BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup tanpa

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH KONSELING KELOMPOK TERHADAP KONSEP DIRI REMAJA DI PANTI ASUHAN DARUL HADLONAH SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. sendiri baik, dan juga sebaliknya, kurang baik. sebagai individu yang sedang berkembang mencapai taraf perkembangan

BAB VI PENUTUP. disimpulkan hipotesis pertama bahwa ada perbedaan konsep diri

BAB I PENDAHULUAN. disiplin diri pada anak. Lingkungan keluarga merupakan salah satu lembaga

PENGARUH KONSELING KELOMPOK TERHADAP KONSEP DIRI REMAJA DI PANTI ASUHAN DARUL HADLONAH SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Kota Padang, terdapat 24 panti asuhan yang berdiri di Kota Padang.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu mempunyai kepribadian yang berbeda-beda. Menurut Hurlock

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan anugerah Tuhan dan juga aset bangsa yang sangat berharga.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Individu pada usia remaja di sekolah adalah sebagai individu yang sedang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang

1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. berhubungan dengan manusia lainnya dan mempunyai hasrat untuk

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

BAB I PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DAKWAH DI PANTI ASUHAN YATIM PIATU BAITUS SALAM KOTA SEMARANG JAWA TENGAH TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan. sosial yang bersifat sementara (Santrock, 1996).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menjalani kehidupan manusia memiliki rasa kebahagiaan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kecerdasan emosional atau Emotional Questient (EQ)

BAB I PENDAHULUAN. bersama, terdapat kerja sama ekonomi, dan terjadi proses reproduksi (Lestari,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hadi Wiguna Kurniawan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari dan juga membutuhkan bantuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Manusia mempunyai berbagai macam kebutuhan salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. antara sekianbanyak ciptaan-nya, makhluk ciptaan yang menarik, yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Johnson (dalam Mastuti,2001) menyatakan bahwa manusia diciptakan bukan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap masa depan seseorang. Seperti yang dituturkan oleh Menteri Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tanda dari kekuasaan dan kebesaran Allah SWT. Yang berlandaskan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN TEMAN SEBAYA DENGAN KEBERMAKNAAN HIDUP PADA REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dikaji, pada umumnya agama seseorang ditentukan oleh pendidikan, pentingnya hidup beragama (Daradjat, 1990 : 35).

BAB I PENDAHULUAN. remaja, yakni masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. dimana kedua aspek tersebut terjadi secara bersama-sama. Sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh menjadi dewasa. Menurut Hurlock (2002:108) bahwa remaja. mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

BAB I PENDAHULUAN. cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Pendidikan. Pendidikan bertanggungjawab atas terciptanya generasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jenis kelamin, status ekonomi sosial ataupun usia, semua orang menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

I. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi masa depan bangsa yang harus dijaga

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat saat ini,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakikatnya, manusia adalah makhluk individu dan sosial. Sebagai makhluk individu, manusia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena

BAB I PENDAHULUAN. Rentang kehidupan individu mengalami fase perkembangan mulai dari

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu tentunya menginginkan kehidupan yang bahagia. Kehidupan bahagia

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Menarche merupakan menstruasi pertama yang biasa terjadi pada seorang

2015 POLA ASUH PANTI ASUHAN AL-FIEN DALAM PENANAMAN KEMANDIRIAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman remaja dalam berhubungan dengan orang lain. Dasar dari konsep diri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari tahapan demi tahapan perkembangan yang harus dilalui. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. mana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisis tentang Gejala Gejala Depresi Yang Di Tampakkan Seorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aisha Nadya, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan kesempatan untuk pertumbuhan fisik, kognitif, dan psikososial tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada masa remaja dianggap sebagai masa transisi dari masa kanak-kanak ke

BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun psikis. Menurut Paul dan White (dalam Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. faktor yang secara sengaja atau tidak sengaja penghambat keharmonisan

BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penerimaan Diri pada Narapidana Remaja Rutan Negara Kelas II B Salatiga,

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang eksis hampir di semua masyarakat. Terdapat berbagai masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

2016 PROFIL ASPIRASI KARIR PESERTA DIDIK BERDASARKAN STATUS SOSIAL EKONOMI DAN GENDER:

BAB I PENDAHULUAN. belajar mengajar merupakan kegiatan utama dalam proses pendidikan di sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. yang sifatnya menembangkan pola hidup yang menyimpang dari norma. perikehidupan dan perkembangan remaja.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (dalam Kompas, 2011) menyatakan bahwa didapatkan jumlah mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Remaja mengalami perkembangan begitu pesat, baik secara fisik maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kemampuan belajar yang dimiliki individu merupakan bekal yang

EFEKTIVITAS PENDEKATAN RATIONAL EMOTIF THERAPY UNTUK MENGATASI KECEMASAN DALAM KOMUNIKASI PADA ANAK TK CEMARA DUA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. Interpersonal Siswa Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip mengenai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari hari, tanpa disadari individu sering kali bertemu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. merupakan watak agama Islam yang dibawanya semenjak lahir.banyak cara. kesempatan untuk meninggikan syi ar Islam.

BAB I PENDAHULUAN. adalah masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak

1 Agus Retnanto, Bimbingan dan Konseling, Kudus, STAIN, 2009, hal Ibid halaman 110

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup tanpa manusia lain dan senantiasa berusaha untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Hubungan antar manusia merupakan fenomena yang menjadi perwujudan dari pemenuhan kebutuhan individu terhadap manusia lain untuk mengembangkan dan mempertahankan hidup (Sumardjono, 1992: 43). Pandangan dan pengalaman hidup menunjukkan bahwa keberhasilan hidup manusia banyak ditentukan oleh kemampuannya mengelola diri dan kemampuan mengelola hubungan dengan orang lain. Manusia sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial dalam bersikap dan berperilaku tidak akan lepas dari konsep diri yang dimilikinya. Individu akan berkembang dan mengalami perubahan-perubahan baik secara fisik maupun psikis sesuai dengan konsep dirinya (Sarwono, 2006: 20). Sejak kecil individu telah dipengaruhi dan dibentuk oleh berbagai pengalaman yang dijumpai dalam hubungannya dengan individu lain, terutama orang terdekat, maupun yang dijumpai dalam peristiwa kehidupan. Sejarah hidup individu dari masa lalu membuat dirinya lebih baik atau lebih buruk dari kenyataan yang sebenarnya.

2 Cara pandang individu terhadap dirinya akan membentuk suatu konsep dirinya sendiri. Konsep tentang diri merupakan hal yang penting bagi kehidupan individu karena konsep diri menentukan bagaimana individu bertindak dalam berbagai situasi (Sobur, 2003: 510) Namun perjalanan hidup seseorang tidak selamanya berjalan dengan mulus. Beberapa anak dihadapkan pada pilihan yang sulit bahwa individu harus berpisah dari keluarga karena suatu alasan, menjadi yatim, piatu atau yatim piatu bahkan mungkin menjadi anak terlantar. Kondisi ini menyebabkan kegelisahan didalam suatu keluarga. Pada kenyataanya hilangnya salah satu anggota keluarga secara fisik tidak mungkin lagi dapat digantikan, tetapi secara psikologis dapat dilakukan dengan diciptakannya situasi kekeluargaan (Jeanette, 2005: 165). Usia remaja memiliki keinginan yang kuat untuk mulai mandiri, tidak terikat pada orang tua, tetapi dia juga masih merasa bingung dalam menghadapi dunia barunya. Erikson berpendapat bahwa isu yang paling penting dan kritis pada masa remaja adalah pencarian konsep diri (Jeanette, 2005: 168). Konsep Diri merupakan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri (Farozin, 2004: 17). Konsep diri mempunyai peranan penting dalam menentukan tingkah laku seseorang memandang dirinya yang tercermin dari keseluruhan

3 perilakunya, artinya perilaku individu akan selaras dengan cara individu memandang dirinya sendiri (Muntholiah, 2002: 42). Menurut Hurlock masa remaja dikatakan sebagai bagian dari generasi penerus yang menjadi tonggak sebagai individu yang bermakna pada hari kemudian diharapkan juga memiliki pemahaman tentang diri yang benar, hal tersebut sangat diperlukan bagi setiap orang dalam menjalani kehidupannya, sehingga diperoleh suatu gambaran yang jelas tentang dirinya dan supaya remaja bisa menjalankan apa yang sudah didapatkannya (Hurlock, 1980: 213). Remaja menurut Zakiah Darajat adalah usia transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa dalam usia 13 tahun sampai 21 tahun (Darajat, 1976: 11). Remaja merupakan pribadi yang sedang berkembang menuju kematangan diri dan kedewasaan. Untuk itu remaja perlu membekali dirinya dengan pandangan yang benar tentang konsep dirinya. Remaja perlu menjaga diri secara efektif agar dapat mempengaruhi orang lain untuk memiliki konsep diri yang postif. Remaja perlu menjadi diri yang mampu menciptakan interaksi sosial yang saling terbuka, saling memperhatikan kebutuhan teman dan saling mendukung. Setiap individu mungkin sering menilai diri sendiri apa, siapa, dan bagaimana diri saya ini sering terbesit di dalam hati pertanyaan seperti itu merupakan suatu bentuk konsep diri (Wanei, 2006: 32).

4 Setiap orang pasti mempunyai konsep diri tertentu terhadap dirinya sendiri. Ada yang mempunyai konsep diri yang negatif dan ada pula yang mempunyai konsep diri positif. Konsep diri yang positif ataupun negatif dapat terbentuk oleh beberapa hal. Konsep diri positif dapat terbentuk melalui penanaman nilai-nilai agama yang kuat, kepercyaan diri, menerima diri sendiri. Untuk konsep diri negatif dapat terbentuk oleh kurangnya perhatian kasih sayang, kurangnya penanaman nilai-nilai agama, kurangnya kepercayaan diri dan tidak mampu menerima diri apa adanya. Namun satu hal yang menentukan adalah cara pandang diri kita sendiri. Semakin seseorang berpendapat negatif maka semakin sering muncul konsep-konsep negatif tentang dirinya sendiri. Sebaliknya semakin seseorang mempunyai pandangan yang positif terhadap dirinya sendiri maka semakin positif pula konsep yang ia miliki (Murdoko, 2004: 84). Berdasarkan pengamatan peneliti, remaja di Panti tersebut sebagian besar memiliki konsep diri negatif misalnya saja bersikap pesimis, meragukan kemampuannya sendiri, menganggap orang tuanya tidak mencintai dirinya, dan tidak percaya diri. Salah satu cara yang ditempuh untuk mengetahui dan memperbaiki konsep diri remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang adalah dengan melakukan penelitian di Panti tersebut dan melakukan proses konseling kelompok. Konseling kelompok pada dasarnya merupakan metode dakwah dengan layanan konseling perorangan dilaksanakan dalam

5 suasana kelompok, terdapat konselor (da i) yang jumlahnya lebih dari seorang dan ada klien (mad u), klien yaitu para anggota kelompok yang jumlahnya biasaya lebih dari dua orang (Prayitno, 1999: 315). Melalui layanan konseling kelompok diharapkan para remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang mampu mengarahkan konsep dirinya dengan positif. Tujuan yang ingin dicapai dalam konseling kelompok yaitu pengembangan pribadi, pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok, dan masalah terselesaikan dengan cepat melalui bantuan anggota lain, khusunya untuk mengarahkan remaja di Panti agar memiliki konsep diri yang positif. Untuk manfaat dari konseling kelompok adalah dapat melatih remaja untuk dapat hidup secara berkelompok dan menumbuhkan kerjasama antar anggota dalam mengatasi masalah, melatih setiap anggota untuk mengemukakan pendapat dan menghargai pendapat orang lain serta dapat meningkatkan kemampuan remaja untuk dapat menilai dirinya sendiri (blogspot.com/2012/05/03/kegunaanmanfaatkonselingkelompok.html pukul 14.00 WIB). Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan penelitiannnya pada remaja baik laki-laki maupun perempuan yang berusia 13-21 tahun yang berada di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang. Pelaksanaan konseling kelompok di Panti Asuhan tersebut belum efektif. Padahal dalam kenyataannya remaja yang tinggal di Panti

6 senantiasa menghadapi problem kehidupan yang perlu dipecahkan. Memperhatikan permasalahan sebagaimana diungkapkan, maka judul skripsi Pengaruh Konseling Kelompok Terhadap Konsep Diri Remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang sangat menarik untuk ditindak lanjuti. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi rumusan masalahnya adalah 1. Adakah perbedaan Konsep Diri sebelum dan sesudah diberikan konseling kelompok pada Remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang? 2. Adakah perbedaan Konsep Diri antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang? 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian Untuk mendiskripsikan, menganalisa, dan menguji secara empiris tentang perbedaan Konsep Diri sebelum dan sesudah diberikan konseling kelompok pada Remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang dan untuk mengetahui Konsep Diri antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang

7 Adapun manfaat penelitian dapat ditinjau dari 2 aspek : 1. Secara Teoritis yaitu : Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam mengembangkan khazanah ilmu pengetahuan dalam dunia Bimbingan dan Penyuluhan Islam khususnya Konseling Kelompok dan Konsep Diri. 2. Secara praktis yaitu : a. Bagi Remaja Panti Asuhan Darul Hadlonah diharapkan bisa mempunyai konsep diri yang positif bahkan semakin meningkat konsep diri positif yang dimiliki melalui konseling kelompok. b. Bagi Pengasuh Panti Asuhan Darul Hadlonah dapat dijadikan rujukan dalam mengembangkan konsep diri remaja melalui konseling kelompok. 1.4. Tinjauan Pustaka Berdasarkan penelitian di perpustakaan ditemukan adanya beberapa skripsi dan buku yang judulnya hampir sama. Skripsi yang dimaksud adalah: Skripsi dengan judul Pengaruh Konsep Diri Terhadap Perilaku Keagamaan Anak di Panti Asuhan Pamardi Putra Mandiri (PPM) Semarang oleh Halimi (2005). Penelitian tersebut menjelaskan tentang bagaimana konsep diri berpengaruh terhadap perilaku keagamaan anak di PPM Semarang. Perbedaan pada penelitian yang peneliti lakukan adalah terletak pada objek dan

8 pembahasannya. Penelitian di atas menjelaskan tentang bagaimana konsep diri mempengaruhi perilaku keagamaan pada anak di Panti PPM semarang. Berbeda dengan penelitian ini lebih menjelaskan tentang perbedaan Konsep Diri sebelum dan sesudah diberikan konseling kelompok pada Remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang dan untuk mengetahui Konsep Diri antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang. Penelitian oleh Dahlia (2006) dengan judul Hubungan Konsep Diri dengan Kecemasan Menghadapi Dunia Kerja pada Mahasiswa Semester Akhir. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa konsep diri berpengaruh terhadap kecemasan menghadapi dunia kerja pada mahasiswa semester akhir. Terdapat perbedaan konsep diri dan kecemasan dalam menghadapi dunia kerja pada semester akhir ditinjau dari jenis kelamin. Berbeda dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah tentang perbedaan konsep diri remaja sebelum dan sesudah diberikan konseling kelompok yang ada di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang dan apakah ada perbedaan konsep diri remaja pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Penelitian oleh Widayat Mintarsih (2009) dengan judul Pengaruh Konseling Kelompok Terhadap Efektivitas Komuniksai Interpersonal Mahasiswa Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang. Hasil penelitian tersebut menunjukkan ada pengaruh

9 konseling kelompok terhadap efektivitas komunikasi interpersonal mahasiswa dakwah terbukti. Artinya jika mahasiswa diberi perlakuan konseling kelompok maka efektivitas komunikasi interpersonal akan meningkat dibandingkan mahasiswa yang diberi perlakuan diskusi dan ceramah pada kelompok kontrol. Berbeda dengan penelitian yang peneliti lakukan, perbedaannya adalah dalam obyek dan pembahasan penlitiannya, peneliti mengambil sampel anak remaja yang tinggal di Panti Asuhan. Pembahasannya tentang perbedaan konsep diri remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang dan untuk mengetahui Konsep Diri antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang. Buku Psikologi Komunikasi karangan Jalaluddin Rahmat yang diterbitkan oleh PT.Remaja Rosdakarya pada bulan oktober tahun 1998. Peneliti mengambil indikator skala konsep diri dari buku tersebut. Dalam buku tersebut dipaparkan bahwa ciri-ciri konsep diri positif itu adalah yakin akan kemampuan mengatasi masalah, merasa setara dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, dapat menyadari bahwa setiap orang memiliki perasaan, dan mampu memperbaiki dirinya. Ciri-ciri konsep diri positif itulah yang dijadikan indikator dalam skala konsep diri. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini lebih berorientasi pada konseling kelompok dan konsep diri remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang dan untuk mengetahui Konsep Diri

10 antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang. Konseling kelompok diharapkan para remaja mampu menemukan konsep diri yang sebenarnya yang dimiliki, dan memperbaiki konsep yang negatif menjadi konsep diri yang positif. 1.5. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan penelitian skripsi ini terdiri dari 6 bab, yaitu: Bab I merupakan bab Pendahuluan. Pada bab ini menguraikan tentang uraian global mengenai persoalan yang akan dibahas dalam bab selanjutnya. Bab ini terdiri atas : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika Penulisan. Bab II adalah Kerangka Dasar Pemikiran Teoritik yang menjelaskan tentang Konsep Diri (deskripsi variabel dependen) dan Konseling Kelompok (deskripsi variabel independen). Bab kedua ini dibagi menjadi 4 sub bab. Sub bab pertama akan dijelaskan Pengertian Konsep Diri, Aspek-aspek Konsep Diri, Pembentukan dan perkembangan Konsep Diri, Pentingnya Konsep Diri, Jenis-jenis Konsep Diri, Ciri-ciri Konsep Diri dan Pembagian Konsep Diri. Sub bab kedua akan dijelaskan Pengertian Konseling Kelompok, Tujuan Konseling Kelompok, Komponen dalam Konseling Kelompok, Asasasas Konseling Kelompok, Tahapan Konseling Kelompok dan Jenis

11 Konseling Kelompok. Sub bab ketiga berisi tentang Pengaruh Konseling Kelompok terhadap Konsep Diri Remaja dan sub bab keempat membahas Hipotesis. Bab III membahas metodologi penelitian yang didalamnya memuat sub bab tentang Jenis dan Metode Penelitian, Definisi Konseptual dan Operasional, Jenis Data, Populasi, Teknik Pengumpulan Data, dan Teknik Analisis Data, Rancangan Penelitian, Prosedur Penelitian dan Pelaksanaan Penelitian. Bab IV memaparkan Gambaran Umum Obyek Penelitian yang terdiri dari data umum dan khusus. Data umum meliputi : Sejarah singkat Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang, Tujuan didirikannya Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang, Kepengurusan dan keadaan anak asuh, Program dan Pelaksanaan kegiatan di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang, dan Dana pendukung dan hambatan yang ada di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang. Sedangkan Data Khusus meliputi Konseling Kelompok dan Konsep Diri Remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang. Bab V berisi tentang Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab kelima ini dibagi menjadi dua sub bab. Sub bab pertama yaitu Deskripsi data yang isinya deskripsi subyek data penelitian, Deskripsi data penelitian, Analisis data (uji Normalitas dan uji Hipotesis ), sedangkan sub bab kedua berisi Pembahasan hasil penelitian

12 Bab VI adalah penutup. Bab ini memuat Kesimpulan yang merupakan Hasil dari Penelitian Pengaruh Konseling Kelompok dan Konsep Diri Remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang. Kemudian saran-saran serta diikuti dengan uraian penutup. Setelah penutup dibagian akhir dicantumkan Daftar Pustaka, Lampiranlampiran dan Biodata peneliti.