memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

dokumen-dokumen yang mirip
Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

PROSPEK TANAMAN PANGAN

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung

I. PENDAHULUAN. Perusahaan umum Bulog mempunyai misi yakni memenuhi kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian, Semester I 2014 Ekspor Impor Neraca

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

PENDAHULUAN. setelah beras. Jagung juga berperan sebagai bahan baku industri pangan dan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari

STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

I. PENDAHULUAN. melimpah, menjadikan negara ini sebagai penghasil produk-produk dari alam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan

KINERJA PRODUKSI DAN HARGA KEDELAI SERTA IMPLIKASINYA UNTUK PERUMUSAN KEBIJAKAN PERCEPATAN PENCAPAIAN TARGET SUKSES KEMENTERIAN PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembangunan pertanian periode dilaksanakan melalui tiga

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya.

PENDAHULUAN. Peranan studi kelayakan dan analisis proyek dalam kegiatan pembangunan. keterbatasan sumberdaya dalam melihat prospek usaha/proyek yang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting di Indonesia. Sektor pertanian merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia sangat tinggi. Menurut Amang

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. penyerapan tenaga kerja dengan melibatkan banyak sektor, karena

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian dan perkebunan memegang peranan penting dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENCAPAIAN TARGET SWASEMBADA JAGUNG BERKELANJUTAN PADA 2014 DENGAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIS

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. bermatapencaharian petani. Meskipun Indonesia negara agraris namun Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik. financial openness). Keuntungan dari keterbukaan

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

I. PENDAHULUAN. kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA. selama tahun tersebut hanya ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahun dengan laju kenaikan lebih dari 20% (Adisarwanto, 2000). Indonesia dengan luas areal bervariasi (Rukmana, 2012).

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi. Sektor pertanian merupakan

V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA

PELUANG DAN PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA. antar negara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedelai

I PENDAHULUAN. [Diakses Tanggal 28 Desember 2009]

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju kehidupan yang lebih

REVITALISASI PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

KINERJA PERTUMBUHAN PDB PERTANIAN 2003 : BERADA PADA FASE PERCEPATAN PERTUMBUHAN 1)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha pada Tahun * (Miliar Rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian antara lain: menyediakan pangan bagi seluruh penduduk,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sedang berkembang, dengan sektor

LAMPIRAN: Surat No.: 0030/M.PPN/02/2011 tanggal 2 Februari 2011 B. PENJELASAN TENTANG KETAHANAN PANGAN

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah)

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. beras/padi. Komoditas yang memiliki nama lain Zea mays merupakan sumber

BAB V GAMBARAN UMUM PRODUK PERTANIAN

PENCAPAIAN SURPLUS 10 JUTA TON BERAS PADA TAHUN 2014 DENGAN PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMICS)

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan penting dari keseluruhan

I. PENDAHULUAN. mencapai US$ per ton dan mendekati US$ per ton pada tahun 2010.

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan agribisnis nasional diarahkan untuk meningkatkan kemandirian perekonomian dan pemantapan struktur industri nasional terutama untuk mendukung berkembangnya industri yang bernilai tambah tinggi dan berjangkauan strategis. Industrialisasi dengan landasan sektor agribisnis ini memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) dan keterkaitan ke depan (forward linkage) yang panjang sehingga dapat mempercepat pemberdayaan ekonomi rakyat karena menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup besar. Dukungan agribisnis terhadap industri berbasis pertanian adalah tersedianya bahan baku yang kontinyu dan berkualitas tinggi. Salah satu komoditas agribisnis yang merupakan bahan baku utama untuk sektor industri terutama industri pakan ternak dan industri bahan makanan olahan adalah jagung. Ketersediaan bahan baku yang kontinyu dan bermutu tinggi seringkali menjadi kendala utama, industri pakan ternak yang bahan bakunya 50 persen jagung setiap tahun harus mengimpor jagung rata-rata sekitar 1,5 juta ton untuk memenuhi kapasitas pabriknya ( Business News, 2004). Indonesia yang memiliki potensi besar baik dari segi sumber daya alam, teknologi maupun kompetensi manusianya seharusnya mampu menyediakan bahan baku jagung bagi industri pakan ternak sehingga tidak perlu mengeluarkan devisa sebesar US$ 220 juta setiap tahun untuk mengimpor jagung. Kebutuhan jagung untuk industri pakan ternak rata-rata 3,5 juta ton per tahun seharusnya dapat dipenuhi oleh produksi dalam negeri yang mencapai sekitar 10 juta ton per tahun. Namun kenyataan hal ini tidak dapat dipenuhi karena ketersediaan jagung produksi dalam negeri tidak kontinyu karena pola tanam yang serempak. Jagung menjadi komoditas strategis karena perannya dalam ketahanan pangan nasional sehingga harus mendapatkan perhatian pemerintah dalam pengelolaannya. Jagung pada dasarnya merupakan bahan pangan sumber karbohidrat kedua sesudah beras bagi penduduk Indonesia. Selain sebagai pengganti beras, jagung sebagai bahan baku pakan ternak juga akan mempengaruhi ketersediaan daging dan telur nasional. Ketersediaan jagung

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus diimpor akan memberatkan peternak-peternak kecil sehingga harga daging ayam dan telur juga turut meningkat untuk menutupi ongkos produksinya yang 70 persen merupakan biaya untuk pakan. Konsumsi daging ayam per kapita di Indonesia masih sangat rendah dibandingkan negara Asean lainnya hanya sekitar 3-4 Kg per tahun, sementara konsumsi Malaysia mencapai 30 Kg per tahun dan Thailand 13 Kg per tahun. Dengan kebutuhan ayam sebesar 3 4 Kg per kapita dibutuhkan jagung sebanyak 3,5 juta ton maka sejalan dengan adanya peningkatan pendapatan masyarakat dan tingkat pengetahuannya, konsumsi protein hewani khususnya daging ayam dan telor juga akan meningkat. Diperediksi pada tahun 2010 konsumsi daging ayam akan mencapai sekitar 7,5 kg per kapita akan mendorong meningkatnya kebutuhan pakan ternak yang kemudian meningkatkan kebutuhan jagung, apabila tidak diantisipasi akan ada kebutuhan jagung untuk pakan ternak sebesar 7,5 juta ton. Selain untuk industri pakan ternak kebutuhan jagung akan meningkat untuk kebutuhan industri bahan makanan olahan ( Snack food ) dan industri pengolahan jagung moderen ( corn wet & miling ) yang memproduksi corn starch, corn gluten dan corn meal yang diperkirakan membutuhkan 1.000 ton jagung per hari. Produksi jagung tahun 2004 yang diperkirakan mencapai 11,35 juta ton atau naik sebesar 4,3 persen dibandingkan dengan produksi tahun 2003 tidak akan mampu memenuhi kebutuhan jagung nasional yang meningkat rata-rata sebesar 9,6 persen per tahun. Kecenderungan konsumsi jagung di Indonesia yang makin meningkat lebih tinggi dari peningkatan produksi menyebabkan makin besarnya jumlah impor. Beberapa permasalahan yang dihadapi oleh komoditas jagung antara lain fluktuasi harga jagung. Sebagai komoditas pertanian, produksi jagung sangat sensitif terhadap iklim, fluktuasi volume produksi mengakibatkan harga jagung juga berfluktuasi di pasaran. Ketika panen raya harga jagung sangat rendah akibatnya petani enggan menanam jagung sementara pada musim paceklik harga jagung meningkat. Kenaikan harga jagung juga merupakan dilema bagi sektor

pertanian, satu sisi kenaikan tersebut meningkatkan pendapatan petani sehingga mendorong petani untuk terus berproduksi, namun di sisi lain akan mendorong kenaikan produk yang berbasiskan jagung seperti pakan ternak yang akibatnya berdampak pada inflasi. Fluktuasi harga jagung di pasar domestik juga disebabkan oleh kenaikan harga di pasar Internasional, karena sebagian kebutuhan jagung nasional berasal dari impor. Tingginya permintaan jagung dari China menyebabkan melonjaknya harga jagung dunia, pada awal tahun 2004 dari US$ 130 per ton menjadi US$ 200 per ton akibatnya memicu harga jagung domestik yang awalnya berkisar Rp. 1.200 /Kg menjadi Rp. 1.600 /Kg. Hal ini sangat memberatkan bagi industri pakan ternak dan pengusaha peternakan. Permasalahan yang lain adalah Indonesia sebagai negara agraris masih mengimpor jagung untuk industri pakan ternak walaupun sebenarnya produksi jagung nasional tersebut mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri. Produksi jagung nasional sebesar 10 juta ton mampu memenuhi kebutuhan industri pakan ternak, namun kenyataan industri pakan ternak hanya disuplai 2 juta ton sehingga lebih 1 juta ton harus diimpor dari luar. Hal ini disebabkan produksi jagung nasional tidak kontinyu karena sangat terpengaruh oleh musim. Pasokan jagung ke pabrik pakan ternak sering terganggu, pada saat panen raya jagung melimpah namun pasca panennya tidak berjalan baik sehingga mutunya tidak terjamin apabila disimpan. Hal ini menyebabkan produksi jagung harus langsung diserap oleh pasar karena apabila dibiarkan terlalu lama akan berkembang jamur aflatoksin yang menurunkan kualitas jagung. Di luar musim panen kebutuhan industri pakan ternak hanya mengandalkan stok yang tersisa dan biasanya jumlahnya tidak mencukupi sehingga harus impor dari Amerika Serikat, Cina, Argentina, Vietnam dan India. Permasalahan permodalan juga menjadi kendala bagi petani jagung. Kesulitan dana untuk membeli sarana produksi seperti benih unggul, pestisida dan pupuk menjadi hambatan dalam meningkatkan produksi jagung. Jalur pemasaran jagung lokal yang tidak efisien disebabkan banyaknya pedagang perantara sehingga terjadi perbedaan antara harga tingkat petani dengan harga pasar yang mengakibatkan kecilnya marjin yang diterima oleh petani. Akibat daya beli yang

terbatas petani lebih memilih benih jagung asalan yang produktivitasnya rendah sekitar 2 ton /ha daripada benih unggul hibrida yang memiliki potensi produksi 8 ton /Ha. Akibat pemakaian benih yang tidak unggul produktivitas jagung nasional sangat rendah rata-rata hanya 3 ton/ha dibandingkan Thailand yang sudah mencapai 5,2 Ton /Ha dan Amerika sekitar 8,5 Ton/Ha. Dari total areal tanaman jagung di Indonesia yang seluas 3,4 juta hektar hanya 15 persen yang menggunakan benih jagung hibrida. Dengan produktivitas yang rendah menyebabkan biaya produksi jagung lokal per Kg juga meningkat sehingga menurunkan daya saing jagung lokal terhadap jagung impor. Infrastruktur untuk pasca panen merupakan masalah yang penting bagi petani jagung. Panen raya yang jatuh pada bulan Januari Februari tingkat curah hujan di Indonesia cukup tinggi sehingga petani tidak dapat mengandalkan sinar matahari untuk mengeringkan hasil panen jagungnya. Kebutuhan mesin pengering (Dryer) untuk pasca panen jagung merupakan kebutuhan mutlak, namun karena harganya yang sangat mahal petani tidak mampu menyediakan alat tersebut. Akibatnya petani tidak mampu menyediakan jagung yang bermutu sesuai tuntutan industri pakan ternak yang mensyaratkan kadar air maksimal 17 persen dan kandungan Aflatoksin maksimal 150 ppb. Industri pakan ternak sebetulnya lebih menyukai jagung lokal karena lebih segar dan kandungan proteinnya lebih tinggi dibandingkan jagung impor. Namun penanganan pasca panen yang tidak benar menyebabkan kadar air jagung lokal sering kali masih diatas 17 persen dan kandungan Aflatoksinnya tinggi sehingga industri pakan ternak menolak dan memilih jagung impor dengan kualitas yang lebih baik yaitu kadar air 14 persen dan tidak mengandung Aflatoksin. Untuk mendapatkan harga yang tinggi seharusnya petani menjual produksinya di luar musim panen tetapi karena fasilitas silo untuk penyimpanan jagung tidak tersedia maka petani langsung menjual produksinya walaupun dengan harga rendah. Penyimpanan juga merupakan masalah dalam komoditi ini. Penyimpanan di dalam karung dan ditumpuk-tumpuk di dalam gudang menyebabkan penurunan kualitas jagung sangat cepat, akibatnya industri pakan ternak tidak mau membeli jagung lokal karena kualitasnya tidak memenuhi standar SNI (Standar Nasional Indonesia). Dengan demikian penanganan pasca

panen dan penyimpanan yang tepat turut mendukung terjaminnya ketersediaan pasokan bahan baku jagung yang berkualitas bagi indutri pakan ternak Dari berbagai permasalahan di atas maka perlu dilakukan berbagai terobosan baru terutama dalam menetapkan langkah-langkah yang tepat baik dalam bentuk deregulasi maupun debirokratisasi. Pembinaan sumber daya manusia yang terlibat dalam agribisnis jagung, manajemen dan teknologi yang akan digunakan harus dikelola dengan baik sehingga terbentuk sinergi antara petani jagung dengan industri pakan ternak. Dari beberapa pertimbangan tersebut, maka penelitian ini mengambil judul strategi pengembangan agribisnis jagung untuk memenuhi kebutuhan industri pakan ternak. Mengingat kompleksitas permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan tema penelitian ini maka implementasi penelitian ini menggunakan studi kasus di PT. Mega Eltra salah satu perusahaan BUMN dibawah Departemen Perdagangan yang merupakan salah satu distributor pupuk buat para petani dan perkebunan negara dan swasta sekaligus sebagai pedagang dari komoditi pertanian khususnya jagung dan kakao. Selama tahun 2004 perusahaan telah memasok jagung lokal untuk industri pakan ternak sekitar 7.000 ton dan untuk tahun 2005 ditargetkan memasok jagung lokal ke industri pakan ternak sebanyak 12,000 ton. Aktivitas ini diharapkan dapat meningkat terus dan sejalan sesuai dengan visi, misi dan strategi perusahaan yaitu mengembangan bisnis komoditi pertanian melalui peningkatan kualitas dan kuantitas secara berkelanjutan serta meningkatkan pendapatan petani. Selain itu, dengan menggunakan pendekatan studi kasus ini, berbagai fenomena makro yang terjadi dalam agribisnis jagung dikaji dan diupayakan untuk mengatasinya dari sudut pandang mikro. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwasanya dalam mengatasi kondisi jagung Indonesia pada akhirnya tetap akan bertumpu pada bagaimana para pelaku usaha di bidang agribisnis jagung untuk mampu menjalankan aktivitas usahanya dengan meningkatkan nilai tambah yang lebih baik dalam negeri serta meningkatkan ekspor untuk menambah devisa bagi negara.

1.3. Rumusan Masalah Penelitian ini mengkaji kondisi jagung Indonesia yang bersifat makro. Namun implementasi dari strategi yang akan dikembangkan dalam penelitian ini diterapkan pada lingkungan usaha PT. Mega Eltra. Dengan demikian berdasarkan pertimbangan dalam kajian ini dan mempertimbangkan beberapa masalah yang diidentifikasikan pada latar belakang maka ditetapkan beberapa rumusan masalah yang menjadi acuan dalam pemecahan masalah yang dihadapi dalam penelitian ini. Adapun beberapa masalah yang dapat dirumuskan tersebut adalah sebagi berikut : a. Bagaimana kondisi obyektif agribisnis jagung dalam mendukung industri pakan ternak di Indonesia? b. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi keberhasilan pengembangan agribisnis jagung dalam memenuhi kebutuhan industri pakan ternak di Indonesia? c. Strategi apa yang perlu dilakukan oleh pengusaha atau perusahaan (Khususnya PT. Mega Eltra) untuk meningkatkan jaminan supply jagung dengan kualitas yang baik ke industri pakan ternak? 1.4. Tujuan Penelitian Dari rumusan penelitian yang telah ditetapkan tersebut, maka penelitian ini memiliki beberapa tujuan di bawah ini yaitu : 1. Mendiskripsikan kondisi obyektif agribisnis jagung dalam mendukung industri pakan ternak di Indonesia. 2. Mengidentifikasikan faktor-faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan pengembangan agribisnis jagung untuk memenuhi kebutuhan industri pakan ternak. 3. Memformulasikan strategi yang perlu dikembangkan oleh pengusaha atau perusahaan (khususnya PT. Mega Eltra) untuk meningkatkan jaminan supply jagung dengan kualitas yang baik ke industri pakan ternak.