BABII. Aspal didefinisikan sebagai material berwarna hitam atau coklat tua, pada

dokumen-dokumen yang mirip
BABII TINJAUAN PUSTAKA

perkerasan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, ukuran dan gradasi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BABII TINJAUAN PUSTAKA. . Aspal adalah bahan padat atau semi padat yang merupakan senyawa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat dari pembebanan pada perkerasan ketanah dasar (subgrade) tidak melampaui

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang memiliki peranan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berdasarkan bahan pengikatnya konstmksi perkerasanjalan dapat dibedakan atas:

PERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/2 dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan 2

BAB I PENDAHULUAN. penduduk di Yogyakarta. Pembangunan hotel, apartemen, perumahan dan mall

DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR NTISARI BAB I PENDAHULUAN 1

BAB III LANDASAN TEORI. dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus (well graded)

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI. keras lentur bergradasi timpang yang pertama kali dikembangkan di Inggris. Hot

TINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan aspal.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini perkembangan dan pertumbuhan penduduk sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal dalam

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, sampai ditemukannya kendaraan bermotor oleh Gofflieb Daimler dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN LABORATORIUM PENGGUNAAN MATERIAL AGREGAT BERSUMBER DARI KAKI GUNUNG SOPUTAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS

KINERJA CAMPURAN SPLIT MASTIC ASPHALT SEBAGAI LAPISAN WEARING COURSE (WC)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tanah liat. Fungsi perkerasan adalah untuk menahan atau memikul beban lalu. perkerasan jalan dibagi atas dua kategori yaitu:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikenal dengan istilah lateks. Di dalam lateks terkandung 25-40% bahan karet

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. samudera yang memiliki kadar garam rata-rata 3,5%, artinya dalam 1 liter air laut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.7 Juli 2016 ( ) ISSN:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

KAJIAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON SEBAGAI LAPIS AUS BERGRADASI KASAR DAN HALUS

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang telah menjadi kebutuhan

PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B

berlemak, larut dalam CCU serta tidak larut dalam air. Jika dipanaskan sampai suatu

BAB I PENDAHULUAN. Jalan sebagai salah satu prasarana transportasi merupakan unsur penting

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. dilakukan pada campuran HRA Hot rolled Asphalt dengan penambahan karet bandalam

PENGARUH VARIASI KADAR ASPAL TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perkerasan Jalan

Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.1 Februari 2017 (1-10) ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. tahun ke tahun makin meningkat. Laston (Asphalt Concrete, AC) yang dibuat sebagai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

BAB 1. PENDAHULUAN. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan sarana transportasi, salah satunya adalah jalan. Jalan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghasilkan suatu perkerasan yang tidak stabil.

BAB III LANDASAN TEORI. perkerasan konstruksi perkerasan lentur. Jenis perkersana ini merupakan campuran

TINJAUAN STABILITAS PADA LAPISAN AUS DENGA MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENGGUNAAN MINYAK PELUMAS BEKAS PADA BETON ASPAL YANG TERENDAM AIR LAUT DAN AIR HUJAN

lapisan dan terletak di atas tanah dasar, baik berupa tanah asli maupun timbunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH VARIASI KADAR AGREGAT HALUS TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

sampai ke tanah dasar, sehingga beban pada tanah dasar tidak melebihi daya

TUGAS AKHIR EVALUASI KINERJA FILLER ASBUTON DALAM CAMPURAN MORTAR HOT ROLLED ASPHALT. Oleh : Erwin Wisnu Wardana Ragil Purwanto

EFEK PEMAKAIAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN ASPAL PANAS (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat

KARAKTERISTIK MARSHALL DENGAN BAHAN TAMBAHAN LIMBAH PLASTIK PADA CAMPURAN SPLIT MASTIC ASPHALT (SMA)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Lapisan Antara (Asphalt Concrete-Binder Course) Salah satu produk campuran aspal yang kini banyak digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk menunjang dan menggerakkan bidang bidang kehidupan

PENGARUH PENGGUNAAN AGREGAT HALUS (PASIR BESI) PASUR BLITAR TERHADAP KINERJA HOT ROLLED SHEET (HRS) Rifan Yuniartanto, S.T.

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.3 Maret 2015 ( ) ISSN:

I. PENDAHULUAN. diperkirakan km. Pembangunan tersebut dilakukan dengan kerja paksa

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2007

BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji

Spesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jalan merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia. Jalan

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC

TINJAUAN PUSTAKA. perkerasan lentur, perkerasan kaku, dan perkerasan komposit. Secara umum

NASKAH SEMINAR. PENGARUH LIMBAH PADAT STYROFOAM DENGAN VARIASI 0%, 2%, 4% dan 6% PADA CAMPURAN AC-WC DI TINJAUH DARI KARAKTERISTIK MARSHALL 1 ABSTRACT

ANALISIS ITS (INDIRECT TENSILE STRENGTH) CAMPURAN AC (ASPHALT CONCRETE) YANG DIPADATKAN DENGAN APRS (ALAT PEMADAT ROLLER SLAB) Naskah Publikasi

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG

BAB I PENDAHULUAN. terjadi berlebihan (overload) atau disebabkan oleh Physical Damage Factor (P.D.F.)

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat sehari-hari. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK AGREGAT KASAR PULAU JAWA DENGAN AGREGAT LUAR PULAU JAWA DITINJAU DARI KEKUATAN CAMPURAN PERKERASAN LENTUR

Transkripsi:

BABII TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aspal Aspal didefinisikan sebagai material berwarna hitam atau coklat tua, pada temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat. Jika dipanaskan sampai suatu temperatur tertentu aspal dapat menjadi lunak. Aspal yang digunakan untuk konstruksi perkerasan jalan merupakan proses hasil residu dari destilasi minyak burni, sering disebut sebagai aspal semen (Sukirman, 1999). Aspal yang sering digunakan dalam pelaksanaan dilapangan khususnya di Indonesia adalah aspal keras hasil destilasi minyak bumi denganjenis AC 60170 dan AC 80II 00. Aspal jenis ini dipilih dalam pertimbangan penetrasi aspal relatif lebih rendah sehingga aspal tersebut dapat dipakai pada lalu lintas tinggi, tahan terhadap cuaca panas (Sukirman, 1999). Aspal mempunyai sifat-sifat tersendiri yaitu akan mclt:mbck secara berangsur-angsur bila dipanaskan dan mcmpunyai sifat lebih kedap air serta memiliki daya lekat (adhesi) yang baik. Aspal didapat dari penyulingan minyak burni dan endapan alami. Fungsi aspal didalam campuran adalah sebagai bahan ikat antar agregat untuk membentuk suatu campuran yang kompak, sehingga diharapkan dapat memberikan kekuatan yang lebih besar dibandingan kekuatan masing-masing agregat itu sendiri (Krebs and Walker, 1971) 5

6 2.2 Hot Rolled Asphalt (HRA) Hot Rolled Asphalt merupakan konstruksi perkerasan lentur yang pertama kali dikembangkan oleh inggris. HRA digunakan sebagai wearing course. Gradasi yang digunakan dalam campuran HRA adalah gradasi timpang (gap graded), dan sifat mekanis berasal dari kekuatan mortar. Sifat HRA mudah dipadatkan, mepunyai kekedapan yang cukup terhadap air, dan ketahanan terhadap retak (Hunter, 1994). 2.3 Agregat Agregat adalah material perkerasan berbutir yang digunakan untuk lapisan perkerasan jalan, terdiri dari tiga kelompok berdasarkan mutu, yaitu kelas A kelas B dan kelas C, dibedakan dari gradasi dan sifat material (Hendarsin, 2000). Fungsi agregat dalam campuran adalah menerima beban yang dipikul oleh perkerasan jalan (Sukirman, 1999). Agregat atau batuan didefinisikan secara umum sebagai tormasi kulit bumi yang keras dan penyal (solid). ASTM (1974) mendefinisikan batuan sebagai suatu bahan yang terdiri da;ri mineral padat, berupa masa berukuran besar (Sukirman,. 1999). Agregat atau batuan merupakan komponen utarna dari lapisan perkerasan jalan yaitu mengandung 90-95 % aggregat berdasarkan persentase berat atau 75-85 % agregat berdasarkan persentase volume. Agregat biasa digunakan dalam campuran beraspal dibagi dalam tiga kelompok yaitu agregat kasar, agregat halus, dan bahan pengisi (filler) (Sukirman, 1999).

7 2.3.1 Agregat Kasar Agregat kasar adalah bagian perkerasan yang mendukung stabilitas perkerasan secara mekanik. Agregat kasar merupakan material yang tertahan saringan NO.4 menurut ASTM atau lebih besar 2 mm menurut AASHTO (Suprapto, 2000). 2.3.2 Agregat HaIns Agregat halus adalah bahan yang terletak di antara yang lewat saringan NO.4 dan tertahan saringan No. 200. Agregat halusyang digunakan dalam campuran hams bersih, keras, awet, bebas dari Lumpur atau debu, dan bahan organik (Henda dan Susanto, 1999). Kombinasi pada lapis perkerasan harus mempunyai kemampuan dalam pendistribusian tegangan akibat beban yang diterima perkerasan aspal, sehingga lapisan dibawahnya tidak mengalami pembebanan berlebih (Hunter, 1994). 2.3.3 Bahan Pengisi (Filler) Filler adalah sekumpulan mineral agregat yang lolos saringan No. 200. Filler atau bahan pengisi ini akan mengisi rongga diantara partikel agregat guna mengurangi besamya rongga (Sukirman, 1999). 2.4 Bahan Tambah (Additive) Pada konstruksi perkerasan, bahan aspal digunakan sebagai bahan pengikat antara batuan atau agregat, sehingga membentuk suatu konstruksi yang kuat apabila dilintasi kendaraan. Sifat aspal akan berubah akibat panas dan umur, aspal akan menjadi kaku dan rapuh yang akhimya daya adesinya terhadap partikel agregat akan 1_

8 berkurang. Perubahan ini dapat diatasi atau dikurangi jika sifat-sifat aspal dikuasai dan dilakukan langkah - langkah yang baik dalam proses pelaksanaan (Sukirman, 1999). Agar dapat mempertahankan keawetan perkerasan dan mutu aspal, maka daya adhesi aspal itu sendiri harus besar, sehingga diperlukan additive untuk menaikkan kelekatan aspal pada agregat atau mempertahankan kelekatan aspal pada agregat, yang dapat bekerja memperbaiki sifat fisik maupun mekanis aspal. Campuran aspai juga harns mempunyai fleksibiiitas tinggi. Additive juga dapat memperbaiki atau menambah fleksibiiitas campuran yang kurang memadai dalam menerima dan menahan deformasi, dan pengaruh ikiim yang terjadi. Berbagai macam tipe additive dan contoh dapat diiihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Macam-macam bahan additive Tipe Contoh I. Extender Sulfi rr Sulfur & lignin 2. Rubber a) Natural Latex b) Syntetic Latex c) Block Copolimer d) Reclaimed Rubber Natural rubber Styrene Butadiene ( SBR) Styrene Butadiene ( SBC ) Recycled - Tirres l. 3. Plastic Polyethyelene Polypropylene Ethyelene Vinyl Acetate (EVA) Polyvinyl Chloride (PVC)

9 Lanjutan Tabel 2.1. Tipe 4. Combination Contoh Blend ofpolymer in 3 & 4 5. Fiber Natural Rock Wool ManMade Polypropyelene Polyester Fiber Glass 6. Oxidant Manganese Salt 7. Anti Oxidan Load Compounds, Carbon, Calsium, Salt. 8. Hydro Carbon Recycling and Rejuveneting oils Hardening and Natural asphalt 9. Anti SMp Amines, Lime Sumber: Robert, F. L.etc.aI, 1971 dalam Susianti, N, 1999. - Polyethyelene, polypropylene, polyvinyl chloride, polystyrene, dan ethylene Vinyl Acetate (EVA) adalah jenis polymer termoplastic yang biasa digunakan sebagai bahan tambah pada perkerasan jalan. Polyvinyl Chloride merupakan bahan tambah (additive) yangtermasuk dalam polymer termoplastic, mempunyai sifat : 1. Fieksibilitas tinggi

10 2. Tensile strength cukup tinggi 3. Titik cair 95 C Penambahan bahan ini diharapkan dapat memperbaiki fleksibilitas perkerasan dalam menerima dan menahan deformasi akibat beban yang teijadi (Hatch & Matar, 1981). 2.5 Campuran Aspal Konstruksi perkerasan lentur merupakan campuran antara aspal dan agregat. Aspal dalam campuran bersifat sebagai perekat dan pengisi, sedangkan agregat berfungsi sebagai tulangan struktur perkerasan yang memberikan nilai stabilitas dan kekakuan. Berdasarkan kemampuan dalam mendistribusikan beban, campuran dibedakan atas campuran yang memiliki nilai struktural dan campuran yang tidak memiliki nilai struktural. HRA merupakan campuran bergradasi senjang dengan kandungan mortar, campuran antara agregat halus, filler dan aspal antara 50% sampai 80%. KineIja campuran HRA sangat ditentukan oleh kinejja mortar. Campuran ini memiliki durabilitas yang tinggi, kedap air, dan lebih mudah dihamparkan serta dipadatkan. 2.6 Penelitian Sebelumnya Penelitian sejenis tentang penggunaan additive polimer pemah dilakukan antara lain adalah : 1. Pengaruh Penambahan Limbah Ban Karet Sebagai Bahan Tambah Pada Hot Rolled Asphalt berdasarkan Sifat - sifat Marshall oleh M. Agus Hana Sikpri dan Emmie Fathkunnajah (2002). Hasil yang didapat bahwa penambahan limbah ban karet pada campuran HRA dapat meningkatkan i 1

11 karakteristik Marshall, yaitu meningkatkan nilai stabilitas, nilai jlow, nilai VFWA, dan memperkecil nilai VITM. 2. Pengaruh Penurunan Temperatur Pemadatan Pada Hot Rolled Asphalt dengan Bahan Tambah Limbah Ban Karet Terhadap Angka Poisson dan Deformasi Plastis, oleh Ariya Asghara dan Djasun Dasa Eka (2003). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penurunan suhu pemadatan berpengaruh pada sifat Marshall, diantaranya penurunan nilai stabilitas, nilaijlow, nilai VFWA, dan meningkatkan nilai VITM. Penambahan ban karet menghasilkan nilai poisson yang lebih tinggi dan lebih tahan terhadap deformasi plastis yang terjadi. 3. Pemanfaatan Limbah Plastik Keras Sebagai Bahan Tambah (Additive) pada campuran beton aspal (Asphalt Concrete) oleh Nelfi Susianti (1999). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kenaikkan kadar additive dari 0% sampai 0,45% menyebabkan nilai density, stabilitas, VFWA, flow, dan Marshall Quotient secara garis besar naik. Sebaliknya nilai VrTM mengalami penurunan. Berdasarkan spesifikasi Bina Marga 1988 didapatkan kadar aspal optimum pada kadar additive 0% sebesar 6,09%, pada kadar additiive 0,15% sebesar 5,88% pada kadar additive 0,3% sebesar 5,87% dan pada kadar additive 0,45% sebesar 5,54%. Berdasarkan hasil diatas limbah plastik keras dapat digunakan sebagai additive dalam campuran beton aspal dengan kisaran additive sebesar 0% sampai 0,45%.

12 4. Pengaruh Poly Ethylene Sebagai Additive Terhadap karakteristik Marshall dan Penneabilitas Hot Rolled Sheet B (HRS B) oleh Yanuar Dwi Putra (2003). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kenaikkan kadar additive dari 0% sampai 5% menyebabkan nilai stabilitas, flow, VFWA, dan Marshall Quotient mengalami kenaikan. Sebaliknya nilai VITM, dan VMA mengalami penurunan. Penambahan Poly Ethylene menghasilkan koefisien penneabilitas yang lebih rendah dibanding dengan campuran HRS-B tanpa Poly Ethylene.