J. Agroland 22 (2) : , Agustus 2015 ISSN : X E-ISSN :

dokumen-dokumen yang mirip
KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERTANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KECAMATAN PALOLO KABUPATEN SIGI

BAB I PENDAHULUAN. pertanian, subsektor perkebunan mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap

Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Lahan Pertanaman Kedelai di Kecamatan Balong-Ponorogo

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip ekologi telah diabaikan secara terus menerus dalam pertanian modern,

JENIS DAN PADAT POPULASI HAMA PADA TANAMAN PERANGKAP Collard DI SAYURAN KUBIS

POLA FLUKTUASI POPULASI Plutella xylostella (L.) (LEPIDOPTERA: PLUTELLIDAE) DAN MUSUH ALAMINYA PADA BUDIDAYA BROKOLI DENGAN PENERAPAN PHT DAN ORGANIK

Peran Varietas Tahan dalam PHT. Stabilitas Agroekosistem

SEMINAR NASIONAL MASYARAKAT BIODIVERSITAS INDONESIA UNAND PADANG, 23 APRIL Biodiversitas dan Pemanfaatannya untuk Pengendalian Hama

KEANEKARAGAMAN SERANGGA PADA PERKEBUNAN APEL SEMI ORGANIK DAN ANORGANIK DESA PONCOKUSUMO KABUPATEN MALANG

Keragaman predator dan parasitoid pada pertanaman bawang merah: Studi kasus di Daerah Alahan Panjang, Sumatera Barat

BAB III METODOLOGI PENELITAN

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura buah apel (Malus sylvestris (L.) Mill) merupakan

BIOMA : JURNAL BIOLOGI MAKASSAR, 2(2):12-18, 2017

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan

PENGELOLAAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN SECARA TERPADU

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Jumlah spesies dalam satu komunitas yang sering disebut dengan. banyak spesies tersebut (Anonimus, 2008).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang

PENGENDALIAN OPT PADI RAMAH LINGKUNGAN. Rahmawasiah dan Eka Sudartik Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK

Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Pertanaman Kedelai di Kebun Percobaan Natar dan Tegineneng

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, yang. sensus atau dengan menggunakan sampel (Nazir,1999).

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di lahan pertanaman kakao milik masyarakat di

BAB I PENDAHULUAN. kelembaban. Perbedaan ph, kelembaban, ukuran pori-pori, dan jenis makanan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rukmana (1997), sistematika tanaman jagung (Zea mays L.) adalah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. hidup dari bidang pertanian (Warnadi & Nugraheni, 2012). Sektor pertanian

Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan)

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Jumlah spesies dalam komunitas yang sering disebut kekayaan spesies

Keanekaragaman Parasitoid dan Parasitisasinya pada Pertanaman Padi di Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun

KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA DI GUDANG BERAS

I. PENDAHULUAN. luas areal kakao yang cenderung mengalami peningkatan. Berdasarkan data dari

BAB III METODE PENELITIAN. langsung dari lokasi pengamatan. Parameter yang diukur dalam penelitian adalah

Keanekaragaman Jenis Serangga Di Berbagai Tipe Lahan Sawah

PENGELOLAAN HAMA SECARA HAYATI Oleh : Awaluddin (Widyaiswara)

BAB I PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kondisi sekarang, pemanfaatan pestisida, herbisida dan pupuk kimia sangat umum digunakan dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman bawang merah merupakan salah satu komoditas rempah-rempah

BAB III METODE PENELITIAN. segala cara untuk menetapkan lebih teliti atau seksama dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. hama. Pertanian jenis sayuran kol, kubis, sawi dan sebagainya, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L) family Lilyceae yang berasal

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan tanaman sumber protein yang

Studi Musuh Alami (Spodoptera Exigua Hbn) pada Agroekosistem Tanaman Bawang Merah. Study of Natural Enemy Spodoptera Exigua on Onion Agroecosystem

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan pengamatan secara langsung ke lokasi, yaitu

Ambang Ekonomi. Dr. Akhmad Rizali. Strategi pengendalian hama: keuntungan dan resiko Resiko aplikasi pestisida

KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PERMUKAAN TANAH PADA TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.) DENGAN SISTEM PERTANAMAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN SIGI

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan produksi sayuran meningkat setiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. 84 Pada

BAB III GANGGUAN OLEH SERANGGA HAMA

KEANEKARAGAMAN FAUNA TANAH PADA PERKEBUNAN JAMBU BIJI SEMI ORGANIK DAN ANORGANIK DI DESA BUMIAJI KOTA BATU. Aniqul Mutho

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata

I. PENDAHULUAN. negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family

BAB I PENDAHULUAN. ulat grayak merupakan hama penting pada tanaman tembakau (Nicotiana tabacum

KEANEKARAGAMAN SERANGGA PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA TANAMAN KEHUTANAN

Waspadai Kemunculan Pengorok Daun (Liriomyza sp) pada Tanaman Kopi

BAB I PENDAHULUAN. flora dan fauna yang sangat tinggi (mega biodiversity). Hal ini disebabkan karena

BAB V PEMBAHASAN. diidentifikasi dengan cara membandingkan ciri-ciri dan dengan menggunakan

I. PENDAHULUAN. memikat perhatian banyak mata. Pemuliaan anggrek dari tahun ke tahun,

BAB I PENDAHULUAN. mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama atau penyakit tanaman

POKOK BAHASAN KERUSAKAN AKIBAT HAMA

Keanekaragaman Makroarthropoda Tanah di Lahan Persawahan Padi Organik dan Anorganik, Desa Bakalrejo Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L) Meriill) merupakan salah satu komoditi tanaman yang

AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak

Keragaman Serangga Musuh Alami Kutu Sisik Lepidosaphes beckii Pada Jeruk Keprok Dan Jeruk Manis

IDENTIFIKASI FAMILI SERANGGA DAN DOMINANSINYA PADA TANAMAN TEBU TOLERAN KEKERINGAN DI PG DJATIROTO

KEANEKARAGAMAN SERANGGA HYMENOPTERA (KHUSUSNYA PARASITOID) PADA AREAL PERSAWAHAN, KEBUN SAYUR DAN HUTAN DI DAERAH BOGOR TJUT AHMAD PERDANA R.

EFEKTIVITAS ISOLAT DAN METODE PAPARAN Beauveria bassiana (Balsamo) Vuillemin TERHADAP MORTALITAS DAN MIKOSIS Spodoptera litura Fabricius

I. PENDAHULUAN. Perkebunan memiliki peran yang penting dalam pembangunan nasional,

BAB III METODE PENELITIAN. serangga yang ada di perkebunan jeruk manis semi organik dan anorganik.

KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA LAHAN BAWANG MERAH SEMI ORGANIK DAN ANORGANIK DESA TORONGREJO KOTA BATU

IDENTIFIKASI MAKROFAUNA TANAH DI ZONA PASIF TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR KLOTOK KOTA KEDIRI

I. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Politeknik Negeri Lampung

CARA CARA PENGENDALIAN OPT DAN APLIKASI PHESTISIDA YANG AMAN BAGI KESEHATAN 1) SUHARNO 2) 1) Judul karya ilmiah di Website 2)

BAB I PENDAHULUAN. satu keaneragaman hayati tersebut adalah keanekaragaman spesies serangga.

EFEK MINYAK ATSIRI DAUN CENGKEH (Syzygium aromaticum) TERHADAP MORTALITAS ULAT DAUN Spodoptera exigua PADA TANAMAN BAWANG MERAH

TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Bioekologi Menochilus sexmaculatus

PENGENDAUAN TERPADU HAMA TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas Unn.) Dr. Ir. Dadang, MSc. Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, IPS

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Primak et al, tahun 1998 bahwa Indonesia merupakan daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan, ada yang keberadaannya menguntungkan manusia dan ada yang

AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara produsen kopi ke-empat terbesar di dunia. Data

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik tinggi baik untuk koleksi maupun objek penelitian adalah serangga

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. untuk menambah cita rasa dan kenikmatan makanan. Berbagai kegunaan bawang

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1995 TENTANG PERLINDUNGAN TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menggunakan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Mengapa menggunakan sistem PHT? Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Mengapa menggunakan sistem PHT? Mengapa menggunakan sistem PHT?

DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan bahan pangan pokok terutama ketergantungan masyarakat yang besar

TINJAUAN PUSTAKA. I. Ekologi Tanaman Kelapa Sawit (Elais guinensis Jacq.) baik di daerah tropis (15 LU - 15 LS). Tanaman ini tumbuh sempurna di

Tetratichus brontispae, PARASITOID HAMA Brontispa longissima

PENGARUH PENGEMBALIAN BERBAGAI BIOMASSA TANAMAN TERHADAP SERANGAN HAMA PENGGEREK BATANG KEDELAI Agromyza sojae Zehntn

TINJAUAN PUSTAKA. lainnya dan berkaitan dengan lingkungan hidupnya. Dalam komunitas organisme

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Kelimpahan Laba-Laba Pada Padi Ratun Yang Diaplikasikan BioinsektisidaMetarhizium anisopliae dan Bacillus thuringiensis di Sawah Lebak

I. PENDAHULUAN. pertanian organik dan sistem pertanian intensif (Notarianto, 2011). Salah satu desa

Transkripsi:

J. Agroland 22 (2) : 114 122, Agustus 2015 ISSN : 0854 641X E-ISSN : 2407 7607 KEANEKARAGAMAN SERANGGA MUSUH ALAMI PADA PERTANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L) YANG DIAPLIKASI DENGAN BIOINSEKTISIDA Beauveria bassiana (Bals.-Criv.) Vuill. Insects Diversity of Natural Enemies on Plantation Shallot (Allium ascalonicum. L) by the Bioinsecticide Beauveria bassiana (Bals.-Criv.) Vuill. Application Riski Kaleb 1), Flora Pasaru 2), Nur Khasanah 2) 1) Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu, e-mail: Kaleb.riski@yahoo.com 2) Staf Dosen Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu, e-mail: FloraPasaru45@yahoo.co.id, e-mail: nurwowo@ymail.com ABSTRACT The purposeof this study was to determine the diversity of natural enemy insect in the ecosystems ofshallotcrops applied withbio-insecticide Beauveria bassiana. The research was conducted in two different fields name lyapplied with and without bio-insecticide Beauveria bassiana located in Bolupontu Village, Sigi District of Central Sulawesi Province, from Mayto August 2014. Sampling was collected using two method sinsectnets (Sweep Net) and insecttrap of(pitfall Trap). Dataanalysis used the Shannon-Wiener indexand T-Test.The results showed thatthe diversity ofnatural enemy insect sonshallot crop applied with bio-insecticide Beauveria bassiana was higherthan on that withoutbio-insecticide. Keywords : Bioinsecticide Beauveria Bassiana, Diversity, Insect Natural Enemies, Shallot. PENDAHULUAN Bawang merah (Allium ascolonicum L.) merupakan suatu komoditas hortikultura yang tidak dapat ditinggalkan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Selain berguna sebagai penyedap masakan, bawang merah juga mengandung zat-zat gizi yang sangat diperlukan untuk kesehatan manusia. Dalam dekade terakhir ini permintaan akan bawang merah untuk konsumsi dan bibit dalam negeri mengalami peningkatan, sehingga Indonesia harus mengimpor untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk mengurangi volume impor, peningkatan produksi dan mutu hasil bawang merah harus senantiasa ditingkatkan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian. Data statistik di Sulawesi Tengah mengenai produksi bawang merah pada tahun 2011 rata-rata mencapai 10.824 ton atau mengalami peningkatan 523 ton (5,1%) dibandingkan 2010. Peningkatan produksi itu disebabkan bertambahnya luas panen sebesar 101 hektar (7,9%), sedangkan produktivitas turun sebesar 0,21 ton per hektar (-2,6%). Peningkatan produksi bawang merah pada 2011 tersebut terjadi di Kabupaten Poso dan Tojo una-una sebesar 2.094 ton, sedangkan wilayah lainnya mengalami penurunan produksi secara total sebesar 1.572 ton. Sementara itu, persentase produksi bawang merah Sulawesi Tengah pada 2011 tertinggi berada di Kabupaten Sigi sebesar 32,12%, diikuti Kabupaten Poso 27,99%, dan Kabupaten Parigi Moutong 22,56% (BPS, 2011). Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap produksi bawang merah, adalah 114

serangan hama dan penyakit, hama yang sering menyerang tanaman bawang merah adalah Spodoptera exiqua yang larva atau ulatnya menyerang daun sehingga dikenal dengan hama ulat daun. Untuk mengatasi hal tersebut para petani pada umumnya menggunakan insektisida kimia untuk mengendalikan serangan ulat tersebut. Namun dari hal itu banyak dampak yang ditimbulkan dari penggunaan insektisida kimiawi yaitu timbulnya resistensi dan resurgensi hama, munculnya hama-hama sekunder, terjadinya residu pestisida yang mencemari hasil pertanian dan lingkungan hidup yang membahayakan hidup organisme yang bukan sasaran (Untung, 2006). Dalam usaha peningkatan produksi bawang merah, harus dapat diciptakan hubungan yang seimbang antara manusia, lingkungan hidup (biotik dan abiotik) dan kebutuhan ekonomi. Hubungan inilah yang biasanya dapat mengalami goncangan apabila hanya mendominankan salah satu dari ketiga bagian tersebut, seperti penggunaan pestisida yang berlebihan yang berdampak pada perubahan dari ekosistem pertanian yang telah stabil. Kondisi ini berdampak langsung pada keanekaragaman Arhtropoda yang di dalamnya termasuk serangga musuh alami yaitu predator dan parasitoid (Rukmana, 1991). Penggunaan insektisida yang berlebihan berdampak sangat merugikan secara langsung bagi keanekaragaman serangga musuh alami, menimbulkan resurgensi dan bahkan serangga yang mempunyai fungsi ekologis penting seperti serangga penyerbuk, serangga pengurai, serangga predator dan serangga parasitoid juga ikut punah, seperti pada penelitian sebelumnya bahwa perlakuan dengan penggunaan insektisida menyebabkan berkurangnya keanekaragaman Arthropoda pada ekosistem pertanaman bawang merah (Diputra, 2012). Menurut Mangundiharjo (1996), penggunaan pestisida yang sangat kuat dan berspektrum luas yang dilakukan secara meluas dan berlebihan telah mengakibatkan pengaruh yang merusak terhadap keanekaragaman. 115 Untuk mengurangi dampak negatif dari penggunaan pestisida tersebut, maka perlu diusahakan untuk mencari pestisida baru yang tidak memberikan dampak negatif yaitu yang berasal dari organisme yang berperan sebagai musuh alami bagi OPT yang dimanfaatkan sebagai pestisida alami atau bioinsektisida, karena adanya hubungan timbal balik antara musuh alami dengan OPT yakni menghasilkan senyawa kimia yang bersifat membunuh, toksik, sebagai pemikat, serta penghambat perkembangan OPT. Cendawan patogen pada serangga atau dikenal juga sebagai cendawan entomopatogen, merupakan agensi pengendalian hayati yang akhir-akhir ini banyak dikembangkan sebagai insektisida hayati dalam mengendalikan serangga hama (Mangoendihardjo, 1994). Salah satu cendawan entomopatogen yang banyak dikembangkan saat ini adalah B. Bassiana. Berdasarkan hal diatas maka perlu dilakukan penelitian tentang Keanekaragaman Serangga Musuh Alami pada Pertanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L) yang Diaplikasi dengan Bioinsektisida Beauveria Bassiana. Tujuan penelitian untuk mengetahui keanekaragaman serangga musuh alami pada ekosistem pertanaman bawang merah yang diaplikasikan dengan bioinsektisida Beauveria bassiana. METODE PENELITIAN Penelitian menggunakan metode survey dan daerah pengamatan terbagi atas 2 lahan yang berbeda di satu lokasi yang sama yaitu pertanaman bawang merah yang diaplikasi dengan bioinsektisida B. bassiana dan tanpa aplikasi. Luas daerah penelitian 12 x 20 m 2, masing-masing 6 x 20 m 2 yang terbagi atas 6 bedengan tiap pengamatan. Pengamatan dilakukan dengan cara mengambil sampel serangga kemudian diidentifikasi ordo dan familinya. Pengambilan sampel dilakukan dengan dua metode yaitu jaring serangga (Sweep Net) dan jebakan

serangga (Pitfall Trap). Perangkap jaring serangga (Sweep Net) digunakan untuk serangga yang terbang dan perangkap jebakan serangga (Pitfall Trap) untuk serangga yang berada dipermukaan tanah. Perangkap jaring serangga (Sweep Net) digunakan mulai pukul 07.00 pagi, dengan cara mengayunkan sebanyak 20 kali secara zig-zag, serangga yang tertangkap langsung dimasukkan ke dalam toples. Perangkap jebakan serangga (Pitfall Trap) dipasang selama 24 jam, mulai pukul 08.00 dan pengambilan sampel pada keesokan harinya pada pukul 08.00. Perangkap diletakkan pada permukaan tanah diantara tanaman bawang merah, tiap perlakuan (aplikasi B. bassiana dan tanpa aplikasi) diletakkan 18 buah perangkap, sehingga jumlah keseluruhan perangkap sebanyak 36 buah. Jarak antara setiap perangkap 10 m. Pengamatan dilakukan sebanyak 6 kali dengan interval waktu pengamatan seminggu sekali. Variabel Pengamatan Identifikasi Jumlah Ordo dan Famili. Identifikasi spesimen serangga musuh alami dilakukan dengan menggunakan mikroskop cahaya, dan dilihat berdasarkan atas ciri morfologi dan status fungsi dari serangga musuh alami. Identifikasi serangga musuh alami ini mengacu pada buku kunci identifikasi serangga Borror dkk (1992), siwi (1991) dan Jumar (2000). Identifikasi serangga dilakukan sampai tingkat famili. Analisis Data Indeks Keanekaragaman Keterangan : H = Keanekaragaman Famili S = Jumlah Famili Serangga Pi = Perbandingan jumlah individu Kemelimpahan N1 = e h N 2 = 1/ Keterangan : = indeks simpson n = jumlah total individu n 1 = jumlah individu ke-1 e = 2,7183 Kemerataan Keterangan: E : Indeks Kemerataan N1 : Jumlah Kemelimpahan N2 : Jumlah Famili yang Sangat Melimpah HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Ordo, Famili dan Individu. Pada (Tabel 1) terlihat bahwa adanya perbedaan famili yang berperan sebagai predator dan parasitoid. Famili yang berperan sebagai predator diantaranya famili Syrphidae, Dolichopodidae. Cecidomyiidae dan Mantidae. Sedangkan famili yang berperan sebagai parasitoid adalah Pteromalidae dan Perilampidae. Hasil pengamatan pada pertanaman Bawang Merah yang diaplikasi B bassiana dan tanpa aplikasi (Tabel 1), menurut uji t taraf 5% menunjukkan bahwa aplikasi B. bassiana tidak berpengaruh terhadap jumlah ordo dan famili serangga musuh alami pada pertanaman bawang merah, tetapi aplikasi B. bassiana berpengaruh terhadap jumlah individu serangga musuh alami pada pertanaman bawang merah. Ordo yang tardapat pada tajuk yang diaplikasi dan tanpa aplikasi B. bassiana yaitu ordo Diptera, Hymenoptera dan Mantodea yang terdiri dari famili Syrphidae, Dolichopodidae. Cecidomyiidae, Mantidae, Pteromalidae dan Perilampidae. Perbedaan peran famili juga terlihat pada (Tabel 2) yaitu predator dan parasitoid seperti pada (tabel 1), namun famili yang berperan sebagai predator mendominasi hampir keseluruhan famili yang diaplikasi 116

B. bassiana maupun yang tidak diaplikasi. Famili yang berperan sebagai parasitoid hanya pada famili Pteromalidae. Pteromalidae adalah satu kelompok yang besar dari tabuhan-tabuhan parasit. Kebanyakan serangga ini bersifat parasit dan menyerang berbagai macam induk semang. Banyak yang sangat berharga dalam pengontrolan hasil panenan (Borror, 1992). Pada (Tabel 2) juga menunjukkan bahwa famili Formicidae memiliki jumlah individu terbanyak baik yang diaplikasi B. bassiana maupun yang tidak diaplikasi. Jumlah individu famili Formicidae yang diaplikasi B. bassiana sebanyak 1604 ekor, sedangkan jumlah famili Formicidae yang tidak diaplikasi B. bassiana sebanyak 2976 ekor. Menurut Borror (1992) Famili Formicidae barangkali yang paling sukses dari semua kelompok-kelompok serangga. Hasil pengamatan jumlah individu serangga musuh alami (Tabel 3), menunjukkan bahwa aplikasi B. bassiana menurunkan jumlah individu baik pada tajuk maupun pada permukaan tanah namun menurut uji t taraf 5 % menunjukkan bahwa aplikasi B. bassiana tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah famili. Jumlah individu serangga musuh alami pada tajuk disetiap periode pengamatan yang diaplikasi B. bassiana berkisar antara 29 113 ekor, sedangkan tanpa aplikasi berkisar antara 34 107 ekor. Jumlah individu serangga permukaan tanah aplikasi B. bassiana berkisar antara 44 570 ekor, sedangkan tanpa aplikasi berkisar antara 115 902 ekor. Rata-rata jumlah serangga musuh alami yang didapat pada pertanaman bawang merah serangga musuh alami tajuk yang tidak diaplikasi yaitu 74,667 lebih tinggi dibandingkan yang diaplikasi B. bassiana yang hanya 61,833. Sedangkan rata-rata jumlah serangga yang didapat pada pertanaman bawang merah serangga musuh alami permukaan tanah yang tidak diaplikasi yaitu 598 lebih tinggi dibandingkan yang diaplikasi bioinsektisida B. bassiana yang hanya 292,667. Hasil setiap pengamatan jumlah individu (Grafik 1) menunjukkan bahwa individu pertanaman bawang merah serangga tajuk yang diaplikasi B. bassiana dan tanpa aplikasi sama-sama terendah terjadi pada pengamatan ke-6 dan tertinggi pada pengamatan ke-4 dan 1. Pengamatan individu serangga permukaan tanah yang diaplikasi B. bassiana fluktuasi terendah terjadi pada pengamatan ke-6 dan fluktuasi tertinggi pada pengamatan ke-1. Sedangkan pengamatan individu serangga permukaan tanah yang tidak diaplikasi fluktuasi terendah pada pengamatan ke-6 dan fluktuasi tertinggi pada pengamatan ke-4. Tinggi rendahnya individu serangga musuh alami tajuk dan permukaan tanah menunjukkan bahwa erat hubungannya ketersediaan sumber makanan yang ada, yakni kesesuaian dengan fase tumbuh tanaman yang menyediakan sumber makanan bagi pertumbuhan dan perkembangan serangga musuh alami, yakni berkurangnya hama yang berpotensi sebagai sumber makanan dari serangga musuh alami tersebut. Tabel 1. Jumlah Ordo, Famili dan Individu Serangga Musuh Alami pada Tajuk Pertanaman Bawang Merah yang Diaplikasi dan Tanpa B. Bassiana. No. Ordo Famili Jumlah Individu Peran Tanpa 1 Cecidomyiidae 38 15 Predator Diptera Dolichopodidae 34 51 Predator Syrphidae 267 338 Predator 2 Perilampidae 10 15 Parasitoid Hymenoptera Pteromalidae 10 9 Parasitoid 3 Mantodea Mantidae 12 20 Predator Jumlah 3 6 371 448 117

Tabel 2. Jumlah Ordo, Famili dan Individu Serangga Musuh Alami pada Pertanaman Bawang Merah yang Diaplikasi dan Tanpa B. Bassiana. No. Ordo Famili Jumlah Individu Peran Tanpa 1 Carabidae 28 28 Predator Cicindelidae 22 24 Predator Coleoptera Coccinelidae 27 38 Predator Melyridae 8 16 Predator Silphidae 16 27 Predator 2 Formicidae 1604 3375 Parasitoid Hymenoptera Pteromalidae 39 53 Parasitoid Jumlah 2 7 1771 3618 Tabel 3. Jumlah Individu Serangga Musuh Alami pada Tajuk dan pada Pertanaman Bawang Merah yang Diaplikasi dan Tanpa B. bassiana. Pengamatan Ke Tajuk Tanpa Tanpa 1 47 107 570 764 2 57 64 411 691 3 63 91 337 759 4 113 99 292 902 5 62 53 102 357 6 29 34 44 115 Rata-rata 61,833 a 74,667 a 292,667 b 598 b Ket : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berpengaruh nyata taraf 5% menurut uji t. 1000 500 0 1 2 3 4 5 6 Tanpa Serangga Grafik 1. Fluktuasi Jumlah individu Serangga Musuh Alami Tajuk dan yang Diaplikasi dan Tanpa B. bassiana. Hal ini disebabkan makin tua tanaman, populasi dan komposisi serangga makin menurun, karena kondisi habitatnya menjadi kurang cocok, sehingga banyak serangga berpindah ke habitat baru atau mati bila gagal beradaptasi. Menurut Natawigena (1990), bahwa tersedianya makanan dengan kualitas yang cocok dan kuantitas yang cukup akan menyebabkan naiknya populasi dengan cepat. Sebaliknya bila keadaan makanan kurang maka populasi dapat menurun pula. Selain faktor makanan bagi serangga musuh alami, faktor lain yang juga mungkin menyebabkan berkurangnya serangga musuh alami pada pertanaman yaitu faktor lingkungan yang kurang mendukung untuk perkembangan serangga musuh alami. Menurut untung (2006), bahwa banyak faktor lingkungan setempat yang membatasi perkembangan musuh alami seperti keadaan cuaca yang kurang mendukung, keterbatasan pakan bagi musuh alami atau tindakan manusia yang merugikan musuh alami. Indeks Keanekaragaman (H ), Kemelimpahan (N1) dan Kemerataan (E). Indeks Keanekaragaman (H ) serangga musuh alami tajuk yang diaplikasi B. bassiana berkisar antara 0,777 1,133, sedangkan tanpa aplikasi berkisar antara 0,704 1,293. Dengan adanya aplikasi B. bassiana pada pertanaman bawang merah yang berada di tajuk keanekaragaman (H ) bertambah sebesar 0,016. Indeks Keanekaragaman (H ) 118

serangga musuh alami permukaan tanah yang diaplikasi B. bassiana berkisar antara 0,309 1,441, sedangkan tanpa aplikasi berkisar antara 0,224 0,590. Dengan adanya aplikasi B. bassiana pada pertanaman bawang merah yang berada di permukaan tanah keanekaragaman (H ) bertambah sebesar 0,232. Berdasarka analisis keanekaragaman (H ) (Tabel 4) aplikasi B. bassiana tidak berpengaruh nyata terhadap keanekaragaman serangga musuh alami pada tajuk dan permukaan tanah. Serangga musuh alami pada tajuk dan permukaan tanah yang daplikasi B. bassiana dan tanpa aplikasi termasuk dalam kategori rendah. Menurut Wolf (1992) kategori rendah menandakan bahwa produktifitas kurang, kondisi ekosistem tidak cukup seimbang dan tekanan ekologis rendah. Berdasarkan (Grafik 2) indeks keanekaragaman serangga musuh alami pada tajuk yang tidak diaplikasi menunjukkan bahwa pada awal pengamatan tampak indeks keanekaragaman H masih rendah. Hal ini karena adanya jumlah suatu famili yang mendominasi pertanaman yaitu famili Syrphidae. Namun pada pengamatan serangga musuh alami tajuk yang diaplikasi B. bassiana indeks keanekaragaman (H ) mulai tinggi pada pengamatan pertama. Hal ini disebabkan jumlah suatu famili tidak ada yang mendominasi pertanaman. Indeks keanekaragaman serangga musuh alami pada permukaan tanah yang diaplikasi B. bassiana keanekaragaman (H ) mulai tinggi pada pengamatan 4-6. Sedangkan indeks keanekaragaman serangga pada permukaan tanah yang tidak diaplikasi tertinggi pada pengamatan ke 6. Rendahnya indeks keanekaragaman (H ) pada serangga permukaan tanah yang tidak diaplikasi diakibatkan oleh famili Formicidae mendominasi serangga di pertanaman. Menurut Oka (1995), bahwa komunitas yang keanekaragamannya rendah satu atau dua spesies dapat menjadi dominan. Indeks Keanekaragaman (H ) serangga musuh alami tajuk yang diaplikasi B. bassiana (Grafik 2) menunjukkan bahwa fluktuasi terendah terjadi pada pengamatan ke-5 dan fluktuasi tertinggi pada pengamatan ke-6, sedangkan tanpa aplikasi fluktuasi terendah pada pengamatan ke-1 dan fluktuasi tertinggi pada pengamatan ke-6. Indeks keanekaragaman H serangga musuh alami permukaan tanah yang diaplikasi B. bassiana fluktuasi terendah terjadi pada pengamatan ke-1 dan fluktuasi tertinggi pada pengamatan ke-6. Sedangkan tanpa aplikasi fluktuasi terendah terjadi pada pengamatan ke-1 dan fluktuasi tertinggi pada pengamatan ke-6. Tinggi rendahnya indeks keanekaragaman H dipengaruhi oleh jumlah famili dan jumlah individu. Ekosistem dengan jumlah famili lebih banyak tetapi dalam satu ordo kurang beranekaragaman, dibandingkan dengan ekosistem dengan jumlah famili lebih sedikit tetapi termasuk dalam beberapa ordo (Price, 1997). Tabel 4. Indeks Keanekaragaman (H ) dan Pada Pertanaman Bawang Merah yang Diaplikasi dan Tanpa B. bassiana Pengamatan Ke Tajuk Tanpa Tanpa 1 1,054 0,704 0,420 0,224 2 0,993 0,750 0,309 0,280 3 0,934 0,952 0,333 0,345 4 1,012 0,899 0,500 0,344 5 0,777 0,802 0,694 0,522 6 1,133 1,293 1,441 0,590 Jumlah 0,984 a 0,900 a 0,616 b 0,384 b Ket : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berpengaruh nyata taraf 5% menurut uji t. 119

Grafik 2. Fluktuasi Keanekaragaman (H ) dan Yang Diaplikasi dan Tanpa B. bassiana. Indeks kemelimpahan N1 (Tabel 5) serangga musuh alami pada tajuk yang diaplikasi B. bassiana berkisar antara 2,175 3,105, sedangkan tanpa aplikasi berkisar antara 2,022 3,644. Indeks Kemelimpahan N1 serangga musuh alami pada permukaan tanah yang diaplikasi B. bassiana berkisar antara 1,362 4,225, sedangkan tanpa aplikasi berkisar antara 1,251 1,804. Pada pengamatan indeks kemelimpahan N1 tajuk yang diaplikasi B. bassiana (Grafik 3) menunjukkan bahwa pengamatan fluktuasi terendah terjadi pada pengamatan ke-5 dan fluktuasi tertinggi pada pengamatan ke-6, sedangkan tanpa aplikasi fluktuasi terendah pada pengamatan ke-1 dan fluktuasi tertinggi pada pengamatan ke-6. Pengamatan indeks kemelimpahan N1 serangga musuh alami permukaan tanah yang diaplikasi B. bassiana fluktuasi terendah pada pengamatan ke-2 dan tertinggi pada pengamatan ke-6, sedangkan tanpa aplikasi fluktuasi terendah pada pengamatan ke-1 dan fluktuasi tertinggi pada pengamatan ke-6. Rendahnya indeks kemelimpahan N1 serangga musuh alami pada tajuk yang diaplikasi B. bassiana pada pengamatan ke-5 menunjukkan jumlah suatu famili mendominasi pertanaman yaitu famili Cecidomyiidae dan Syrphidae, sedangkan rendahnya indeks kemelimpahan N1 serangga musuh alami pada tajuk yang tidak diaplikasi menunjukkan jumlah suatu famili mendominasi pertanaman yaitu famili Dolichopodidae dan Syrphidae. Rendahnya indeks kemelimpahan N1 serangga musuh alami pada permukaan tanah yang diaplikasi B. bassiana tanpa aplikasi menunjukkan jumlah suatu famili mendominasi pertanaman yaitu famili Formicidae. Menurut Ramli (2003) indeks kemelimpahan (N1) menunjukkan kemelimpahan spesies pada suatu habitat tertentu, sehingga semakin tinggi keanekaragaman maka semakin tinggi pula indeks kemelimpahan (N1) untuk mendominasi habitat tersebut sehingga spesies mempunyai nilai yang penting pada habitat tersebut. Oka (1995), makin banyak jumlah jenis yang ditemukan pada suatu areal pertanaman dalam komunitas yang keanekaragamannya tinggi suatu spesies tidak dapat menjadi dominan, sebaliknya satu atau dua spesies dapat menjadi dominan. Tabel 5. Indeks Kemelimpahan (N1) dan Pada Pertanaman Bawang Merah yang Diaplikasi dan Tanpa B. bassiana. Pengamatan Ke Tajuk Tanpa Tanpa 1 2,869 2,022 1,522 1,251 2 2,699 2,117 1,362 1,323 3 2,545 2,591 1,395 1,412 4 2,751 2,457 1,694 1,411 5 2,175 2,230 2,002 1,685 6 3,105 3,644 4,225 1,804 Jumlah 2,691 a 2,510 a 2,026 b 1,481 b Ket : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berpengaruh nyata taraf 5% menurut uji t. 120

5 4 3 2 1 0 1 2 3 4 5 6 Tanpa Serangga Permukaan Tanah Serangga Permukaan Tanah Tanpa Grafik 3. Fluktuasi Indeks Kemelimpahan (N1) dan yang Diaplikasi dan Tanpa B. bassiana. Indeks Kemerataan (E) serangga musuh alami pada tajuk yang diaplikasi B. bassiana berkisar antara 0,450 0,596, sedangkan tanpa aplikasi berkisar antara 0,428 0,683. Indeks kemerataan (E) serangga musuh alami pada permukaan tanah yang diaplikasi B. bassiana berkisar antara 0,320 0,592, sedangkan tanpa aplikasi berkisar antara 0,308 0,367. Indeks Kemerataan (E) serangga musuh alami pada tajuk yang diaplikasi B. bassiana fluktuasi terendah terjadi pada pengamatan ke-5 dan fluktuasi tertinggi terjadi pada pengamatan ke-6, sedangkan tanpa aplikasi fluktuasi terendah terjadi pada pengamatan ke-2 dan tertinggi pada pengamatan ke-5. Indeks kemerataan (E) serangga musuh alami pada permukaan tanah yang diaplikasi B. bassiana fluktuasi terendah terjadi pada pengamatan ke-2 dan tertinggi pada pengamatan ke-6, sedangkan indeks kemerataan (E) tanpa aplikasi B. bassiana terendah terjadi pada pengamatan ke-1 dan tertinggi pada pengamatan ke-6. Hasil pengamatan pada (Tabel 6) menunjukkan bahwa nilai indeks kemerataan E < 1 yang terjadi pada kedua perlakuan untuk serangga musuh alami pada tajuk dan permukaan tanah pada semua pengamatan. Hal ini disebabkan nilai N2 lebih kecil dibanding N1. Odum (1994) mengatakan bahwa nilai kemerataan (E) berkisar antara 0 dan 1 yang mana nilai 1 menggambarkan suatu keadaan dimana semua spesies cukup melimpah. Makin tinggi nilai indeks kemerataan E keadaan ekosistem akan lebih baik. Namun tidak perlu nilai E lebih dari 1 berada terus menerus. Hal itu bisa membawa efek negatif pada serangga karnivora (Predator) untuk generasi berikutnya sebab populasinya akan turun secara drastis bila mana kekurangan mangsa dalam kurun waktu terlalu lama (Mahrub, 1996). 0,8 0,6 0,4 0,2 0 1 2 3 4 5 6 Tanpa Serangga Permukaan Tanah Grafik 4. Fluktuasi Indeks Kemerataan (E) dan yang Diaplikasi dan Tanpa B. bassiana Tabel 6. Indeks Kemerataan (E) dan Pada Pertanaman Bawang Merah yang di dan Tanpa B. bassiana. 121 Pengamatan Ke Tajuk Tanpa Tanpa 1 0,526 0,428 0,348 0,308 2 0,519 0,452 0,320 0,317 3 0,530 0,499 0,345 0,336 4 0,561 0,550 0,355 0,318 5 0,450 0,683 0,372 0,343 6 0,596 0,647 0,592 0,367 Jumlah 0,530 a 0,543 a 0,389 b 0,332 b Ket : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berpengaruh nyata taraf 5% menurut uji t.

Menurut Oka (1995), nilai kemerataan akan cenderung tinggi bila jumlah populasi dalam suatu famili tidak mendominasi populasi famili lainnya sebaliknya kemerataan cenderung rendah bila suatu famili memiliki jumlah populasi yang mendominasi jumlah populasi lain. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan keanekaragaman serangga musuh alami pertanaman bawang merah yang diaplikasi bioinsektisida Beauveria bassiana memiliki keanekaragaman yang sama dengan tanpa aplikasi baik pada tajuk maupun permukaan tanah. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang komponen peran serangga musuh alami yang lebih spesifik dalam pertanaman bawang merah guna menunjang pengendalian hayati. DAFTAR PUSTAKA Borror, D. J., C. A. Triplehorn, dan N.F. Johnson. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga. Edisi keenam. (Terjemahan) Gadjah Mada University Press.Yogyakarta. BPS. Sulteng., 2011. Produksi Tanaman Sayuran dan Buah-buahan. Badan Pusat Statistik Sulawesi tengah. Palu Diputra, D, N. O., 2012. Keanekaragaman Arthropoda pada Ekosistem Pertanaman Bawang Merah dengan dan Tanpa Insektisida. Faperta Untad, Palu. Hal 38. Jumar, 2000. Entomologi Pertanian. Rhineka Cipta, Jakarta. Mahrub, E., 1996. Struktur Komunitas Arthopoda Pada Ekosistem Padi Tanpa Perlakuan Insektisida. J. Ecology Vol 77 No 7. Mangoendihardjo, S. 1996. Dasar-dasar Pengendalian Hayati. Prosoding Makalah Utama. SNPH. Yogyakarta. Natawigena, H. 1990. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Serangga. Direktorat Perlindungan dan Tanaman. Jakarta. 24 Halaman. Odum, E.P., 1994. Dasar-dasar Ekologi. Penerjemah Ir. Tjahjono Saingan M.Sc Gadja Mada University Press.Yogyakarta. Oka, I.N., 1995. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Price, P. W., 1997. Insect Ecology. Jhon Wiley and Sons. New York. Toronto. Ramli, 2003. Studi Keanekaragaman Hayati Pada Tipe Habitat Kebun Campuran (Mixed Garden) Di Taman Nasional Lore Lindu, Jurnal Agroland. Ilmu Pertanian. Vol 10 No. 4 Desember. Universitas Tadulako Palu. Rukmana.R. 1991. Hama Tanaman dan Teknik Pemgendalian. Kanisius. Yogyakarta. Siwi. S. S. 1991. Kunci determinasi Serangga. Kanisius. Yogyakarta. Untung.K., 2006. Pengantar Pengolahan Hama Terpadu. Gadjah Mada University Perss, Yogyakarta. 122