BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang pasti akan dialami oleh setiap individu atau organisasi. Ketika

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan setiap peluang untuk sukses. Kewirausahaan adalah padanan kata dari entrepreneurship dalam bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. anak pun dijelaskan bahwa diantaranya yakni mendapatkan hak pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. ketat, pendidikan pun tidak luput dari tunuttan era modern sehingga

BAB I PENDAHULUAN. lembaga sekolah, non formal yakni keluarga dan informal seperti halnya pondok

BAB I PENDAHULUAN. harus memelihara dan melestarikan bumi, mengambil manfaatnya serta

BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah secara

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat tradisional yang mendalami ilmu agama Islam dan. mengamalkannya sebagai pedoman hidup keseharian.

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB I. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 pasal 3. 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Pondok Pesantren Modern di Semarang BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang lain. Mereka terikat oleh norma-norma yang berlaku di dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan antara satu

2014 PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-ISLAMIYYAH DESA MANDALAMUKTI KECAMATAN CIKALONGWETAN KABUPATEN BANDUNG BARAT

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus

BAB I PENDAHULUAN. yang luar biasa. Sebagaimana pada masa sebelum penjajahan dapat diketahui

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan

PENGELOLAAN KEUANGAN PONDOK PESANTREN MIFTAHUL AMAL BLORA TESIS

BAB I PENDAHULUAN. pembeliannya semua menunjukkan ciri atau sifat konsumen tersebut. Dalam rangka memberikan kepuasan konsumen, maka perusahaan perlu

( Word to PDF Converter - Unregistered ) BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap dunia pendidikan dan pembentukan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan, pendidikan, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan kecakapan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Membangun karakter, character building is never ending process

BAB 1 PENDAHULUAN. Era globalisasi dewasa ini dan di masa datang sedang dan akan. mempengaruhi perkembangan sosial budaya masyarakat muslim Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi, kepribadian, kecerdasan dan keterampilan yang ada pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lutma Ranta Allolinggi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi sekolah erat hubungannya dengan masyarakat. dan didukung oleh lingkungan masyarakat. 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. moral dan sosial sebagai pedoman hidupnya. Dengan demikian pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. cara yang dipilih untuk meraih kemajuan (made of getting forward).

BAB I PENDAHULUAN. Elka Desty Ariandy TGA PONDOK PESANTREN DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Amzah, 2007), hlm Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur an,

BAB I PENDAHULUAN. tinggi serta mau bersaing dalam tantangan hidup. Akan tetapi sistem

2015 PENGARUH PENYULUHAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA (KB) TERHADAP SIKAP PENERIMAAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS)

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Irma Pujiawati, 2014 Model pendidikan karakter kedisiplinan Di pondok pesantren

REKONTRUKSI PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN DALAM MEMBANGUN WATAK WIRAUSAHA MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, namun juga

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan manusia yang cerdas dan berkarakter. Pendidikan sebagai proses

BAB I PENDAHULUAN. maju mundurnya suatu bangsa terletak pada baik tidaknya karakter dan akhlak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Amelia Nur Fauza, 2013

BAB I PENDAHULUAN. tertua sekaligus merupakan ciri khas yang mewakili Islam tradisional

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN BERAGAMA REMAJA MUSLIM DENGAN MOTIVASI MENUNTUT ILMU DI PONDOK PESANTREN

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Pondok Pesantren bertugas untuk mencetak manusia yang benarbenar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 MANFAAT PEMBELAJARAN PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN DALAM PENUMBUHAN SIKAP WIRAUSAHA SISWA SMAN 1 CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia itu adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Adanya kemunduran umat Islam tidak lain disebabkan oleh kemiskinan ilmu.

BAB I PENDAHULUAN. belum lagi ditemukan pada saat arus globalisasi dan Era pasar bebas terus

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia yang dikenal sebagai masyarakat yang berjiwa religius,

Pendidikan Vokasi Bercirikan Keunggulan Lokal Oleh: Istanto W. Djatmiko Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, bertanggung jawab, dan bermanfaat bagi kehidupannya. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 ditegaskan bahwa :

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah salah satu kegiatan dasar manusia dan proses sosial

BAB III DESKRIPSI TENTANG YAYASAN PESANTREN MUKMIN MANDIRI SIDOARJO DAN KOPI MAHKOTA RAJA BLEND DOA

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbagai macam permasalahan remaja dalam hal ini salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan koperasi di Negara-negara Eropa Barat dan Jepang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN KEAGAMAAN ISLAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. Burhan Nurgiyantoro, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah, (Yogyakarta : BPFE, 1988), hlm. 1

BAB I PENDAHULUAN. al-qur an dalam kehidupan sehari-hari sudah menjadi komitmen yang sangan

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. melalui metode pengajaran dalam pendidikan islam di dalamnya memuat

Sesuai dengan tujuan pendidikan yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah peradaban manusia terlihat jelas bahwa kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, meningkatkan kualitas manusia dalam membentuk watak bangsa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. kearah suatu tujuan yang dicita-citakan dan diharapkan perubahan tersebut

PONDOK TAHFIZH DAARUL MULTAZAM

BAB I PENDAHULUAN. Kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan menimbulkan banyak pengangguran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi dalam suatu dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai satu atau. lebih, sehingga terjadi interaksi antar individu.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Quran menjelaskan bahwa manusia itu makhluk yang mempunyai dua fungsi yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kewirausahaan berperan penting dalam perekonomian bangsa dan

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rizki Silvina Rahmi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

BAB I PENDAHULUAN. yang terikat, terarah untuk mencapai tujuan yang diharapkan Sardiman

BAB I PENDAHULUAN Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, menyatakan :

BAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Menurut G.R. Terry

BAB I PENDAHULUAN. harus berhadapan langsung dengan zaman modern. dilepas dari kehidupan manusia. Islam juga mewajibkan kepada manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karakter manusia pada dasarnya sudah dijamin oleh Allah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam BAB I ini dipaparkan tentang : a. Konteks Penelitian, b. Fokus

BAB I PENDAHULUAN. UNNES PRESS, 2005), hlm. 51. hlm.2. 1 Achmad Sugandi, dkk, Teori Pembelajaran, (Semarang: UPT

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada setiap individu maupun organisasi dalam konteks apapun pasti memerlukan perencanaan (planning). Perencaanan tersebut tidak hanya dimiliki oleh orang-orang atau organisasi besar, yang kuantitasnya lebih kecil pun jelas mereka memiliknya. Pentingnya sebuah perencanaan dikarenakan kompleksitas permasalahan yang pasti akan dialami oleh setiap individu atau organisasi. Ketika individu atau organisasi manapun yang tidak disiplin dalam menerapkan aturanaturan yang sebelumnya sudah direncanakan, maka cepat atau lambat akan mengalami kegagalan dalam aktifitasnya. Sistem perencanaan pada setiap masing-masing individu atau organisasi pastinya pada beberapa hal pastinya berbeda, namun secara prinsip-prinsip memiliki kesamaan, hal ini dikarenakan sifatnya universal. Pada dasarnya proses perencanaan yang digunakan adalah untuk memilih tujuan dan menentukan bagaimana mencapainya. Entrepreneurship telah menjadi proses dinamik bagi bangsa yang berkinginan untuk maju. Proses tersebut diciptakan oleh individu-individu yang menanggung risiko utama, baik berupa modal, waktu dan atau komitmen karier dalam hal menyediakan nilai untuk sebuah produk atau jasa tertentu. Salah satu devinisi Entrepreneurship atau kewirausahaan yang dikemukakan oleh R. Heru Kristanto, sebagai berikut : 1

2.. ilmu, seni maupun perilaku, sifat, ciri dan watak seseorang yang memiliki kemampuan dalam mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia nyata secara kreatif (creative new and Different). Berpikir sesuatu yang baru dan bertindak melakukan sesuatu yang baru guna menciptakan niali tambah, agar mampu bersaing dengan tujuan menciptakan kemakmuran individu dan masyarakat. 1 Jika dipandang dalam perspektif agama tentang wirausaha, Islam mengajarkan umatnya yang secara tidak langsung mengajarkannya untuk berwirausaha. Dalam sebuah ayat Allah berfirman : Artinya apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (Q.s. Al Jumu ah : 10) Pengangguran dan kemiskinan terjadi karena perbandingan antara kesempatan kerja tidak sebanding dengan jumlah tenaga kerja. Kesenjangan antara jumlah permintaan dan penawaran ini seharusnya diperhatikan bagaimana solusinya. Khusus atau lebihnya terhadap para tenaga kerja tak terdidik, tidak trampil dan atau tenaga kerja berpendidikan rendah. Bila tenaga kerja yang dimaksud tersebut itu tidak tertampung dalam sebuah lembaga formal, maka perlu kiranya mereka dilatih untuk terampil dalam berwirausaha, yang substansinya mereka mampu berpenghasilan dan mencapai kesejahteraan. 1 R. Heru Kristanto, 2009, Kewiraushaan (Entrepreneurship) ; Pendekatan Manajemen dan Praktik. Yogyakarta, Graha Ilmu. hal.3

3 Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan berbasis agama Islam memiliki peluang untuk mendidik moral dan perilaku masyarakat Indonesia. Penekanan pada pendidikan anak pesantren atau santri tidak hanya pada ilmu agama dan ilmu umum saja, melainkan juga pada pembentukan pribadi yang beriman, bertaqwa, serta berakhlak mulia. Di sisi lain, sebagai lembaga pendidikan pondok pesantren diminati oleh sebagian besar masyarakat Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim. Menurut Ahmad Musthofa Harun dalam Mahpuddin Poor, pesantren memiliki watak kemandirian yang memungkinkannya untuk bertahan selama berabadabad. Eksistensi pesantren dalam jangka waktu yang lama ini dimungkinkan oleh karakternya yang bisa bergerak selaras dengan perubahan sosial. 2 Berbicara tentang Sustainable mempunyai pengertian yang luas. Apabila diterjemahkan, sustainability ini mempunyai arti berkelanjutan. Dalam sebuah laporan our common future WCED (World Commision On Environmental Development) mendefinisikan sustainable development sebagai : pembangunan yang berusaha memenuhi kebutuhan hari ini, tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya 3. Pondok pesantren dengan karakter entrepreneurship erat kaitannya dengan prinsip keberlanjutan atau sustainable development. keberlanjutan baik dari segi kehidupan sosial hidup bermasyarakat, keberlanjutan ekonomi masyarakat, serta 2 Mahpuddin Noor, 2006, Potret Dunia Pesantren, Bandung, Humaniora, hal.2. 3 Muhammad Junaidi, 2013, Korporasi dan Pembangunan Berkelanjutan, Bandung, Alfabeta, hal.23

4 keberlanjutan lingkungan alam. Ketiga aspek tersebut perlu di pertahankan sebagai prinsip dasar sustainable development atau disebut sebagai tiga dimensi sustainable development. Pondok pesantren Mukmin Mandiri merupakan pondok pesantren berkarakter entrepreneurship yang letaknya berada di perumahan elit kawasan Sidoarjo. Pondok pesantren Mukmin Mandiri merupakan pesantren modern. Hal ini dikarenakan pesantren ini tidak hanya bergerak pada sektor keagamaan melainkan diorientasikan pada pemberdayaan dan kemandirian para santri dalam berwirausaha. Bidang wirausaha yang di jalankan di pondok pesantren Mukmin Mandiri adalah di bidang wirausaha angrobisnis dan agroindustri produksi kopi. Produksi yang dihasilkan dalam bentuk kopi goreng dan bubuk kopi dengan merk Mahkota Raja Blend Doa yang komposisinya terdiri dari biji jenis kopi Arabika dan Robusta. Kemurnian kopi biji ini menjadi ciri khas kopi santri. Berdasarkan latar belakang diatas peneliti ingin mengkaji lebih dalam lagi tentang pondok pesantren entrepreneurship dengan Judul prinsip sustainable development pondok pesantren dengan karakter entrepreneurship (Study Kasus Pondok Pesantren Mukmin Mandiri, Sidoarjo). B. Rumusan Masalah Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan yang menjadi rumusan masalah dalam pembahasan dalam pengajuan skripsi ini adalah : 1. Bagaimanakah Konsep Entrepreneurship di Pondok Pesantren Mukmin Mandiri Sidoarjo?

5 2. Bagaimanakah Prinsip Sustainable Development Pondok Pesantren dengan karakter Entrepreneurship di Pondok Pesantren Mukmin Mandiri Sidoarjo? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian : 1. Untuk Mengetahui Konsep Entrepreneurship di Pondok Pesantren Mukmin Mandiri Sidoarjo 2. Untuk Mengetahui Prinsip Sustainable Development Pondok Pesantren dengan karakter Entrepreneurship Pada Pondok Pesantren Mukmin Mandiri Sidoarjo. D. Manfaat Penelitian 1. Segi teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu manajemen serta ilmu sosial. Dan diharapkan dapat memperkaya khazanah pemikiran, khususnya sebagai upaya pencarian solusi alternatif dalam meningkatkan kemampuan santri pondok pesantren Mukmin Mandiri dalam mengembangakan prinsip sustainable development dalam berwirausaha. 2. Segi praktis a. Bagi pemerintah, merupakan bahan pertimbangan dalam kebijakan pemerintah dalam membangun tatanan sosial masyarakat yang ideal. b. Bagi lembaga pendidikan, merupakan hasil pemikiran yang dapat di pakai sebagai pedoman untuk melaksanakan usaha mendidik generasi

6 yang intelektualis yang tidak hanya cakap dalam bidang agama akan tetapi juga cakap dalam menanggapi persaingan era modern dalam hal ini entrepreneur. c. Bagi peneliti, merupakan bahan informasi guna meningkatkan dan menambah pengetahuan tentang Pondok Pesantren dengan karakter entrepreneurship yang terdapat dalam Pondok Pesantren dan bagaimana lembaga tersebut memfasilitasi para santrinya supaya tidak hanya cakap dalam bidang agama melainkan juga dibidang lain sesuai dengan kebutuhan zaman. E. Definisi Konsep 1. Sustainable Development Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) adalah sebuah upaya pembangunan yang meliputi aspek ekonomi, sosial, lingkungan bahkan budaya untuk kebutuhan masa kini tetapi tidak mengorbankan atau mengurangi kebutuhan generasi yang akan datang. 4 2. Entrepreneurship Kewirausahaan adalah padanan kata dari entrepreneurship dalam bahasa Inggris, unternehmer dalam bahasa Jerman, ondernemen dalam bahasa Belanda. Sedangkan di Indonesia diberi nama kewirausahaan. Kata entrepreneur berasal dari bahasa Perancis yaitu entreprende yang berarti petualang, pengambil risiko, kontraktor, pengusaha (orang yang 4 Muhammad Junaidi, Korporasi dan Pembangunan Berkelanjutan, hal.23

7 mengusahakan suatu pekerjaan tertentu), dan pencipta yang menjual hasil ciptaannya. Entrepreneurship adalah suatu kemampuan untuk mengelola sesuatu yang ada dalam diri seseorang untuk dimanfaatkan dan ditingkatkan agar lebih optimal (baik) sehingga bisa meningkatkan taraf hidup seseorang dimasa mendatang. Dari beberapa definisi kata yang telah disebutkan dapat diambil kesimpulan dalam memaknai kata sustainable development pondok pesantren entrepreneurship adalah pembangunan berkelanjutan dengan konsep entrepreneurnya yang diprogramkan oleh pondok pesantren untuk para santri agar mampu dan mau mengembangkan secara berlanjut jiwa kewirausahaannya, tidak hanya dalam lingkungan pondok tapi juga mampu mengaplikasikannya didunia luar (dalam hal ini luar pesantren) demi menumbuhkan kemampuan entrepreneur santri melalui program-program yang telah dicanangkan oleh pesantren. 3. Pondok Pesantren Pondok pesantren menurut pengertiannya kata pesantren, pondok pesantren, atau sering disingkat pondok atau ponpes, adalah sebuah asrama pendidikan tradisional, di mana para siswa atau santrinya semua tinggal bersama dan belajar dibawah bimbingan guru yang lebih dikenal dengan sebutan kiai dan mempunyai asrama untuk tempat menginap santri. Santri tersebut berada dalam komplek yang juga menyediakan masjid untuk

8 beribadah, ruang untuk belajar dan kegiatan keagamaan lainnya. Komplek ini biasanya dikelilingi oleh tembok untuk dapat mengawasi keluar masuknya para santri sesuai dengan peraturan yang berlaku. 5 Pondok pesantren diidealkan dapat menjadi agen perubahan sosial di tengah-tengah gegap gempitanya persoalan-persoalan kemanusiaan yang menuntut disikapi secara konkrit. Pondok pesantren dalam melaksanakan fungsinya sebagai lembaga pendidikan keagamaan, merupakan sub sistem pendidikan nasional yang tercantum pada pasal 30 ayat (4), Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003, yang menyatakan, pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniyah, pesantren, peasraman, pabhaja samanera, dan bentuk lain yang sejenis. 6 F. Sistematika Pembahasan Bab satu, merupakan pendahuluan, yang menggambarkan tentang, latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, Manfaat penelitian, deginisi konsep dan sistematika. Dengan demikian, bab satu ini merupakan pengantar skripsi ini. Bab dua, merupakan kajian pustaka yang digunakan untuk mengkaji secara teoritis sebuah objek penelitian 5 Zamakhsyari Dhofier, 1983, Tradisi Pesantren Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, LP3S, Jakarta, hal.18 6 Direktorat Jendral Pendidikan Islam Depag RI, 2006, Undang-Undang Dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan, Depag RI, hal. 22.

9 Bab tiga, merupakan bagian yang membahas tentang Metodologi Penelitian yang berisi tentang : Jenis dan pendekatan penelitian, Jenis Data dan Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data, Keabsahan Data. Bab empat, merupakan hasil lapangan yang merupakan gambaran umum lokasi penelitian, penyajian data dan pembahasan hasil penelitian. Bab lima (penutup), berisi kesimpulan dari uraian yang telah dikemukakan dalam penulisan ini. Di samping memuat simpulan, bab ini juga memuat saran dan rekomendasi dan keterbatasan dalam penulisan ini. Disamping itu bab ini juga dilengkapi dengan daftar pustaka.