ARTIKEL ILMIAH. Untuk memenuhi salah satu persyaratan guna mencapai Gelar Sarjana Keperawatan. Oleh : Riki Indra Wijaya NIM.

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG RESUSITASI JANTUNG PARU DENGAN SELF EFFICACY PERAWAT DI RSUD WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETERAMPILAN PERAWAT DALAM MELAKUKAN TINDAKAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR

DAFTAR PUSTAKA. Abdullah, A Definisi dan Jenis Pengetahuan.

Dinamika Kesehatan, Vol. 8 No. 1, Juli 2017 Khalilati, et. al., hubungan tingkat pengetahuan..

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG RESUSITASI JANTUNG PARU DENGAN SELF EFFICACY PERAWAT DI RSUD WONOGIRI SKRIPSI

Oleh. Lila Fauzi, Anita Istiningtyas 1, Ika Subekti Wulandari 2. Abstrak

PENDAHULUAN. RJP. Orang awam dan orang terlatih dalam bidang kesehatanpun dapat. melakukan tindakan RJP (Kaliammah, 2013 ).

ABSTRAK. Kata Kunci : Pengetahuan basic life suport, perilaku perawat, primary survey.

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PADA KLIEN STROKE DI RSUD WATES

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN DENGAN PELAKSANAAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN) DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015.

Sartika Tolingguhu NIM :

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN SALURAN ASI DI BPM SUWARNI SIDOHARJO SRAGEN

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

BAB III METODE PENELITIAN. beberapa variabel. Dengan teknik korelasi dapat diketahui hubungan variasi

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL(MAKP) DI INSTALASI RAWAT INAP

E-Jurnal Sariputra, Oktober 2016 Vol. 3(3)

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KADER DENGAN SIKAP KADER TENTANG POSYANDU BALITA DI DESA PENGKOK KEDAWUNG SRAGEN

PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN PERILAKU PERAWAT

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN SIKAP PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

PANDUAN PELAYANAN RESUSITASI RUMAH SAKIT PUSAT PERTAMINA BAB I

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN PENERAPAN KOMPENSASI PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD MUNTILAN NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang sedang terjadi sekarang ini permasalahan yang

Umi Sa adah, Asih Setyorini

Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat...

PENCAPAIAN KOMPETENSI TINDAKAN SUCTION DALAM PEMBELAJARAN PRAKTEK KLINIK MELALUI METODA BEDSIDE TEACHING

BAB I PENDAHULUAN. akan mengalami penurunan toleransi terhadap aktivitas fisik, penurunan kualitas

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB III METODE PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN PERAWAT DALAM MENGHADAPI CARDIAC ARREST DI RSUP PROF R. D. KANDOU MANADO

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA USIA TAHUN DI RW 08 KELURAHAN SUKUN KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi kegawatdaruratan dapat terjadi dimana saja, kapan saja dan sudah menjadi

HUBUNGAN PERAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KESEMBUHAN PADA PENDERITA TB PARU DI BALAI PENGOBATAN PENYAKIT PARU-PARU UNIT MINGGIRAN YOGYAKARTA

EKA PUTRI CHRYSMADANI NIM: P

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT DAN PERAN PERAWAT SEBAGAI PELAKSANA DALAM PENANGANAN PASIEN GAWAT DARURAT DENGAN GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang

PERSEPSI MAHASISWA TENTANG METODE PENGAJARAN DOSEN DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA KEPERAWATAN STIKES AISYIYAH SURAKARTA

JST Kesehatan, Januari 2015, Vol.5 No.1 : ISSN

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU ANGKATAN 2011

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan desain penelitian studi korelasional yang merupakan penelitian

Berikut ini akan dijelaskan batasan variabel penelitian dan indikatornya, seperti dalam Tabel. 1, berikut ini:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

HUBUNGAN MOTIVASI, KOMPETENSI DAN BEBAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI TESIS

BAB III METODA PENELITIAN. korelasional karena peneliti mencoba menggambarkan dan. indepeden dan variabel dependen (Notoatmodjo, 2002).

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KEGAWATAN NAFAS DENGAN SIKAP PERAWAT DALAM PEMBERIAN BHD DI RUANG IGD DAN ICU RSUD dr. SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA `KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 KOTA SUKABUMI

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 86-94

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN PERAN PERAWAT SEBAGAI EDUKATOR DI RUANG RAWAT INAP RSUD KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN

HUBUNGAN KINERJA PERAWAT DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan cross sectional. Pendekatan cross sectional ialah suatu

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN KEPERAWATAN DENGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP DI RSU BETHESDA GMIM TOMOHON

PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT BERHUBUNGAN DENGAN WAKTU LEPAS TALI PUSAT

BAB III METODE PENELITIAN

Keterangan : = Sampel = Populasi e = Nilai Kritis / batas ketelitian 5 %

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN KELENGKAPAN DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN DI RSUD dr.soekardjo KOTA TASIKMALAYA

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: Rr. Sri Nuriaty Masdiputri NIM:

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI BPS ERNAWATI BOYOLALI

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah Descriptive Correlation yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian deskriptif. analitik Comparative Study dengan pendekatan cross sectional.

HUBUNGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP MELATI RSUD SUBANG. Ibrahim N. Bolla, S.Kp.

BAB III METODA PENELITIAN. 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan. hubungan antara variabel (Nursalam, 2003)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA

Dwi Sulistyowati Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan. Keywords: Knowledge, Attitudes, Behaviors, Inos, Nurse.

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian ditujukan untuk meneliti objek-objek yang terlibat dalam

BAB III METODE PENELITIAN

GAMBARAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RSUD SULTANSYARIF MOHAMAD ALKADRIE KOTA PONTIANAK

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS GAJAHAN SURAKARTA DENGAN KEPUASAN PASIEN PESERTA PKMS (PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT SURAKARTA)

Windi Tatinggulu*, Rooije.R.H.Rumende**, Tinneke Tololiu**.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross sectional. Dimana penelitian ini untuk mempelajari

BAB III METODA PENELITIAN. A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik

Sartika Zefanya Watugigir Esther Hutagaol Rina Kundre

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN KADER TENTANG TUGAS KADER POSYANDU

BAB III METODE PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI PERAWAT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ROKAN HULU MELANJUTKAN PENDIDIKAN KE JENJANG SARJANA TAHUN 2014

Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU MENCONTEK PADA SISWA KELAS IV DAN V SD NEGERI BADRAN NO. 123 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016

HUBUNGAN PENGEMBANGAN KARIER PERAWAT DENGAN KUALITAS PELAYANAN KEPERAWATAN DI RSUD WONOSARI GUNUNGKIDUL NASKAH PUBLIKASI

ejournal keperawatan (e-kp) Volume: 1. Nomor: 1. Agustus 2013

Kata kunci : pengetahuan, sikap ibu hamil, pemilihan penolong persalinan.

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG AKDR DENGAN MINAT SKRINING KANKER SERVIKS ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TENTANG MUTU PELAYANAN POLIKLINIK DIAN NUSWANTORO DENGAN KEPUTUSAN PEMANFAATAN ULANG DI UPT POLIKLINIK DIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PERILAKU PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS DEPOK I SLEMAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN ANTARA KONTROL ASMA dengan KUALITAS HIDUP ANGGOTA KLUB ASMA di BALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT SEMARANG

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN

Patria Asda STIKES Wira Husada Yogyakarta ABSTRACT

Transkripsi:

1 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) DENGAN SELF EFFICACY PERAWAT TERHADAP PENATALAKSANAN RJP DI RUANG IGD RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI ARTIKEL ILMIAH Untuk memenuhi salah satu persyaratan guna mencapai Gelar Sarjana Keperawatan Oleh : Riki Indra Wijaya NIM. S12035 PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016

2 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) DENGAN SELF EFFICACY PERAWAT TERHADAP PENATALAKSANAN RJP DI RUANG IGD RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI 1) Riki Indra Wijaya 1), Wahyu Rima Agustin 2), Yunita Wulandari 3) Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta 2) 3) Dosen Program Studi S1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta ABSTRAK Cardiac arrest atau henti jantung merupakan suatu kondisi dimana kerja jantung tiba-tiba terhenti akibatnya kerja jantung untuk memompa darah tidak berfungsi yang kemudian menyebabkan pasokan oksigen yang dibutuhkan oleh organ-organ vital dalam tubuh tidak terpenuhi. Apabila hal tersebut terjadi lebih dari 4 menit maka dapat mengakibatkan terjadinya kematian pada sel-sel otak dan dapat menyebabkan kematian pada seluruh organ vital tubuh hanya dalam waktu 10 menit. Tujuan mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang resusitasi jantung paru (RJP) dengan self efficacy perawat terhadap penatalaksanaan RJP. Rancangan penelitian descriptif corelational dengan pendekatan cross sectional. Teknik sampling total sampling. Sampel penelitian sebanyak 27 perawat. Variabel yang diamati pengetahuan tentang resusitasi jantung paru dengan self efficacy perawat di IGD RSUD Pandan Arang Boyolali. Penelitian menggunakan uji statistik Rank Spearman. Terdapat hubungan yang kuat dan positif antara pengetahuan tentang resusitasi jantung paru dengan self efficacy perawat di IGD RSUD Pandan Arang Boyolali dengan nilai korelasi Rank Spearman sebesar 0,603 (p= 0,001 < 0,05) (signifikansi 5%) Nilai korelasi Rank Spearman sebesar 0,603 berada pada interval koefisien antara 0,60-0,799 (kekuatan hubungan kuat). Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi pengetahuan tentang resusitasi jantung paru dapat meningkatkan self efficacy perawat di RSUD Pandan Arang Boyolali.. Kata Kunci : Pengetahuan perawat, Resusitasi Jantung Paru, Self Efficacy Daftar pustaka : 45 (2005-2015)

3 BACHELOR OF NURSING PROGRAM SCHOOL OF HEALTH SCIENCES OF KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016 Riki Indra Wijaya The Correlation between Knowledge on Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) and Self-Efficacy of Nurses to implementation CPR in Hospitals Emergency Room Pandan Arang Boyolali Regional Public Hospital Abstract Cardiac arrest is a condition in which the heart's work suddenly stopped as a result of the heart to pump blood is not functioning which then causes the oxygen supply needed by the vital organs in the body are not met. If it happens more than 4 minutes, it can result in the death of brain cells and can cause death in all the vital organs of the body in just 10 minutes. Purpose know the correlation between knowledge of cardiopulmonary resuscitation (CPR) with nurses on the management of self-efficacy of CPR. Corelational descriptif study design with cross sectional approach. Sampling technique total sampling. The research sample as many as 27 nurses. The observed variables knowledge of cardiopulmonary resuscitation with self-efficacy of nurses in ER Hospital Pandan Arang Boyolali. Research using statistical test of Rank Spearman. There is a strong and positive relationship between knowledge of cardiopulmonary resuscitation with self-efficacy of nurses in ER Hospital Pandan Arang Boyolali with Spearman Rank correlation value of 0.603 (p = 0.001 <0.05) (5% significance) Spearman Rank Correlation values were 0.603 in the interval between 0.60 to 0.799 coefficient (the strength of strong ties). This indicates that the higher knowledge of cardiopulmonary resuscitation can improve self-efficacy of nurses in hospitals Pandan Arang Boyolali Keywords : knowledge nurses, cardiopulmonary resuscitation, self-efficacy Bibliography : 45 (2005-2015)

1 PENDAHULUAN Resusitasi merupakan segala usaha untuk mengembalikan fungsi sistem pernafasan, peredaran darah dan saraf yang terhenti atau terganggu sedemikian rupa sehingga fungsinya dapat berhenti sewaktu-waktu, agar kembali menjadi normal seperti semula (Sudarwanto, 2002) dalam (Cristian, 2013). Berhasil atau tidaknya resusitasi jantung paru tergantung pada cepat dan tepatnya tindakan dan teknik pelaksanaan. Pada beberapa keadaan, tindakan resusitasi tidak dianjurkan (tidak efektif) antara lain bila henti jantung (cardiac arrest) telah berlangsung lebih dari 5 menit karena biasanya kerusakan otak permanen telah terjadi. Permasalahan yang sering dihadapi oleh perawat adalah cara menangani kegawatan pulmonal serta kegawatan kardiovaskuler lewat resusitasi jantung paru dengan tindakan dan teknik pelaksanaan yang tepat (Soerianata, 1998) dalam (Cristian, 2013). Pengetahuan perawat tentang resusitasi merupakan modal yang sangat penting untuk pelaksanaan tindakan resusitasi pada situasi kritis. Pengetahuan ini menentukan keberhasilan tindakan resusitasi. Pengetahuan tentang resusitasi didapat melalui pendidikan, pelatihan atau pengalaman selama bekerja. Teori kognitif sosial (Social cognitive theory) oleh Bandura menyatakan bahwa self efficacy adalah keyakinan dan kepercayaan diri individu untuk mampu mengkoordinasi dan melakukan sesuatu yang dibutuhkan dalam suatu tindakan atau pekerjaan terhadap peristiwa dan lingkungan mereka sendiri (Feist & Feist, 2008). Pikiran individu terhadap self efficacy menentukan seberapa besar usaha yang akan dicurahkan dan seberapa lama individu akan tetap bertahan dalam menghadapi hambatan atau pengalaman yang tidak menyenangkan. Individu dengan self efficacy yang tinggi, akan mendorongnya untuk giat dan gigih melakukan upayanya. Sebaliknya individu dengan self efficacy yang rendah, akan diliputi perasaan keragu-raguan akan kemampuannya. Jika individu tersebut dihadapkan pada kesulitan, maka akan memperlambat dan melonggarkan upayanya, bahkan dapat menyerah (Pajares, 2002) dalam (Sartika, 2012). Berdasarkan data di RSUD Boyolali terdapat kunjungan pasien gawat darurat dengan gangguan sistem kardiovaskuler sebesar 336 pasien pada tahun 2014 dan 356 pasien pada tahun 2015 dengan persentasi sebesar 37% dari total kunjungan pasien di RSUD Boyolali (Data Rekam Medik RSUD Boyolali, 2015). pada bulan April 2016 di dapatkan data dari buku kematian IGD RSUD Pandan Arang Boyolali pasien yang mengalami henti nafas/henti jantung

2 yang di lakukan RJP dari Januari April sebanyak 84 pasien. Dalam satu bulan terakhir di ruang IGD terdapat 13 pasien yang membutuhkan penatalaksanaan resusitasi jantung paru, namun tindakan yang dilakukan perawat belum berhasil menyelamatkan pasien tersebut. Hal ini membuktikan masih tingginya angka kematian dan begitu pentingnya bantuan hidup dasar yang harus dimiliki oleh semua perawat. Dengan adanya peningkatan kasus gawat darurat setiap tahunnya termasuk kegawatdaruratan sistem kardiovaskuler dan tuntutan masyarakat akan mutu layanan maka pelayanan gawat darurat oleh perawat sebagai pelaksana pelayanan kesehatan dalam penanganan kegawat daruratan ini sangat penting untuk ditingkatkan dimana tujuan utama pada pertolongan emergency adalah untuk memberikan asuhan yang akan menguntungkan pasien tersebut sebelum mereka menerima perawatan definitif. Dari uraian tersebut peneliti merasa tertarik untuk mengetahui lebih lanjut penelitian saat ini dengan judul tingkat pengetahuan tentang resusitasi jantung paru dengan self efficacy perawat terhadap penatalaksanaan RJP di Ruang IGD RSUD Pandan Arang Boyolali. dengan self efficacy perawat terhadap penatalaksanan RJP di ruang IGD RSUD Pandan Arang Boyolali? Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui Hubungan tingkat pengetahuan tentang resusitasi jantung paru (RJP) dengan self efficacy perawat terhadap penatalaksanaan RJP di Ruang IGD RSUD Pandan Arang Boyolali. 2. Tujuan khusus 2.1. Mengidentifikasi karakteristik di Ruang IGD RSUD Pandan Arang Boyolali. 2.2. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan perawat tentang penatalaksanan RJP di Ruang IGD RSUD Pandan Arang Boyolali. 2.3. Mengidentifikasi self efficacy perawat dalam melakukan penatalaksanaan RJP RSUD Pandan Arang Boyolali. 2.4. Menganalisa hubungan tingkat pengetahuan dengan self efficacy perawat terhadap penatalaksanaan RJP di Ruang IGD RSUD Pandan Arang Boyolali. Perumusan Masalah Hubungan tingkat pengetahuan tentang resusitasi jantung paru (RJP)

3 Manfaat Penelitian 1. Bagi Rumah Sakit Diharapkan dengan hasil penelitian ini dapat meningkatkan self efficacy perawat dalam penatalaksanaan resusitasi jantung paru (RJP). 2. Bagi Institusi Menambah pustaka bagi institusi pendidikan yang berhubungan dengan pengetahuan dan self efficacy seorang perawat dalam melakukan penatalaksanan RJP 3. Bagi Peneliti lain Diharapkan hasil penelitian ini dapat di jadikan referensi bagi peneliti yang akan melakukan penelitian dengan tema yang sama dan variabel yang berbeda. 4. Bagi peneliti Peneliti dapat menganalisa apakah tingkat pengetahuan perawat memiliki hubungan dengan self efficacy perawat dalam penatalaksanan RJP METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yaitu lebih menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metoda statistika. Rancangan penelitian menggunakan rancangan descriptif corelational yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih, tanpa melakukan perubahan tambahan, atau manipulasi terhadap data yang memang sudah ada. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUD Pandan Arang Boyolali pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2016. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat di IGD RSUD Pandan Arang Boyolali. Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan cara total sampling yaitu dengan mengambil semua anggota populasi menjadi sampel (Sugiyono, 2009). Dengan kriteria penelitian sebagai berikut: 1. Kriteria inklusi a. Perawat yang bertugas di IGD b. Pendidikan minimal D-III Keperawatan c. Masa kerja minimal 1 tahun. 2. Kriteria eksklusi a. Perawat yang sedang menjalani cuti selama penelitian berlangsung b. Perawat yang tidak bersedia menjadi responden

4 Variabel, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel Tingkat pengetahuan pengetahuan tentang RJP. (Independen ) Self-Efficacy perawat terhadap penatalaksan aan RJP (dependen) Tabel 3.1 Definisi Operasional Definisi Operasional Pemahaman perawat tentang resusitasi jantung paru Usaha dan keyakinan perawat dalam menghadapi tantangan Alat Ukur Kuesion er A Kuesion er B Keterangan: X : Skor total masing-masing individu M : Mean dari self efficacy SD : Standar deviasi self efficacy Uji Validitas dan Reliabilitas Skor Baik skor 16-21. Cukup 8-15 Kurang 0-7 Tinggi (X>M+1 SD) Sedang (M- 1SD X M+1SD) Rendah (X<M- 1SD) Skala Ordina Ordina Uji validitas pada kuesioner pengetahuan tentang resusitasi jantung paru pada 22 responden, didapatkan hasil dari 26 item pernyataan, 26 item diantaranya dinyatakan valid karena nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel dengan taraf signifikasi 5% (0,423). Uji validitas pada kuesioner self efficacy perawat pada 22 responden, didapatkan hasil dari 18 item pernyataan, 18 item diantaranya dinyatakan valid karena nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel dengan taraf signifikasi 5% (0,423). Instrumen penelitian dikatakan reliabel apabila nilai Cronbach's alpha > 0,60. Hasil pengujian reliabilitas pada variabel tingkat pengetahuan perawat dan self efficacy perawat diperoleh nilai Cronbach s Alph > 0,60 sehingga seluruh uji instrumen yang terdiri dari validitas dan reliabilitas memenuhi persyaratan untuk dipakai dalam pengambilan keputusan penelitian. Analisa Data 1. Analisa Univariat Analisis univariat dilakukan secara deskriptif, yaitu menampilkan proporsi prosentase karakteristik responden, pengetahuan perawat tentang resusitasi jantung paru dan self efficacy perawat dalam melaksanakan tindakan resusitasi jantung paru. 2. Analisa Bivariat Dalam penelitian ini analisa bivariat menggunakan Rank Spearman karena penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antar variabel dengan skala data ordinal. Menurut Sugiyono (2007), Rank Spearman sumber data untuk kedua variabel yang akan dikonversikan dapat berasal dari data yang tidak sama dan jenis datanya adalah ordinal, serta data kedua variabel tidak harus membentuk distribusi normal. Rumus Rank Spearman adalah sebagai berikut: P=1-6 bi N(n2-1) Keterangan: P : Koefisien Rank Spearman bi : Selisih tiap pasang urutan n : Jumlah sampel

5 Pengujian analisis dilakukan menggunakan program software SPSS V.15 dengan tingkat kesalahan 5%. Kriteria pengambilan kesimpulan berdasarkan tingkat signifikan (nilai p) adalah: a. Jika nilai p>0,05 maka hipotesis penelitian ditolak. b. Jika nilai p 0,05 maka hipotesis penelitian diterima. Dari koefisien korelasi yang didapatkan, dapat digunakan untuk mengukur tingkat korelasi antara kedua variabel. Penafsiran terhadap tingkat korelasi yang ditemukan tersebut besar atau kecil, maka dapat berpedoman pada tabel di bawah ini (Dahlan, 2008) Tabel 3.5 Kekuatan Koefisien Korelasi Interval Koefisien Kekuatan Hubungan 0,80 1,000 Sangat kuat 0,60 0,799 Kuat 0,40 0,599 Sedang 0,20 0,399 Rendah 0,00 0,199 Sangat rendah Sumber : (Dahlan, 2008) HASIL PENELITIAN 1. Analisis Univariat 1.1 Karakteristik Responden Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Umur perawat Frekuensi Persentase 25-30 Tahun 31-35 Tahun 36-40 Tahun > 40 Tahun 10 9 5 3 37,0 % 33,4 % 18,5 % 11,1 % Jumlah 27 100,0% Hasil distribusi berdasarkan umur responden dapat diketahui bahwa umur responden penelitian sebagian besar 25-30 tahun atau 37 %. 1.2 Jenis Kelamin Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Persentase Laki laki Perempuan 14 13 51,9 % 48,1 % Jumlah 27 100,0 % Hasil distribusi berdasarkan jenis kelamin responden diketahui bahwa responden penelitian sebagian besar Laki-laki. 1.3 Pendidikan Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Pendidikan Frekuensi Persentase D3 S1 S1+ Ners 15 8 4 55, 6 % 29,6 % 14,8 % Jumlah 27 100,0 % Hasil distribusi berdasarkan pendidikan responden diketahui bahwa responden penelitian sebagian besar dengan pendidikan terakhir D3, yaitu sebanyak 55,6 % 15 responden 1.4 Pengalaman Kerja Lama Bekerja Frekuensi Persentase 1-3 tahun 4-6 tahun 7-9 tahun >10 tahun 3 9 10 5 11,1 % 33,3 % 37,0 % 18,6 % Jumlah 27 100,0 % Hasil distribusi berdasarkan pengalaman kerja responden diketahui bahwa

6 sebagian besar responden penelitian dengan pengalaman kerja 7-9 tahun, yaitu sebanyak 10 responden atau 37,0%. 1.5 Pengetahuan Perawat Tabel 4.5 Tingkat Pengetahuan Perawat Pengetahuan Frekuensi Persentase Perawat Baik Cukup Kurang 12 8 7 44,4 % 29,6 % 26,0 % Jumlah 27 100,0% Hasil perhitungan berdasarkan tingkat pengetahuan responden diketahui bahwa sebagian besar responden penelitian dengan tingkat pengetahuan tentang resusitasi jantung paru pada kategori Baik, yaitu sebanyak 12 responden atau 44,4%. 1.6 Self Efficacy Perawat Tabel 4.6 Self Efficacy Perawat Self Efficacy Frekuensi Persentase Perawat Baik Cukup Kurang 16 10 1 59,3 % 37,0 % 3,7 % Jumlah 27 100,0 % Hasil perhitungan berdasarkan self efficacy perawat diketahui bahwa sebagian besar self efficacy perawat dengan kategori baik, yaitu sebanyak 16 responden atau 59,3% 2. Analisi Bivariat Tabel 4.7 Hasil Pengujian Rank Spearman Variabel Nilai p Nilai r Hubungan Pengetahuan Tentang Bantuan Hidup Dasar 0,001 0,603 Dengan Self Efficacy Perawat Hasil uji korelasi Rank Spearman pada Tabel 4.7 diperoleh nilai korelasi sebesar 0,603 dengan nilai probabilitas atau taraf kesalahan p-value sebesar 0,001. Nilai p- value < 0,05 (signifikansi 5%), maka Ho ditolak, artinya ada hubungan antara pengetahuan tentang resusitasi jantung paru dengan self efficacy perawat di RSUD Boyolali. Terdapat hubungan dengan arah positif antara pengetahuan tentang resusitasi jantung paru dengan self efficacy perawat di RSUD Boyolali. Artinya semakin tinggi pengetahuan perawat tentang bantuan hidup dasar maka dapat meningkatkan self efficacy perawat di RSUD Boyolali. Nilai korelasi Rank Spearman sebesar 0,603 berada pada interval koefisien antara 0,60-0,799 (kekuatan hubungan kuat) hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara pengetahuan tentang bantuan hidup dasar dengan self efficacy perawat di RSUD Boyolali dengan kekuatan hubungan yang kuat. PEMBAHASAN 1. Karakteristik Responden 1.1. Umur Hasil distribusi berdasarkan umur responden dapat diketahui bahwa umur 25 30 tahun sebanyak 10 responden atau 37 %, umur 31 35

7 tahun sebanyak 9 responden atau 33,3%, umur 36 40 tahun sebanyak 5 responden atau 18,5 % dan umur > 41 tahun sebanyak 3 responden atau 11,1% maka dapat di simpulkan bahwa umur responden penelitian sebagian besar 25-30 tahun atau 37 %. Menurut Mubarak dkk (2007), dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek psikis dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar ada empat kategori perubahan, yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis dan mental taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa. 1.2. Jenis Kelamin Responden Hasil distribusi berdasarkan jenis kelamin responden dapat diketahui bahwa laki-laki sebanyak 14 responden atau 51,9 % dan perempuan sebanyak 13 responden atau 48,1 %. Maka dapat disimpulkan bahwa responden penelitian sebagian besar laki- laki. Menurut Mubarak dkk (2007) jenis kelamin terbentuk dalam dimensi biologis. Jenis kelamin mengacu pada seseorang berperilaku dan mencerminkan penampilan sesuai dengan jenis kelaminnya. 1.3. Pendidikan Hasil distribusi berdasarkan pendidikan responden dapat diketahui bahwa pendidikan terakhir D3 sebanyak 15 responden atau 55,6 % pendidikan S1 sebanyak 8 responden atau 29,6 % dan pendidikan terakhir S1+ Ners sebanyak 4 responden atau 14,8 % Maka dapat disimpulkan bahwa responden penelitian sebagian besar dengan pendidikan terakhir D3, yaitu sebanyak 15 responden atau 55,6 %. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya, jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai baru diperkenalkan (Mubarak dkk, 2007). 1.4. Pengalaman Kerja Hasil distribusi berdasarkan pengalaman kerja responden dapat diketahui bahwa dengan pengalaman kerja 1-3 tahun sebanyak 3 responden atau 11,1%, pengalaman

8 kerja antara 4-6 tahun sebanyak 9 responden atau 33,3 %, pengalaman kerja antara 7-9 tahun sebanyak 10 responden atau 37,0% dan dengan pengalaman kerja > 10 tahun sebanyak 5 responden atau 18,6 %. Maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden penelitian dengan pengalaman kerja 7 9 tahun, yaitu sebanyak 10 responden atau 37,0 %. Ada kecenderungan pengalaman yang baik seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap objek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang membekas dalam emosi sehingga menimbulkan sikap positif (Mubarak dkk, 2007). 1.5. Pengetahuan Perawat Tentang Resusitasi Jantung Paru di RSUD Boyolali Hasil perhitungan berdasarkan tingkat pengetahuan responden dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan pada kategori kurang sebanyak 7 responden atau 26,0%, cukup sebanyak 8 responden atau 29,6% dan baik sebanyak 12 responden atau 44,4 %. Maka dapat disimpulkan sebagian besar responden penelitian dengan tingkat pengetahuan tentang resusitasi jantung paru pada kategori baik, yaitu sebanyak 12 responden atau 44,4%. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitiannya Umi Nur Hasanah (2015) yang menunjukan tingkat pengetahuan perawat dalam kategori cukup yaitu 23 (76,6%), dan hasil keterampilan perawat dalam kategori cukup terampil yaitu 22 (73,4%). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan keterampilan perawat dalam melakukan tindakan bantuan hidup dasar (BHD). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan sesesorang (Wawan & Dewi, 2011). 1.6. Self Efficacy Perawat di RSUD Boyolali Hasil perhitungan berdasarkan self efficacy perawat dapat diketahui bahwa pada kategori kurang sebanyak 1 responden atau 3,7 %, kategori cukup sebanyak 10 responden atau 37,0 % dan kategori baik sebanyak 16 responden atau 59,3 %. Maka dapat disimpulkan sebagian besar self efficacy perawat dengan kategori baik, yaitu sebanyak 16 responden atau 59,3%. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitiannya Siti Muyassaroh (2015) yang menunjukkan bahwa individu

9 dengan self efficacy yang tinggi, akan mendorongnya untuk giat dan gigih melakukan upayanya. Abdrbo (2007) juga membuktikan bahwa self sefficacy berhubungan dengan kepuasan kerja perawat, yang dilakukannya dengan penelitian tentang faktor yang mempengaruhi penggunaan sistem informasi, dan dampaknya terhadap kepuasan kerja perawat di Ohio. Hasil penelitian tersebut memperlihatkan bahwa sebagian besar perawat memiliki self efficacy yang tinggi dalam menggunakan komputer, yang berhubungan dengan tingginya kepuasan perawat dan meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan. Self efficacy merupakan keyakinan individu bahwa mereka memiliki kemampuan dalam mengadakan kontrol terhadap pekerjaan mereka, terhadap peristiwa lingkungan mereka sendiri (Feist & Feist, 2008). 2. Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Resisitasi Jantung Paru dengan Self Efficacy Perawat di RSUD Boyolali Hasil uji statistik menggunakan uji Spearman Rank Correlation, yang diperoleh nilai sebesar 0,603 Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan kuat antara pengetahuan tentang resusitasi jantung paru dengan self efficacy perawat di IGD RSUD Boyolali, sedangkan nilai p-value sebesar 0,001 < 0,05, Hubungan dengan arah positif antara pengetahuan tentang resusitasi jantung paru dengan self efficacy perawat di IGD RSUD Boyolali, artinya semakin tinggi pengetahuan perawat tentang resusitasi jantung paru maka dapat meningkatkan self efficacy perawat di IGD RSUD Boyolali. Tindakan RJP sangat penting terutama pada pasien dengan cardiac arrest karena fibrilasi ventrikel yang terjadi di luar rumah sakit, pasien di rumah sakit dengan fibrilasi ventrikel primer dan penyakit jantung iskemi, pasien dengan hipotermi, overdosis, obstruksi jalan napas atau primary respiratory arrest (Alkatiri, 2007). Pengetahuan perawat tentang resusitasi merupakan modal yang sangat penting untuk pelaksanaan tindakan resusitasi pada situasi kritis. Pengetahuan ini menentukan keberhasilan tindakan resusitasi. Pengetahuan tentang resusitasi didapat melalui pendidikan, pelatihan atau pengalaman selama bekerja. Selanjutnya individu dengan self efficacy yang tinggi, akan mendorongnya untuk giat dan gigih melakukan upayanya. Sebaliknya individu dengan self

10 efficacy yang rendah, akan diliputi perasaan keragu - raguan akan kemampuannya. Jika individu tersebut dihadapkan pada kesulitan, maka akan memperlambat dan melonggarkan upayanya, bahkan dapat menyerah (Pajares, 2002) dalam (Hasanah, 2015). Selanjutnya Gyung Park (2015) tentang The Effect of Basic Cardiopulmonary resuscitation training on Cardiopulmonary resuscitation Knowledge, Attitude, and Self-efficacy of Nursing Students. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa pelatihan CPR bagi mahasiswa keperawatan secara signifikan meningkatkan pengetahuan, sikap, dan self-efficacy dalam kaitannya dengan CPR. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Berdasarkan karakteristik responden penelitian menunjukkan menunjukan hasil bahwa umur responden sebagian besar 25 30 tahun sebanyak 10 responden atau 37 %; jenis kelamin responden sebagian besar laki-laki sebanyak 14 responden atau 51,9 %, tingkat pendidikan responden penelitian sebagian besar dengan pendidikan terakhir yaitu D3, sebanyak 15 responden atau 55,6% dan pengalaman kerja responden penelitian sebagian besar dengan pengalaman kerja 7-9 tahun, yaitu sebanyak 10 responden 37,0 % 2. Tingkat pengetahuan perawat tentang resusitasi jantung paru dengan kategori baik, yaitu sebanyak 12 responden atau 44,4 %. 3. Self efficacy perawat sebagian besar dengan kategori baik, yaitu sebanyak 16 responden atau 59,3 %. 4. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang resusitasi jantung paru dengan self efficacy perawat di RSUD Pandan Arang Boyolali dengan nilai korelasi Rank Spearman adalah sebesar 0,603 (p= 0,001 < 0,05) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Nilai korelasi Rank Spearman sebesar 0,603 berada pada interval koefisien antara 0,60-0,799 (kekuatan hubungan kuat) hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara pengetahuan tentang resusitasi jantung paru dengan self efficacy perawat di RSUD Pandan Arang Boyoalali dengan kekuatan hubungan yang kuat. Saran 1. Bagi RSUD Pandan Arang Boyolali Tindakan BHD sangat penting untuk pelaksanaan tindakan resusitasi pada situasi kritis bagi perawat, maka pihak rumah sakit perlu merencanakan dan menyelenggarakan

11 suatu pelatihan yang tepat bagi perawat di jajarannya, yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dan derajat kesehatan masyarakat pada umumnya dan meningkatkan self efficacy perawat pada pasien gawat darurat pada khususnya. 2. Bagi perawat di RSUD Pandan Arang Boyolali Untuk pelaksanaan tindakan resusitasi pada situasi kritis dibutuhkan self efficacy yang tinggi, maka dari itu pengetahuan dan kepercayaan diri tentang resusitasi didapat melalui pendidikan, pelatihan atau pengalaman selama bekerja. 3. Bagi Institusi pendidikan Diharapkan dapat memberikan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya disiplin ilmu keperawatan mengenai pentingnya pengetahuan resusitasi jantung paru dengan self efficacy pada tindakan resusitasi dalam situasi kritis. 4. Bagi peneliti lain Hasil penelitian ini masih penelitian lanjutan, maka untuk penelitian yang akan datang diharapkan dapat mengembangkan faktor lain yang dapat mempengaruhi self efficacy perawat dalam tindakan resusitasi jantung paru. 5. Bagi peneliti Dapat menambah wawasan mengenai pengetahuan resusitasi jantung paru dan self efficacy pada perawat. REFRENSI Abdrbo, A. A. 2007. Factors affecting information systems use and its benefits and satisfaction among ohio registered nurses. WesternJournal of Nursing Research, 31 Alkatiri, J., Bakri Syakir. 2007. Resusitasi Jantung Paru. Dalam: Sudoyo, Aru S., dkk (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jilid I. Pusat Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI: American Heart Association (AHA). 2010. Heart Disease & Stroke Statistics 2010. Update. Dallar, Texas: American Heart Association. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta: Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta: Azwar, S. 2012. Metode Penelitian. Pustaka Pelajar: Yogjakarta. Cristian L, Suarnianti & H. Ismail. 2013. Pengetahuan Perawat Tentang Kegawatan Nafas dan Tindakan Resusitasi Jantung Paru Pada Pasien yang Mengalami Kegawatan Pernafasan di Ruang ICU dan UGD RSUD Kolonodale Propinsi Sulawesi Tengah. Jurnal.

12 Volume 3 Nomor 4 Tahun 2013.ISSN : 2302-1721. Data Rekam Medik RSUD Boyolali. 2015. Dahlan. 2008. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, Deskriptif, Bivariat, dan Multivariate, Dilengkapi dengan Menggunakan SPSS. Salemba Medika: Depkes RI, 2012. Profil Kesehatan Republik Indonesia 2012. Tersedia dalam:http://www.depkes.go.id/reso urces/download/pusdatin/profilkesehatan-ndonesia/profilkesehatanindonesia-2012.pdf. Diakses pada: 24 Juni 2015. Depkes RI. 2003. Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator Provinsi Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat. Dharma, Kusuma Kelana. 2011. Metodologi Penelitian Keperawatan: Panduan Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian. Trans Info Media: European Resuscitation Council Guidelines for Resuscitation. 2010. Section 2: Adult Basic Life Support and Use of Automated External Defibrillators. Fathoni A, Wahyu Rima & Ariyani. 2014. Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Basic Life Support (BLS) dengan Perilaku Perawat dalam Pelaksanaan Primary Survey di RSUD dr. Soediran mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri. Skripsi. STIKes Kusuma Husada Surakarta. Feist, J. & Feist, J. G. 2008. Theories of Personality, edisi 6 (ed-6). Pustaka Pelajar: Yogyakarta. Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Edisi Keempat. Badan Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang. Hazinski. 2010. Highlights of The 2010 American Heart Association Guidelines for CPR and ACC. AHA Published. Hidayat. A.A.A. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Tekhnik Analisa Data. Salemba Medika: Husein Umar. 2007. Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis. PT. Raja Grafindo Persada: IKABI. 2004. Cedera Kepala dalam Advanced Trauma Life Support for Doctors. American College of Surgeon Committee on Trauma. Ikatan Ahli Bedah Indonesia. Komisi Trauma IKABI: Kemenkes. 2013. Jendela Data dan Informasi Kesehatan: Penyakit Tidak Menular. Kementerian Kesehatan RI: Krisanty Paula. 2009. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Trans Info Media: Latief, S.A., Suryadi, K,A. Dachlan, M,R. 2009. Petunjuk Praktis Anastesiologi. Edisi Dua. Bagian Anastesiologi dan Terapi Intensif FK UI: Mansjoer, A. 2009. Resusitasi Jantung Paru. Dalam: Sudoyo, Aru W., dkk (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V jilid I. Interna Publishing: Mubarak. 2007. Promosi Kesehatan Sebuah Pengamatan Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan. Graha Ilmu: Yogyakarta.

13 Munter, P. G. 2007. Computer selfefficacy of perioperative nurses. AORN Journal, 85 (6), 1155-1164. Mutaqqin, Arif. 2010. Pengkajian Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik. Salemba Medika: Nettina, Sandra M. 2006. Pedoman Praktek Keperawatan. EGC: Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan, Teori dan Aplikasi.Rineka Cipta: Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta: Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Keperawatan. Salemba Medika: Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis. Edisi 3. Salemba Medika: Pajares, F. & Urdan. 2006. Self Efficacy Beliefs of Adolescent. Information age publishing: USA. Pinasti, Woro. 2011. Pengaruh SelfEfficacy, Locus of Control dan Faktor Demografis Terhadap Kematangan Karir Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Skripsi. Fakultas Psikologi. UIN: Pusponegoro, Aryono D, Suryadi Soedarmo, R. Suharto & Z.A. Isma. 2012. BT & CLS (Basic Trauma Life Support and Basic Cardiac Life Support). Edisi Kelima. Panduan Untuk Peserta (Program untuk Perawat). Yayasan Ambulans Gawat Darurat 118: Resuscitation Council (UK). 2010. Resuscitation Guidelines. Available from: https://www.resus.org.uk [Accesed 26 Juni 2015]. Sartika, Dewi. 2012. Self Efficacy Perawat Dalam Penggunaan Sistem Informasi Keperawatan di RSIA Bunda Jakarta: Studi Fenomenologi. Tesis. Universitas Indonesia Depok Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan: Penuntun Praktis Bagi Pemula. Mitra Cendikia Press: Yogyakarta. Sekaran, Uma. 2006. Research Methods For Business: Metodologi Penelitian Untuk Bisnis, Buku 2. Salemba Empat: Smith, T., Davidson, Sue. 2007. Dokter di Rumah Anda. Dian Rakyat: Sugiyono. 2007. Statistik Untuk Penelitian. Alfabeta: Bandung. Suwignyo, Heri. 2007. Bahasa Indonesia Keilmuan. LP3 Universitas Negeri Malang: Malang. Thygerson, Alton L. 2006. First Aid,CPR, and AED. 5 th Ed. American College of Emergency Physicians, London W67pA. Jones and Batlett Publisher International. Turner, M. D. 2007. Clinician readiness for transition to a fully intgrated electronic health care delivery system. Walden University, 67 (12B). Wawan, A & Dewi M. 2011. Teori & Pengukuran Pengetahuan, Perilaku dan Perilaku Manusia. Nuha Medika: Yogyakarta. WHO. 2011. Data Penyakit Tidak Menular. Tersedia dalam:https://www.who.co.id/sea h?newwindow=1&site=&sourc =hp&q=data+penyakit+tidak+menul

14 ar+who+2011&oq=data+penyakit +tidak+menular+who+2011&gs_l =hp.diakses: 25 Juni 2015. Wolff, Angela C., Regan, Sandra., Pesut, Barbara., & Black, Joyce. 2010. Ready for what? An Exploration of the Meaning of New Graduate Nurses Readiness for Practice. International Journal of Nursing Education Scholarship. Woro Pinasti. 2011. Pengaruh SelfEfficacy, Locus Of Control dan Faktor Demografis Terhadap Kematangan Karir Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Skripsi. Faskultas Psikologi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah: Zeigler, C. 2011. Computerization in practice: The lived experience of experienced nurses. Capella University. ProQuest Dissertations and Theses. Retrieved fromhttp://search.proquest.com/docv iew/908437918?accountid=17242.