung dan menurunkan kadar aldosteron. ARB tidak menimbulkan efek bradikinin yang menyebabkan munculnya efek samping batuk seperti pada penggunaan ACE I. Namun mempunyai efek samping gangguan pencernaan bila dipakai terus menerus (Tjay, T. H dan Rahardja, 2007). Tabel III. Penggunaan kombinasi 2 obat pada pasien hipertensi Kombinasi 2 obat Prosentase antihipertensi (%) Diuretik kuat +ACE 36,47 Inhibitor ACE Inhibitor+β-bloker 5,88 Antagonis kalsium+ace 2,35 Inhibitor Diuretik kuat+arb 10,53 β-bloker+diuretik kuat 18,82 diuretik kuat+diuretik hemat 4,70 kalium antagonis kalsium+β-bloker 11,76 antagonis kalsium+ diuretik 5,88 kuat diuretik hemat kalium + 1,17 ACE Inhibitor diuretik hemat kalium + β- 2,39 bloker Kombinasi obat antihipertensi sebaiknya dipilihkan dari golongan yang berbeda. Dimulai dari dosis yang rendah untuk meningkatkan keefektifan dan mengurangi efek samping. Kombinasi yang banyak diresepkan adalah diuretik kuat 242

dengan ACE Inhibitor (36,47%). Diuretik kuat dapat meningkatkan efektivitas ACE Inhibitor. Diuretik kuat mencegah retensi cairan oleh ACE Inhibitor sehingga efek obat dapat bertahan lama. Dengan mekanisme kerja yang berbeda sehingga dosis dapat di.kurangi. Tabel VIII. Penggunaan kombinasi 3 obat pada pasien hipertensi Kombinasi 3 obat Prosentase antihipertensi (%) Antagonis kalsium+βbloker+ace 6,03 Inhibitor ARB+ACE Inhibitor + 0,86 diuretic kuat Diuretik kuat + ACE Inhibitor 23,27 + β- bloker β-bloker +antagonis kalsium + 11,20 diuretic kuat Diuretic kuat+ace 31,89 Inhibitor+diuretic hemat kalium Diuretic kuat+βbloker+diuretic 10,34 hemat kalium Diuretic kuat+arb+diuretic 5,17 hemat kalium ARB+β- bloker+diuretic kuat 2,58 Antagonis kalsium+ace 6,89 Inhibitor+diuretic kuat ACE Inhibitor+antagonis 0,86 kalsium+diuretic hemat kalium Antagonis kalsium+diuretic 0,91 kuat+diuretic hemat kalium Obat antihipertensi dengan 3 kombinasi yang sering digunakan golongan obat diuretik kuat dengan ACE Inhibitor dengan diuretik hemat kalium (31,89%). Kombinasi ACE Inhibitor dan beta bloker efektif dan aman diberikan bersama dengan golongan diuretik. Tabel IV. Penggunaan 4 kombinasi obat pada pasien hipertensi Kombinasi 4 obat hipertensi Diuretic kuat+antagonis kalsium+ace Inhibitor+βbloker Diuretic kuat+β-bloker+ace Inhibitor+diuretic hemat kalium Antagonis kalsium+diuretic kuat+diuretic hemat kalium+ace Inhibitor Diuretik hemat kalium β- bloker+antagonis kalsium+diuretic kuat Diuretic kuat+diuretic hemat kalium+arb+β-bloker Prosentase (%) 35,71 42,85 3,57 7,14 10,73 Pasien yang menderita penyakit hipertensi akan membutuhkan lebih dari 3 kombinasi obat antihipertensi untuk dapat menurunkan tekanan darah. Penambahan obat dari golongan yang berbeda boleh dilakukan ketika penggunaan obat tunggal atau kombinasi 2-3 obat dengan dosis adekuat gagal mencapai tekanan darah target. Pemberian obat dengan lebih dari 3 243

golongan obat antihipertensi dimungkinkan dapat mencapai target tekanan darah. Namun harus tetap memperhatikan keamanan, efek samping samping maupun interaksi obat, terutama pada pasien lansia. Kepatuhan dalam pemakaian obat pada pasien hipertensi rawat jalan diukur menggunakan kueisoner MMAS-8. Hasil dari kuesioner dikategorikan menjadi 3 kelompok yaitu kepatuhan tinggi, kepatuhan sedang dan kepatuhan rendah (tidak patuh). Tabel V. Distribusi kepatuhan pemakaian obat antihipertensi Kepatuhan Presentase (%) Kepatuhan Tinggi 26,20 Kepatuhan Sedang 52,40 Kepatuhan Rendah 21,40 Jumlah 100,00 pada penelitian ini dapat disebabkan oleh beberapa alasan. Tabel VI. Alasan Ketidakpatuhan Pemakaian Obat pada Pasien Hipertensi Alasan ketidakpatuhan mengkonsumsi obat Prosentase (%) Lupa 26,90 Merasa sehat 34,90 Lupa membawa obat 8,00 ketika bepergian Bosan 8,00 Obat habis 4,70 Kesulitan mengingat 1,60 obat Efek samping obat 15,90 Jumlah 100% Pasien hipertensi yang lupa dalam pemakaian (minum) obat 26,90% dapat dikarenakan kesibukan pekerjaan yang dilakukan maupun karena berkurangnya daya ingat seperti yang terjadi pada pasien lanjut usia. Tabel di atas menunjukkan Hal ini dapat diatasi salah satunya terdapat sebagian pasien hipertensi yang memiliki ketidakpatuhan dalam mengkonsumsi obat. Ketidakpatuhan pasien hipertensi dengan mengingatkan pasien melalui dukungan keluarga atau teman terdekat (Saragi, 2011). Kurangnya informasi yang 244

diberikan oleh tenaga kesehatan khususnya farmasis juga mungkin dapat menyebabkan ketidakpatuhan pasien dalam pemakaian obat, dapat dilihat dari 34,90% yang menjawab akan berhenti minum obat antihipertensi jika sudah merasa sehat atau enak. Padahal, penghentian pemakaian obat dahulu berkonsultasi kepada tenaga kesehatan. Dukungan keluarga yang kurang dimungkinkan dapat berpengaruh kepada kepatuhan pasien hipertensi dalam pengobatan. Salah satu cara untuk meningkatkan kepatuhan dalam pengobatan dengan dukungan antihipertensi mengakibatkan keluarga atau teman dekat dalam tekanan darah kembali naik dan dapat menimbulkan komplikasi pada tubuh. mengingatkan waktu minum obat agar teratur dalam pemakaian obat demi keberhasilan pengobatan. Alasan lain yang Ketidakpatuhan pasien diungkapkan oleh pasien hipertensi yang mungkin dapat hipertensi juga terlihat pada tidak dilakukannya anjuran dokter dalam mempengaruhi kepatuhan melakukan perubahan gaya hidup pemakaian obat yaitu efek samping yang ditimbulkan oleh obat hipertensi yang diminum. Hal ini dapat dilihat pada 15,90% yang berhenti minum obat tanpa terlebih salah satunya olahraga. Padahal dengan olahraga secara teratur yaitu 3-4 kali dalam seminggu dapat membantu menurunkan tekanan darah sebesar 8-10 mmhg untuk tekanan sistolik dan 6-10 mmhg 245

untuk tekanan diastolik (Susilo & hipertensi yang tidak memiliki Wulandari, 2011). jaminan kesehatan. Ketidakpatuhan Ketidakpatuhan pasien tersebut juga termasuk dalam hipertensi juga terlihat dalam waktu kontrol pasien hipertensi yang mengatakan bahwa melakukan kontrol ke dokter sebulan 1 kali, namun dalam catatan rekam medik ternyata waktu kontrolnya tidak sesuai. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas pasien hipertensi tidak melakukan pemeriksaan ulang (check up) secara teratur. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya kekosongan obat hipertensi sehingga pasien hipertensi tidak minum obat dan tekanan darah kemungkinan dapat naik kembali. Ketidakpatuhan pemeriksaan ulang pada dokter dapat disebabkan oleh keterbatasan biaya pengobatan untuk pasien ketidakpatuhan yang disengaja dan dapat diatasi dengan penggunaan frekuensi pemberian obat serta pengkontrolan dengan interval waktu yang lebih panjang (Saragi, 2011). Alasan lain yang mungkin dapat mempengaruhi kepatuhan kontrol pasien hipertensi yaitu jarak rumah dengan rumah sakit. Pasien akan cenderung malas untuk melakukan pemeriksaan ke pelayanan kesehatan, apabila terletak pada tempat yang jauh. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa 1. Obat tunggal yang digunakan pada penyakit hipertensi adalah golongan beta bloker dengan 246

obat bisoprolol sebesar 33,33%. Penggunaan obat antihipertensi 2. kombinasi adalah Diuretik kuat dan ACE Inhibitor sebesar 36,47%. Penggunaan obat antihipertensi 3 kombinasi adalah Diuretik kuat dan ACE Inhibitor dan β- bloker sebesar 31,89%. Penggunaan obat antihipertensi 4 kombinasi adalah Diuretic kuat dan β- bloker dan ACE Inhibitor dan diuretic hemat kalium sebesar 42,85% 3. Kepatuhan pasien hipertensi di Instalasi rawat jalan di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan 2013 yaitu yang memiliki kepatuhan tinggi dalam pemakaian obat sebesar 26,20%, memiliki kepatuhan sedang sebesar 52,40% dan SARAN pasien yang memiliki kepatuhan rendah sebesar 21,40%. 1. Perlu dilakukan kajian tentang Drug Related Problem pada pasien hipertensi. 2. Perlu dilakukan penelitian tentang kajian keamanan penggunaan obat antihipertensi. 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan kepatuhan mengkonsumsi obat terhadap hasil terapi dan kualitas hidup dari pasien hipertensi DAFTAR PUSTAKA Depkes RI, 2006, Pharmaceutical Care untuk Penyakit Hipertensi, Dirjen Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, Departemen Kesehatan RI, Jakarta DepKes R.I., 2014, infodatinhipertensi. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta 247

Dinkes Kab. Pekalongan, 2012, Profil Kesehatan Kabupaten Pekalongan Tahun 2012, Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan, Pekalongan. Faustine, I., 2011, Evaluasi Pengaruh Konseling Farmasi terhadap Hasil Terapi pasien hipertensi usia lanjut di Poliklinik Jantung RSUD Undata Palu Periode November-Desember 2011, Tesis, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Morisky DE, Ang A, Krousel- Wood M, Ward H. Predictive Validity of a Medication Adherence Measure for Hypertension Control. Journal of Clinical Hypertension 2008; 10(5):348-354 2009, Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Kepatuhan Menjalankan Program Pengobatan Pasien Hipertensi di URJ Jantung RSU Dr. Soetomo Surabaya, Jurnal Keperawatan, Program Studi Keperawatan Sidoarjo, Surabaya. Tjay, T. H dan K. Rahardja, 2007, Obat-obatPenting,Edisi VI, PT Elax Media,Komputindo, Jakarta. www.rsudkraton.com. 2014. Data 10 penyakit terbesar di RSUD Kraton. Kota Pekalongan Pujiyanto, 2007, faktor sosio ekonomi yang mempengaruhi kepatuhan minum obat Antihipertensi di Kota depok, Jurnal penelitian, Saragi, S., 2011, Panduan Penggunaan Obat, Rosemata Publisher, Jakarta Susilo, Y., Wulandari, A., 2011, Cara Jitu Mengatasi Hipertensi, C.V Andi Offset, Yogyakarta Suprianto, Purnawan,K., Arna, Y.D, Kuspiantiningsih, T., 248