PARTISIPASI PELAKU URBAN FARMING DALAM MEMANFAATKAN LAHAN KOSONG

dokumen-dokumen yang mirip
OPTIMALISASI PEKARANGAN MELALUI KOMUNITAS BERKEBUN DALAM UPAYA KECUKUPAN DAN KEMANDIRIAN PANGAN RUMAH TANGGA

PENDAMPINGAN PEMBUATAN MEDIA VELTIKULTUR UNTUK PENANAMAN TUMBUHAN OBAT DALAM PEMAKSIMALAN PEKARANGAN RUMAH

OPTIMALISASI PEMANFAATAN PEKARANGAN DI DESA BABAKAN, KECAMATAN CISAAT, KABUPATEN SUKABUMI

PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN RUMAH SECARA VERTICULTURE SEBAGAI SARANA UNTUK BUDIDAYA SAYURAN DI DUSUN PANJANG KECAMATAN TANAH TUMBUH KABUPATEN BUNGO

PELESTARIAN LINGKUNGAN MELALUI TATAJER

BAB I PENDAHULUAN. dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012

BUDIDAYA SAYURAN. Paramita Cahyaningrum Kuswandi Program Pengabdian Masyarakat Jur. Pend. Biologi FMIPA UNY 2014

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI

1. Pendahuluan PENDAMPINGAN MASYARAKAT DALAM PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MENDUKUNG PROGRAM URBAN FARMING

Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikultur

Menanam Sayuran Dengan Teknik Vertikultur

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 ANALISIS SITUASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) KABUPATEN LUWU TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN. juta jiwa. Sedangkan luasnya mencapai 662,33 km 2. Sehingga kepadatan

I. PENDAHULUAN. sayuran terutama sawi. Hal ini terjadi karena sawi memiliki kandungan gizi yang

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM UPAYA PENINGKATAN PANGAN DAN GIZI KELUARGA MELALUI RUMAH HIJAU DI KECAMATAN SUNGAI GELAM KABUPATEN MUARO JAMBI.

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN DENGAN BUDIDAYA TANAMAN SAYURAN DALAM POT DI BOJONGGEDE JAWA BARAT

RUMAH PANGAN LESTARI ORGANIK SEBAGAI SOLUSI PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA

IbM di KELURAHAN SISIR KOTA BATU (BUDIDAYA SAYURAN/TOGA ORGANIK)

Model Kawasan Rumah Pangan Lestari Mendukung Usaha Diversifikasi Pangan Di Sulawesi Selatan

POTENSI KECAMATAN GUNUNGPATI SEMARANG SEBAGAI SENTRA PERTANIAN ORGANIK MELALUI KEGIATAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT KELOMPOK WANITA TANI

KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL): Sebagai Solusi Pemantapan Ketahanan Pangan 1 Oleh: Handewi Purwati Saliem 2

P r o s i d i n g 233

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Proses experiential learning yang dilakukan oleh anggota KWT dalam

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM RUMAH PANGAN LESTARI SEBAGAI UPAYA PEMANFAATAN LAHAN DAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS RUMAH TANGGA

ANALISIS FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL PELAKSANAAN MINAPADI DI DESA PAYAMAN NGANJUK

IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW) KOTA SUNGAI PENUH. Trias Novita, Hanibal dan M. Sugihartono Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi

BUDI DAYA. Kelas VII SMP/MTs. Semester I

PENGEMBANGAN SAYURAN VERTIKULTUR MELALUI PEMBERDAYAAN MAJELIS TAKLIM DI KELURAHAN PAMPANG KOTA MAKASSAR

IbM Pemberdayaan Anak Panti Asuhan

BAB I PENDAHULUAN. kawasan industri, perumahan dan gedung- gedung. perkebunan dapat meningkatkan penghasilan penduduk. Apabila ditinjau dari

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

AKUAPONIK. Sutrisno Estu Nugroho Anang Hari Kristanto,

BUDIDAYA PEPAYA BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN DENGAN TEKNOLOGI KOMPOS AKTIF. (Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi) 2

Kontribusi Pemanfaatan Lahan Pekarangan terhadap Pemenuhan Gizi Keluarga dan Pengeluaran Pangan Rumah Tangga

padi-padian, umbi-umbian, sayuran, buah-buahan, dan pangan dari hewani yaitu

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah

M-KRPL MENGHIAS RUMAH DENGAN SAYURAN DAN UMBI- UMBIAN, SEHAT DAN MENGUNTUNGKAN

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap

POTENSI PERTANIAN PEKARANGAN*

Kata kunci : pupuk,biopestisida, tanaman organik, barter, mandiri

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita

Perkembangan m-krpl Di Kabupaten Dompu Dan Dukungan Penyuluh Pertanian Lapangan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU

PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK RUMAH TANGGA DALAM PEMBUATAN PUPUK BOKASHI DI KELURAHAN TUAH KARYA, KECAMATAN TAMPAN, PEKANBARU

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PELATIHAN HIDROPONIK MEMBENTUK WIRAUSAHAWAN BARU PADA PERUM KUWAK UTARA KELURAHAN NGADIREJO KOTA KEDIRI

PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN SEBAGAI PENGHASIL SAYUR-SAYURAN SECARA HIDROPONIK DI KELURAHAN TANJUNG PINANG KOTA PALANGKA RAYA

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU

I. PENDAHULUAN. menduduki posisi yang sangat vital (Mardikanto,1993). Sector pertanian

PENDAMPINGAN PEMBUATAN RUMAH PUPUK KOMPOS DI KAMPUNG BELAKANG KAMAL JAKARTA BARAT

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS TEKNOLOGI MODEL RUMAH PANGAN LESTARI DI KECAMATAN KUMPEH ULU

PENGESAHAN PROPOSAL PKM

INTRODUKSI BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK MENGGUNAKAN PIPA PARALON DI DESA TANJUNG SETEKO KECAMATAN INDRALAYA UTARA KABUPATEN OGAN ILIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENINGKATAN KAPASITAS PETERNAK LELE TRADISIONAL MELALUI PROGRAM KEMITRAAN MASYARAKAT

PEMANFAATAN KOMPOS AKTIF DALAM BUDIDAYA PEPAYA ORGANIK DI DESA KASANG PUDAK

Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 55 Tahun 2013, ISSN:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran umum objek penelitian

MEMANFAATKAN PEKARANGAN PEROLEH RUPIAH

POLA PENATAAN LAHAN PEKARANGAN BAGI KELESTARIAN PANGAN DI DESA SEBORO KRAPYAK, KABUPATEN PURWOREJO

Menengok kesuksesan Rehabilitasi Hutan di Hutan Organik Megamendung Bogor Melalui Pola Agroforestry

Pengelolaan Sampah Terpadu. Berbasis Masyarakat Kelurahan Karang Anyar

Pembangunan Bambu di Kabupaten Bangli

HIDROPONIK, AEROPONIK, VERTIKULTUR DAN TABULAMPOT (BUDIDAYA TANAMAN NON KONVENSIONAL) 3 SKS (2-1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BHUMI HORTA. 10 % of you purchase to save the earth

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI MENDUKUNG USAHA DIVERSIFIKASI PANGAN DI KABUPATEN SOPPENG

PEMANFAATAN BOKHASI, IRIGASI PROBASA, HIDROPONIK PADA TANAMAN HORTIKULURA PADA LAHAN KERING

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

MARI BERKEBUN HORTIKULTURA DI LAHAN PEKARANGAN SEMPIT

BAB I I. PENDAHULUAN

SCHOOL GARDEN AJARKAN ANAK CINTA MAKAN SAYUR

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Timbulan Sampah di Provinsi DKI Jakarta Tahun

I. PENDAHULUAN. Bandar Lampung yang dikategorikan sebagai kota yang sedang berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. terhadap penduduk kota maupun penduduk dari wilayah yang menjadi wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM WAHANA FARM

POTENSI DAN PROSPEK PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

KERAGAAN HASIL IMPLEMENTASI MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KABUPATEN KENDAL (Studi Kasus di Desa Blimbing, Kecamatan Boja, Kebupaten Kendal)

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PEMANFATAAN BOTOL PLASTIK BEKAS SEBAGAI MEDIA TANAM HIDROPONIK DALAM MENINGKATKAN KESADARAN SISWA SEKOLAH DASAR TERHADAP LINGKUNGAN SEKITAR

IbM PENGOLAHAN LIMBAH SAMPAH ORGANIK SEBAGAI PUPUK KEBUN LINGKUNGAN SEKOLAH DI KABUPATEN MUARO JAMBI

IBM KELOMPOK IBU-IBU PKK : PENERAPAN TEKNOLOGI BIOPORI YANG DIPERKAYA INOKULAN MIKROBA DI PERUMAHAN BANYUMANIK SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin

PERANCANGAN RUMAH SUSUN DENGAN KONSEP URBAN FARMING DI JAKARTA PUSAT

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian masih sangat penting bagi perekonomian nasional. Hal

PENYULUHAN PENANAMAN SAYURAN DENGAN MEDIA POLYBAG

STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA NOVRI HASAN

PENGUATAN EKONOMI MASYARAKAT PETANI MELALUI PENGEMBANGAN USAHA TANI ORGANIK DI DESA WISATA BERJO KABUPATEN KARANGANYAR

KINERJA DAN PROSPEK PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN DI SULAWESI BARAT (Studi kasus MKRPL Kab. Polewali Mandar)

Transkripsi:

PARTISIPASI PELAKU URBAN FARMING DALAM MEMANFAATKAN LAHAN KOSONG Abstract Praptiningsih Gamawati Adinurani 1) 1) Fakultas Pertanian, Universitas Merdeka Madiun email: praptiningsih.ga@gmail.com Massive urbanization without adequate human resources support will cause problems. Urban carrying capacity over time can no longer sustain the livelihoods of its people properly. Problems encountered include, among others, the provision of food. Adequacy of food needs can be overcome through urban farming activities by the urban community itself. Urban farming can be done in the yard or on abandoned land. Increased knowledge and skills of urban farming practitioners can be by counseling, discussion, training various techniques of agricultural practices such as ver ti cultur system, hydroponics, and polybag system. Targets and outcomes after participating in training and technical training on farming practices, urban agriculture practitioners can produce vegetables and fruits for their consumption as well as for sale, seed production, fertilizer and for example modeling various techniques of farming practices. Keywords: urban farming, verticulture, hydroponics, fertilizer. PENDAHULUAN Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010 dan proyeksi penduduk Indonesia tahun 2010 2035 diperoleh rata-rata laju pertumbuhan penduduk Indonesia per tahun selama tahun 2010-2014 sebesar 1.40 % (BPS, 2015). Laju pertumbuhan penduduk akan berdampak langsung terhadap peningkatan konsumsi bahan pangan dan secara tidak langsung berdampak pula pada pertambahan kebutuhan pemukiman. Umumnya pemenuhan kebutuhan pemukiman seringkali mengorbankan lahan produktif. Lahan pertanian yang masih produktif banyak dikonversi menjadi kawasan industri ataupun perumahan. Rata-rata luas lahan pertanian yang beralih fungsi sekitar 80 ribu hektar per tahun atau 220 hektar per hari (Tempo.Co, 2013). Menurut Iqbal dan Sumaryanto (2007), bahwa alih fungsi lahan pertanian yang tidak terkendali apabila tidak ditanggulangi dapat mendatangkan permasalahan yang serius, antara lain dapat mengancam kapasitas penyediaan pangan. Kerawanan pangan akan dialami oleh masyarakat baik di pedesaan maupun perkotaan. Untuk mengatasi kerawanan pangan dapat dimulai dengan pemenuhan kecukupan kebutuhan di tingkat rumah tangga. Seperti yang dikemukakan oleh Rachman dan Ariani (2007) bahwa syarat keharusan terwujudnya ketahanan pangan nasional adalah terpenuhinya kebutuhan pangan di tingkat rumah tangga/individu. Upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan keluarga, salah satunya dapat melalui pemanfaatan pekarangan rumah tangga. Daya Mas Media Komunikasi dan Informasi Hasil Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat Volume 2 Nomor 1 Maret 2017 ISSN : 2502-7034

Praptiningsih Gamawati Adinurani Pemanfaatan lahan pekarangan untuk ditanami tanaman kebutuhan keluarga sebenarnya sudah lama dilakukan oleh masyarakat terutama di pedesaan. Namun tidak dirancang dengan baik sehingga kurang berkembang, bahkan banyak yang memilih membeli dari pada menanam. Apalagi dewasa ini di Indonesia ada kecenderungan semakin sedikitnya generasi muda yang berminat ataupun tertarik mengerjakan pertanian. Umumnya lebih banyak memilih bidang pekerjaan lain di kota. Hal ini menyebabkan urbanisasi besar-besaran yang tentunya tanpa dukungan sumber daya manusia yang memadai. Meskipun demikian, masyarakat urban ini sedikit banyak masih mempunyai pengetahuan atau keterampilan dan pengalaman di lingkungan pertanian. Oleh karena itu, kecukupan kebutuhan pangan dapat diatasi melalui kegiatan urban farming oleh masyarakat urban. Di Indonesia, nampaknya gerakan urban farming belum menjadi perhatian sehingga belum banyak pihak baik pemerintah maupun swasta yang berkewajiban menangani kegiatan dan perkembangan kaum urban. Meskipun perkembangan urban farming berjalan lambat, namun ada berbagai pihak yang mulai berupaya untuk meningkatkan animo masyarakat urban terhadap bidang pertanian. Hal ini terlihat dari adanya gerakan Jakarta berkebun yang dirintis tahun 2011. Jakarta berkebun menginspirasi munculnya komunitas berkebun di kota-kota lain. Awal kegiatan urban farming hanya memanfaatkan lahan kosong atau lahan-lahan terlantar di perumahan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Menurut Widyawati (2013) bahwa melalui aktivitas urban farming dapat diperoleh keuntungan ganda termasuk meningkatkan ketersediaan, kualitas dan keamanan pangan, memulihkan dan meningkatkan kesehatan. Aktivitas urban farming mempunyai nilai praktis, ekonomis dan nilai ekologis. Pelaku urban farming dapat dipersatukan melalui kegiatan berkebun bersama yang dapat menghasilkan produk sayuran segar, sehat dan aman untuk dikonsumsi. Adanya urban farming memberikan nilai ekologis karena adanya nilai tambah keindahan lingkungan yang berdampak pada kebersihan, peningkatan oksigen, mengurangi pemanasan global dan tidak ada timbunan sampah. Dapat dikatakan bahwa kegiatan urban farming lebih menekankan prinsip reuse, reduce dan recycle sehingga lingkungan menjadi zero waste. Semakin sempitnya lahan perumahan di perkotaan menyebabkan berkurangnya lahan pekarangan, bahkan dapat dikatakan tidak mempunyai pekarangan. Namun keterbatasan lahan bukan merupakan hambatan untuk mengaktualkan penyediaan pangan di lahan minimalis. Permasalahan ini dapat diatasi dengan berbagai teknik praktek pertanian antara lain budidaya system vertikultur, system polybag, tambulapot, ataupun sistem hidroponik. Sedangkan pelaku urban farming yang memanfaatkan lahan kosong/lahan terlantar dianjurkan menerapkan sistem pertanian berkelanjutan. Untuk itu perlu peningkatan pengetahuan dan keterampilan pelaku urban farming dalam hal inovasi teknik budidaya tanaman dan penerapan sistem pertanian berkelanjutan Program pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan: (a) peningkatan pengetahuan dan keterampilan pelaku urban farming tentang berbagai teknik praktek pertanian di lahan minimalis dan penerapan pertanian berkelanjutan di lahan terlantar; (b) peningkatan pemenuhan kebutuhan gizi pangan secara mandiri; dan (c) pemeliharaan lingkungan hidup yang nyaman. METODE PELAKSANAAN Pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarkat pada partisipasi pelaku urban farming dalam memanfaatkan lahan kosong 38 Daya Mas, Volume 2 Nomor 1 Maret 2017

Partisipasi Pelaku Urban Farming dalam Memanfaatkan Lahan Kosong dilakukan di pemukiman kota madya Madiun meliputi: 1. Diskusi Awal pelaksanaan kegiatan dilakukan diskusi tentang inventarisasi lahan kosong di pemukiman yang tidak dimanfaatkan oleh pemilik dan dengan kegiatan ini diupayakan mengubah lahan kosong menjadi lahan produktif. 2. Partisipatif Pelaku urban farming dalam kegiatan ini turut berperan serta mengelola lahan mulai dari pembibitan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan dan pemasaran. 3. Pelatihan Pelatihan budidaya tanaman sistem polybag/pot, vertikultur, dan hidroponik serta pembuatan kompos dari limbah rumah tangga. Selain itu diberi ketrampilan pembuatan hidroponik kit dan vertikultur kit dari bahan bekas serta pembuatan dekomposer untuk pembuatan pupuk cair. 4. Pendampinaagn Pendampingan terhadap pelaku urban farming pada saat pembuatan pupuk cair dan selama pengelolaan lahan sampai pemasaran produk. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan menunjukkan bahwa secara umum profesi sehari-hari pelaku urban farming bukan berlatar belakang petani. Oleh karena itu perlu diadakan penyuluhan dan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pelaku urban farming tentang sistem teknologi budidaya pertanian. Awal kegiatan dilakukan pertemuan dengan pemaparan teori bercocok tanam sayuran dan buah pada berbagai sistem teknologi budidaya. Kegiatan diskusi dilanjutkan dengan pelatihan dan praktek di lahan atau pekarangan. Sebelum pelaku urban farming melakukan budidaya tanaman sayuran atau buah, dilakukan pelatihan pembuatan hidronik dan vertikultur kit serta pembuatan komposter untuk memproduksi pupuk dari limbah organik rumah tangga (Gambar 1, 2, 3 dan Gambar 4). Gambar 1. Hidroponik kit dari paralon Gambar 2. Hidroponik kit dari stereofoam bekas kemasan buah Gambar 3. Sistem tanam vertikultur dari paralon Volume 2 Nomor 1 Maret 2017, Daya Mas 39

Praptiningsih Gamawati Adinurani Gambar 7. Pemupukan tanaman pepaya Gambar 4. Komposter pembuatan pupuk Secara umum, pola pertanaman di lahan dapat dilakukan dengan pola horizontal, pola vertical, dan penggunaan polybag ataupun dalam pot. Pemanfaatan lahan kosong di pemukiman wilayah kota dilakukan dengan pola pertanaman horizontal, dapat langsung di lahan ataupun menggunakan polybag/ pot tergantung jenis tanamannya. Sebagai contoh lahan kosong di.perumahan Taman Asri Kelurahan Banjarejo Kecamatan Taman Madiun dimanfaatkan untuk tanaman pepaya yang dapat menghasilkan tambahan pemasukan uang kas Rukun Warga (Gambar 5, 6, 7, 8, 9, dan Gambar 10) Gambar 8. Tanaman pepaya saat berbunga Gambar 9. Penjarangan buah pepaya Gambar 5. Pemilihan bibit tanaman pepaya Gambar 6. Tanaman pepaya umur 2 bulan Gambar 10. Panen buah pepaya 40 Daya Mas, Volume 2 Nomor 1 Maret 2017

Partisipasi Pelaku Urban Farming dalam Memanfaatkan Lahan Kosong Keuntungan memanfaatkan lahan kosong/terlantar di wilayah perumahan berbasis wirausaha dapat (a) mengurangi biaya transportasi karena dekat dengan konsumen (b) konsumen memperoleh sayuran/buah yang segar karena dapat langsung ke lahan (c) lahan kosong berubah menjadi ruang terbuka hijau yang multifungsi. Kelemahannya adalah (a) bersifat sementara yang sewaktu-waktu diminta pemiliknya (b) lahan di daerah perumahan umumnya tercampur material bangunan sehingga kurang subur (c) kurang sinar matahari jika lahan kurang terbuka. Contoh pemanfaatan lahan kosong di desa Prambon Kecamatan Dagangan Madiun dengan menggunakan polybag sebagai tempat media tanam tanaman jahe merah organik (Gambar 11) tempat ice cream, stoples dan sebagainya. Sayuran yang sering ditanam adalah sawi, cabe, kangkung, slada. Penanaman dilakukan secara bergantian untuk menghindari panen yang bersamaan. Contoh kegiatan pelaku urban farming menggunakan beberapa sistem teknologi budidaya sayuran (Gambar 12, 13, 14, 15, 16, 17, dan Gambar 18). Gambar12. Tanaman cabe sistem hidroponik pada tempat bekas kemasan buah Gambar 11. Tanaman jahe merah organik sistem polybag Melihat keterbatasan kondisi lahan yang dimiliki masyarakat perkotaan terutama di wilayah perumahan yaitu lahan/pekarangan relatif sempit dan ada yang sudah di paving maka sistem pertanian yang cocok adalah bertanam tanpa tanah (soilless culture), bertanam dalam pot dan bertanam secara vertikal (verticulture). Untuk memenuhi kebutuhan sayuran dalam sehari-hari, pelaku urban farming menanam sayuran dalam pot baik yang disusun secara horizontal maupun vertikal. Untuk pot/tempat media tumbuh pada sistem tanam tanpa tanah/hidroponik, masyarakat lebih memanfaatkan bahan bekas seperti botol, kemasan buah, bekas Gambar 13. Tanaman sawi dan slada sistem vertikultur pada paralon Gambar 14. Tanaman kangkung sistem vertikultur pada bambu Volume 2 Nomor 1 Maret 2017, Daya Mas 41

Praptiningsih Gamawati Adinurani Gambar 15. Hidroponik tanaman sawi dan slada Gambar 16. Tanaman terong sistem polybag di pekarangan Gambar 17. Aneka tanaman sayuran sistem polybag Gambar 18. Pemanfaatan ruang terbuka Kelemahan bercocok tanam sistem hidroponik, vertikultur atau dalam pot/polybag dituntut untuk memberi pemeliharaan yang intensif (penyiraman, pemupukan dan pengendalian hama penyakit). Pemeliharaan tanaman yang kurang baik akan memberikan potensi hasil yang kurang maksimal dan dari keragaan tanaman dapat diketahui bahwa tanaman tersebut mendapat pemeliharaan yang intensif atau tidak. Pelaku urban farming pada umumnya merawat tanamannya. Hal ini terlihat pada produksi sayuran dan buah yang optimal. KESIMPULAN 1. Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan berbagai sistem bercocok tanam diperlukan untuk pengembangan urban farming 2. Lahan kosong di pemukiman wilayah perkotaan dapat dimanfaatkan untuk memproduksi sayuran dan buah yang dilakukan oleh pelaku urban farming. 3. Luas pekarangan yang minimalis dapat menghasilkan sayuran dan buah dengan bercocok tanam sistem hidroponik, vertikultur atau dalam pot/polybag. REFERENSI BPS. 2015. Statistik Indonesia 2015. Badan Pussat Statistik. Jakarta. Iqbal, M. dan Sumaryanto. 2007. Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian Bertumpu Pada Partisipasi Masyarakat. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor. Rachman, Handewi.P.S. dan M. Ariani. 2007. Penganekaragaman Konsumsi Pangan di Indonesia: Permasalahan dan Implikasi untuk Kebijakan dan Program. Makalah pada Workshop Koordinasi Kebijakan Solusi Sistemik Masalah Ketahanan Pangan Dalam Upaya 42 Daya Mas, Volume 2 Nomor 1 Maret 2017

Partisipasi Pelaku Urban Farming dalam Memanfaatkan Lahan Kosong Perumusan Kebijakan Pengembangan Penganekaragaman Pangan, Hotel Bidakara, Jakarta, 28 November 2007. Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia. Tempo.Co. 2013. Setiap-Hari-220-Hektare- Lahan-Beralih-Fungsi.. http://www.tempo. co/read/news/2013/12/25/058540130/. Di unduh: 26 April 2014. Widyawati. N. 2013. Urban Farming Gaya Bertani Spesifik Kota. Lily Publisher. Yogyakarta. Volume 2 Nomor 1 Maret 2017, Daya Mas 43