BAB 6 PENUTUP 6.1 KESIMPULAN

dokumen-dokumen yang mirip
Gambar 1.1 Grafik Pergerakan Pesawat Domestik dan Internasional di Indonesia Sumber : Ditjen Perhubungan Udara, Kemenhub, 2015

JUDUL MAKALAH SEMINAR STUDI DEMAND PENUMPANG TRANSPORTASI UDARA MENUJU DAN KELUAR KABUPATEN FAKFAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS INTENSITAS BANGUNAN KORIDOR JALAN RAYA CIMAHI BERDASARKAN KAPASITAS JALAN

PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN PADA UNIVERSITAS AL MUSLIM BIREUEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan dan jumlah pergerakan yang

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sampai saat ini - yang paling populer adalah Model Perencanaan Transportasi Empat. 1. Bangkitan dan tarikan perjalanan

BAB 1 PENDAHULUAN. kian meningkat dalam aktivitas sehari-harinya. Pertumbuhan sektor politik,

ANALISA DAMPAK PEMBANGUNAN HOTEL IBIS MANADO TERHADAP LALU LINTAS DI JALAN PIERE TENDEAN MANADO

MODEL BANGKITAN PERJALANAN DARI PERUMAHAN: STUDI KASUS PERUMAHAN PUCANG GADING, MRANGGEN, DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Doddy Cahyadi Saputra D y = 0,4371x + 496, PENDAHULUAN

MODEL BANGKITAN PERGERAKAN ZONA KECAMATAN PALU BARAT KOTA PALU

Model Empat Langkah? Four Step Model Travel Demand Model

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. (Tamin, 2000). Dalam penelitian Analisis Model Bangkitan Pergerakan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB III METODE PENELITIAN. Studi Pustaka. Survey Pendahuluan. Pengumpulan Data. Analisis Data. Model Tarikan. Pembahasan. Kesimpulan dan saran

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Semarang merupakan ibu kota propinsi Jawa Tengah. Kota

STUDI PEMODELAN TRANSPORTASI DI RUAS JALAN NGINDEN AKIBAT JALAN MERR II-C ( SEGMEN KEDUNG BARUK SEMOLOWARU ) SURABAYA TUGAS AKHIR

EVALUASI DAN ANALISIS KEBUTUHAN RUANG PARKIR DI KAMPUS POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

Besar Bobot Kejadian. Kapasitas jalan (smp/jam) Kendaraan (smp/jam)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1.Konsep dan Ruang Lingkup Perencanaan Transportasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota sebagai perwujudan aktivitas manusia senantiasa mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.

Volume 2 Nomor 2, Desember 2013 ISSN KAJIAN BANGKITAN LALU LINTAS DAMPAK PEMBANGUNAN CIREBON SUPER BLOCK

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB II STUDI PUSTAKA. masing-masing harus dilakukan secara terpisah dan berurutan. Sub-sub model. Bangkitan dan tarikan pergerakan

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan yang terjadi antara dua tempat yaitu tempat di mana

ANALISIS MODEL KEBUTUHAN PERGERAKAN PENUMPANG DAN BARANG BANDARA RAHADI OESMAN KETAPANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB IV PENENTUAN INTENSITAS BANGUNAN KORIDOR JALAN RAYA CIMAHI

Jurnal Sabua Vol.3, No.3: 9-19, November 2011 ISSN HASIL PENELITIAN TARIKAN PENGUNJUNG KAWASAN MATAHARI JALAN SAMRATULANGI MANADO

MANAJEMEN REKAYASA LALU LINTAS AKIBAT PENGOPERASIAN BANDAR UDARA NOTOHADINEGORO JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi merupakan proses pergerakan atau perpindahan orang atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

KAJIAN PEMODELAN TARIKAN PERGERAKAN KE GEDUNG PERKANTORAN ( Studi Kasus Kota Surakarta )

ANALISIS BANGKITAN DAN TARIKAN PERJALANAN (Studi Kasus Pada Tata Guna Lahan Rumah Sakit Umum di Klaten) ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

PERMODELAN BANGKITAN TARIKAN PADA TATA GUNA LAHAN SEKOLAH MENENGAH ATAS SWASTA DI PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Lokasi rumah sakit Royal. Rencana Royal. PT. Katrolin. Bank Central Asia. Jl. Rungkut. Industri I

PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN MAHASISWA DENGAN SEPEDA MOTOR

Model Persamaan Tingkat Kebisingan Lalu Lintas Di Jalan Dr. Djunjunan Kota Bandung

ANALISIS PRODUKSI PERJALANAN DARI KAWASAN PEMUKIMAN

ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS PEMBANGUNAN GUDANG WORKSHOP PETI KEMAS TERHADAP KINERJA RUAS JL. KH. SYAFII KABUPATEN GRESIK

MODEL TRIP DISTRIBUTION PENUMPANG DOMESTIK DAN INTERNASIONAL DI BANDARA INTERNASIONAL JUANDA

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

ANALISIS KEBUTUHAN ANGKUTAN KOTA MANADO (STUDI KASUS: TRAYEK PUSAT KOTA MALALAYANG DAN TRAYEK PUSAT KOTA KAROMBASAN)

Arahan Transport Demand Management dalam Pergerakan Transportasi Regional Kabupaten Gresik

MODEL TARIKAN PERGERAKAN PADA PABRIK DI KELURAHAN PURWOSUMAN, SIDOHARJO, SRAGEN, JAWA TENGAH (261T)

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, umumnya seragam, yaitu kota-kota mengalami tahap pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Permintaan akan jasa transportasi dari penumpang/orang timbul akibat adanya

ANALISIS MODEL TARIKAN PERGERAKAN KENDARAAN PADA TEMPAT WISATA (STUDI KASUS DI KABUPATEN KUBU RAYA)

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perjalanan yang terjadi pada lokasi penelitian pada hari kerja adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitasnya, dan semua manusia

PEMILIHAN MODA PERJALANAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara Timur yang terletak di daratan Pulau Flores. Wilayah Kabupaten

ANALISIS BANGKITAN PERGERAKAN LALU LINTAS PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI JALAN CIHAMPELAS BANDUNG

PENGARUH BANGKITAN PERGERAKAN PADA GUNA LAHAN KOMERSIAL TERHADAP TINGKAT PELAYANAN JALAN DI PUSAT KOTA WONOGIRI TUGAS AKHIR

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsep dan Ruang Lingkup Perencanaan Transportasi

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan terjadi

ANALISA PERMODELAN BANGKITAN DAN TARIKAN PERGERAKAN LALU LINTAS PADA TATA GUNA LAHAN SD NEGERI KOTA MAKASSAR

MODEL TARIKAN PERGERAKAN PADA RUMAH SAKIT (STUDI KASUS DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA) (260T)

ANALISA A KINERJA SIMPANG DAN RUAS JALAN AKIBAT PEMBANGUNAN RUMAH SAKIT ROYAL DI KAWASAN RUNGKUT INDUSTRI SURABAYA

PERMODELAN BANGKITAN PERGERAKAN UNTUK BEBERAPA TIPE PERUMAHAN DI PEKANBARU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Penelitian Suriani (2015), Pusat kegiatan Pendidikan sebagai salah

MODEL PEMILIHAN MODA ANTARA LIGHT RAIL TRANSIT (LRT) DENGAN MOBIL PRIBADI DI JAKARTA

ANALISIS MODEL TARIKAN PERGERAKAN PADA RUMAH SAKIT (STUDI KASUS DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA)

STUDI PERMODELAN BANGKITAN PERJALANAN DI PERKOTAAN

Dosen Konsultasi : Ir. Hera Widiastuti, MT. Ayu Aprilischa ( )

Gambar 2.1 Keterkaitan Antar Subsistem Transportasi (Tamin, 2000)

ANALISIS INTENSITAS BANGUNAN KORIDOR JALAN RAYA CIMAHI BERDASARKAN KAPASITAS JALAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Tamin, 1997). Bangkitan Pergerakan (Trip Generation) adalah jumlah perjalanan

BAB. I PENDAHULUAN. membuat kota ini terdiri dari lima wilayah kecamatan (Distric), yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. mengetahui pelayanan angkutan umum sudah berjalan dengan baik/ belum, dapat

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

No Tahun Kabupaten Gresik Jumlah PDRB per kapita

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perencanaan merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

KAJIAN DAMPAK PEMBANGUNAN SPBU TERHADAP DAMPAK LALU LINTAS (Studi Kasus : SPBU Pejompongan Jakarta) Abstrak

MODEL PEMILIHAN MODA KERETA REL LISTRIK DENGAN JALAN TOL JAKARTA BANDARA SOEKARNO-HATTA

BAB I PENDAHULUAN. sarana angkutan berupa kendaraan atau tanpa kendaraan. Tujuan transportasi. mempererat hubungan antar bangsa.

PENGARUH INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG TERHADAP KINERJA JALAN PEMUDA KOTA SEMARANG

MANAJEMEN LALU LINTAS AKIBAT PEMBANGUNAN APARTEMEN DE PAPILIO TAMANSARI SURABAYA

TINJAUAN PUSTAKA Transportasi. Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut,

PERMODELAN BANGKITAN PERGERAKAN PADA TATA GUNA LAHAN SMU NEGERI DI MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

Manajemen Lalu Lintas Akibat Pembangunan Surabaya Organ Transplant Center (SOTC) RSUD Dr. Soetomo Surabaya

ANALISA DAMPAK HAMBATAN SAMPING DAN U-TURN TERHADAP KECEPATAN KENDARAAN (STUDI KASUS DEPAN PASAR FLAMBOYAN JALAN GAJAH MADA KOTA PONTIANAK)

2015, No RITJ yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Perhubungan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran N

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PENDEKATAN DAN METODOLOGI KAJIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB 6 PENUTUP 6.1 KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh kesimpulan : 1. Tarikan perjalanan pada kawasan bandara dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu perjalanan masuk, perjalanan keluar dan perjalanan total (masuk dan keluar) diharapkan mendapatkan sebuah model yang lebih baik terkait dengan adanya pengaruh tata guna lahan bandara terhadap tarikan perjalanan yang ditimbulkan yaitu trip production (bangkitan perjalanan) dan trip attraction (tarikan perjalanan). Variabel bebas meliputi penumpang masuk (X 1.1 dan X 1.2 ), penumpang keluar (X 2.1 dan X 2.2 ), pergerakan pesawat besar (X 3.1 dan X 3.2 ) dan pergerakan pesawat kecil (X 4.1 dan X 4.2 ). Hubungan dan pengaruh terhadap tarikan perjalanan masing-masing bandara, yaitu : A) Bandar udara Supadio, Pontianak a) Perjalanan masuk (Y supadio masuk ) yang mempunyai hubungan kuat dan berpengaruh adalah penumpang masuk (X 1.1 ), penumpang keluar (X 2.1 ) dan pergerakan pesawat besar (X 3.1 ); b) Perjalanan keluar (Y supadio keluar ) yang mempunyai hubungan kuat dan berpengaruh adalah penumpang masuk (X 1.1 ), penumpang keluar (X 2.1 ) dan pergerakan pesawat besar (X 3.1 ); c) Perjalanan total (masuk dan keluar) (Y supadio total ) yang mempunyai hubungan kuat dan berpengaruh adalah penumpang masuk (X 1.1 ), penumpang keluar (X 2.1 ) dan pergerakan pesawat besar (X 3.1 ). B) Bandar udara Depati Amir, Pangkalpinang a) Perjalanan masuk (Y depatiamir masuk ) yang mempunyai hubungan kuat dan berpengaruh adalah penumpang masuk (X 1.2 ), penumpang keluar (X 2.2 ) dan pergerakan pesawat besar (X 3.2 ); 173

b) Perjalanan keluar (Y depatiamir keluar ) yang mempunyai hubungan kuat dan berpengaruh adalah penumpang masuk (X 1.2 ), penumpang keluar (X 2.2 ) dan pergerakan pesawat besar (X 3.2 ); c) Perjalanan total (masuk dan keluar) (Y depatiamir total ) yang mempunyai hubungan kuat dan berpengaruh adalah penumpang masuk (X 1.2 ), penumpang keluar (X 2.2 ) dan pergerakan pesawat besar (X 3.2 ). 2. Hasil pemodelan dapat diketahui nilai koefisien model masing-masing bandara : A) Bandar udara Supadio, Pontianak a) Perjalanan masuk (Y supadio masuk ) nilai koefisien determinasi yang diperbaiki (R 2 -adjusted) sebesar 0.787 atau sebesar 78,7% artinya perjalanan masuk dapat diterangkan oleh variabel penumpang masuk (X 1.1 ), penumpang keluar (X 2.1 ) dan pergerakan pesawat besar (X 3.1 ), sedangkan sisanya 21,3% diterangkan variabel lain. Konstanta sebesar 45.465 artinya jika penumpang masuk, penumpang keluar dan pergerakan pesawat besar nilainya adalah nol (0), maka nilai perjalanan masuk sebesar 45.465 perjalanan (smp/jam), sedangkan koefisien regresi variabel penumpang masuk sebesar 0,524 artinya jika variabel bebas lainnya tetap dan penumpang masuk mengalami kenaikan sebesar 1 orang, maka perjalanan masuk akan naik 0,524 perjalanan (smp/jam), jika penumpang keluar sebesar 0,140, maka perjalanan masuk akan naik sebesar 0,140 perjalanan (smp/jam) dan koefisien regresi pergerakan pesawat besar sebesar 16,61, maka perjalanan masuk akan naik sebesar 16,61 perjalanan (smp/jam). b) Perjalanan keluar (Y supadio keluar ) nilai koefisien determinasi yang diperbaiki (R 2 -adjusted) sebesar 0.742 atau sebesar 74,2% artinya perjalanan keluar dapat diterangkan oleh variabel penumpang masuk (X 1.1 ), penumpang keluar (X 2.1 ) dan pergerakan pesawat besar (X 3.1 ), sedangkan sisanya 25,8% diterangkan variabel lain. Konstanta sebesar 44.459 artinya jika penumpang masuk, penumpang keluar 174

dan pergerakan pesawat besar nilainya adalah nol (0), maka nilai perjalanan keluar sebesar 44.459 perjalanan (smp/jam), sedangkan koefisien regresi variabel penumpang masuk sebesar 0,483 artinya jika variabel bebas lainnya tetap dan penumpang masuk mengalami kenaikan sebesar 1 orang, maka perjalanan keluar akan naik 0,483 perjalanan (smp/jam), jika penumpang keluar sebesar 0,231, maka perjalanan keluar akan naik sebesar 0,231 perjalanan (smp/jam) dan koefisien regresi pergerakan pesawat besar sebesar 14,05, maka perjalanan keluar akan naik sebesar 14,05 perjalanan (smp/jam). c) Perjalanan total (masuk dan keluar) (Y supadio total ) nilai koefisien determinasi yang diperbaiki (R 2 -adjusted) sebesar 0.819 atau sebesar 81,9% artinya perjalanan total dapat diterangkan oleh variabel penumpang masuk (X 1.1 ), penumpang keluar (X 2.1 ) dan pergerakan pesawat besar (X 3.1 ), sedangkan sisanya 18,1% diterangkan variabel lain. Konstanta sebesar 89.924 artinya jika penumpang masuk, penumpang keluar dan pergerakan pesawat besar nilainya adalah nol (0), maka nilai perjalanan total sebesar 89.924 perjalanan (smp/jam), sedangkan koefisien regresi variabel penumpang masuk sebesar 1,007 artinya jika variabel bebas lainnya tetap dan penumpang masuk mengalami kenaikan sebesar 1 orang, maka perjalanan total akan naik 1,007 perjalanan (smp/jam), jika penumpang keluar sebesar 0,371, maka perjalanan total akan naik sebesar 0,371 perjalanan (smp/jam) dan koefisien regresi pergerakan pesawat besar sebesar 30,66, maka perjalanan total akan naik sebesar 30,66 perjalanan (smp/jam). B) Bandar udara Depati Amir, Pangkalpinang a) Perjalanan masuk (Y depatiamir masuk ) nilai koefisien determinasi yang diperbaiki (R 2 -adjusted) sebesar 0.827 atau sebesar 82,7% artinya perjalanan masuk dapat diterangkan oleh variabel penumpang masuk (X 1.2 ), penumpang keluar (X 2.2 ) dan pergerakan pesawat besar (X 3.2 ), 175

sedangkan sisanya 17,3% diterangkan variabel lain. Konstanta sebesar 44.732 artinya jika penumpang masuk, penumpang keluar dan pergerakan pesawat besar nilainya adalah nol (0), maka nilai perjalanan masuk sebesar 44.732 perjalanan (smp/jam), sedangkan koefisien regresi variabel penumpang masuk sebesar 0,333 artinya jika variabel bebas lainnya tetap dan penumpang masuk mengalami kenaikan sebesar 1 orang, maka perjalanan masuk akan naik 0,333 perjalanan (smp/jam), jika penumpang keluar sebesar 0,273, maka perjalanan masuk akan naik sebesar 0,273 perjalanan (smp/jam) dan koefisien regresi pergerakan pesawat besar sebesar 16,28, maka perjalanan masuk akan naik sebesar 16,28 perjalanan (smp/jam). b) Perjalanan keluar (Y depatiamir keluar ) nilai koefisien determinasi yang diperbaiki (R 2 -adjusted) sebesar 0.824 atau sebesar 82,4% artinya perjalanan keluar dapat diterangkan oleh variabel penumpang masuk (X 1.2 ), penumpang keluar (X 2.2 ) dan pergerakan pesawat besar (X 3.2 ), sedangkan sisanya 17,6% diterangkan variabel lain. Konstanta sebesar 27.225 artinya jika penumpang masuk, penumpang keluar dan pergerakan pesawat besar nilainya adalah nol (0), maka nilai perjalanan keluar sebesar 27.225 perjalanan (smp/jam), sedangkan koefisien regresi variabel penumpang masuk sebesar 0,405 artinya jika variabel bebas lainnya tetap dan penumpang masuk mengalami kenaikan sebesar 1 orang, maka perjalanan keluar akan naik 0,405 perjalanan (smp/jam), jika penumpang keluar sebesar 0,355, maka perjalanan keluar akan naik sebesar 0,355 perjalanan (smp/jam) dan koefisien regresi pergerakan pesawat besar sebesar 11,49, maka perjalanan keluar akan naik sebesar 11,49 perjalanan (smp/jam). c) Perjalanan total (masuk dan keluar) (Y depatiamir total ) nilai koefisien determinasi yang diperbaiki (R 2 -adjusted) sebesar 0.856 atau sebesar 85,6% artinya perjalanan total dapat diterangkan oleh variabel penumpang masuk (X 1.2 ), penumpang keluar (X 2.2 ) dan pergerakan pesawat besar (X 3.2 ), sedangkan sisanya 14,4% diterangkan variabel 176

lain. Konstanta sebesar 61.957 artinya jika penumpang masuk, penumpang keluar dan pergerakan pesawat besar nilainya adalah nol (0), maka nilai perjalanan total sebesar 61.957 perjalanan (smp/jam), sedangkan koefisien regresi variabel penumpang masuk sebesar 0,739 artinya jika variabel bebas lainnya tetap dan penumpang masuk mengalami kenaikan sebesar 1 orang, maka perjalanan total akan naik 0,739 perjalanan (smp/jam), jika penumpang keluar sebesar 0,628, maka perjalanan total akan naik sebesar 0,628 perjalanan (smp/jam) dan koefisien regresi pergerakan pesawat besar sebesar 27,77, maka perjalanan total akan naik sebesar 27,77 perjalanan (smp/jam). 3. Tingkat tarikan perjalanan (trip generation rate) menggunakan (dua) metode yaitu analisa regresi linear sederhana dan analisa rata-rata, sehingga didapatkan suatu persamaan dan nilai rata-rata yaitu perjalanan jam sibuk dan perjalanan harian gabungan 2 (dua) bandara yaitu bandara Supadio dan bandara Depati Amir. Hasil analisa trip generation rate dan ketepatan model dengan MAPE (Mean Absolute Percentage Error) adalah : a) Hasil Model regresi perjalanan jam sibuk (Y jam sibuk ) terhadap penumpang jam sibuk (X8) dengan koefisien determinasi sebesar 0,894 dengan nilai MAPE sebesar 1,98%. Nilai analisis rata-rata sebesar 1,72 perjalanan jam sibuk per penumpang jam sibuk dengan nilai MAPE sebesar 18,75%. Nilai MAPE hasil analisa regresi linear sederhana lebih kecil dari nilai MAPE hasil analisa rata-rata (1,98% < 18,75%), maka model hasil analisis regresi linear sederhana dapat digunakan sebagai peramalan. b) Model regresi perjalanan jam sibuk (Y jam sibuk ) terhadap pergerakan pesawat jam sibuk (X6) dengan koefisien determinasi sebesar 0,894 dengan nilai MAPE sebesar 1,98%. Nilai analisis rata-rata sebesar 62,15 perjalanan jam puncak per pergerakan pesawat jam sibuk dengan nilai MAPE sebesar 3,34%. Nilai MAPE hasil analisa regresi linear sederhana lebih kecil dari nilai MAPE hasil analisa rata-rata (1,98% < 3,34%), 177

maka model hasil analisis regresi linear sederhana dapat digunakan sebagai peramalan. c) Model regresi perjalanan jam sibuk (Y jam sibuk ) terhadap luas terminal penumpang (X9) dengan koefisien determinasi sebesar 0,894 dengan nilai MAPE sebesar 1,98%. Nilai analisis rata-rata sebesar sebesar 0,10 perjalanan jam sibuk per luasan terminal penumpang dengan nilai MAPE sebesar 60,16%. Nilai MAPE hasil analisis regresi linear sederhana lebih kecil dari nilai MAPE hasil analisa rata-rata (1,98% < 60,16%), maka model hasil analisis regresi linear sederhana dapat digunakan sebagai peramalan. d) Model regresi perjalanan harian (Y harian ) terhadap penumpang hari sibuk (X7) dengan koefisien determinasi sebesar 0,998 dengan nilai MAPE sebesar 0,73%. Nilai analisis rata-rata sebesar 0,87 perjalanan harian per penumpang hari sibuk dengan nilai MAPE sebesar 7,86%. Nilai MAPE analisis regresi linear sederhana lebih kecil dari nilai MAPE hasil analisa rata-rata (0,73% < 7,86%), maka model analisis regresi linear sederhana dapat digunakan sebagai peramalan. e) Model regresi perjalanan harian (Y harian ) terhadap pergerakan pesawat harian (X5) dengan koefisien determinasi sebesar 0,998 dengan nilai MAPE sebesar 0,73%. Nilai analisis rata-rata sebesar 119,90 perjalanan hari sibuk per pergerakan pesawat harian dengan nilai MAPE sebesar 12,49%. Nilai MAPE hasil analisis regresi linear sederhana lebih kecil dari nilai MAPE hasil analisa rata-rata (0,73% < 12,49%), maka model analisis regresi linear sederhana dapat digunakan sebagai peramalan. f) Model regresi perjalanan harian (Y harian ) terhadap luas terminal penumpang (X9) dengan koefisien determinasi sebesar 0,998 dengan nilai MAPE sebesar 0,73%. Nilai analisis rata-rata sebesar 0,95 perjalanan harian per luasan terminal penumpang dengan nilai MAPE sebesar 44,91%. Nilai MAPE lebih kecil dari nilai MAPE hasil analisa rata-rata (0,73% < 44,91%), maka model hasil analisis regresi linear sederhana dapat digunakan sebagai peramalan. 178

4. Hasil penelitian model tarikan perjalanan pada kawasan bandara, dengan studi kasus 2 (dua) bandara, bahwa intensitas penggunaan lahan bandara mengakibatkan tarikan perjalanan yaitu : a. Prosentase kendaraan yang masuk dan keluar bandara didominasi oleh kendaraan ringan dengan prosentase rata-rata sebesar 86,8%, sedangkan prosentase rata-rata sepeda motor sebesar 12,5% dan kendaraan berat (bis) sebesar 0,62%. b. Perjalanan masuk dan keluar kawasan bandara dipengaruhi oleh penumpang masuk, penumpang keluar dan pergerakan pesawat besar dengan nilai rata-rata koefisien determinasai (R 2 ) sebesar 80,9%. Sedangkan pergerakan pesawat kecil (X4) tidak berpengaruh terhadap tarikan perjalanan pada kawasan bandara dikarenakan jumlah pergerakan pesawat kecil prosentasenya kecil dibandingkan dengan pergerakan pesawat besar yaitu hanya 23 % di bandara Supadio dan 15% di bandara Depati Amir, serta jadwal pergerakan pesawat kecil tidak setiap jam sehingga beberapa jam nilainya nol. c. Peramalan tarikan perjalanan yaitu perjalanan jam sibuk dan perjalanan harian terhadap penumpang jam sibuk, penumpang hari sibuk, pergerakan pesawat jam sibuk dan pergerakan pesawat harian serta luas terminal penumpang, berdasarkan hasil perhitungan trip generation rate didapat persamaan dengan MAPE (Mean Absolute Percentage Error) antara Y observasi dan Y model nilainya dibawah 20% (model dikatakan baik), sehingga persamaan tersebut dapat direkomendasikan untuk peramalan perjalanan, apabila akan dilakukan pengembangan bandara. 179

6.2 SARAN Berdasarkan hasil penelitian, disarankan : 1) Untuk mendapatkan model dan nilai terbaik, penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperbanyak wilayah studi dan lokasinya merata seluruh Indonesia, sehingga model dan nilai tingkat tarikan perjalanan (trip generation rate) dapat dijadikan acuan dalam pengembangan suatu kawasan bandara. 2) Dalam merumuskan kebijakan perencanaan dan manajemen lalu lintas di dalam dan di sekitar bandara, Pemerintah dan pengelola bandara diharapkan mempertimbangkan pengaruh tata guna lahan dengan potensi bangkitan dan tarikan perjalanan, sehingga perencanaan infrastruktur dibidang transportasi dapat mendukung perkembangan peruntukan lahan kawasan bandara. 180