BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diare merupakan penyakit yang sangat umum dijumpai di negara

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG

BAB I PENDAHULUAN UKDW. trakea bahkan paru-paru. ISPA sering di derita oleh anak anak, baik di negara

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Kejadian Diare pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Polokarto Kabupaten Sukoharjo.

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UKDW. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan anak. Di negara berkembang, anak-anak menderita diare % dari semua penyebab kematian (Zubir, 2006).

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Gorontalo pada bulan 30 Mei 13 Juni Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey analitik dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah kondisi dimana terjadi buang air besar atau defekasi

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi

BAB I PENDAHULUAN. lebih dalam sehari. Dengan kata lain, diare adalah buang air besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cuci tangan mengunakan sabun telah menjadi salah satu gerakan yang

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kejadian ISPA Di Indonesia, pada balita adalah sekitar 10-20%

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

BAB I PENDAHULUAN. yang masih tinggi (Kemenkes RI, 2011). Anak usia sekolah merupakan

STUDI KASUS KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYANAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara sekitar dari jumlah penduduk setiap tahunnya.gastritis

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) mendefinisikan Diare merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Pada usia balita merupakan masa perkembangan tercepat

HUBUNGAN PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN (CTPS) DENGAN KEJADIAN DIARE ANAK USIA SEKOLAH DI SDN 02 PELEMSENGIR KECAMATAN TODANAN KABUPATEN BLORA

BAB I PENDAHULUAN. termasuk debu, sampah dan bau. Masalah kebersihan di Indonesia selalu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 3 Botupingge Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir(suraatmaja, 2007). Penyakit diare menjadi penyebab kematian

Jurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN

BAB III METODE PENELITIAN. variabel dependent. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross

Oleh : Suyanti ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. antara variabel bebas dan terikat dengan pendekatan cross sectional, artinya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. secara adil serta merata (Depkes RI, 2009). Masalah penyehatan lingkungan

BAB III METODA PENELITIAN. A. Jenis/ Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan. wawancara menggunakan kuesioner dengan pendekatan cross sectional.

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang menyebar

HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TERHADAP ANGKA KEJADIAN DIARE AKUT PADA SANTRI PONDOK TREMAS KABUPATEN PACITAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembagan laju penyakit di Indonesia dewasa ini sangat

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh : Januariska Dwi Yanottama Anggitasari J

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN DAN PERILAKU TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI TABUK KABUPATEN BANJAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan WHO tahun 2015 menyebutkan bahwa diare masih merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI DESA MANCASAN WILAYAH PUSKESMAS BAKI I SUKOHARJO

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN SIKAP IBU TENTANG SANITASI BOTOL SUSU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA 1-5 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIMAHI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. juga dipengaruhi oleh tidak bersihnya kantin. Jika kantin tidak bersih, maka

BAB 1 : PENDAHULUAN. (triple burden). Meskipun banyak penyakit menular (communicable disease) yang

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PERILAKU IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS BATUJAJAR KABUPATEN BANDUNG BARAT

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

SUMMARY ABSTRAK BAB 1

BAB 1 PENDAHULUAN. menular yang muncul dilingkungan masyarakat. Menanggapi hal itu, maka perawat

Anwar Hadi *, Umi Hanik Fetriyah 1, Yunina Elasari 1. *Korespondensi penulis: No. Hp : ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DENGAN KEJADIAN DIARE DI KELURAHAN GOGAGOMAN KECAMATAN KOTAMOBAGU BARAT TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas)

HUBUNGAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GIRIWOYO 1 WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. beriklim sub tropis dan tropis (WHO, 2006). Namun insiden leptospirosis. mendukung bakteri Leptospira lebih survive di daerah ini.

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara berkembang dari pada negara maju. Di antara banyak bentuk

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: faktor keturunan, pelayanan kesehatan, perilaku dan lingkungan.

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMBUR LUBUK MENGKUANG KABUPATEN BUNGO TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. satu kebutuhan dasar manusia. Personal hygiene atau kebersihan diri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. (2)

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya meninggal serta sebagian besar anak-anak berumur dibawah 5

BAB I PENDAHULUAN. mencakup 74% (115,3 juta) dari 156 juta kasus di seluruh dunia. Lebih dari. dan Indonesia (Rudan, 2008). World Health Organization

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kualitas lingkungan dapat mempengaruhi kondisi individu dan

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. ISPA yang tidak mendapatkan perawatan dan pengobatan

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PHBS DI MTS MIFTAHUL ULUM KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO. Dwi Helynarti Syurandari*)

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat. Gangguan kesehatan yang dapat terjadi pada masa anak-anak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Berwawasan Kesehatan, yang dilandasi paradigma sehat. Paradigma sehat adalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain

BAB I PENDAHULUAN. komplek dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai etiologi dan dapat. berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes, 2008).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENULISAN. Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin dan Ilmu Kesehatan Masyarakat

BAB III METODE PENELITIAN

dilaporkan ke pelayanan kesehatan sehingga jumlah yang tercatat tidak sebesar angka survey (Dinas Kesehatan Provinsi Riau, 2011).

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Bulango Utara Kabupaten Bone Bolango. Utara, Kabupaten Bone Bolango pada tanggal 10 Mei Juni 2013

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

BAB III METODE PENELITIAN. dikumpulkan secara simultan (dalam waktu yang bersamaan). Metode yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Morbiditas dan mortalitas merupakan suatu indikator yang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare merupakan penyakit yang sangat umum dijumpai di negara berkembang dan dapat menyerang baik anak-anak maupun dewasa. Angka kematian (CFR) saat KLB diare diharapkan oleh pemerintah < 1%. Data rekapitulasi KLB diare dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2015, menunjukkan bahwa CFR saat KLB masih cukup tinggi (>1%) kecuali pada tahun 2011 CFR saat KLB 0,40%, sedangkan tahun 2015 CFR diare saat KLB bahkan meningkat menjadi 2,47%. Angka kesakitan nasional hasil Survei Morbiditas Diare tahun 2012 yaitu sebesar 214/1.000 penduduk. Maka diperkirakan jumlah penderita diare di fasilitas kesehatan sebanyak 5.097.247 orang, sedangkan jumlah penderita diare yang dilaporkan ditangani di fasilitas kesehatan sebanyak 4.017.861 orang atau 74,33% dan targetnya sebesar 5.405.235 atau 100%. Provinsi Jawa Tengah khususnya di kota semarang termasuk 11 Provinsi yang termasuk KLB diare pada tahun 2015 dengan jumlah kasus 116 (Kemenkes, 2016). Proporsi kasus diare di Jawa Tengah tahun 2015 sebesar 67,7% dari 36 Kabupaten/Kota, menurun bila dibandingkan proporsi tahun 2014 yaitu 79,8%. Kejadian diare di Povinsi Jawa Tengah tertinggi adalah kabupaten Tegal sebanyak 201,8 kasus dan paling sedikit adalah Kabupaten Brebes sebanyak 11,9 kasus. Kabupaten Cilacap menempati urutan ke dua puluh lima 1

2 dari tiga puluh lima Kabupaten dengan 44 kasus (Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2016). Kejadian diare di Kabupaten Cilacap merupakan 10 besar penyakit yang terjadi pada tahun 2015 sebesar 12389 kasus (Dinkes Cilacap, 2016). Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Kemenkes, 2011). Diare merupakan kondisi patologis yang dapat berwujud dengan gejala yang ringan, namun dapat pula berkembang menjadi situasi yang mengancam nyawa. Diare kronis dikatakan apabila durasi diare lebih dari 4 minggu. Diare kronis sangat berbeda dengan diare akut,dalam hal etiologi, patofisiologi dan pendekatan terapi dan hal ini sering merupakan masalah dalam penanganannya. Diare kronis dapat terjadi pada berbagai kondisi dasar, tidak hanya merupakan manifestasi kelainan usus (saluran cerna) (Wiryani & Wibawa, 2007). Penyakit yang banyak diderita anak-anak pada masa awal pertumbuhannya (0-5 tahun) dapat muncul kembali pada masa sekolah, terutama di awal-awal masa sekolah (6-8 tahun). Malaria, ISPA (infeksi saluran pernafasan akut) dan diare akan terus menjadi resiko penyakit yang serius dan dalam beberapa kasus dapat menjadi penyebab kematian anak usia sekolah. Berbagai penyakit lainnya juga dapat lebih sering menjangkiti anak usia sekolah (Rosso dan Arlianti, 2009)

3 Anak usia sekolah rentan terhadap berbagai penyakit khususnya penyakit yang disebabkan karena penerapan perilaku hidup bersih dan sehat yang kurang baik. Salah satunya yaitu kebiasaan mencuci tangan menggunakan sabun sebelum maka dan menggunakan jamban sehat. Hal tersebut akan menyebabkan kuman mudah masuk kedalam tubuh dan menyebabkan penyakit pada anak sehingga anak akan mudah mengalami sakit seperti diare. Hasil penelitian Purwandari (2013) menunjukkan bahwa perilaku cuci tangan berperan penting dalam insiden diare. Tangan adalah bagian tubuh kita yang paling banyak tercemar kotoran dan bibit penyakit. Ketika memegang sesuatu, dan berjabat tangan, tentu ada bibit penyakit yang melekat pada kulit tangan. Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun, adalah bagian dari perilaku hidup sehat yang dapat mencegah masuknya berbagai penyakit kedalam tubuh. Hasil penelitian Hardi (2012) menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara faktor pengetahuan responden (p=0,03), pemberian ASI Ekslusif pada batita (p=0,008), status imunisasi batita (p=0,038) dan sanitasi lingkungan (0,021) terhadap kejadian diare pada batita. Tingkat pengetahuan yang rendah tentang diare, seorang cenderung kesulitan untuk melindungi dan mencegah dirinya sendir dari penularan diare. Hasil penelitian Mashoto et. al. (2014) menunjukkan tingkat pengetahuan tentang diare memiliki peran penting dalam menurunkan angka kejadian diare. Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa pengetahuan atau

4 kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Sebelum anak terjadi diare, anak dapat melakukan pencegahan melalui perilaku hidup bersih dan sehat. Selain faktor mencuci tangan dan pengetahuan anak ada juga faktor yang dapat mempengaruhi kejadian diare yaitu sanitasi lingkungan yang berupa penggunaan jamban sehat. Jamban merupakan salah satu sarana untuk sanitasi yang penting yang berkaitan dengan kejadian diare. Hasil penelitian Jong et. al. (2014) menunjukkan bahwa faktor sanitasi dan penggunaaan air PAM merupakan faktor yang paling penting dalam menentukan kejadian diare pada anak. Cha et. al. (2016) menyatakan bahwa penggunaan jamban yang sehat berperan penting dalam menyebabkan kejadian diare pada anak. Hasil penelitian Wardoyo (2011) menunjukkan bahwa sebanyak 29 responden dengan ketersediaan jamban yang tidak memenuhi syarat (tidak terdapat septi tank, mencemari air permukaan, jarak dengan sumber air kurang dari 10 m, jika leher angsa air penyekat selalu menutup lubang, jika tanpa leher angsa dilengkapi lubang) sebanyak 75,9% responden dengan kejadian diare sedangkan yang termaasuk tidak diare sebanyak 24,1%. Responden dengan ketersedian jamban yang memenuhi syarat sebanyak 8 responden, sebanyak 87,5% dengan tidak diare dan 12,5% mengalami diare. Berdasarkan hasil studi pra survey data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap menunjukkan bahwa kasus penyakit diare di Kabupaten Cilacap tahun 2014 di wilayah Puskesmas yang dilaporkan sebanyak 22.429 jiwa, yang terdiri dari penderita diare laki-laki sejumlah 10.750 jiwa, dan

5 pada penderita perempuan sejumlah 11.679 jiwa. Data diare di wilayah tempat penelitian ini khususnya di Puskesmas Cilacap Tengah I sebanyak 36,1 dan Cilacap Tengah II 66,5%. Peneliti juga melakukan pengumpulan data awal di SD N 01 Kutawaru Kecamatan Cilacap Tengah menunjukkan bahwa dari total 39 siswa kelas 4 diperoleh bahwa ada 3 siswa (7,7%) terkena diare dan 2 siswa (5,1%) sakit ISPA. Sedangkan pada kelas 5 sebanyak 44 siswa yang mengalami sakit terdapat 11 siswa dari Bulan Juli- Agusuts 2016 diantaranya yaitu ada 8 siswa (18,1%) yang terkena diare dan 3 siswa terkena ISPA (6,8%). Alasan peneliti mengambil tempat penelitian SD N 01 Kutawaru karena pada saat dilakukan observasi dilingkungan sekolah kondisi sanitasi tampak kotor dan tidak ada sabun cuci tangan. Kondisi air kran dapat mengalir dengan lancar namun tempat penampungan air tampak kotor. Selain itu, lingkungan masyarakatnya juga ada beberapa yang masih menggunakan jamban tidak sehat. Berdasarkan uraian permasalahan tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan antara pengetahuan tentang diare, penggunaan jamban sehat dan kebiasaan mencuci tangan menggunakan sabun dengan kejadian diare pada anak usia sekolah di SD N 01 Kutawaru. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan rumusan masalah yaitu Adakah hubungan antara pengetahuan tentang diare,

6 penggunaan jamban sehat dan kebiasaan mencuci tangan menggunakan sabun dengan kejadian diare pada anak usia sekolah di SD N 01 Kutawaru?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang diare, penggunaan jamban sehat dan kebiasaan mencuci tangan menggunakan sabun dengan kejadian diare pada anak usia sekolah di SD N 01 Kutawaru. 2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang diare, penggunaan jamban sehat dan kebiasaan mencuci tangan menggunakan sabun pada anak usia sekolah di SD N 01 Kutawaru. 2. Untuk mengetahui kejadian diare pada anak usia sekolah di SD N 01 Kutawaru. 3. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang diare dengan kejadian diare pada anak usia sekolah di SD N 01 Kutawaru. 4. Untuk mengetahui hubungan antara penggunaan jamban sehat dengan kejadian diare pada anak usia sekolah di SD N 01 Kutawaru. 5. Untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan mencuci tangan menggunakan sabun dengan kejadian diare pada anak usia sekolah di SD N 01 Kutawaru.

7 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Responden Penelitian ini diharapkan dapat memberikan ilmu pengetahuan bagi responden tentang hubungan antara pengetahuan tentang diare, jamban sehat dan kebiasaan mencuci tangan menggunakan sabun dengan kejadian diare pada anak usia. 2. Bagi Sekolah a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi dan masukan bagi pihak sekolah tentang hubungan antara pengetahuan tentang diare, jamban sehat dan kebiasaan mencuci tangan menggunakan sabun dengan kejadian diare pada anak usia sekolah. b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman atau acuan untuk menekan angka kejadian diare pada anak usia sekolah seperti membiasakan siswa untuk mencuci tangan menggunakan sabun, memberikan informasi pada orang tua maupun siswa untuk menggunakan jamban sehat dan memberikan ilmu pengetahuan yang dikhususkan pada permasalahan diare. 3. Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan refrensi tambahan tentang hubungan antara pengetahuan tentang diare, jamban sehat dan kebiasaan mencuci tangan menggunakan sabun dengan kejadian diare pada anak usia sekolah.

8 E. Penelitian Terkait 1. Wiharto dan Hilmy (2015) Judul penelitian Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dengan Kejadian Diare Pada Tatanan Rumah Tangga di Daerah Kedaung Wetan Tangerang. Metodologi penelitian yang digunakan adalah desain studi cross sectional dengan jumlah responden sebanyak 76 orang secara purposive sampling dengan wawancara dan kuesioner. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji korelasi Spearman Rank. Perbedaan penelitian ini yaitu variabel bebas yang digunakan adalah perilaku hidup bersih dan sehat sedangkan peneliti pengetahuan tentang diare dan kebiasaan mencuci tangan menggunakan sabun, sampel yang digunakan adalah ibu sedangkan peneliti adalah siswa, uji yang digunakan adalah spearman rank sedangkan peneliti menggunakan uji chi square. Persamaan penelitian sama-sama meneliti kejadian diare, teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dan menggunakan pendekatan cross sectional. 2. Purwandari (2013) Judul penelitian Hubungan Antara Perilaku Mencuci Tangan Dengan Insiden Diare Pada Anak Usia Sekolah di Kabupaten Jember. Penelitian ini menggunakan metode analisis hubungan yaitu suatu bentuk analisis variabel/data penelitian untuk mengetahui derajat atau kekuatan hubungan, bentuk atau arah hubungan diantara variabel-variabel, dan besarnya pengaruh variable yang satu terhadap variabel lainnya.

9 Pendekatan yang digunakan adalah cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Jember pada Sekolah Dasar yang dipilih secara acak sejumlah 10 Sekolah. Penentuan lokasi tersebut didasarkan pada pembagian Kabupaten Jember menjadi lima area, masing-masing area diambil 2 sekolah secara acak. Teknik sampling yang digunakan adalah cluster sampling, yaitu proses pengambilan sampel bila banyak objek yang diteliti atau sumber data sangat luas. Peneliti membagi wilayah Kabupaten Jember dalam 5 cluster. Masing-masing cluster dipilih secara random 2 SD. Dari tiap sekolah diambil secara acak 30 siswa, sehingga total sampel yang diambil adalah 300 siswa. Analisis data menggunakan spearman rank. Perbedaan penelitian ini yaitu variabel bebas yang digunakan adalah perilaku mencuci tangan sedangkan peneliti pengetahuan tentang diare dan kebiasaan mencuci tangan menggunakan sabun, tempat yang digunakan untuk penelitian 10 sekolah sedangkan peneliti hanya satu sekolah, teknik pengambilan sampel menggunakan cluster sampling sedangkan peneliti menggunakan purposive sampling, uji yang digunakan adalah spearman rank sedangkan peneliti menggunakanuji chi square. Persamaan penelitian sama-sama meneliti kejadian diare dan menggunakan pendekatan cross sectional. 3. Desyanto dan Djanah (2013) Judul penelitian Efektivitas Mencuci Tangan Menggunakan Cairan Pembersih Tangan Antiseptik (Hand Sanitizer) Terhadap Jumlah Angka

10 Kuman. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian true experiment dengan rancangan penelitian posttest only control group design, dengan menggunakan empat perlakuan, yaitu perlakuan mencuci tangan menggunakan air mengalir, perlakuan mencuci tangan menggunakan sabun, perlakuan mencuci tangan menggunakan hand sanitizer A, perlakuan mencuci tangan menggunakan handsanitizer B, dan juga kelompok kontrol tanpa perlakuan mencuci tangan. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah mencuci tangan menggunakan air mengalir, sabun, hand sanitizer A, dan hand sanitizer B. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah jumlah angka kuman. Penelitian ini dilakukan di Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta pada bulan Juni 2013. Subjek dalam penelitian ini adalah telapak tangan probandus yang sehat jasmani dan rohani. Analisis data yang digunakan yaitu analisis univariat (deskriptif) dan analisis bivariat. Analisis bivariat yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan perhitungan statistik yaitu uji one way anova untuk membandingkan perbedaan mean lebih dari dua kelompok dengan derajat kemaknaan α = 0,05 jika data berdistribusi normal. Jika data tidak berdistribusi normal maka akan dilakukan dengan uji Kruskal Wallis. Untuk mengetahui kelompok mana yang mempunyai perbedaan, maka harus dilakukan analisis post hoc. Alat untuk melakukan analisis post hoc untuk uji Kruskal Wallis adalah dengan uji Mann- Whitney.

11 Perbedaan penelitian ini yaitu variabel bebas yang digunakan adalah variabel bebas dalam penelitian ini adalah mencuci tangan menggunakan air mengalir, sabun, hand sanitizer A, dan hand sanitizer B. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah jumlah angka kuman. Penelitian ini dilakukan di Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta pada bulan Juni 2013. Subjek dalam penelitian ini adalah telapak tangan probandus yang sehat jasmani dan rohani. Persamaan penelitian sama-sama meneliti tentang cuci tangan menggunakan sabun.