MODEL PEMBELAJARAN KOPERATIF TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA DI SD IT FAZA AZKIA

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOPERATIF

METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 1 Pringsewu

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan, yaitu penerapan strategi pembelajaran Inquiry pada pembelajaran. matematika dan pembelajaran konvensional.

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group Design.

DAFTAR TABEL. Perbedaan Pembelajaran Kontekstual dengan Pembelajaran Biasa... 33

BAB III METODE PENELITIAN. yang sudah terdaftar dengan kelasnya masing-masing, sehingga tidak

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tidak memungkinkan untuk dikontrol secara penuh, tetapi peneliti

4Tabel 3.1 Pedoman Penskoran Rubrik Tes Kemampuan Koneksi Matematis Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Rubrik... 46

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti tidak mampu mengontrol sepenuhnya variabel-variabel yang mungkin

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan metode

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 7 Bandar Lampung yang terletak di Jl.

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran dengan metode Genius Learning sedangkan kelompok yang lainnya

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2014/2015 di SMP

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan studi Kuasi-Eksperimen, sehingga subjek tidak

BAB III METODE PENELITIAN X O

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penuh. Desain yang digunakan peneliti adalah Pretest-Posttest Control Group

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian eksperimen atau percobaan (experimental research) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Eksperimen. Adapun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi

BAB III METODE PENELITIAN. penuh. Desain yang digunakan peneliti adalah Pretest-Posttest Control Group

BAB III METODE PENELITIAN. berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. 34. Rancangan penelitian ini menggunakan Nonequivalent Control Group

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dirancang untuk mengungkapkan ada tidaknya hubungan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 19 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 1 Terbanggi Besar yang terletak di desa

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi experiment dengan dua

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode merupakan cara yang ditempuh dalam suatu penelitian dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. saat semester II Tahun Ajaran 2013/2014, yaitu pada tanggal 9 s.d 25 Januari

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kuasi eksperimen. Menurut

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 19 Bandar Lampung. Populasi dalam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. kemampuan penalaran dan pemecahan masalah matematis siswa melalui

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan desain eksperimen one-group pretest-posttest. Desain eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengumpulan data, dan teknik analisis data. Penjelasan dari masing-masing

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini adalah kuasi eksperimen karena terdapat unsur

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 8 Bandar Lampung yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penilai ahli akan menilai intrumen tes tersebut pada kriteria rumusan butir tes sesuai

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini melibatkan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel

METODE PENELITIAN. kualitatif yaitu untuk menggambarkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan pada penelitian ini adalah metode quasi eksperimen. Menurut

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. tidak bisa mengontrol variabel-variabel lain atau pengaruh lain yang akan

BAB III METODE PENELITIAN. subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan subjek apa

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan untuk menyelidiki peningkatan pembelajaran

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah dan membandingkan kemampuan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 31 Bandar Lampung. Populasi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional. Dalam penelitian ini definisi operasionalnya adalah

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Ngambur Pesisir Barat. Populasi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian ini merupakan urutan kegiatan yang ditempuh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Di dalam bab ini akan diuraikan mengenai metode dan desain penelitian,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 03 Februari 2014 sampai dengan 7 Juli 2014

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan desain Kelompok

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini ingin menguji sebuah perlakuan yakni pengaruh

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. 23

III. METODE PENELITIAN. SMP Negeri 1 Anak Ratu Aji, Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013 yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 2013/2014 mulai tanggal 29 April 2014 sampai 20 Mei 2014 di SMPN 1

DAFTAR ISI PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

BAB III METODE PENELITIAN. diperlukan penjelasan tentang istilah-istilah, berikut di bawah ini:

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan atau dilaksanakan di SMA Negeri 2 Serui, jalan

BAB III METODE PENELITIAN. semester genap tahun ajaran Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

O 1 X O 2 Keterangan: O 1 : Nilai pretest X : Pembelajaran dengan pendekatan Scientific

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 10 Bandarlampung pada semester

BAB III METODE PENELITIAN. 2013/2014 yaitu mulai tanggal 06 Februari sampai 26 Februari 2014 di SMAN

BAB III METODE PENELITIAN. matematika berdasarkan strategi Rotating Trio Exchange dalam meningkatkan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. postes (post-test only control group), sebanyak 3 kelompok. Kelompok

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. sasaran penelitian atau objek oleh peneliti adalah siswa SMK Farmasi

Kelas Eksperimen : O X O

Keterangan: O : Pretes dan postes X : Pembelajaran dengan pendekatan MEAs : Sampel penelitian tidak dipilih secara acak (Ruseffendi, 1994)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Campbell & Stanley dalam Arikunto (2006 : 84) mengelompokkan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode quasi

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan, maka

Transkripsi:

MODEL PEMBELAJARAN KOPERATIF TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA DI SD IT FAZA AZKIA Fitriani *1, Wiwik Novitasari 2 1,2 Program Studi Pendidikan a, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan 1,2 Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan, Jl. Sutan Moh. Arief No.32 Padangsidimpuan, (0634)1696 e-mail: *1 fi3ani.hrp@gmail.com, 2 Vita.mpd@gmail.com ABSTRAK Komunikasi dimaknai sebagai proses penyampaian pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan melalui saluran tertentu untuk tujuan tertentu. Standar komunikasi menitik beratkan pada pentingnya dapat berbicara, menulis, menggambarkan dan menjelaskan konsep-konsep. Alasan penting mengapa komunikasi perlu ditumbuh kembangkan karena matematika tidak hanya sekedar alat bantu berpikir, alat bantu menemukan, menyelesaikan masalah, mengambil kesimpulan, tetapi sebagai aktivitas sosial dalam pembelajaran. Dalam pencapain keberhasilan tersebut ialah dengan menggunakan model pembelajaran koperatif. Model ini merupakan strategi pengajaran efektif dalam meningkatkan prestasi dan sosialisasi siswa sekaligus turut berkontribusi bagi perbaikan sikap dan persepsi mereka tentang begitu pentingnya belajar dan bekerja sama, termasuk bagi pemahaman mereka tentang teman-temannya yang berasal dari latar belakang etnis yang berbeda. Penelitian ini bertujuan mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar dengan model pembelajaran koperatif dibandingkan dengan pembelajaran langsung. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuasi eksperimen. Berdasarkan analisis penelitian ini menghasilkan rata-rata tes kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran koperatif lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata tes kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar dengan pembelajaran langsung. Berdasarkan Hasil yang diperoleh maka model pembelajaran koperatif sangat sesuai digunakan dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematik, sehingga diharapkan model pembelajaran ini dapat meningkatkan kemampuan matematika yang lain. Kata Kunci: Model Pembelajaran, Koperatif, Komunikasi PENDAHULUAN Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang mengkondisikan seseorang untuk belajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006) belajar merupakan peristiwa sehari- hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas tersebut dapat dipandang dari dua subjek, yaitu dari siswa dan guru. Dari segi siswa belajar dialami sebagai suatu proses, sedangkan dari segi guru proses belajar tersebut tampak sebagai perilaku belajar tentang sesuatu hal. Kemampuan yang harus dicapai dalam pembelajaran matematika yaitu meliputi: (1) kemampuan pemecahan masalah, (2) kemampuan komunikasi, (3) kemampuan koneksi, (4) kemampuan penalaran, dan (5) kemampuan refresentasi. Salah satu dari lima kemampuan matematik yang harus dicapai yaitu kemampuan komunikasi. Menurut Abdulhak (Ansari, 2009), komunikasi dimaknai sebagai proses penyampaian pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan melalui saluran tertentu untuk tujuan tertentu. Standar komunikasi menitik beratkan pada pentingnya dapat berbicara, menulis, menggambarkan dan menjelaskan konsep-konsep matematika. Baroody (Ansari, 2009) menyebutkan sedikitnya ada dua alasan penting, mengapa komunikasi dalam pembelajaran matematika perlu ditumbuh kembangkan dikalangan siswa,

yaitu matematika tidak hanya sekedar alat bantu berpikir, alat bantu menemukan pula, menyelesaikan masalah atau mengambil kesimpulan, tetapi matematika juga sebagai aktivitas sosial dalam pembelajaran matematika, matematika sebagai wahana interaksi antar siswa, dan juga antar guru dan siswa. Agar pencapaian kemampuan matematik tersebut sesuai dengan yang diharapkan, maka seorang guru harus memperhatikan dan mempertimbangkan model perencanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Dalam hal ini, guru harus menarik minat siswa agar lebih tertarik mengikuti pembelajaran yang kita inginkan. Sehingga minat belajar siswa makin meningkat dan bergairah mengikuti pembelajaran. Namun kenyataannya dilapangan berdasarkan observasi peneliti terhadap beberapa sekolah SD, pendidikan yang ada saat ini merupakan pendidikam tradisional. Menurut Ruseffendi (1991) pengajaran tradisional ialah pengajaran pada umumnya yang biasa kita lakukan sehari-hari. pendidikan tradisional dengan sekolah dengar -nya tidak mengenal bahkan sama sekali tidak menggunakan asas aktivitas dalam proses belajar mengajar. Para siswa hanya mendengarkan hal-hal yang disampaikan oleh guru. Padahal pada hakikatnya, proses pendidikan bertujuan untuk membentuk manusia yang cerdas, memiliki kemampuan memecahkan masalah hidup serta diarahkan untuk membentuk manusia yang kreatif dan inovatif. Maka penulis memberikan solusi dari masalah tersebut dengan memilih salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa yaitu model pembelajaran koperatif. Adapun alasan peneliti tertarik memilih menggunakan model pembelajaran koperatif yaitu didasari pendapat Johnson, dkk, Johnson dan Johnson, Slavin, dan Sharan (Miftahul Huda, 2011) menunjukkan bahwa model pembelajaran koperatif merupakan strategi pengajaran efektif dalam meningkatkan prestasi dan sosialisasi siswa sekaligus turut berkontribusi bagi perbaikan sikap dan persepsi mereka tentang begitu pentingnya belajar dan bekerja sama, termasuk bagi pemahaman mereka tentang teman-temannya yang berasal dari latar belakang etnis yang berbeda-beda. Mengingat begitu pentingnya meningkatkan kemampuan matematik siswa dalam upaya menghadapi berbagai masalah dalam kehidupannya, maka penulis ingin memberikan sumbangan pemikiran dalam hal kegiatan penelitian, dengan memilih judul penelitian: Model Pembelajaran Koperatif terhadap Kemampuan Komunikasi Siswa di SD IT FAZA AZKIA METODE PENELITIAN Jenis penelitian adalah kuasi eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa melalui pembelajaran koperatif. Rancangan yang digunakan dalam penelitian meliputi empat tahap, yaitu: (1) Tahap penyusunan instrument penelitian, (2) Tahap Validasi instrument (3) tahap uji coba instrument, dan (4) Tahap pelaksanaan eksperimen. Tehnik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah tes kemampuan komunikasi matematik yang berbentuk essay test. Analisis data dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif dan statistik kuantitatif. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Validasi Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Perangkat Pembelajaran dan Instrumen yang dihasilkan divalidasi oleh ahli atau validator. Pada tahap ini, validasi dilakukan terhadap perangkat pembelajaran dengan melihat format, bahasa, isi dan ilustrasi serta kesesuaian dengan model pembelajaran koperatif. Perangkat pembelajaran dan instrumen yang dinilai oleh validator berupa Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran, Lembar Aktivitas Siswa dan Tes Kemampuan Komunikasi. Berikut adalah penjelasan hasil Validasi dari Validator. 1)Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tabel 1 Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Validator yang memberi nilai N Aspek yang Dinilai o 1 2 3 4 5 Rerata Kriteria Ratarata Aspek Format a. Kejelasan pembagian materi 0 0 0 0 2 5,0 1b. Sistem penomoran jelas 0 0 0 1 1 4,5 c. Pengaturan ruang/tata letak 0 0 0 2 0 4,0 4,375 d. Jenis dan ukuran huruf sesuai 0 0 0 2 0 4,0 Bahasa a. Kebenaran tata bahasa 0 0 0 2 0 4,0 b. Kesesuaian kalimat dengan taraf 2 berpikir dan kemampuan membaca 0 0 1 1 0 3,5 serta usia siswa 4,0 c. Kesederhanaan struktur kalimat 0 0 0 2 0 4,0 d. Kalimat tidak mengandung arti ganda 0 0 0 1 1 4,5 e. Kejelasan petunjuk dan arah 0 0 1 0 1 4,0 Isi a. Kebenaran isi materi dikelompokkan dalam bagian-bagian yang logis 0 0 0 0 2 5,0 b. Kegiatan guru dan kegiatan siswa dirumuskan secara jelas dan operasional, sehingga mudah 0 0 0 2 0 4,0 4,625 dilaksanakan oleh guru dalam proses 3 pembelajaran di kelas c. Sesuai dengan pembelajaran kooperatif 0 0 0 0 2 5,0 d. Kesesuaian urutan materi 0 0 0 1 1 4,5 Jumlah 56 13 Rata rata Total 4,33 Hasil Validasi Sangat Baik Berdasarkan hasil perhitungan validasi ahli sebanyak 2 orang terhadap RPP pada tabel 1, komponen-komponen dalam RPP mendapatkan penilaian cukup baik, baik dan sangat baik. Maka hasil perhitungan diperoleh rata-rata total sebesar 4,33 adalah kategori Sangat Baik. 2)Lembar Aktivitas Siswa (LAS) Tabel 2 Hasil Validasi Lembar Aktivitas Siswa (LAS)

N o Berdasarkan hasil perhitungan validasi ahli sebanyak 2 orang ahli terhadap Lembar Aktivitas Siswa (LAS) pada tabel 5. 3 di atas, komponenkomponen dalam lembar aktivitas siswa mendapatkan penilaian cukup baik, baik dan sangat baik. Maka dari hasil perhitungan diperoleh rata-rata total sebesar 4,35. Hasil validasi lembar aktivitas siswa adalah kategori Sangat Baik. 3)Instrumen Penelitian (Tes Kemampuan Komunikasi ) Instrumen yang akan divalidkan oleh validator ahli adalah Pre tes dan Post tes Kemampuan Komunikasi. Soal akan divalidkan berdasarkan kesesuaian isi soal terhadap indikator kemampuan komunikasi matematik serta kompetensi dasar. a. Validasi Pre-Tes Kemampuan Komunikasi Tabel 3 Hasil Validasi Pre Tes Kemampuan Komunikasi No Aspek yang Dinilai Aspek yang dinilai 1 Kejelasan Petunjuk Petunjuk pelaksanaan pada tes kemampuan komunikasi matematik 2 Isi Isi tes kemampuan komunikasi matematik sesuai dengan indikator pencapaian 3 Bahasa a. Kesesuaian tata bahasa dengan taraf berpikir dan kemampuan membaca serta usia siswa Validator yang memberi nilai Rerata Rata-rata 1 2 3 4 5 Kriteria Aspek Format a. Kejelasan pembagian materi 0 0 0 1 1 4,5 1b. Sistem penomoran jelas 0 0 1 0 1 4,0 c. Pengaturan ruang/tata letak 0 0 1 0 1 4,0 d. Jenis dan ukuran huruf sesuai 0 0 1 1 0 3,5 Bahasa a. Kebenaran tata bahasa 0 0 0 2 0 4,0 b. Kesesuaian kalimat dengan taraf berpikir dan kemampuan 0 0 0 2 0 4,0 2 membaca serta usia siswa 3 c. Kesederhanaan struktur kalimat 0 0 0 0 2 5,0 d. Kalimat tidak mengandung arti ganda 0 0 0 0 2 5,0 e. Kejelasan petunjuk dan arah 0 0 1 0 1 4,0 Isi a. Kebenaran isi materi dikelompokkan dalam bagianbagian 0 0 0 0 2 5,0 yang logis Validator yang memberi nilai 1 2 3 4 5 Rerata Kriteri a Ratarata Aspek 0 0 0 2 0 4,00 4,0 0 0 0 1 1 4,5 4,5 0 0 0 1 1 4,5 b. Kesederhanaan struktur kalimat 0 0 0 1 1 4,5 4,33 4,0 4,4 4,66 b. Sesuai dengan masalah kontekstual 0 0 0 0 2 5,0 c. Kesesuaian urutan materi 0 0 1 0 1 4,0 Jumlah 52,5 13,06 Rata rata Total 4,35 Hasil Validasi Sangat Baik

c. Sifat komunikatif bahasa yang digunakan 0 0 0 2 0 4,0 Jumlah 21,5 12,83 Rata-rata Total 4,276 Hasil Validasi Sangat Baik Berdasarkan hasil perhitungan validasi ahli sebanyak 2 orang ahli terhadap instrumen pre-tes kemampuan komunikasi matematik pada tabel 3 di atas, komponen-komponen dalam instrumen pre-tes kemampuan komunikasi matematik mendapatkan penilaian baik dan sangat baik. Maka dari hasil perhitungan diperoleh rata-rata total sebesar 4,276. Hasil validasi instrumen pre-tes kemampuan komunikasi matematik mendapat kategori Sangat Baik. b. Validasi Pos-Tes Kemampuan Komunikasi Tabel 4 Hasil Validasi Pos Tes Kemampuan Komunikasi No Aspek yang dinilai Validator yang memberi nilai 1 2 3 4 5 Rerata Kriteria 1 Kejelasan Petunjuk Petunjuk pelaksanaan pada tes kemampuan komunikasi matematik 2 Isi Isi tes kemampuan komunikasi matematik sesuai dengan indikator pencapaian 3 Bahasa a. Kesesuaian tata bahasa dengan 0 0 0 2 0 4,0 taraf berpikir dan kemampuan membaca serta usia siswa b. Kesederhanaan struktur kalimat 0 0 1 0 1 4,0 c. Sifat komunikatif bahasa yang 0 0 0 2 0 4,0 digunakan 0 0 0 0 2 5,0 5,0 0 0 0 2 0 4,0 4,0 Ratarata Aspek Jumlah 21 13,00 Rata-rata Total 4,33 Hasil Validasi Sangat Baik Berdasarkan hasil perhitungan validasi ahli sebanyak 2 orang ahli terhadap pos-tes kemampuan komunikasi matematik pada tabel 4 di atas, komponen-komponen dalam pos-tes kemampuan komunikasi matematik mendapatkan penilaian cukup baik, baik dan sangat baik. Maka dari hasil perhitungan diperoleh rata-rata total sebesar 4,33. Hasil validasi pos-tes kemampuan komunikasi matematik mendapat kategori Sangat Baik. 2. Analisis Uji Coba Instrumen Pada uji coba instrumen pre tes dan pos tes peneliti melaksanakannya pada jenjang kelas yang lebih tinggi dari target penelitian yaitu dilakukan di kelas IV SD FAZA AZKIA sebanyak 22 orang siswa. Alasannya karena anak kelas IV SD mempelajari operasi hitung bilangan di kelas III jadi diharapkan dapat membantu pelaksanaan uji coba instrumen. Adapun guna dilaksanakannnya uji coba instrumen ialah untuk melihat validitas, reliabilitas, daya pembeda dan indeks kesukaran soal. Dimana syarat soal yang baik ialah soal yang sudah valid, reliabel, daya pembeda dan indeks kesukaran minimal berada pada kategori sedang. Berikut adalah hasil perhitungan uji coba instrumen yang diperoleh: 4,0

a. Validitas Tes Tabel 5 Hasil Ujicoba Validitas Pre-Tes dan Pos Tes Komunikasi Jenis Soal Soal r xy t hitung t tabel Hasil Akhir Pre tes Pos Tes nomor 1 0,812 6,237 2,086 Valid 2 0,830 6,657 2,086 Valid 3 0,837 6,854 2,086 Valid 4 0,807 6,129 2,086 Valid Soal r xy t hitung t tabel Hasil Akhir nomor 1 0,663 3,969 2,086 Valid 2 0,793 5,826 2,086 Valid 3 0,635 3,679 2,086 Valid 4 0,803 6,037 2,086 Valid Merujuk pada kriteria pengujian, jika thitung t tabel butir soal valid, dengan melihat kedua tabel di atas maka, hal ini menyatakan bahwa keseluruhan item soal dapat thitung t tabel digunakan untuk mengukur kemampuan komunikasi matematik siswa pada materi operasi hitung bilangan ditinjau dari validitas tes. b.reliabilitas Tes Suatu alat evaluasi (tes atau non tes) disebut reliabel jika hasil evaluasi relative tetap jika digunakan untuk subjek yang sama. Menurut Arikunto (2012) untuk menentukan koefisien reliabilitas suatu tes bentuk uraian digunakan rumus AlpaBerdasarkan hasil perhitungan terhadap reliabilitas pre tes dan pos tes diperoleh nilai masing-masing 0,83 dan 0,68 dengan kategori sangat tinggi dan tinggi sehingga dapat disimpulkan bahwa soal pre tes dan pos tes layak digunakan. c. Indeks Kesukaran dan Daya Pembeda Tabel 6 Kesimpulan IK dan DP Pre-Tes dan Pos Tes Komunikasi Jenis Soal Pre Tes No.Soal IK Kategori DP Kategori 1 0,46 Sedang 0,47 Cukup 2 0,48 Sedang 0,55 Cukup 3 0,45 Sedang 0,48 Cukup 4 0,55 Sedang 0,46 Cukup No.Soa IK Kategori DP Kategori l Pos Tes 1 0,62 Sedang 0,26 Cukup 2 0,60 Sedang 0,27 Cukup 3 0,67 Sedang 0,25 Cukup 4 0,61 Sedang 0,30 Cukup Berdasarkan hasil perhitungan tabel 6 di atas maka IK dan DP untuk instrumen pre tes dan pos tes berada pada kategori sedang dan cukup maka instrumen sudah bisa digunakan untuk penelitian selanjutnya. 3. Analisis Kuasi Eksperimen Penelitian ini dilaksanakan 4 kali pertemuan, sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat, serta 2 kali pertemuan untuk pre tes dan

pos tes. Kelas penelitian adalah kelas III-A sebagai kelas kontrol dan III-B sebagai kelas eksperimen SD IT FAZA AZKIA. Pada kegiatan ini peneliti juga bertindak sebagai guru dalam menerapkan model pembelajaran koperatif yang telah dibuat. Dalam proses pembelajaran, siswa dikelompokkan menjadi 4-5 orang satu kelompok, yang terdiri dari 1 orang siswa kelompok atas, 2 orang siswa kelompok tengah, dan 1-2 orang siswa kelompok bawah. Pengelompokan siswa atas, tengah dan bawah berdasarkan nilai semester genap kelas II dan wawancara atau konsultasi dengan guru matematika yang bersangkutan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rata-rata kemampuan siswa setiap kelompoknya relatif sama. 1)Hasil Pre Tes Kemampuan Komunikasi Hasil instrumen pre tes kemampuan komunikasi matematik digunakan untuk mengetahui bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki kemampuan komunikasi matematik yang tidak berbeda. Hasil penelitian meliputi : deskripsi kemampuan komunikasi matematik. 70 60 50 40 30 20 10 0 minimum maximum mean eksperimen kontrol Gambar 1 Penguasaan Pre Tes Kemampuan Komunikasi pada kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Dari gambar 1 terlihat bahwa skor rata-rata kedua kelas tidak berbeda secara signifikan, hal ini memberikan gambaran bahwa hasil pre tes kemampuan komunikasi matematik siswa kelas eksperimen tidak berbeda jauh dengan siswa kelas kontrol, skor rata-rata di kelas eksperimen 16,62 sedikit lebih tinggi daripada di kelas kontrol 15,14. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa rata-rata pre tes kemampuan komunikasi matematik siswa di kelas eksperimen tidak berbeda dengan siswa di kelas kontrol. 2)Hasil Penelitian tentang Pos Tes Kemampuan Komunikasi Hasil penelitian pos tes kemampuan komunikasi matematik diperoleh setelah keseluruhan proses pembelajaran selama penelitian selesai, baik dikelas eksperimen dan di kelas kontrol. Hasil penelitian komunikasi matemati meliputi : deskripsi kemampuan komunikasi matematik.

100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 minimum maximum mean eksperimen kontrol Gambar 2 Penguasaan Pos Tes Kemampuan Komunikasi pada kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Dari gambar 2 terlihat bahwa skor maksimal kemampuan komunikasi matematik di kelas eksperimen = 95 lebih besar daripada kelas kontrol = 87,5 sedangkan skor minimal di kelas kontrol jauh lebih rendah = 40 daripada yang di kelas eksperimen = 70. Dengan melihat dari skor ratarata pada tes kemampuan komunikasi matematik pada kelas eksperimen = 32,14 lebih besar atau lebih tinggi daripada di kels kontrol = 28,18. 3)Pencapaian Ketuntasan Tes Kemampuan Komunikasi Rata-rata proporsi skor siswa terhadap kemampuan komunikasi matematik dengan materi operasi hitung bilangan untuk kelas kontrol dan kelas eksperimen dirangkum dalam tabel 7 berikut. Tabel 7 Rekapitulasi Ketuntasan Kemampuan Komunikasi No Aspek Kelompok Kontrol Eksperimen 1 Proporsi skor uji awal 15,14 16,62 2 Proporsi skor uji akhir 28,18 32,14 3 Jumlah siswa yang tuntas 17 21 4 % Ketuntasan 77,273% 100% Pada tabel 7 dapat dilihat rata-rata proporsi skor uji awal dan uji akhir siswa kelas kontrol pada tes kemampuan komunikasi matematik adalah 15,14 dan 28,18. Bila diperhatikan rata-rata proporsi skor uji akhir, ratarata proporsi skor meningkat sebesar 13,04. Sementara itu rata-rata proporsi skor uji awal dan uji akhir siswa kelompok eksperimen yaitu 16,62 dan 32,14 rata-rata proporsi skor meningkat sebesar 15,52. Selisih proporsi skor hasil uji awal dan uji akhir untuk kelompok eksperimen lebih besar dari selisih proporsi skor uji akhir untuk kelas kontrol. Hal ini memberi petunjuk bahwa dengan menggunakan perangkat pembelajaran melalui model pembelajaran koperatif dapat lebih meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa untuk materi operasi hitung bilangan daripada pembelajaran biasa. Menurut data pada tabel 7, berdasarkan kriteria ketuntasan belajar (KKM) mata pelajaran matematika di kelas III sebesar 70, maka terhadap tes kemampuan komunikasi matematik siswa bahwa banyaknya siswa

kelas kontrol yang tuntas belajar hanya 17 orang atau 77,273% dari 22 siswa dari jumlah siswa. Banyaknya siswa yang tuntas untuk kelas eksperimen adalah 21 orang atau 100% dari 21 siswa dari jumlah siswa. Persentase ketuntasan siswa kelas eksperimen jauh lebih besar daripada persentase ketuntasan siswa kelas kontrol dengan selisih sebesar 22,727%. Hal ini berarti kemampuan komunikasi matematik siswa kelas eksperimen lebih baik dan lebih tinggi daripada siswa kelas kontrol pada materi operasi hitung bilangan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran koperatif dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa sehingga dapat meningkatkan jumlah siswa yang tuntas belajar. 4)Sentivitas Berdasarkan hasil perhitungan terhadap sentivitas soal diperoleh nilai terhadap soal 1 = 0,333 soal 2 = 0,381 soal 3 = 0,381 dan soal 4 = 0,330. Syarat sensitivitasnya 0,30 maka butir soal tersebut peka terhadap efek-efek pembelajaran. Dengan demikian, semua butir tes dapat dikatakan sensitif atau peka sehingga layak digunakan tanpa adanya revisi. Jadi, dari semua hasil perhitungan yang diperoleh tersebut menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran koperatif dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa di SD Kelas III. Perangkat pembelajaran yang dihasilkan meliputi rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar aktivitas siswa (LAS), dan tes kemampuan komunikasi matematik (TKKM). KESIMPULAN Berdasarkan analisis diperoleh rata-rata tes kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran koperatif sebesar 32,14 berarti lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata tes kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar dengan pembelajaran langsung sebesar 28,18, dan Ketuntasan kemampuan komunikasi matematik lebih dari 90% siswa mencapai KKM. SARAN Berdasarkan hasil penelitian ini, model pembelajaran koperatif pada kegiatan pembelajaran memberikan beberapa hal yang penting untuk diperhatikan. Untuk itu peneliti menyarankan beberapa hal: 1. Bagi guru yang ingin mengajarkan materi operasi hitung bilangan sudah efektif menggunakan model pembelajaran koperatif 2. Bagi guru-guru yang ingin mengajar di tingkat SD untuk menerapkan model koperatif karena siswa sangat merasa senang mengikuti model pembelajaran koperatif, selain itu juga rasa tanggung jawab pada anak semakin terlatih. 3. Perlu dilakukan penelitian terkait model pembelajaran koperatif untuk meningkatkan kemampuan-kemampuan matematik yang lain dan untuk materi yang lain. DAFTAR PUSTAKA [1] Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta [2,3] Ansari, I. 2009. Komunikasi a. Jakarta: Pena.

[4] Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. [5] Russefendi, E. T. 1991. Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran a Untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito. [6] Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi 2). Jakarta: Bumi Aksara.