OPTIMASI WATERMARKING PADA CITRA BIOMETRIK MENGGUNAKAN ALGORITME GENETIKA

dokumen-dokumen yang mirip
PERBANDINGAN TEKNIK WATERMARKING CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN DWT-SVD DAN RDWT-SVD. Abstract

BLIND WATERMARKING PADA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN DISCRETE WAVELET TRANSFORM (DWT) DAN SINGULAR VALUE DECOMPOSITION (SVD)

WATERMARKING PADA CITRA DIGITAL BERBASIS DISCRETE WAVELET TRANSFORM DAN SINGULAR VALUE DECOMPOSITION

BLIND WATERMARKING PADA CITRA DIGITAL DALAM DOMAIN DISCRETE COSINE TRANSFORM (DCT) BERBASIS ALGORITMA GENETIKA

WATERMARKING CITRA DIGITAL PADA RUANG WARNA YUV DENGAN KOMBINASI METODE DISCRETE WAVELET TRANSFORM (DWT) DAN SINGULAR VALUE DECOMPOSITION (SVD)

ALGORITMA DETEKSI ADAPTIF BLIND WATERMARKING PADA CITRA DIGITAL DALAM DOMAIN TRANSFORMASI

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

ADAPTIVE WATERMARKING CITRA DIGITAL DENGAN TEKNIK DISCRETE WAVELET TRANSFORM-DISCRETE COSINE TRANSFORM DAN NOISE VISIBILITY FUNCTION

ABSTRAK. Kata kunci : Watermarking, SVD, DCT, LPSNR. Universitas Kristen Maranatha

Penerapan Watermarking pada Citra berbasis Singular Value Decomposition

BLIND WATERMARKING PADA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN DISCRETE WAVELET TRANSFORM (DWT) DAN DISCRETE COSINE TRANSFORM (DCT)

WATERMARKING CITRA DIGITAL YANG TAHAN TERHADAP GEOMETRIC ATTACKS

Kata Kunci : non-blind watermarking, complex wavelet transform, singular value decomposition.

ROBUST BLIND WATERMARKING PADA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN TEKNIK KUANTISASI KOEFISIEN DISCRETE WAVELET TRANSFORM

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

Blind Watermarking Citra Digital Pada Komponen Luminansi Berbasis DCT (Discrete Cosine Transform) Irfan Hilmy Asshidiqi ( )

Watermarking dengan Metode Dekomposisi Nilai Singular pada Citra Digital

OPTIMASI AUDIO WATERMARKING BERBASIS DISCRETE COSINE TRANSFORM DENGAN TEKNIK SINGULAR VALUE DECOMPOSITON MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

Implementasi Algoritma Blind Watermarking Menggunakan Metode Fractional Fourier Transform dan Visual Cryptography

PERANCANGAN AUDIO WATERMARKING BERBASIS DISCRETE WAVELETE TRANSFORM DAN MODIFIED DISCRETE COSINE TRANSFORM DENGAN OPTIMASI ALGORITMA GENETIKA

Teknik Watermarking Citra Digital Dalam Domain DCT (Discrete Cosine Transform) Dengan Algoritma Double Embedding

Watermarking Citra Digital Berwarna Dalam Domain Discrete Cosine Transform (DCT) Menggunakan Teknik Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS)

WATERMARKING CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN GABUNGAN TRANSFORMASI DISCRETE COSINE TRANSFORM DAN SINGULAR VALUE DECOMPOSITION SKRIPSI

WATERMARKING PADA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN TEKNIK MODIFIKASI INTENSITAS PIKSEL DAN DISCRETE WAVELET TRANSFORM (DWT)

WATERMARKING CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN TRANSFORMASI HYBRID DWT DAN DCT SKRIPSI. Oleh : Ali Ischam J2A

PENERAPAN DISCRETE DAUBECHIS WAVELET TRANSFORM D A L A M W A T E R M A R K I N G C I T R A D I G I T A L

PENYISIPAN WATERMARK MENGGUNAKAN METODE DISCRETE COSINE TRANSFORM PADA CITRA DIGITAL

PERBANDINGAN KUALITAS WATERMARKING DALAM CHANNEL GREEN DENGAN CHANNEL BLUE UNTUK CITRA RGB PADA DOMAIN FREKUENSI ABSTRAK

EKSTRAKSI CIRI CITRA TELAPAK TANGAN DENGAN ALIHRAGAM GELOMBANG SINGKAT HAAR MENGGUNAKAN PENGENALAN JARAK EUCLIDEAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

DIGITAL WATERMARKING PADA CITRA DIGITAL FOTOGRAFI METODE DISCRETE WAVELET TRANSFORM

Kriptografi Visual Berbasis Model CMY Menggunakan Mask Hitam Putih Untuk Hasil Digital Watermarking Menggunakan Teknik Penggabungan DWT Dan DCT

Watermarking Video Menggunakan Transformasi Wavelet Diskrit

STUDI DAN IMPLEMENTASI WATERMARKING CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN FUNGSI HASH

WATERMARKING DENGAN METODE DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR PADA CITRA DIGITAL

WATERMARKING PADA BEBERAPA KELUARGA WAVELET

OPTIMASI AUDIO WATERMARKING BERBASIS DISCRETE WAVELET TRANSFORM (DWT) DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK M-ARY MENGGUNAKAN ALGORTIMA GENETIKA

Penyembunyian Pesan Rahasia Dalam Gambar dengan Metoda JPEG - JSTEG Hendry Hermawan / ABSTRAK

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM. linear sequential (waterfall). Metode ini terdiri dari empat tahapan yaitu analisis,

ANALISIS DIGITAL AUDIO WATERMARKING BERBASIS LIFTING WAVELET TRANSFORM PADA DOMAIN FREKUENSI DENGAN METODE SPREAD SPECTRUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

Teknik Watermarking dalam Domain Wavelet untuk Proteksi Kepemilikan pada Data Citra Medis

KINERJA SKEMA PEMBERIAN TANDA AIR PADA CITRA DIGITAL BERBASIS KOMPUTASI NUMERIK

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

TEK IK PEMBUKTIA KEPEMILIKA CITRA DIGITAL DE GA WATERMARKI G PADA DOMAI WAVELET

LOGO PEMBERIAN TANDA AIR MENGGUNAKAN TEKNIK KUANTISASI RATA-RATA DENGAN DOMAIN TRANSFORMASI WAVELET DISKRIT. Tulus Sepdianto

FRAGILE IMAGE WATERMARKING BERBASIS DCT DENGAN OPERATOR EVOLUSI HYBRID OF PARTICLE SWARM OPTIMIZATION

Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 2, Nomor 1, Januari 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Aplikasi Metode Steganografi Berbasis JPEG dengan Tabel Kuantisasi yang Dimodifikasi Kris Reinhard /

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. Citra digital sebenarnya bukanlah sebuah data digital yang normal,

Digital Watermarking Image dengan Menggunakan Discrete Wavelet Transform dan Singular Value Decomposition (DWT-SVD) untuk Copyright Labeling

Kombinasi Teknik Steganografi dan Kriptografi dengan Discrete Cosine Transform (DCT), One Time Pad (OTP) dan PN-Sequence pada Citra Digital

ANALISA WATERMARKING MENGGUNAKAN TRASNFORMASI LAGUERRE

KOMPRESI JPEG 2000 PADA CITRA DIGITAL DENGAN TRANSFORMASI WAVELET DISKRIT

ANALISA PERBANDINGAN METODE DISCRETE COSINE TRANSFORM (DCT) DAN SINGULAR VALUE DECOMPOSITION (SVD) PADA IMAGE WATERMARKING

Jurnal Rekursif, Vol. 4 No. 2 Juni 2016, ISSN

WATERMARKI G PADA DOMAI FREKUE SI U TUK MEMBERIKA IDE TITAS (WATERMARK) PADA CITRA DIGITAL

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

PERANCANGAN DAN ANALISIS STEGANOGRAFI VIDEO DENGAN MENYISIPKAN TEKS MENGGUNAKAN METODE DCT

AUDIO WATERMARKING DENGAN DISCRETE WAVELET TRANSFORM DAN HISTOGRAM MENGGUNAKAN OPTIMASI ALGORITMA GENETIKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KETAHANAN WATERMARKING TERHADAP SERANGAN KOMPRESI JPEG

VERIFIKASI KEPEMILIKAN CITRA MEDIS DENGAN KRIPTOGRAFI RSA DAN LSB WATERMARKING SKRIPSI. Oleh : Satya Sandika Putra J2A

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peringkasan Teks

Rancang Bangun Perangkat Lunak Transformasi Wavelet Haar Level 3 Pada Least Significant Bit (Lsb) Steganography

A B C D E A -B C -D E

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 1

PENINGKATAN KECEPATAN PROSES PADA METODE COLOR ORDERING DAN MAPPING DENGAN PENDEKATAN DELAPAN-KETETANGGAAN

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Jenis Penelitian

IMPLEMENTASI STEGANOGRAPHY MENGGUNAKAN ALGORITMA DISCRETE COSINE TRANSFORM

Grafik yang menampilkan informasi mengenai penyebaran nilai intensitas pixel-pixel pada sebuah citra digital.

Pengurangan Noise pada Citra Menggunakan Optimal Wavelet Selection dengan Kriteria Linear Minimum Mean Square Error (LMMSE)

BAB III ANALISIS. 3.1 Dekomposisi Citra Digital yang Akan Disisipi Watermark

Studi Perbandingan Metode DCT dan SVD pada Image Watermarking

LAPORAN AKHIR PENELITIAN PEMULA

ANALISIS DAN SIMULASI STEGANOGRAFI VIDEO MENGGUNAKAN METODE WAVELET PADA FRAME YANG DIPILIH BERDASARKAN DETEKSI FASA

Analisis Hasil Proses Pemampatan JPEG dengan Metode Discrete Cosine Transform

EKSTRAKSI CIRI CITRA TELAPAK TANGAN DENGAN ALIHRAGAM GELOMBANG SINGKAT HAAR MENGGUNAKAN PENGENALAN JARAK EUCLIDEAN PADA SISTEM PRESENSI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latarbelakang

PERBAIKAN KUALITAS CITRA BERWARNA DENGAN METODE DISCRETE WAVELET TRANSFORM (DWT)

APLIKASI ALGORITMA SEMI FRAGILE IMAGE WATERMARKING BERDASARKAN PADA REGION SEGMENTATION

STMIK MDP. Program Studi Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil Tahun 2011/2012

Pemampatan Citra Warna Menggunakan 31 Fungsi Gelombang-Singkat

SISTEM PENGENALAN BUAH MENGGUNAKAN METODE DISCRETE COSINE TRANSFORM dan EUCLIDEAN DISTANCE

2

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM. Pembahasan analisa program meliputi tahapan analisis, perancangan dan pembuatan.

PRESENTASI TUGAS AKHIR KI091391

Penggunaan Teknik Watermarking Menggunakan Metode Discrete Cosine Transform (DCT) dalam Perlindungan Hak Cipta Dokumen Citra Digital

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENYEMBUNYIAN GAMBAR DALAM GAMBAR MENGGUNAKAN SISTEM FUNGSI ITERASI ABSTRAK

VIDEO WATERMARKING UNTUK PERLINDUNGAN HAK CIPTA DENGAN ALGORITMA KOCH ZHAO

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

Skema Digital Watermarking Citra dengan Metode TLDCT dan Chinese Remainder Theorem

APLIKASI WATERMARKING CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN TRANSFORMASI INTEGER TRIPLET

DIGITAL WATERMARKING IMAGE DENGAN MENGGUNAKAN DISCRETE WAVELET TRANSFORM (DWT) DAN SINGULAR VALUE DECOMPOSITION (SVD) UNTUK COPYRIGHT LABELING SKRIPSI

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

OPTIMASI WATERMARKING PADA CITRA BIOMETRIK MENGGUNAKAN ALGORITME GENETIKA Muhammad Rifqi Fadhilah *), Imam Santoso, and Ajub Ajulian Zahra Departemen Teknik Elektro, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto, SH, Kampus UNDIP Tembalang, Semarang 50275, Indonesia *) E-mail: m.rifqifadhilah@gmail.com Abstrak Watermarking atau tanda air dapat diartikan sebagai suatu teknik penyisipan informasi pada suatu berkas lainnya untuk ditumpangi, baik itu berupa citra, video, ataupun berkas lainnya. Pada penerapannya, proses watermarking tidak menyisipkan informasi secara sembarang, tetapi perlu memperhatikan parameter-parameter yang sesuai agar hasil menjadi optimal. Hasil watermarking bisa dikatakan optimal jika memiliki nilai invisibility dan robustness yang tinggi. Salah satu metode yang bisa digunakan untuk mencari parameter tersebut adalah Algoritme Genetika. Program watermarking pada penelitian ini diterapkan pada citra biometrik menggunakan domain Discrete Wavelet Transform dan Singular Value Decomposition. Penelitian ini menggunakan citra biometrik yaitu citra wajah sebagai citra host dan citra sidik jari sebagai citra watermark. Setelah dilakukan proses watermarking, dilakukan serangan-serangan untuk menguji ketahanan dari citra tersebut seperti pemberian derau salt & pepper, rotasi citra, penambahan teks dan pemampatan citra. Berdasarkan hasil pengujian didapatkan nilai invisibility yang sangat baik dari hasil watermarking dengan nilai Peak Signal to Noise Ratio paling tinggi 47,78767 db. Tingkat robustness yang dimiliki juga cukup baik setelah dilakukan serangan dengan nilai Normalized Correlation tertinggi 0,9850766. Kata kunci : watermarking, DWT, SVD, Algoritme Genetika. Abstract Watermarking can be interpreted as a technique to hide information on another file such as images, videos etc. In its application, the watermarking process does not hide information randomly, but it is necessary to consider the appropriate parameters for optimal results. Watermarking results can be said to be optimal if it has a high value of invisibility and robustness. One of method that can be used to find these parameters is Genetic Algorithm. The watermarking program in this research is applied to biometric image using Discrete Wavelet Transform and Singular Value Decomposition. This research use face image as host image and fingerprint image as watermark image. After watermarking process, the attacks to test the robustness of the image such as giving salt & pepper noise, image rotation, text addition and image compression. Based on test result got very good invisibility value with highest value of Peak Signal to Noise Ratio 47,78767 db. Robustness level is also good after the attack with the highest Normalized Correlation value 0.9850766. Keywords: watermarking, DWT, SVD, Genetic Algorithm. Pendahuluan Internet merupakan media penyebaran dan pertukaran data yang sangat luas serta cepat, termasuk untuk datadata multimedia. Data-data multimedia yang dikirimkan melalui internet perlu mendapat perlindungan dari pembajakan atau akses dari pihak yang tidak berwenang. Untuk memberikan solusi terhadap permasalahan tersebut, maka dibutuhkan teknologi digital sebagai pelindung data, Digital Watermarking merupakan solusi yang tepat untuk melindungi data multimedia. Watermarking atau tanda air dapat diartikan sebagai suatu teknik penyisipan dan atau penyembunyian informasi yang bersifat rahasia pada suatu data lainnya untuk ditumpangi, tetapi orang lain tidak menyadari adanya kehadiran data tambahan pada data host-nya, sehingga seolah-olah tidak ada perbedaan berarti antara data host sebelum dan sesudah proses watermarking[2]. Sebelumnya telah ada penelitian tentang watermarking citra digital menggunakan Discrete Wavelet Transform (DWT) dikombinasikan dengan metode Singular Value Decomposition (SVD)[3]. Pada penelitian tersebut DWT digunakan untuk mentransformasi citra digital, sedangkan SVD digunakan sebagai proses penyisipan dan ekstraksi

TRANSIENT, VOL. 6, NO. 4, DESEMBER 207, ISSN: 2302-9927, 66 watermark. Untuk memendapatkan hasil citra watermark yang optimal, maka dibutuhkan metode optimasi, salah satunya metode Algoritme Genetika. Metode algoritme genetika tersebut digunakan dalam proses menyisipkan citra watermark agar mencapai nilai invisibility dan ketahanan (robustness) yang baik[4]-[7]. Algoritme genetika adalah metode optimasi yang digunakan untuk mencari posisi penyisipan watermark terbaik[8]. Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa untuk mencapai citra hasil watermarking berbasis DWT yang optimal, hanya jika watermarking digunakan atau disisipkan pada subband wavelet tertentu dan dengan menggunakan nilai-nilai parameter tertentu pula. Teknik watermarking dengan metode optimasi tersebut juga telah diterapkan pada citra biometrik dan digunakan untuk sistem autentikasi biometrik multimodal[], dimana dalam satu penelitian dilakukan proses optimasi watermarking menggunakan dua data biometrik.. Penelitian tersebut dilakukan menggunakan metode transformasi Discrete Cosine Transform (DCT) dan algoritme optimasi Particle Swarm Optimization (PSO). PSO pada penelitian tersebut digunakan untuk mencari koefisien DCT terbaik agar proses watermarking menjadi optimum. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengurangi bandwidth meningkatkan tingkat keamanan pada sistem autentikasi biometrik multimodal. Penelitian ini melakukan penelitian lebih lanjut tentang penerapan teknik watermarking pada citra biometrik. Pada penelitian ini menggunakan metode Discrete Wavelet Transform (DWT) untuk tranformasi citra digital dan Singular Value Decomposition (SVD) sebagai metode penyisipan serta ekstraksi. Selain itu, Penelitian ini menggunakan metode Algoritme Genetika agar hasil menjadi optimal. 2. Metode 2.. Algoritme dan Diagram Sistem Sistem yang dirancang adalah perangkat lunak watermarking citra biometrik dengan menggunakan Algoritme Genetika. Sistem ini bekerja dengan menyisipkan citra sidik jari ke dalam citra wajah dengan menggunakan metode kombinasi antara Discrete Wavelet Transform (DWT) dan Singular Value Decomposition yang akan ditentukan parameter watermarking optimum menggunakan metode optimasi Algoritme Genetika dengan melakukan beberapa iterasi. Berikut adalah garis besar proses yang dilakukan dalam sistem watermarking ini : ) Inisialisasi ukuran populasi, jumlah generasi yang akan dilakukan dan probabilitas mutasi. 2) Membangkitkan generasi awal dari individu algoritme genetika secara acak. 3) Untuk setiap generasi terdapat populasi yang dilakukan : Gambar. Diagram alir proses watermarking denganalgoritme Genetika a. Dekomposisi citra host menjadi empat subband yaitu Low-Low (LL), High-Low (HL), Low-High (LH), dan High-High (HH), kemudian menerapkan SVD pada salah satu band tersebut. b. Mengubah nilai singular citra asli (host) dengan nilai dari citra watermark. c. Menggunakan IDWT untuk mendapatkan citra wajah yang telah dilakukan watermark. d. Melakukan beberapa serangan (attack) terhadap citra wajah yang telah disisipkan citra watermark (citra sidik jari). e. Mengekstraksi citra watermark (citra sidik jari) dari setiap citra wajah yang telah dilakukan serangan. f. Mengubah nilai-nilai singular untuk setiap koefisien subband dari citra yang sudah dilakukan watermark. g. Mendapatkan citra sidik jari dari proses ekstraksi. h. Melakukan evaluasi nilai fitness. i. Memilih individu dengan nilai fitness terbaik. j. Membangkitkan populasi baru dengan melakukan proses pindah silang dan mutasi pada individu yang terpilih. 4) Proses pada poin 3 dilakukan secara berulang-ulang sesuai dengan jumlah generasi yang ditentukan. 5) Parameter watermarking yang optimal didapatkan. 2.2. Watermarking Proses watermarking bekerja dengan cara menyisipkan citra sidik jari sebagai citra watermark ke dalam citra wajah yang berperan sebagai citra host.

TRANSIENT, VOL. 6, NO. 4, DESEMBER 207, ISSN: 2302-9927, 67 2.2.. Proses Penyisipan Watermarking dimana MSE = Mean Square Error, m = dimensi kolom citra, n = dimensi baris citra, h = komponen warna citra, (x, y, h) = koordinat piksel citra, I(x, y, h) = citra hasil watermarking dan I (x, y, h) = citra asli/host. 2.2.2. Proses Ekstraksi Watermarking Gambar 2. Diagram alir proses penyisipan watermarking Dalam penyisipan watermarking, citra RGB akan dikonversi menjadi komponen warna YUV untuk lebih memudahkan komputasi dan segmentasi citra. Citra biometrik akan ditransformasi dan didekomposisi menggunakan DWT dan SVD[3]. Setelah dilakukan penyisipan citra sidik jari, maka dilakukan inverse SVD dan IDWT untuk merekonstruksi kembali citra. Komponen warna YUV akan dikembalikan ke RGB agar citra wajah hasil watermarking memiliki penampilan yang sama dengan citra aslinya. Setelah dilakukan penyisipan watermarking, citra akan dinilai performansinya terutama secara invisibility dengan menggunakan nilai Peak Signal to Noise Ratio (PSNR) dengan persamaan PSNR = 20 log 0 ( Q MSE(R)+MSE(G)+MSE(B) 3 ) () MSE(h) = m n [I(x, y, h) mn x= I (x, y, h)] 2 y= (2) Gambar 3. Diagram alir proses ekstraksi watermarking Dalam ekstraksi watermarking, proses yang dilakukan hampir sama dengan proses yang ada pada penyisipan watermarking. Sebelum melakukan ekstraksi, citra hasil watermarking terdapat dua pilihan yaitu tidak melakukan serangan terhadap citra hasil watermarking dan tidak melakukan serangan sama sekali. Tetapi, proses utama yang dilakukan pada ekstraksi watermarking tetap sama. Setelah dilakukan ekstraksi watermarking, citra hasil ekstraksi akan dinilai kemiripannya dengan citra asli menggunakan nilai Normalized Correlation (NC) dengan persamaan : NC = (W x W ) W 2 W 2 (3)

TRANSIENT, VOL. 6, NO. 4, DESEMBER 207, ISSN: 2302-9927, 68 dimana W = citra watermark asli dan W = citra watermark hasil ekstraksi. 2.3. Discrete Wavelet Transform (DWT) DWT berfungsi untuk dekomposisi citra menjadi beberapa subband sebagai posisi penyisipan citra watermark. Dekomposisi pada tingkat pertama akan menghasilkan 4 subband, yaitu Low-Low (LL), High-Low (HL), Low-High (LH) dan High-High (HH). LL Gambar 4. Subband hasil dekomposisi wavelet pada tingkat pertama 2.4. Singular Value Decomposition (SVD) Singular Value Decomposition adalah suatu teknik untuk mendekomposisi matriks berukuran apa saja untuk mempermudah pengolahan data[3]. Hasil dari SVD adalah nilai singular yang disimpan dalam sebuah matriks diagonal. Nilai singular menyimpan informasi yang sangat penting tentang citra, yang berkontribusi paling besar terhadap variasi citra secara keseluruhan, yang disimpan pada nilai singular yang pertama. Pada matriks diagonal, nilai singular diurutkan dari nilai yang paling besar, nilai singular selanjutnya akan bernilai semakin kecil. Jadi apabila SVD ini diterapkan pada matriks berukuran sangat besar, akan ada banyak sekali nilai singular yang nilainya terlalu kecil. Nilai singular yang sangat kecil ini dapat diabaikan pada saat proses rekontruksi citra tanpa mempengaruhi kualitas dari citra rekontruksi[9]. SVD tergolong ke dalam teknik non-blind watermarking, karena membutuhkan citra asli dan citra berisi watermark untuk melakukan proses ekstraksi. 2.5. Algoritme Genetika HL LH HH Algoritme Genetika merupakan algoritme pencarian yang didasarkan pada mekanisme seleksi alamiah dan genetika alamiah[0]. Algoritme Genetika banyak digunakan pada masalah praktis yang berfokus pada pencarian parameterparameter optimal. Keuntungan penggunaan Algoritme Genetika terlihat dari kemudahan implementasi dan kemampuannya untuk menemukan solusi yang bias diterima secara cepat untuk masalah-masalah berdimensi tinggi. Ada beberapa komponen dan tahapan Algoritme Genetika yang dipakai pada penelitian ini. yang ditunjukkan pada Gambar. Pada tahap Evaluasi Individu akan dilakukan perhitungan nilai fungsi fitness. Fungsi fitness berfungsi sebagai ukuran performansi suatu individu. Individu yang memiliki nilai fitness tertinggi yang akan dipilih sebagai individu terbaik. Fungsi fitness akan dihitung menggunakan persamaan Fitness = invisibility + robustness. (4) Invisibility diwakilkan dengan nilai PSNR sedangkan robustness diwakilkan dengan nilai NC. Karena tujuan fungsi fitness di atas adalah untuk mendapatkan nilai invisibility dan robustness yang seimbang, maka skala nilai kedua parameter tersebut harus sama. Parameter robustness memiliki skala 0 00 yang merupakan nilai Normalized Corelation (0 ) dikali 00. Sedangkan nilai invisibility yang akan diambil dari PSNR citra terwatermark dengan skala 0 -. Oleh karena itu nilai PSNR akan diubah skalanya dengan menggunakan mekanisme berikut. if (psnr <= 0) invisibility = 0; elseif (0 < psnr < 50) invisibility =((psnr - 0)/4)*0; else invisibility = 00; Rentang nilai 0-50 db diambil berdasarkan tabel kualitas citra hasil watermarking[3]. 3. Hasil dan Analisa 3.. Pengujian Hasil Watermarking Pada penelitian ini digunakan komponen warna YUV dan menggunakan 0 pasang citra biometrik sebagai citra pengujian, yaitu citra wajah dan citra sidik jari. Citra wajah yang yang digunakan berjumlah 0 citra, begitu pula dengan citra sidik jari. Dari hasil pengujian didapatkan posisi subband terbaik berada pada subband HH (High-High) dan citra sidik jari disisipkan pada komponen warna citra Y serta nilai alfa 0,. Nilai alfa merupakan faktor insentitas yang menentukan kekuatan watermark. LL LH HL HH Gambar 5. Posisi subband terbaik untuk penyisipan watermarking

Normalized Correlation TRANSIENT, VOL. 6, NO. 4, DESEMBER 207, ISSN: 2302-9927, 69 NC akan menunjukkan kemiripan antara citra sidik jari asli dengan citra sidik jari hasil ekstraksi. 3.2.. Rotasi Citra Pada pengujian dengan serangan rotasi citra, citra wajah yang berisi citra sidik jari akan dirotasi dengan sudut kemiringan 45, 90 dan 80 derajat. Gambar 6. Perbandingan citra wajah asli dan citra wajah hasil watermarking. Gambar 7. Perbandingan citra sidik jari asli dan citra sidik jari hasil ekstraksi watermarking. Tabel. Hasil Watermarking dengan Algoritme Genetika Citra PSNR (db) NC Kresna.bmp 46,2375 0,9999999 Arief.bmp 47,78767 0,9999999 Fuad.bmp 39,0742 0,9999999 ArifM.bmp 44,54799 0,9999999 Albert.bmp 39,443 0,9999999 Rifqi.bmp 42,80763 0,9999999 RifkiF.bmp 40,9673 0,9999999 Lidya.bmp 45,43272 0,9999999 Bangun.bmp 40,07966 0,9999999 Lulu.bmp 42,37569 0,9999999 Gambar 6 dan 7 merupakan hasil watermarking yang didapat. Tidak terlihat adanya perbedaan yang besar dari citra wajah asli dengan citra wajah yang berisi citra sidik jari, begitu pula dengan citra sidik jari asli dengan citra sidik jari hasil ekstraksi watermarking juga tidak terdapat perbedaan yang besar secara penglihatan mata. Tabel memperlihatkan bahwa kinerja hasil penyisipan dan ekstraksi watermarking dengan optimasi Algoritme Genetika yang dilakukan sudah memiliki performansi yang sangat baik. Hasil PSNR tertinggi yang didapat adalah bernilai 47,78767 db, sedangkan nilai NC untuk semua percobaan adalah 0,99999. 3.2. Pengujian Ketahanan (Robustness) Watermark Pengujian ketahanan watermark atau pengujian robustness yang dimaksud adalah pengujian dengan melakukan serangan-serangan terhadap citra wajah hasil watermarking yang berisi citra sidik jari. Parameter yang dilihat untuk mengetahui ketahanan atau robustness dari adalah berdasarkan nilai Normalized Correlation (NC).,2 0,8 0,6 0,4 0,2 0 45 derajat 90 derajat 80 derajat Gambar 8. Perbandingan nilai NC dengan serangan rotasi citra Gambar 8 memperlihatkan grafik perbandingan nilai NC dari hasil ekstraksi sepuluh pasang citra yang telah diberi serangan rotasi citra. Hasil ekstraksi citra sidik jari banyak mengalami kerusakan pada rotasi 45 derajat dengan nilai NC paling rendah berada pada nilai 0,222325 dan nilai NC paling tinggi sebesar 0,8498722. Sedangkan pada saat diberi serangan rotasi 90 dan 80 derajat, hasil ekstraksi citra sidik jari tidak rusak dan mendapatkan nilai NC mendekati yang berarti hasil tersebut sangat baik. 3.2.2. Derau Salt & Pepper Sudut Kemiringan Pada pengujian dengan serangan derau salt & pepper, citra wajah yang berisi citra sidik jari akan diberi derau yang menyerupai titik-titik garam dan merica (salt & pepper). Jumlah piksel pada citra yang dipengaruhi atau diserang derau salt & pepper bergantung pada kepadatan derau dikalikan dengan jumlah elemen array dari citra yang diserang. Pengujian ini menggunakan variasi kepadatan derau dengan nilai 0,00, 0,0 dan 0,. Gambar 9 memperlihatkan bahwa serangan derau salt & pepper dapat merusak citra hasil ekstraksi, meskipun ada beberapa citra sidik jari yang menghasilkan nilai NC mendekati. Semakin tinggi kepadatan derau salt & pepper yang digunakan, maka nilai NC citra sidik jari hasil ekstraksi semakin menurun. Kepadatan noise sangat berpengaruh terhadap ketahanan citra hasil watermarking. Kepadatan derau dengan nilai 0,00 menghasilkan nilai NC yang cukup tinggi yaitu berkisar 0,84 hingga 0,97,

Normalized Correlation Normalized Correlation Normalized Correlation TRANSIENT, VOL. 6, NO. 4, DESEMBER 207, ISSN: 2302-9927, 620 tetapi kepadatan derau dengan nilai 0, memiliki NC yang sangat rendah dengan rentang nilai hanya 0,20 0,38 saja.,2 0,8 0,6 0,4 0,2 0 Gambar 9. Perbandingan nilai NC dengan serangan derau salt & pepper. 3.2.3. Penambahan Teks Pada pengujian ini, citra wajah hasil watermarking akan ditambahkan teks atau tulisan. Masing-masing citra yang sudah berisi citra sidik jari akan ditambahkan tulisan Teknik Elektro UNDIP.,005 0,995 0,99 0,985 0,98 0,975 0,97 0,965 0,00 0,0 0, Kepadatan Derau Hasil Ekstraksi Gambar 0. Perbandingan nilai NC dengan penambahan teks. Gambar 0 menunjukkan bahwa semua citra memiliki nilai NC yang sangat baik yaitu mendekati. Dari Gambar 8 dapat diketahui bahwa nilai NC paling rendah diperoleh citra Bangun.bmp dengan nilai 0,9793882. Walaupun mendapatkan nilai NC paling rendah, hasil ekstraksi citra Bangun.bmp masih bisa dikatakan sangat baik karena mendekati angka. 3.2.4. Pemampatan Citra JPEG Kresna.bmp Arief.bmp Fuad.bmp ArifM.bmp Albert.bmp Rifqi.bmp RifkiF.bmp Lidya.bmp Bangun.bmp Lulu.bmp Dalam serangan pemampatan citra JPEG ini, digunakan nilai Quality Factor (QF) yang memiliki skala 0-00. QF yang semakin kecil akan mengubah ukuran citra asli semakin kecil pula. Pada pengujian yang dilakukan, dipilih nilai QF 75, 85, dan 95. Pemilihan nilai QF ini mengacu pada batas minimum agar suatu citra dikatakan usable dimana citra harus tahan terhadap serangan pemampatan citra JPEG minimum dengan nilai QF 75-00[4]. 0,98 0,96 0,94 0,92 0,9 0,88 Gambar. Perbandingan nilai NC dengan serangan pemampatan citra JPEG. Gambar menunjukkan bahwa nilai NC yang diperoleh sudah cukup baik karena semua citra hasil ekstraksi watermarking memiliki nilai NC mendekati. Setiap citra mengalami peningkatan nilai NC saat nilai QF semakin besar. Hal ini memperlihatkan bahwa saat nilai QF untuk pemampatan citra JPEG semakin tinggi, maka nilai NC citra haisl ekstraksi watermarking yang dihasilkan juga semakin baik. 4. Kesimpulan 0,75 0,85 0,95 Quality Factor Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan, didapatkan bahwa proses watermarking citra biometrik menggunakan Algoritme Genetika memiliki tingkat invisibility yang sangat baik dengan nilai PSNR berkisar 39-47 db. Nilai ketahanan (robustness) yang dimiliki juga sudah cukup baik. Citra hasil watermarking memiliki tingkat ketahanan yang baik saat diserang rotasi citra dengan sudut kemiringan 90 o dan 80 o, penambahan teks, derau salt & pepper dengan kepadatan yang kecil serta pemampatan citra JPEG. Semua citra biometrik hasil watermarking memiliki nilai NC yang mendekati saat mengalami serangan tersebut. Namun citra biometrik hasil watermarking masih memiliki tingkat ketahanan yang rendah jika mengalami serangan rotasi citra dengan sudut kemiringan selain sudut siku (90 o ) dan sudut lurus (80 o ). Hal ini terlihat saat diserang dengan rotasi citra 45 o, citra hasil ekstraksi menjadi rusak dengan nilai NC paling rendah 0,222325. Hal yang sama juga terjadi saat citra biometrik hasil watermarking diserang dengan derau salt & pepper dengan kepadatan derau yang tinggi. Saat citra diserang derau salt & pepper dengan kepadatan 0,, citra sidik jari hasil ekstraksi menjadi sangat buruk

TRANSIENT, VOL. 6, NO. 4, DESEMBER 207, ISSN: 2302-9927, 62 dengan nilai NC paling rendah 0,208989. Penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut dengan juga mengaplikasikannya langsung ke dalam sistem autentikasi atau pengenalan citra biometrik seperti pengenalan sidik jari untuk memeriksa apakah citra sidik jari hasil watermarking tersebut dapat dideteksi dan terverifikasi untuk sistem pengenalan. Selain itu algoritme optimasi lain juga bisa digunakan seperti Particle Swarm Optimization (PSO) dan algoritme evolusi lainnya agar hasil watermarking bisa lebih baik lagi. Referensi [] P. Bedi, R. Bansal, and P. Sehgal, Multimodal Biometric Authentication using PSO based Watermarking, Procedia Technol., vol. 4, pp. 62 68, 202. [2] R. Munir, Pengolahan Citra Digital dengan Pendekatan Algoritmik. Bandung: Penerbit Informatika, 2004. [3] A. C. Simanjuntak, Watermarking Citra Digital pada Ruang Warna YUV dengan Kombinasi MEtode Discrete Wavelet Transform (DWT) dan Singular Value Decomposition (SVD). [4] B. K. Balaka, T. A. Bw, and S. Violina, Analisis dan Implementasi Algoritma Genetika Pada Watermarking Citra Dalam Domain Discrete Wavalet Transform Menggunakan Haar Wavelet, pp. 5, 200. [5] P. Surekha and S. Sumathi, Implementation Of Genetic Algorithm For A DWT Based Image Watermarking Scheme, pp. 244 252. [6] S. S. M. Ziabari, The Optimized Image Watermarking Using Genetic Algorithm, pp. 359 363, 203. [7] D. Lee, T. Kim, S. Lee, and J. Paik, Genetic Algorithm- Based Watermarking in Discrete Wavelet Transform Domain, pp. 709 76, 2006. [8] T. Sridevi and S. S. Fatima, Digital Image Watermarking Using Genetic Algorithm in DWT and SVD Transform, pp. 485 490. [9] L. A. Tyas. Watermarking Citra Digital Berbasis DWT- SVD dengan Detektor Non-Blind. Skripsi S-. Semarang: Universitas Diponegoro; 20. [0] D. E. Goldberg, Genetic Algorithms in Search, Optimization, and Machine