BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wacana merupakan unsur kebahasaan yang relatif paling kompleks dan paling lengkap. Satuan pendukung meliputi fonem, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf, hingga karangan utuh. Namun, wacana pada dasarnya juga merupakan unsur bahasa yang bersifat pragmatis. Oleh karena itu, kajian wacana menjadi sangat penting dalam proses pembelajaran bahasa. Analisis wacana pada hakikatnya adalah sebuah analisis bahasa yang ditujukan untuk mengubah paradigma linguistik struktural yang memandang kalimat sebagai unsur bahasa yang terbesar dan terlengkap, baik dari segi struktur, makna, maupun intonasi. Analisis wacana merupakan studi tentang struktur pesan dalam komunikasi atau telaah melalui aneka fungsi bahasa. Analisis wacana lahir dari kesadaran bahwa persoalan yang terdapat dalam komunikasi bukan terbatas pada penggunaan kalimat atau bagian kalimat, fungsi ucapan, tetapi juga mencakup struktur pesan yang lebih kompleks dan inheren yang disebut wacana. Dalam analisis wacana kritis, wacana tidak hanya dipahami sebagai studi bahasa. Bahasa dianalisis tidak hanya aspek kebahasaan saja, tetapi juga menghubungkannya dengan konteks. Bahasa merupakan faktor terpenting dalam interaksi sosial umat manusia. Setiap bahasa memiliki kekhasannya masing-masing. Namun, ada suatu kesamaan dalam setiap bahasa di dunia ini, yaitu memiliki kata penghubung atau biasa disebut dengan konjungsi. Konjungsi digunakan dalam berbahasa sebagai penyambung kata, frasa, dan klausa untuk memperlancar komunikasi. Tanpa konjungsi, komunikasi akan terputus-putus dan tidak mengalir dengan lancar sehingga, dapat menimbulkan hambatan-hambatan dalam berkomunikasi. Pada buku A Practical Chinese Grammar For Foreigners, Dejin (1998: 124) mengatakan konjungsi tidak dapat berdiri sendiri, tidak dapat digunakan sebagai jawaban atas pertanyaan, tidak dapat direduplikasi, dan tidak memiliki fungsi sebagai modifikator. Fungsi konjungsi adalah sebagai penghubung kata, 1
2 frase atau kalimat. Ada dua macam konjungsi, yaitu konjungsi subordinatif dan konjungsi koordinatif. Konjungsi koordinatif yang dinyatakan oleh Moeliono, dkk (2003: 297) pada buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia ialah konjungsi yang menghubungkan dua unsur atau lebih yang sama pentingnya atau memiliki status sintaktis yang sama. Contoh konjungsi koordinatif adalah dan, serta, atau, tetapi, melainkan, padahal, sedangkan, dan lain-lain. Konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua klausa atau lebih dan klausa itu tidak memiliki status sintaktis yang sama. Contoh konjungsi subordinatif adalah sejak, jika, walaupun, karena, sehingga, dengan, bahwa, dan lain-lain. Konjungsi merupakan kata penghubung yang dipergunakan untuk menyambungkan kata, frasa, klausa, kalimat, maupun paragraf dalam sebuah wacana. Konjungsi digunakan sebagai salah satu jenis kohesi gramatikal sekaligus alat gramatikalnya. Dengan penggunaan konjungsi, hubungan antarkalimat dengan kalimat maupun paragraf dengan paragraf menjadi lebih jelas bila dibandingkan dengan hubungan yang tanpa konjungsi. Masalah tentang penggunaan konjungsi pada teks cerita ulang menjadi penting untuk dikaji karena penggunaan konjungsi memengaruhi makna wacana. Teks cerita ulang sering menggunakan konjungsi koordinatif dan konjungsi subordinatif. Oleh karena itu, penggunaannya harus tepat, sehingga menjadikan urutan teks cerita ulang menjadi kohesif dan koheren. Penelitian tentang penggunaan konjungsi perlu dilakukan sebagai referensi penggunaan konjungsi yang baik dan benar pada wacana, khususnya teks cerita ulang. Penelitian ini sesuai dengan silabus pembelajaran bahasa Indonesia khususnya kelas XI SMK. Di dalam silabus kurikulum 2013 terdapat sebuah Kompetensi Dasar 4.2, yaitu memproduksi teks cerita pendek, pantun, cerita ulang, eksplanasi kompleks, dan ulasan/ reviu film/ drama yang koheren sesuai dengan karakteristik yang akan dibuat baik secara lisan maupun tulisan. Permasalahan yang timbul dalam proses pembelajaran menulis teks cerita ulang di kelas XI SMK Negeri 1 Sukoharjo pada penggunaan konjungsi koordinatif dan subordinatif masih ada penggunaannya yang kurang tepat.
3 Penulisan siswa masih banyak menggunakan konjungsi yang salah. Hal ini diperoleh dari hasil pengamatan dan analisis terhadap teks cerita ulang siswa ditemukan bahwa teks cerita ulang siswa masih menggunakan konjungsi yang tidak tepat. Pada konjungsi koordinatif, terdapat konjungsi yang seharusnya tidak boleh ditulis pada awal kalimat, tetapi masih ada siswa yang menuliskannya pada awal kalimat. Misalnya, pada konjungsi koordinatif dan yang dituliskan pada awal kalimat, yaitu, Dan setelah melalui pemilu putaran kedua, Jokowi dan wakilnya Basuki Cahya Purnama (Ahok) berhasil mengungguli Fauzi Bowo dalam pemilu Jakarta dan menjadikannya sebagai gubernur Jakarta untuk periode 2012- Seharusnya konjungsi tersebut tidak boleh ditulis di awal kalimat. Dengan demikian, apabila kalimat tersebut dibenarkan akan menjadi Setelah melalui pemilu putaran kedua, Jokowi dan wakilnya Basuki Cahya Purnama (Ahok) berhasil mengungguli Fauzi Bowo dalam pemilu Jakarta dan menjadikannya sebagai gubernur Jakarta untuk periode 2012-. Selain itu, konjungsi yang seharusnya tidak digunakan secara berulangulang dalam satu kalimat, tetapi terdapat lebih dari satu konjungsi yang sama dan tidak tepat penggunaannya dalam satu kalimat. Misalnya, konjungsi dan pada kalimat Kartini adalah anak kelima dari sebelas bersaudara kandung dan tiri, dan Seharusnya cukup menggunakan konjungsi dan sekali saja, sehingga kalimatnya menjadi Kartini adalah anak kelima dari sebelas bersaudara kandung dan tiri. Pada konjungsi subordinatif juga terdapat penggunaan konjungsi yang wanita kelahiran Solo, 1 Oktober 1963 yang bernama Iriana yang merupakan cinta pertama dan terakhir Jokowi Seharusnya konjungsi yang pada kalimat tersebut cukup ditulis sekali saja, sehingga kalimatnya menjadi wanita kelahiran Solo, 1 Oktober 1963 yang bernama Iriana merupakan cinta pertama dan terakhir Jokowi Hal ini juga diperkuat dengan adanya teks cerita pendek yang sebelumnya siswa tulis. Siswa juga menggunakan konjungsi koordinatif dan subordinatif
4 dengan kurang tepat. Berdasarkan observasi pada penulisan teks cerita pendek yang pernah diajarkan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa beberapa siswa kurang memperhatikan penggunaan konjungsi koordinatif dan subordinatif pada penulisan teks. Dalam prosesnya, siswa cenderung kurang memperhatikan penggunaan konjungsi koordinatif dan subordinatif dengan baik. Siswa menulis teks dengan menggunakan bahasa sehari-hari yang kurang efektif dan kurang memperhatikan penggunaan konjungsi koordinatif dan subordinatuf dengan tepat. Ketidaktepatan penggunaan konjungsi tersebut bisa terjadi karena kebiasaan siswa yang menggunakan bahasa lisan dengan kurang baku dan kurangnya gemar membaca. Apabila siswa terbiasa dan sering menggunakan bahasa dengan baik dan efektif, maka pada penulisan teks atau karya, siswa akan menggunakan konjungsi secara tepat pula. Selain itu, apabila siswa gemar dan sering membaca, maka pada penulisan teks atau karya tulisannya juga akan menggunakan konjungsi dengan tepat. Hasil tulisan yang baik berawal dari kebiasaan penggunaan bahasa seharihari dan kebiasaan siswa dari gemar membaca. Apabila hal tersebut dapat diterapkan dengan baik, maka siswa akan dengan mudah mendapatkan kosakata yang baik dan menggunakan konjungsi yang tepat pada penulisan teks, terutama pada penggunaan konjungsi koordinatif dan subordinatif. Permasalahan penggunaan konjungsi koordinatif dan subordinatif tersebut harus segera diperbaiki agar tidak terjadi secara terus-menerus pada penulisan teks selanjutnya. Karena sesuai fungsinya, konjungsi berfungsi membuat sebuah bacaan dapat lebih mudah dipahami. Oleh karena itu, pada teks cerita ulang ini penulis akan menganalisis penggunaan konjungsi koordinatif dan subordinatif. Teks cerita ulang dapat disusun berdasarkan pengalaman siswa di lingkungan sekitarnya atau berdasarkan pada riwayat hidup seseorang di sekitar siswa. Penulis melakukan analisis pada teks cerita ulang untuk mengetahui penggunaan konjungsi koordinatif dan subordinatif pada teks cerita ulang siswa kelas XI SMK. Dari analisis ini, penulis bertujuan untuk mengetahui ketepatan dan persentase penggunaan konjungsi koordinatif maupun subordinatif pada teks
5 cerita ulang yang ditulis siswa. Sesuai dengan fungsi konjungsi, di mana konjungsi berfungsi membuat sebuah bacaan lebih mudah dipahami. Pada praktiknya penelitian ini dibatasi pada penggunaan konjungsi dalam teks cerita ulang siswa kelas XI. Hal ini dimaksudkan agar penelitian ini lebih fokus dan terstruktur. Teks cerita ulang adalah teks yang menceritakan suatu peristiwa, kegiatan, atau kejadian yang telah dilakukan atau diamati. Pada dasarnya cerita ulang menceritakan kejadian lampau, baik berupa peristiwa lampau, biografi, atau riwayat hidup seseorang. Dalam kurikulum 2013 digunakan pendekatan scientific, sehingga bahan ajar banyak dikaitkan dengan apa yang ada di lingkungan sekitar siswa dan apa yang sering dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari. Teks cerita ulang juga diajarkan di kurikulum 2013 tepatnya pada kelas XI semester ganjil. Hal ini dikarenakan teks cerita ulang dapat disusun berdasarkan pengalaman siswa di lingkungan sekitarnya atau berdasarkan pada riwayat hidup seseorang di sekitar siswa. Keterampilan menulis memang menjadi salah satu keterampilan yang ingin benar-benar dikembangkan dalam kurikulum 2013. Selama ini siswa hanya sebagai konsumen bacaan-bacaan yang telah ada, sedangkan untuk menjadi produsen siswa harus lebih banyak berlatih menulis. Melalui penelitian ini penulis berharap siswa dapat menggunakan konjungsi dengan baik dan tepat, sehingga dapat membuat karya tulis yang baik dan benar. Dari berbagai permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan menunjukkan bagaimana analisis wacana dalam teks cerita ulang siswa kelas XI SMK. Di sisi lain, penelitian ini juga dapat menjadi referensi bagi guru, siswa, atau peneliti lain dalam hal analisis wacana. Berkaitan dengan pernyataan di atas, pada penelitian ini penulis mengambil sumber data berupa teks cerita ulang siswa kelas XI SMK Negeri 1 Sukoharjo tahun ajaran 2014/2015, di mana sampel kelas diambil secara acak. Hal ini didasarkan pada pengamatan penulis bahwa pada teks cerita ulang siswa kelas XI SMK Negeri 1 Sukoharjo banyak menggunakan konjungsi koordinatif dan subordinatif yang kurang tepat. Sesuai dengan fokus masalah dan sumber data
6 yang diambil, maka penelitian ini diberi judul Analisis Penggunaan Konjungsi Koordinatif dan Subordinatif pada Teks Cerita Ulang Siswa Kelas XI SMK Negeri 1 Sukoharjo. B. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, tulisan ini dibangun atas dasar tiga rumusan masalah. Rumusan masalah tersebut, yaitu: 1. Bagaimanakah penggunaan konjungsi koordinatif pada teks cerita ulang siswa kelas XI SMK Negeri 1 Sukoharjo? 2. Bagaimanakah penggunaan konjungsi subordinatif pada teks cerita ulang siswa kelas XI SMK Negeri 1 Sukoharjo? 3. Apakah hasil penelitian ini relevan sebagai bahan ajar pembelajaran bahasa Indonesia di SMK? C. Tujuan Penelitian Mengacu pada rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1. Penggunaan konjungsi koordinatif pada teks cerita ulang siswa kelas XI SMK Negeri 1 Sukoharjo. 2. Penggunaan konjungsi subordinatif pada teks cerita ulang siswa kelas XI SMK Negeri 1 Sukoharjo. 3. Relevansi hasil penelitian ini sebagai bahan ajar pembelajaran bahasa Indonesia di SMK. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu: 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan penjelasan secara teoretis yang berkaitan dengan masalah penelitian. Teori-teori tersebut dijadikan sebagai landasan atau titik acuan bagi penjelasan masalah penelitian, maka sangat perlu penjelasan teori-teori tersebut untuk
7 menambah pengetahuan dan pemahaman pembaca tentang penggunaan konjungsi suatu wacana. 2. Manfaat Praktis Penulis mengharapkan agar penelitian ini dapat mendorong penelitian analisis wacana dalam segala aspek, baik gramatikal maupun leksikal. Penulis berharap agar penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak, antara lain: a. Bagi Guru Penelitian ini dapat menjadi referensi untuk materi bahan ajar di SMK, terutama pada kompetensi menulis. Karena penelitian ini memiliki relevansi sebagai acuan tentang bagaimana cara menulis yang kohesif dan koheren dengan menggunakan konjungsi yang benar sesuai dengan beberapa kompetensi dasar yang ada. b. Bagi Siswa Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman tentang analisis wacana terutama analisis penggunaan konjungsi serta dapat menjadi referensi dalam menulis laporan observasi, teks prosedur kompleks, dan menulis teks cerita ulang. c. Bagi Pembaca pada Umumnya Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman tentang analisis wacana terutama analisis penggunaan konjungsi. Dengan demikian, penelitian ini dapat memberikan pengertian wacana secara lebih mendalam dan dapat memberikan makna yang lebih menyeluruh mengenai analisis wacana yang diteliti. d. Bagi Peneliti Lainnya Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti lain dalam melakukan analisis penggunaan konjungsi pada wacana, khususnya teks cerita ulang.