KIAI WAHID HASYIM SANG PEMBAHARU PESANTREN. Oleh, Novita Siswayanti, MA. *

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Burhan Nurgiyantoro, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah, (Yogyakarta : BPFE, 1988), hlm. 1

BAB I PENDAHULUAN. harus berhadapan langsung dengan zaman modern. dilepas dari kehidupan manusia. Islam juga mewajibkan kepada manusia

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. (Perserikatan Bangsa-Bangsa). (Yusuf dan Anwar, 1997) dalam menjawab tantangan zaman di era globalisasi. Pembelajaran bahasa Arab

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian yang dibahas pada bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai berikut: Konsep pendidikan Islam dari K.H.

2015 PERKEMBANGAN PENDIDIKAN PESANTREN CIPARI DESA SUKARASA KECAMATAN PANGATIKAN KABUPATEN GARUT TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. Era globalisasi dewasa ini dan di masa datang sedang dan akan. mempengaruhi perkembangan sosial budaya masyarakat muslim Indonesia

BAB V PENUTUP. maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1)diri sendiri, yang meliputi aspekfisik dan psikis berupa aspek

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab

BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Pemerintah kabupaten dan kota di

Games Book sebagai Media Peningkatan Minat Baca pada Pembelajaran Bahasa Indonesia SD Kelas Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Pembelajaran

PROFIL AISYIYAH BOARDING SCHOOL BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Lia Nurul Azizah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. untuk melaksanakan proses belajar mengajar yang diarahkan untuk

I. PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kiai Haji Ahmad Dahlan adalah seorang ulama, tokoh pendidikan, dan juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: Mizan,1995), hlm Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat,

BAB I PENDAHULUAN. lembaga sekolah, non formal yakni keluarga dan informal seperti halnya pondok

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap dunia pendidikan dan pembentukan sumber daya manusia

BAB V KESIMPULAN. menyebabkan beliau dihargai banyak ulama lain. Sejak usia muda, beliau belajar

BAB I PENDAHULUAN. instansi atau kementerian, pada masa kemerdekaan masalah-masalah agama secara

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. pesantren terus tumbuh dan berkembang sejalan dengan perkembangan dunia

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. sekolah dengan keefektifan sekolah di MTs Kabupaten Labuhanbatu Utara.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tubagus Arief Rachman Fauzi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi dalam suatu dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai satu atau. lebih, sehingga terjadi interaksi antar individu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam dunia pesantren ada beberapa hal yang menjadi kendala

DAFTAR PUSTAKA. Sholeh, Muhammad. Al-Risalatu al-shafiyah fi al-masa il al-fiqhiyah. Bojonegoro: Pondok Pesantren At-Tanwir

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. bab-bab sebelumnya, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan agama khususnya Pendidikan agama Islam sangat dibutuhkan

Relevansi Pemikiran Pendidikan KH Wahid Hasyim Kini dan Mendatang

BAB I PENDAHULUAN. berbicara dipelajari sebelum memasuki jenjang sekolah, sedangkan menulis

BAB I PENDAHULUAN. dalam ikut serta mencerdaskan bangsa. Banyaknya jumlah pesantren di Indonesia,

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jember. Atau sekitar 3 km dari jantung kota Jember dan 2 km dari pasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan potensi sumber daya

PENDIDIKAN DI PONDOK PESANTREN MODERN

1. PENDAHULUAN. dikarenakan sasaran dari pendidikan adalah peningkatan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan education. diterjemahkan dengan tarbiyah yang berarti pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang diterapkan oleh pemerintah

PERAN KELOMPOK KERJA GURU (KKG) DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR DI GUGUS 1 BARUGA KOTA KENDARI

BAB 1 PENDAHULUAN. secara sadar dapat mengembangkan aspek potensial dalam dirinya terhadap. sehingga Allah meninggikan kedudukannya beberapa derajat.

2015 PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI TRANSFORMASI FILM DOKUMENTER

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu masyarakat dapat dilihat dari perkembangan pendidikannya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi akan lancar apabila perbendaharaan katanya cukup memadai. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu 1

BAB V PEMBASAHAN. paparkan di bab I,IV, dan VI, di Tehap selanjutnya adalah pembahasan. Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. modal pembangunan negara telah tersedia. Pada saat ini pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua

BAB I PENDAHULUAN. setiap warga negara dalam mengenyam pendidikan. Mulai dari sekolah dasar,

PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM TRADISIONALIS DI INDONESIA (Analisis Pemikiran Pendidikan K.H. A. Wahid Hasyim) M u z a m m i l

BAB I PENDAHULUAN. tertua sekaligus merupakan ciri khas yang mewakili Islam tradisional

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan manusia yang cerdas dan berkarakter. Pendidikan sebagai proses

2014 PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-ISLAMIYYAH DESA MANDALAMUKTI KECAMATAN CIKALONGWETAN KABUPATEN BANDUNG BARAT

SAMBUTAN KETUA DPR RI BAPAK H. MARZUKI ALIE, SE, MM. PADA ACARA PERESMIAN KANTOR BARU PWNU SUMATERA UTARA Medan, 06 Januari 2010

BAB IV PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP PESANTREN

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia diatur dalam undang-undang, termasuk pola pendidikan. Pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak hanya berasal dari kata-kata yang dikeluarkan oleh ucapan (vokal)

BAB I PENDAHULUAN. demikian, persaingan harus diikuti dengan standar-standar yang telah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Politik etis adalah politik balas budi atau politik kehormatan, namun

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. sebelumnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI SEKOLAH BERBASIS PESANTREN DI SMP DARUL MA ARIF BANYUPUTIH KABUPATEN BATANG

BAB I PENDAHULUAN. seperti kebudayaan Minang, Sumba, Timor, Alor dan lain-lain). Dalam Ilmu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah : Kuttab/maktab, aljami, majelis ilmu atau majelis adab, dan. mempengaruhi perkembangan pendidikan Islam di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu Sosial. Supardi (2011: 183)

TUGAS INDIVIDU PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEBAGAI PUSAT SUMBER BELAJAR. Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengelolaan Perpustakaan Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas ruang, kurikulum, kreatifitas pengajar dan input santri. Pondok pesantren

RINGKASAN DAN SUMMARY

BAB I PENDAHULUAN. (Sutama dalam rachmawati, 2000:3). Mutu pendidikan sangat tergantung pada

A. Program Magister Pendidikan Agama Islam (S2 PAI) 1. Standar Kompetensi Lulusan Jenjang Strata Dua (S2) Progam Magister

SAMBUTAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI pada Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2015

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yaitu dengan diberlakukannya kurikulum 2013 yang menuntut

MADRASAH DAN PEMBEDAYAAN PERAN MASYARAKAT Oleh: Soprayani

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menghiraukan penderitaan bangsa yang dijajah. Indonesia merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam BAB I ini dipaparkan tentang : a. Konteks Penelitian, b. Fokus

berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja

2014 PENGEMBANGAN MEDIA INTERAKTIF PEMBELAJARAN CERITA PENDEK BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK

Transkripsi:

KIAI WAHID HASYIM SANG PEMBAHARU PESANTREN Oleh, Novita Siswayanti, MA. * Abstrak: Pemikiran pembaharuan Kiai Wahid Hasyim telah memberikan pencerahan bagi eksistensi pesantren dalam menentukan arah serta warna pendidikan nasional di masa depan. Kiai Wahid Hasyim memiliki pemikiran yang modern, wawasan dan gagasan pemikiran yang cemerlang jauh ke depan, responsif terhadap perubahan dan pembaharuan ke arah yang lebih baik. Ia menggagas pendidikan modern di lingkungan pesantren, dalam mewujudkan pikiranpikiranya mengenai pesantren, lalu ia mendirikan Madrasah Nizamiah yang kemudian terwujud pada tahun 1935. Kata-Kata Kunci : Kiai Haji Wahid Hasyim, Pembaharu Pesantren Pendahuluan Pemikiran pembaharuan Kiai Wahid Hasyim telah memberikan pencerahan bagi eksistensi pesantren dalam menentukan arah serta warna pendidikan nasional di masa depan. Kiai Wahid Hasyim adalah seorang tokoh reformis, pembaharu pendidikan di pesantren. Walaupun berasal dari kalangan tradisionalstereotipe antiperubahan dan resisten terhadap pemikiran serta gagasan Barat. Namun demikian Kiai Wahid memiliki pemikiran yang modern, wawasan dan gagasan pemikiran yang cemerlang jauh ke depan, responsif terhadap perubahan dan pembaharuan ke arah yang lebih baik. Selektifadaptif mengadopsi dan menyeleksi ilmu pengetahuan dan budaya asing. Pragmatis-dinamis menerapkan nilai-nilai budaya asing yang positif untuk kemajuan pendidikan di pesantren. Dilahirkan dan dibesarkan di lingkungan pendidikan (1914 M-1953 M), tepatmya pesantren Tebuireng telah menginspirasikan Kiai Wahid, * Peneliti Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama. 1

2 Volume 13, Nomor 2, Juni 2011 putra kelima tokoh Nahdatul Ulama dari pasangan K.H. Hasyim Asy ari dengan Nyai Nafiqah Ilyas (H. Aboebakar, 2011:157) untuk mengubah citra dan profil pesantren sebagai lembaga pendidikan yang adaptif dan antisipatif terhadap perubahan dan kemajuan zaman dan teknologi tanpa meninggalkan nilai-nilai religius. Kiai Wahid berpikiran bahwa pesantren harus mampu menempatkan dirinya sebagai lembaga pendidikan yang dinamis, kreatif, produktif, dan efektif, serta inovatif terhadap perubahan dan perkembangan zaman. Otodidak yang dilakukan Kiai Wahid memberikan pengaruh signifikan bagi pemikiran dan kiprahnya dalam pendidikan dan pengajaran di pesantren. Sejak usia 13 tahun Wahid memulai pengembaraan ke sejumlah pesantren di Jawa Timur. Mondok berpindah-pindah mencari dan memperoleh keberkahan ilmu dari sang kiai. Wahid lebih banyak belajar secara otodidak. Ia mempelajari sendiri kitab-kitab dan syair-syair berbahasa Arab. Meskipun tidak sekolah di lembaga pendidikan umum milik pemerintah Hindia Belanda, pada usia 15 tahun sudah mengenal huruf latin dan menguasai bahasa Inggris dan Belanda. Kedua bahasa asing itu dipelajari dengan membaca majalah yang diperoleh dari dalam negeri atau kiriman luar negeri. (Salahudin Wahid, 2011:3). Ia menggagas pendidikan modern di lingkungan pesantren. Kecintaan dan perhatian Kiai Wahid terhadap pendidikan telah menggugahnya untuk mewujudkan sosok pesantren sebagai lembaga pendidikan yang modern dan terbuka terhadap modernitas dan globalisasi. Pesantren tidak lagi dicitrakan sebagai dunia pendidikan yang eksklusif mempelajari ilmu agama semata, tertutup dan tidak peduli terhadap masalah-masalah sosial dan perkembangan dunia modern. Ia mengajukan beberapa usul pembaharuan dalam metode serta tujuan belajar di pesantren dan pendirian madrasah. (Aziz Masyhuri, 2009:86). Memasukkan ilmu pengetahuan umum, membuka perpustakaan, serta mendatangkan berbagai bacaan berbahasa Melayu, Inggris, dan Arab. Sehingga pesantren dapat memberikan kontribusi dan memenuhi tuntutan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan. Kiai Wahid mengusulkan sistem tutorial, sebagai pengganti sistem bandongan dan sorogan. Kedua metode tersebut menurutnya sangat tidak efektif untuk mengembangkan inisiatif para santri. Dalam metode itu santri datang hanya untuk mendengarkan, menulis, dan menghapal pelajaran yang diberikan; tanpa kesempatan mengajukan pertanyaan atau bahkan mendiskusikan pelajaran. Tetapi dengan sistem tutorial sangat efektif

Volume 13, Nomor 2, Juni 2011 3 untuk menumbuhkembangkan kreatifitas dan daya pikir kritis santri terhadap teks dan konteks bacaan yang dipelajarinya. Kiai Wahid juga mengembangkan infrastruktur pesantren. Dia membangun sejumlah gedung dan melengkapi koleksi perpustakaan. Ragam bacaan tersedia, mulai buku teks pelajaran, sastra, hingga aneka koran dan majalah. Di rak-rak perpustakaan Tebuireng juga banyak buku berbahasa Arab, Belanda dan Inggris. Santri memiliki kesempatan untuk menambah wawasan pengetahuan dan keterampilan secara mandiri melalui membaca buku-buku di perpustakaan. Kiai Wahid mengharapkan terjadinya proses belajar mengajar yang dialogis. Di mana posisi guru ditempatkan bukan lagi sebagai satu-satunya sumber belajar. Pendapat guru bukanlah suatu kebenaran mutlak sehingga pendapatnya bisa dipertanyakan bahkan dibantah oleh santri. Proses belajar mengajar berorientasi pada murid, sehingga potensi yang dimiliki akan tereksplorasi dan terwujud dan ia akan menjadi dirinya sendiri. Kiai Wahid mencoba mengubah persepsi dan paradigma pesantren sebagai lembaga pendidikan yang semata-mata berorientasi pada urusan ukhrawi dan mencetak ulama. Wahid berpendapat penting bagi santri untuk memahami pengetahuan umum dan memiliki keterampilan selain mendalami ilmu al-qur an, fikih dan bahasa Arab. Ia juga mendorong santri banyak membaca dan berorganisasi. Kiai Wahid berharap pesantren sebagai wahana untuk menumbuhkan dan memotivasi apresiasi kompetensi santri, baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik yang berlandaskan Islam. Sehingga santri pun mampu untuk melakukan akselerasi dan transformasi yang signifikan terhadap masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat. Dengan bekal keilmuan yang cukup, pengalaman yang luas, serta wawasan global yang dimilikinya, Kiai Wahid mulai melakukan terobosan-terobosan besar di Tebuireng. Gagasan dan pemikiran cemerlang Kiai Wahid tidak disetujui oleh ayahandanya, Hasyim Asy ari. Terlalu moderat dan sangat bertolak belakang dengan pemikiran pemimpin pesantren saat itu. Tetapi K.H. Hasyim Asy ari mengizinkan puteranya mendirikan institusi baru, Madrasah Nizamiah yang kemudian terwujud pada tahun 1935. (Achmad Zaini, 1998:45). Wahid Hasyim pun melaksanakan pilot project-nya. Pertimbangannya, jika santri di pesantren menguasai ilmu-ilmu Barat, bahasa asing, dan keterampilan modern, tentu sangat mudah bagi santri untuk berkompetisi dengan koleganya yang belajar dari pendidikan Barat. Di samping itu santri pun dapat berperan

4 Volume 13, Nomor 2, Juni 2011 aktif dalam perjuangan melawan penjajah asing di Indonesia pada masa penjajahan. Dan masa kini santri dapat beradaptasi terhadap globalisasi dan modernisasi. Institusi baru yang digagas Kiai Wahid, Madrasah Nizamiah menggunakan ruangan kelas, berbangku, dan berpapan tulis untuk segala macam tingkat pengajaran. Menerapkan sistem klasikal, sistem belajar secara berjenjang, dua tingkat, yaitu Shifir Awal dan Shifir Tsani dengan batasan waktu dan ilmu-ilmu tertentu. Santri yang akan belajar diseleksi terlebih dahulu dengan persyaratan tertentu untuk menerima dan mengikuti pelajaran. Sedangkan kenaikan tingkat pendidikan santri tidak dinyatakan dengan bergantinya kitab yang khatam (selesai) dikaji dan diikuti santri, tetapi evaluasi akhir dari tiap jenjang pendidikan. Kiai Wahid pun mengubah kurikulum tradisional dan beranjak pada suatu rumusan yang berbasis pada kebutuhan kontemporer. Konsep kurikulum yang diterapkan lebih mengarah pada keterpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik yang berlandaskan nilai-nilai Islam. Sederhananya, kini para santri tidak hanya diajari kitab kuning dan bahasa Arab saja, melainkan juga diberikan bekal ilmu pemgetahuan umum, bahasa Inggris dan keterampilan lengkap lainnya. Ketertarikan dan keahlian Kiai Wahid dalam dunia jurnalistik sebagai inspirasi untuk memberikan keterampilan santri dalam mengetik dan menulis. (Majalah Tempo, 2011:75). Dalam proses belajar, ia juga menekankan pentingnya proses dialogis dan diskusi antara kiai dengani santri, dan antara santri dengan santri. Apa yang dilakukan oleh Kiai Wahid merupakan inovasi baru bagi kalangan pesantren, khususnya Tebuireng. Pesantren mengalami pergeseran ke arah perkembangan positif, baik secara kultural maupun struktural, dari segi kelembagaan, kurikulum, dan metode pembelajaran. Modernisasi pesantren telah mengubah fungsi utamanya sebagai reproduksi ulama. Fungsi pesantren menjadi lebih luas dan telah banyak memberikan kontribusi dan sumbangan kepada masyarakat luas baik dalam bidang pendidikan, pengabdian serta perjuangan. Pemikiran pembaharuan Kiai Wahid telah memberikan pencerahan bagi eksistensi pesantren dalam menentukan arah serta warna pendidikan nasional di masa depan.

Volume 13, Nomor 2, Juni 2011 5 P e n u t u p Dari uraiang-uraian yang lalu dapat diambil kesimpulan bahwa, Kiai Wahid Hasyim salah pembaharu Pondok Pesantren di Indonesia, khususnya Pondok Pesantren Tebuireng. Pesantren mengalami pergeseran ke arah perkembangan positif, baik secara kultural maupun struktural, dari segi kelembagaan, kurikulum, dan metode pembelajaran. Pembelajaran tidak lagi dilakan secara pasif dengan monoton para guru, tetapi dilakukan juga secara dialogis dan diskusi baik antara guru dengan santri maupun antara santri dengan santri. Daftar Rujukan H. Aboebakar. 2011. Sejarah Hidup KH. A. Wahid Hasjim, Bandung, PT. Mizan Pustaka. Achmad Zaini. 1998. K.H. A. Wahid Hasyim, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama. Aziz Masyhuri. 2009. 99 Kiai Kharismatik Indonesia, Yogyakarta: Penerbit Kutub. Salahudin Wahid. 2011. Mengkaji Kepemimpinan K.H.A Wahid Hasyim, Jombang: Pesantren Tebuireng. Muhammad Rifai. 2009. Wahid Hasyim Biografi Singkat, Jogjakarta: Garasi. H. Aboebakar. 1957. Sejarah Hidup KH. A. Wahid Hasjim dan karangan tersiar, Jakarta: Panitia Buku Peringatan alm. K.H.A Wahid Hsyim. Satu Abad K.H.A Wahid Hasyim, Majalah Tempo Edisi 18-24 April 2011. Data Penulis: Nama Pekerjaan : Novita Siswayanti, MA. : Peneliti Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Alamat Kantor : Jalan. M.H. Thamrin No. 6 Contact Person :Telepon:081389004994e-mail: ieta_1717@yahoo.com