BAB VII PEMBAHASAN MASALAH 7.1 Beton Precast Beton precast adalah suatu produk beton yang dicor pada sebuah pabrik atau sebuah lahan sementara di sebuah proyek bangunan lalu dipasang pada proyek bangunan tersebut (ereksi). Pada intinya, beton precast tidak langsung dicor di tempat (Cast in Situ), melainkan dibuat/dicor terlebih dahulu, baru dipasang pada proyek bangunan. Beton precast sudah mulai banyak digunakan pada proyek bangunan saat ini. Contoh penggunaan beton precast yang bersifat non-struktural : Cansteen, Cone-Block, Batako, Paving-Block, dan sebagainya. Sedangkan penggunaan beton precast yang bersifat struktural : Kolom, Balok, Pelat, dan sebagainya. Keuntungan dari memakai beton pracast : 1. Konstruksi akan menjadi lebih cepat, karena beton precast telah tersedia terlebih dahulu, sehingga pada pelaksanaan konstruksi, beton precast langsung dipasang. 2. Serah terima bangunan pada owner dapat dipercepat. 3. Mengurangi biaya untuk penggunaan scaffolding, bekisting dan penahan sementara lainnya. 4. Pengecoran beton pracetak tidak terpengaruh cuaca di sekitarnya. 5. Dapat dibuat dengan produksi besar-besaran (mass production). 6. Tenaga pekerja untuk pengecoran sedikit. 7. Mutu dari beton precast dapat diinspeksi terlebih dahulu dan jika tidak sesuai VII - 1
maka dapat ditolak, sehingga mutu beton precast terjamin. 8. Pengecoran yang rumit dapat dilakukan dengan metode beton precast yang tidak dapat dilakukan pada pengecoran di tempat (Cast in Situ). Kerugian dari memakai beton precast : 1. Sambungan antar komponen struktur merupakan hal yang harus mendapat perhatian khusus, karena sambungan adalah hal yang paling rumit pada beton precast. 2. Desain beton precast harus matang pada waktu jauh lebih awal daripada pengecoran di lapangan, karena perubahan mendadak setelah beton dicetak tidak dapat dilakukan. 3. Perlu adanya tambahan perkuatan untuk pengangkutan dan ereksi dari beton precast. 4. Jika terdapat banyak unit beton precast atau ukuran yang sangat besar, maka diperlukan tempat penyimpanan yang sangat besar. 5. Penggunaan alat berat seperti Tower Crane pada saat pengangkutan yang kemungkinan besar untuk ereksi yang dapat membuat biaya semakin mahal. 6. Tidak cocok untuk bangunan yang mempunyai bentuk yang irregular, karena ke-ekonomis-an dari beton precast terletak pada pengecoran yang berulang ulang (mass production). 7. Pengangkatan beton dari tempat penyimpanan perlu direncanakan dengan sangat matang. VII - 2
7.2 Precast Slab Dengan teknologi yang semakin berkembang, pembuatan pelat juga mengalami perkembangan. Saat ini mulai banyak digunakan pelat yang menggunakan beton precast, karena pelat tersebut dapat diproduksi secara masal dan cepat pembuatannya. Di negara Indonesia, ketika menggunakan pelat beton precast, struktur seperti balok dan kolom tidak menggunakan beton precast, hal ini dikarenakan daerah hubungan (Joint) antara balok dan kolom tidak terjamin tumpuan balok ke kolom sehingga dapat terjadi keruntuhan bangunan. Oleh karena itu, ketika menggunakan pelat beton precast, balok dan kolom dicor secara monolit dengan pelat beton precast tersebut. 7.3 Metode Half-Slab Pada dasarnya, metode precast slab atau pelat beton pracetak melakukan pengecoran komponen di tempat khusus di permukaan tanah (fabrikasi), lalu dibawa ke lokasi (transportasi) untuk disusun menjadi suatu struktur utuh (ereksi). Dengan metode ini, keuntungan yang didapat yaitu waktu yang dibutuhkan dalam pembuatan bangunan dapat dipersingkat tetapi mutu atau kualitasnya terjamin Karena produksi dari beton precast ini bersifat massal serta beton tidak dicor di tempat (Cast in Situ) maka hasil yang didapat lebih rapi daripada metode pelat konvensional. Tetapi muncul permasalahan-permasalahan lainnya didalam praktek pembangunan pelat beton precast, seperti mahal dan beratnya bobot yang harus ditanggung alat berat dalam mobilisasi atau pengangkutan pelat beton pracetak, VII - 3
tidak kedap air dan suara, dan sebagainya. Sehingga ditemukan metode baru yaitu metode Half-Slab. Metode ini merupakan penggabungan metode beton precast dengan metode konvensional dimana bagian bawah dari pelat menggunakan beton pracetak dan ditutup dengan menggunakan beton konvensional sebagai topping. Ada 2 macam tipe half-slab, yaitu half-slab dengan beton precast yang rata (flat) dan half-slab dengan beton pracetak yang bergerigi. Penggunaan gerigi ini, bertujuan agar ikatan antara beton konvensional dan beton precast lebih kuat. Beberapa keuntungan menggunakan half-slab yaitu : 1. Pelat beton pracetak yang letaknya di bawah, juga berfungsi sebagai bekisting untuk pengecoran pelat beton konvensional. 2. Dengan memakai topping maka tidak semua komponen struktur lantai adalah precast, sehingga mengurangi bobot pada saat pengangkatan. 3. Topping berfungsi seperti halnya diagframa jembatan, yaitu menyatukan precast-precast didekatnya sehingga dapat memikul beban tersebut bersamasama. Artinya, dengan adanya topping, pelat mampu meningkatkan kapasitasnya terhadap pembebanan terpusat tak terduga yang lebih besar dari rencana. 4. Adanya topping secara tidak langsung membuat lantai lebih kedap air atau suara, sehingga secara serviceability akan lebih baik. VII - 4
7.4 Spesifikasi Teknis Pelat Half Slab Pelat Half Slab yang akan digunakan dalam pembangunan Apartemen Wang Residence memiliki spesifikasi sebagai berikut : a. Mutu beton half slab fc = 40 Mpa b. Mutu beton topping fc = 40 Mpa c. Mutu tulangan fy = 400 Mpa d. Tebal Half Slab t slb = 70 mm (type slab tebal 150 mm) tslb = 60 mm (type slab tebal 120 mm) e. Tebal Topping t top = 80 mm (type slab lantai tebal 150 mm) t top = 60 mm (type slab lantai tebal 120 mm) Tulangan lapis atas (topping pelat) sesuai dengan pada gambar penulangan lapis atas forcon. 7.5 Metode Pelaksanaan Metode Half Slab Gambar 7.1 Bagan Alir Pelaksanaan Half Slab VII - 5
7.5.1 Pekerjaan Persiapan Kegiatan persiapan yang dimaksud itu meliputi : 1. Pemadatan tanah di lokasi yang akan digunakan untuk lantai kerja Half Slab, tujuannya untuk meminimalisir penurunan setelah pengecoran. 2. Pengukuran elevasi dalam pembuatan lantai kerja khusus untuk Half Slab yang dimaksudkan agar lantai kerja yang dihasilkan rata (flat). 3. Persiapan lahan untuk penyimpanan stok Half Slab yang sudah kering. 4. Persiapan alat untuk pembuatan dan pengangkatan Half Slab. Gambar 7.2 Pemadatan Tanah Gambar 7.3 Penentuan Elevasi VII - 6
Gambar 7.4 Pengecoran Lantai Kerja Half Slab 7.5.2 Pabrikasi Panel Kegiatan yang termasuk Pabrikasi Panel ini meliputi : 1. Pengukuran dimensi modul Half Slab sesuai dengan Shop Drawing. 2. Pemotongan besi siku sesuai dengan panjang yang akan digunakan untuk pembuatan panel Half Slab. 3. Penempatan besi siku tepat pada garis yang sudah diukur, karena apabila tidak tepat maka hasilnya juga tidak akan sesuai dengan dimensi yang telah ditentukan. 4. Permukaan panel diberi solar supaya Half Slab tidak melekat pada saat pengangkatan. VII - 7
Gambar 7.5 Pemotongan Besi Siku Gambar 7.6 Pembuatan Panel Half Slab 7.5.3 Pekerjaan Tulangan Kegiatan yang termasuk Pekerjaan Tulangan ini meliputi : 1. Diameter dan panjang tulangan yang akan dipakai harus sesuai dengan Shop Drawing. 2. Pemasangan Demoulding (Stripping) juga harus tepat sesuai dengan Shop Drawing agar pada saat pengangkatan modul tidak lentur maupun retak. 3. Overstek tulangan berfungsi untuk mengikat pada beton yang menumpunya. VII - 8
Gambar 7.7 Penulangan Half Slab 7.5.4 Pekerjaan Pengecoran Kegiatan yang termasuk Pekerjaan Pengecoran meliputi : 1. Sebelum pengecoran dilakukan, panel harus dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran yang menempel. 2. Pengecoran Half Slab menggunakan beton fc 40 Mpa dengan nilai slump test 15 ± 2. 3. Setelah slump test dan hasilnya sesuai maka, pengecoran ini akan dilakukan dengan menuangkan beton dari truck mixer langsung ke cetakan Half Slab (Panel). 4. Dalam proses penuangan beton ke dalam Panel, salah seorang pekerja harus melakukan perataan gradasi beton dengan alat vibrator. Vibrator ini berguna untuk menggetarkan adukan beton agar gradasi adukan beton merata. VII - 9
5. Saat proses pengecoran, salah seorang pekerja juga harus melakukan perataan permukaan Half Slab dengan alat bantu seperti roskam kayu. 6. Setelah beton ready mix mulai mengering, permukaan Half Slab harus dikasarkan agar pada saat pengecoran topping dapat saling mengikat. Gambar 7.8 Pembersihan Panel Gambar 7.9 Pengecoran Half Slab 7.5.5 Penyimpanan dan Quality Control Kegiatan yang termasuk dalam Penyimpanan dan Quality Control meliputi : 1. Setelah beton sudah mengering yaitu 12 jam setelah pengecoran, maka selanjutnya Half Slab diangkat dari panel untuk diletakkan di tempat stok precast. 2. Half Slab diletakkan secara vertikal (tumpuk) untuk efisiensi pemakaian lahan di proyek. VII - 10
3. Digunakan balok kayu atau bisa besi hollow sebagai pembatas antar tumpukan Half Slab. Tujuannya agar tidak merusak produksi Half Slab. Gambar 7.10 Perletakan Stok Half Slab Gambar 7.11 Tempat Stok Precast 7.5.6 Pengangkatan (Erection) Kegiatan yang termasuk dalam Pengangkatan (Erection) meliputi : 1. Pengangkatan (Erection) Half Slab dengan menggunakan Tower Crane yang dibantu alat tambahan seperti spider. VII - 11
2. Alat bantu Spider dikaitkan pada Demoulding (Stripping) yang letaknya sudah diperhitungkan agar Half Slab tidak rusak maupun lentur pada saat diangkat. 3. Pengangkatan Half Slab dari tempat penyimpanan perlu direncanakan dengan sangat matang. Gambar 7.12 Pengangkatan Half Slab 7.5.7 Pemasangan (Connection) Kegiatan yang termasuk dalam Pemasangan (Connection) meliputi : 1. Modul Half Slab yang dipasang harus sesuai dengan Shop Drawing. 2. Perancah yang digunakan untuk menumpu modul Half Slab harus sudah dipersiapkan. 3. Ujung modul Half Slab diletakkan di bekisting balok yang sudah terpasang. 4. Overstek tulangan Half Slab dibengkokkan agar pada saat pengecoran topping modul-modul Half Slab yang sudah terpasang dapat saling mengikat satu sama lain. VII - 12
Gambar 7.13 Perancah Penumpu Modul Half Slab Gambar 7.14 Pemasangan (Connection) Modul Half Slab 7.5.8 Pengecoran Topping Kegiatan yang termasuk dalam Pengecoran Topping meliputi : 1. Setelah pemasangan modul Half Slab, maka langkah berikutnya yaitu memasang tulangan atas pelat tepat diatas modul Half Slab. 2. Tulangan atas dimasukkan ke dalam tulangan demoulding (Stripping), tujuannya adalah untuk menahan modul Half Slab agar tidak bergeser. VII - 13
3. Dalam proses pengecoran topping, pekerja harus melakukan perataan gradasi beton dengan concrete vibrator agar gradasi beton merata. 4. Perataan lapisan permukaan topping juga harus dilakukan sebelum beton mulai mengering. Proses perataan ini sama dengan pengecoran pelat konvensional. Gambar 7.15 Persiapan Pengecoran Topping Gambar 7.16 Perbedaan Metode Half Slab dan Konvensional VII - 14
7.5.9 Perawatan (Curing) Kegiatan yang termasuk dalam Perawatan (Curing) meliputi : 1. Permukaan topping yang masih basah harus dijaga dan dilindungi dari air hujan yang dapat menyebabkan rusaknya permukaan yang masih lunak. 2. Penyiraman air pada permukaan topping dilakukan untuk mencegah terjadinya kekurangan air yang diperlukan untuk pengerasan beton, hal ini dilakukan untuk mencegah penguapan air yang berlebihan yang dapat menyebabkan penyusutan yang besar sehingga dapat mengurangi kekuatan beton dan menimbulkan retak-retak. Gambar 7.17 Perawatan (Curring) VII - 15
7.6 Perbedaan Pelat Precast Half Slab dan Pelat Konvensional Perbedaan pelaksanaan antara half slab dan pelat konvensional dapat dijelaskan dalam tabel sebagai berikut : Tabel 7.1 Perbandingan Pelaksanaan Metode Half Slab dan Pelat Konvensional No Precast Half Slab Pelat Konvensional 1. Tidak memerlukan bekisting karena pelat precast half slab sudah berfungsi sebagai bekisting. Menggunakan bekisting terbuat dari papan multiplex (Plywood). 2. Pekerjaan penulangan hanya untuk tulangan overtopping (susut dan tumpuan) dan sambungan pada grouting antar pelat. 3. Pelat precast setebal 6 cm sudah siap pasang (dibuat di tempat precast) dan sisanya tebal 6 cm dicor menggunakan beton basah. 4. Pekerjaan balok dan pelat tidak dapat dilakukan secara bersama dikarenakan pekerjaan bekisting dan tulangan balok harus dikerjakan terlebih dahulu dimana bekisting balok dapat berfungsi sebagai tumpuan precast half slab. Pekerjaan penulangan terdiri atas tulangan utama, tulangan susut dan tulangan tumpuan. Pelat konvensional dengan tebal 12 cm dicor menggunakan beton basah. Pekerjaan pelat dan balok baik untuk bekisting, tulangan dan pengecoran dapat dilakukan bersama tanpa harus menunggu pekerjaan balok. VII - 16
5. Pekerjaan precast half slab tidak memerlukan perancah yang banyak. Pekerjaan pelat konvensional memerlukan banyak perancah untuk menumpu bekisting pelat. 6. Precast half slab dapat diproduksi massal pada saat pengerjaan lantai sebelumnya. Pelat konvensional hanya bisa dikerjakan pada saat pengerjaan lantai tersebut. VII - 17