PROFIL HUTAN MANGROVE TELUK BUO KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG Oleh: Novia Monika Elva 1), Irma LeilaniEka Putri 2), Rizki 1) 1)ProgramStudiPendidikanBiologi STKIP PGRI Sumatera Barat 2) JurusanBiologiUniversitasNegeri Padang Email:Noviamonikaelva@ymail.com ABSTRACT Profile of vegetation is the world s oldest methods determining the architecture of a forest canopy. Forest profile diagrams can also be used to portray the vertical structure (stratification) or horizontally from the forest. With the forest profile is also used to predict the condition of a trees of the future, trees of the present and trees of the past. The purpose of this study was to determine profile of mangrove forest and future predict environment in mangrove forest Kabung Kota Padang. Methods used in this research is belt transect. The profile of this forest made by making transect perpendicular to the edge of the lagoon, mangrove vegetated areas cut off from the front to the back of the mangrove forest. On the belt transect made a plot continuously with size 10x10m, making the forest profile is made with the data in diameter. Profile Kabung Kota Padang forest has one tree strata. Key word: Profile mangrove forest, Mangrove vegetation, Belt transect. PENDAHULUAN Hutan mangrove adalah hutan yang terdapat di daerah pantai yang selalu atau secara teratur tergenangi air laut dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut tetapi tidak terpengaruh oleh iklim. Sedangkan menurut Ezwardi (2009), hutan mangrove merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat potensial dan merupakan perpaduan fisik, biologi daratan dan lautan, sehingga menciptakan keterkaitan suatu ekosistem daratan dan laut. Menurut Ezwardi (2009), pertumbuhan penduduk di Indonesia yang sangat tinggi mengakibatkan ancaman terhadap hutan semakin meningkat termasuk hutan mangrove. Saat ini luas hutan mangrove telah mengalami degradasi karena berbagai sebab dan permasalahan yang dihadapinya. Hal tersebut dapat menjadi ancaman bagi hutan mangrove untuk masa depan. Kondisi lingkungan dimasa depan dapat diprediksi dari komposisi dan biota pada saat ini. Spesies atau komunitas
tertentu yang interaksinya unik dalam ekosistem dapat digunakan sebagai bioindikator untuk mengetahui kualitas lingkungan, mengidentifikasi pemasalahan kawasan, dan memberikan peringatan awal berbagai perubahan yang kemungkinan terjadi pada masa depan. Pengetahuan tentang pola pertumbuhan berbagai vegetasi hutan dapat menjadi dasar untuk memprediksi kemungkinan perubahan lingkungan yang akan terjadi dimasa depan (Setyawan, dkk., 2004). Penyelidikan tentang profil hutan merupakan langkah awal melakukan identifikasi mangrove pada suatu wilayah, menurut hasil penelitian Setyawan, dkk (2004) pada hutan mangrove di Pesisir Jawa Tengah menyebutkan bahwa diagram profil hutan mampu menunjukkan tingginya pengaruh antropogenik, dimana vegetasi didominasi tumbuhan muda, yang hanya memiliki (1)-2-(3-4) strata kanopi. Teluk Buo merupakan hutan mangrove yang terdapat di daratan pesisir Kota Padang dimana lokasi ini mempunyai potensi mangrove yang cukup luas dan padat yaitu ±10 ha. Jenis mangrove yang terdapat dilokasi ini adalah; Rhizophora apiculata, Sonneratia alba, Avicenia cornicullatum, Bruguiera gymnorrhiza dan Xylocarpus granatum (Kamal, dkk., 2005). BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2013, di hutan mangrove Kabung Kota Padang.Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode belt transect. Pembuatan profil hutan secaravertikal ini di awali dengan survey lokasi yang bertujuan untuk menentukan tempat pembuatan transek. Pemilihan tempat untuk meletakkan transek ini didasarkan atas kekayaan dan keragaman jenis tumbuhan ditempat tersebut. Transek ini dibuat tegak lurus dengan pantai dengan panjang 160 m. Setelah transek dibuat maka dilanjutkan dengan pembuatan plot dengan ukuran 10x10 m. Semua spesies pada plot didata dan diukur tinggi dan diameter batang dengan menggunakan Haga-altimeter dan modifikasi stick meter. Data yang diperoleh akan dibuat menjadi diagram profil hutan dikertas millimeter. Dari profil hutan tersebut dapat dikelompokkan tumbuhan masa lampau, masa sekarang dan masa depan. (dimodifikasidarisudarmadji, 2003; Setyawan,dkk., 2008).Pengambilan sampel dengan skala 1:5, dimana 1 sampel mewakili 5 pohon dilapangan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini, tidak semuaspesies yang dijumpai di area penelitian tercangkup dalam diagram profil vegetasi, karena metode yang digunakan adalah belt transect. Sehingga kawasan yang tercangkup relative terbatas, hanya dilakukan (0-160 m) dari bibir pantai sampai ke zona transisi. Dalam penelitian ini hanya ditemukan 5 jenis pohon yang member bentuk pada profil vegetasi, yaitu Rhizopora apiculata, Sonneratia caseolaris, Brugueira gymnorrhiza, Aegiceras corniculatum dan Acanthus ilicifolius, yang terbagi menjadi tigatingkatan pertumbuhan seperti padatabel 1. Tabel 1. Jenis, tingkat pertumbuhan dan tinggi pohon No Nama Jenis Tinggi (m) Tumbuhan Pohon Anakan Semai 1 Rhizopora apiculata 3.0-9.0 2.5-8.5 0.3-0,8 2 Sonneratia caseolaris 3.5-7.0 2.7-4.2 0.6-0,9 3 Brugueira gymnorrhiza 4,2 1,5-2,0 0,6-0,8 4 Aegicerascorni culatum - 0,9-6,0-5 Acanthus ilicifolius - 0,7-0,9 - Gambar 1: ProfilHutan Mangrove TelukBuoKec. BungusTelukKabung Kota Padang( /Ra:Rhizoporaapiculata, :anakan Rhizoporaapiculata, /Sc:Sonneratiacaseolaris, : anakansonneratiacaseolaris, /Bg:anakanBrugueiragymnorrhiza, /Ac:anakanAegicerascorniculatum, /Ai: Acanthus ilicifolius).skala1:5
Pada transek penelitian ditemukan lima jenis tumbuhan mangrove, pada plot 1-15 terdapat Rhizophora apiculata dengan ketinggian 0,3-9,0 m yang tumbuh rapat pada area penelitian dilanjutkan pada plot 7 telah terdapat jenis lain yaitu Sonneratia caseolarisyang tumbuh di bagian belakang plot 7-13 dan di bagian depan ada plot 14-16 dengan ketinggian 0,6-7,0 m. Pada plot 12 dan 16 telah muncul anakan dari Brugueira gymnorrhiza dengan ketinggian 0,6-4,2 m yang terdapat di bagian celah akar-akar R. apiculata, yang tersebar secara acak. Selanjutnya pada plot 15-16 telah muncul satu spesies lagi yaitu Aegiceras corniculatum dengan ketinggian 0,9-6,0 m dan pada plot terakhir yaitu plot ke -16 terdapat tumbuhan Acanthus ilicifolius dengan ketinggian 0,7-0,9 m. Menurut Sudarmadji (2000), hutan tidak memiliki stratifikasi jika tinggi pohon tidak lebih dari 20 m dan tajuk relatif rapat. Sedangkan menurut Arif (2001) menyataka bahwa pada hutan mangrove terdapat hanya satu tajuk pepohonan dengan ketinggian umumnya rata-rata mencapai 50m. Dengan demikian hutan mangrove di Kabung Kota Padang, memiliki 1 strata pohon dengan ketinggian 0,7-9,0 m dari spesies yang berbeda.pada profil hutan ini juga dapat ditentukan pohon masa depan (trees of the future), Pohon masa kini (trees of the present),pohon masa lampau (trees of the past). Tumbuhan muda ini merupakan tumbuhan masa depan sebagai mana yang telah di jelaskan oleh Halle, dkk., (1978) bahwa tumbuhan masa depan ini adalah tumbuhan muda yang mempunyai kemampuan tumbuh dan berkembang hingga masa depan dalam penelitin ini yang termasuk kedalam tumbuhan masa depan adalah tumbuhan dari kelompok semai dan anakan. Tumbuhan masa sekarang adalah tumbuhan yang telah penuh tumbuh dan berkembang yang mendominasi suatu kawasan (Halle, dkk., 1978).Pada penelitian ini yang termasuk kedalam tumbuhan masa sekarang adalah tumbuhan dari kelompok pohon. Tumbuhan masa lampau adalah tumbuhan tua yang telah mengalami kerusakan dan akan mati (Halle, dkk., 1978). Dengan demikian dapat diprediksikan bahwa hutan mangrove di Kabung Kota Padang akan semakin rapat dan padat karena masih banyak terdapat tumbuhan-tumbuhan muda. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan bahwa,profil
mangrove yang diperoleh di Teluk Buo Kecamatan Bungus Teluk Kabung Kota Padang merupakan mangrove flora inti dimana di temukan Rhizopora apiculata, Sonneratia caseolaris, Brugueira gymnorrhiza, Aegicerascorni culatum dan Acanthus ilicifolius. Hutan mangrove Kabung Kota Padang Memiliki 1 strata, dan hutan mangrove di Teluk Buo ini diprediksikan akan bertambah rapat dan padat karena ditemukan banyak tumbuhan muda dan hanya mengalami sedikit kerusakan. Mangrove dan Kawasan Pesisir. UBH: Padang. Sudarmadji. 2002. Profil Hutan Mangrove Taman Nasional Baluran Jawa Timur. Universitas Jawa Timur. Jember DAFTAR PUSTAKA Arif, A. 2001.Hutan dan kehutanan. Kanisius: Yogyakarta Ezwardi, I. 2009. Struktur vegetasi dan mintakat hutan mangrove di Kuala Bayuen Kabupaten Aceh Timur Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. (online) Diakses pada tanggal 28 November 2012 Halle. F, R.A.A Oldeman, P. B. Tomlinson. 1978. Tropical Trees and Forests An Architectural Analysis. Springer Verlag: New York. Setyawan, A.D.,Winarno. K, Indrowaryutno, Wiryanto dan A.Susilowati. 2008. Tumbuhan Mangrove di Pesisir Jawa Tengah: 3. Diagram Profil Vegetasi. Biodiversitas 9(4): 315-321. Kamal, E., Hermalena, L., Tamin, R. dan Suardi, M. L. 2005. Mangrove Sumatera Barat. Pusat Penelitian