KAJIAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU IPA DI SMP KOTA SEMARANG 1. Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan matematika merupakan suatu kemampuan dasar yang perlu

ANALISIS TENTANG KOMPETENSI PROFESIONAL DAN PEDAGOGIK GURU DALAM MERANCANG PERANGKAT PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN IPS SMP DAN MTs DI KOTA DUMAI

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, karena pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS PESERTA DIDIK SMP PADA TEMA LIMBAH DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erie Syaadah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa Indonesia kini sedang dihadapkan pada persoalan-persoalan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Pendidikan merupakan usaha, pengaruh, terampil, bertanggung jawab, produktif dan berbudi pekerti luhur.

I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan bangsa, pendidikan merupakan salah satu aspek penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siska Sintia Depi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas pendidikan

PENGARUH KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP MINAT BELAJAR MATEMATIKA KELAS X DI SMA MUHAMMADIYAH 1 SEMARANG

PENGUASAAN KONSEP DASAR IPA PADA MAHASISWA PGSD UNIMED MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dalam pengembangan pendidikan di Indonesia pihak

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sains dan teknologi adalah suatu keniscayaan. Fisika adalah

UPAYA MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL INQUIRY BERBANTUAN SOFTWARE AUTOGRAPH

BAB I PENDAHULUAN tentang guru, yang menyebutkan bahwa, guru adalah pendidik profesional

ANALISIS BUKU AJAR IPA YANG DIGUNAKAN DI SEMARANG BERDASARKAN MUATAN LITERASI SAINS

Muhammadiyah Surakarta. Muhammadiyah Surakarta. Muhammadiyah Surakarta Alamat

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Bab I tentang Sistem Pendidikan Nasional: pendidikan adalah usaha sadar

2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP

BAB I Pendahuluan. Internasional pada hasil studi PISA oleh OECD (Organization for

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pendidikan yang dilakukan pemerintah saat ini sangatlah

Diajukan Oleh: Friska Tiananda A

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional). Pelaksanaan pendidikan di Indonesia masih mengalami

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi. Sebagaimana dikemukakan oleh Sukmadinata (2004: 29-30) bahwa

Unnes Physics Education Journal

Joyful Learning Journal

STUDI TENTANG PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMA NEGERI 11 MAKASSAR

I. PENDAHULUAN. sains siswa adalah Trends in International Mathematics Science Study

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Mata Pelajaran PAI, terhadap

PENDAMPINGAN PENYUSUNAN SOAL CERITA MATEMATIKA BERBASIS KEUNGGULAN LOKAL DITINJAU DARI UNSUR KETERBACAAN

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR BROSUR TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA. (Artikel) Oleh: Ely Fitri Astuti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Deni Moh Budiman, 2013

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.c.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ika Citra Wulandari, 2015

PENGARUH KOMPETENSI PROFESIONAL GURU KIMIA TERHADAP KETERAMPILAN PEMBELAJARAN LABORATORIUM SISWA KELAS XII SMA N 11 SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Yetty Wadissa, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah

Nurmahni Harahap 11 ABSTRACT

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika. Vol 02 No 01 Tahun 2013, 20-25

Elok Rufaiqoh

(Artikel) Oleh KHOIRUNNISA

NASKAH PUBLIKASI. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Artikel Publikasi Ilmiah Diajukan sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Matematika

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai tanggung jawab besar dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. dilepaskan dari berbagai hal yang berkaitan dengan eksistensi gutu itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Urip Nurdiana, 2014

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. dengan eksistensi pendidikan. Jika pendidikan memiliki kualitas tinggi, maka

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan Indonesia masih menunjukan kualitas sistem dan mutu

I. PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan

BAB I PENDAHULUAN. Study (TIMSS) merupakan penilaian internasional terkait

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Abdul Latip, 2015

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

BAB I PENDAHULUAN. Mutu pendidikan di Indonesia saat ini belum tercapai seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas pendidikan. Pendidikan merupakan usaha sadar

2015 PROGRAM PENINGKATAN KINERJA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING BERDASARKAN HASIL ANALISIS KINERJA PROFESIONAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (2008:28) mengemukakan guru sangat menentukan keberhasilan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan tujuan pembangunan nasional khususnya di bidang pendidikan,

I. PENDAHULUAN. Belajar IPA (sains) merupakan cara ideal untuk memperoleh kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dan bahkan menjadi terbelakang. Dengan demikian pendidikan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Karakteristik abad 21 berbeda dengan abad-abad sebelumnya. Pada abad 21 ini

BAB I PENDAHULUAN. sangat ketat dalam segala aspek kehidupan. Menurut Zuhal (Triwiyanto,

BAB I PENDAHULUAN. Mutu pendidikan merupakan salah satu masalah nasional dan bahkan

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi IV. Rineka Cipta : Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Fathurahman, dkk (2012: 1) mendefinisikan bahwa. pendidikan merupakan suatu usaha pengaruh perlindungan dan bantuan

Analisis Buku Ajar Fisika Kelas X MIA Semester II Berdasarkan Literasi Sains di SMA Negeri Se-Kabupaten Purworejo Tahun Pelajaran 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. profesional harus menguasai betul seluk-beluk pendidikan dan pengajaran

) TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI DITINJAU DARI KEMAMPUAN VERBAL DAN KEMAMPUAN ABSTRAK BIOLOGI

DESKRIPSI KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU KIMIA PADA MATERI HIDROKARBON

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peranan guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Fokus isu-isu strategis pendidikan di Indonesia sekarang ini adalah permasalahan

BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS KESIAPAN GURU BIDANG STUDI DALAM MENGAJARKAN IPS TERPADU DI SMP NEGERI 6 KECAMATAN MEDAN KOTA Oleh: Andika Dewi Putri Kamarlin Pinem

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR DALAM POKOK BAHASAN PARTIKEL MATERI MELALUI MEDIA POWERPOINT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Joyful Learning Journal

BAB I PENDAHULUAN. Trends In International Mathematics And Science Study (TIMSS)

Transkripsi:

KAJIAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU IPA DI SMP KOTA SEMARANG 1 Ngurah Ayu NM 2, Susilawati 3, dan Siti Patonah 4 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang kompetensi profesional guru SMP di kota Semarang. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kebijakan dan pertimbangan untuk dikembangkan mengenai kompetensi profesional guru SMP di kota Semarang terhadap pembelajaran IPA terpadu, dapat memperkaya wawasan sehingga terpacu untuk selalu meningkatkan kompetensi profesional khususnya terhadap pembelajaran IPA terpadu serta berupaya meningkatan kualitas proses pembelajaran. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Subjek penelitian adalah guru-guru SMP di kota Semarang tahun ajaran 2010/2011. Teknik pengampilan sampel dengan purposive sampling method. Pengumpulan data kompetensi profesional melalui kuisioner dan wawancara. Data penelitian dianalisis dengan analisis deskriptif. Hasil penelitian ini diperoleh rata-rata kompetensi professional guru 5,85. Tingkat kompetensi professional guru IPA di SMP kota Semarang termasuk dalam kategori cukup, hal ini berarti bahwa kompetensi professional guru di kota Semarang masih memerlukan peningkatan kualitasnya. Kata Kunci: Kompetensi profesional, Guru IPA A. Pendahuluan Pendidikan di Indonesia mengalami masalah besar terutama masih rendahnya mutu pendidikan. Dengan kenyataan tersebut 1 Ringkasan hasil penelitian tahun 2011 2 Dosen pendidikan Fisika IKIP PGRI Semarang 3 Dosen pendidikan Fisika IKIP PGRI Semarang, email: susilawatiyogi@yahoo.com 4 Dosen pendidikan Fisika IKIP PGRI Semarang 124

dikhawatirkan Indonesia akan gagal dalam memasuki pasar bebas pada tahun 2020. Indikasi pada masalah tersebut telah nampak dari beberapa kompetensi akademis dan kenyataan di masyarakat. Hal tersebut terbukti pada penelitian tentang The Third International Mathematics and Science Study (TIMSS) diselenggarakan setiap empat tahun, Indonesia tiga kali berpartisipasi dalam penelitian tersebut. Pertama, pada tahun 1999 dengan peserta 38 negara, Indonesia berada pada urutan ke-32 pada bidang sains (Martin, et al. 1999). Kedua, pada tahun 2003, Indonesia berada pada urutan ke-36 dari 45 negara (Martin, et al. 2003). Ketiga, pada tahun 2007 dengan peserta 48 negara, Indonesia berada pada urutan ke-35 pada bidang sains (Gonzales, 2009). Selain itu, Penelitian tentang Programme for International Student Assessment (PISA) Indonesia ikut berpartisipasi selama tiga periode. Pertama, tahun 2000 diikuti 41 negara, Indonesia berada pada urutan ke-38 pada kemampuan sains (OECD, 2003). Kedua, tahun 2003 diikuti oleh 40 negara, Indonesia berada pada urutan ke-38 pada kemampuan sains (OECD, 2004). Ketiga, tahun 2006 diikuti oleh 57 negara, Indonesia berada pada urutan ke-53 pada kemampuan sains (OECD, 2007). Hal ini merupakan manifestasi penerapan pola pendidikan yang kurang sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan siswa yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan di Indonesia. Salah satu faktor utama yang menentukan mutu pendidikan adalah guru. Guru berada pada garda terdepan dalam menciptakan kualitas sumber daya manusia. Guru berhadapan langsung dengan siswa di kelas melalui proses pembelajaran. di tangan gurulah akan dihasilkan siswa yang berkualitas, baik secara akademis, skill, kematangan emosional, moral dan spiritual. Oleh karena itu, diperlukan sosok guru yang mempunyai kualifikasi, kompetensi dan dedikasi yang tinggi dalam menjalankan tugas profesionalnya (Kunandar 2007: 47). Paradigma baru yang harus diperhatikan guru dewasa ini adalah tidak terjebak pada rutinitas belaka, tetapi selalu mengembangkan dan memberdayakan diri secara terus menerus untuk meningkatkan kualifikasi dan kompetensinya, baik melalui pendidikan formal maupun pelatihan, seminar, lokakarya dan kegiatan sejenisnya. Guru jangan terjebak pada aktivitas datang, mengajar, pulang, begitu berulang-ulang sehingga lupa mengembangkan potensi diri secara maksimal. Selain itu, seiring dengan kemajuan teknologi informasi yang demikian pesat, Guru tidak hanya bertindak sebagai penyaji informasi, 125

tetapi juga harus mampu bertindak sebagai fasilitator, motivator, dan pembimbing yang lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencari dan mengolah sendiri informasi. Dengan demikian, keahlian guru harus terus dikembangkan dan tidak hanya terbatas pada penguasaan prinsip mengajar. Guru bertugas membelajarkan siswa-siswanya sehingga memperoleh berbagai pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang semakin sempurna kedewasaan dan pribadinya. Karena itulah guru terikat dengan berbagai syarat yang diantaranya guru disyaratkan untuk memiliki beberapa kemampuan dasar. Sebagai suatu profesi, guru merupakan suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan (Uno, 2008: 15). Walaupun pada kenyataannya masih terdapat hal-hal tersebut di luar bidang kependidikan. Seorang guru perlu mengetahui dan dapat menerapkan beberapa prinsip mengajar agar ia dapat melaksanakan tugasnya secara profesional. Selain itu, guru dapat melaksanakan evaluasi yang efektif serta menggunakan hasilnya untuk mengetahui prestasi dan kemajuan siswa serta dapat melakukan perbaikan dan pengembangan. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen disebutkan bahwa pendidikan yang bermutu sangat bergantung pada kapasitas satuan-satuan pendidikan dalam mentransformasikan peserta didik untuk memperoleh nilai tambah, baik yang terkait dengan aspek olah pikir, rasa, hati, dan raganya. Dari sekian banyak komponen pendidikan, guru dan dosen merupakan factor yang sangat penting dan strategis dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan di setiap satuan pendidikan. Berkaitan dengan hal tersebut, Permendiknas No. 16 tahun 2007mengenai kompetensi profesional yang diharapkan dicapai oleh seorang guru Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diantaranya adalah guru dapat memahami konsep konsep, hukum hukum, dan teori teori IPA serta penerapannya secara fleksibel. Selanjutnya, guru memahami proses berpikir IPA dalam mempelajari proses dan gejala alam serta guru dapat memahami hubungan antar berbagai cabang dan hubungan IPA dengan matematika dan teknologi terutama yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari hari. Di sekolah, pada umumnya terdiri atas guru-guru disiplin ilmu seperti fisika, kimia, dan biologi. Guru dengan latar belakang tersebut tentunya sulit untuk beradaptasi ke dalam pengintegrasian bidang kajian IPA, karena mereka yang memiliki latar belakang fisika tidak 126

memiliki kemampuan yang optimal pada Kimia dan Biologi, begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, sangat penting dilakukan penelitian untuk mengetahui deskripsi kompetensi guru khususnya kompetensi profesional terhadap pembelajaran IPA terpadu. B. Metode Penelitian Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui gambaran kompetensi profesional guru IPA di kota Semarang. Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitik. Deskriptif analitik digunakan untuk mendapatkan gambaran tingkat penelitian professional guru IPA SMP di kota Semarang. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru-guru SMP di kota Semarang pada tahun akademik 2010/2011. Sampel dalam penelitian ini yaitu seluruh guru-guru SMP di kota Semarang pada tahun akademik 2010/2011 yang mengikuti MGMP sebanyak 12 guru SMP. Sampel ini merupakan purposivesampling. Pengumpulan data dilakukan dengan kuisioner dan penilaian kinerja guru. Pengolahan data dilakukan dengan analisis deskriptif. Berdasarkan hasil dari analisis deskriptif diperoleh temuan yang selanjutnya dilakukan penulisan hasil laporan penelitian (Sugiyono, 2010). Adapun alur penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. 127

Studi Pendahuluan Perumusan Masalah Studi Literatur: Kompetensi guru, Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Profesional Penyusunan Instrumen: Kuisioner & penilaian kinerja Pengamatan & Penilaian Kinerja Guru Kuisioner kompetensi pedagogik & profesional guru Pengolahan & Analisis Data Temuan Kesimpulan Gambar 1. Alur Penelitian C. Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil penelitaian menunjukan bahwa skor variable kompetensi professional guru IPA berada antara 3,26 sampai dengan 7,48 pada skala 0-10. Dengan skor rata-rata sebesar5,85 dan standar deviasi 1,38. Berdasarkan analisis deskriptif data tersebut, jika frekuensi masing-masing skor dibandingkan dengan skor rata-rata yang dicapai yakni 5,85 maka hanya 50% guru yang mendapatkan skor di atas ratarata. Deskripsi kompetensi professional guru IPA dapat dilihat pada Tabel 1. 128

Tabel 1. Skor Rata-rata Kemampuan Profesional Guru IPA No. Indikator Kompetensi Profesional Rata-rata 1. Menguasai materi, struktur konsep, dan pola 14 pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu 2. Menguasai standar kompetensi dan 10 kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu. 3. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif. 12 4. Mengembangkan keprofesionalan secara 8 berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. 5. Memanfaatkankan teknologi informasi dan 10 komunikasi untuk mengembangkan diri. Skor Total 10,8 Berdasarkan analisis data maka histogram kompetensi professional guru IPA di SMP kota Semarang dapat dilihat pada Gambar 2. Skor Kompetensi Profesional 10 8 6 4 2 0 7.487.29 6.9 7.14 6.68 6.53 5.65 4.6 5.5 5.2 4 3.26 G1 G2 G3 G4 G5 G6 G7 G8 G9 G10 G11 G12 Skor Kompetensi Profesional Sampel Gambar 2. Histogram Skor Kompetensi Profesional Guru IPA 129

Hasil analisis deskriptif juga memberikan informasi bahwa tingkat kompetensi professional guru IPA SMP di kota Semarang termasuk dalam kategori rendah terlihat dari rata-rata 5,85 dari skala 0-10 atau dibawah 75% dari 100% skor kompetensi professional guru yang diharapkan. Hal ini berarti bahwa tingkat professional guru IPA SMP di kota Semarang perlu ditingkatkan, sehingga para guru tersebut sudah selayaknya mendapatkan kesempatan untuk mengikuti pelatihan dan pendidikan (Diklat) tingkat dasar dan lanjutan sebagai satu upaya untuk meningkatkan tingkat kompetensi profesionalnya. Berdasarkan dapat dilihat 30% (3 guru) yang berada dalam kategori memiliki kompetensi profesional yang baik. Berkaitan dengan hal itu, Kompetensi individu dipengaruhi dan dibentuk oleh lingkungannya yang dalam pandangan teknologi pembelajaran lingkungan tersebut diposisikan sebagai sumber belajar (Uno, 2008: 60). Selain itu, sistem informasi yang diperoleh seseorang dari lingkungannya berupa pengalaman yang diperoleh secara empiris melalui observasi, pengetahuan ilmiah yang diterimanya dari pendidikan formal, dan keterampilan yang dilakukannya secara mandiri turut mewarnai pembentukkan kompetensi dirinya. Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru berdasarkan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, yang menyatakan bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Keempat bidang kompetensi tidak berdiri sendiri, melainkan saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain dan mempengaruhi hubungan hierarkhis, artinya saling mendasari satu sama lainnya. Kompetensi yang satu mendasari kompetensi yang lainnya (Saud, 2009: 47). Menurut Mohammad Amin (Uno, 2008: 64), kompetensi guru pada hakikatnya tidak bisa dilepaskan dari konsep hakikat guru dan hakikat tugas guru. Kompetensi guru mencerminkan tugas dan kewajiban guru yang harus dilakukan sehubungan dengan arti dan jabatan guru yang menuntut suatu kompetensi tertentu. Annetta & Dotger (2006) mengemukakan bahwa pentingnya untuk memperkuat pengetahuan mengajar dalam daerah specific knowledge, sehingga anak didik dapat memahami pengetahuan dasar IPA. Berdasarkan hasil penelitian kompetensi professional guru IPA di SMP kota Semarang harus terus ditingkatkan. Karena menurut Kunandar (2007: 64)guru adalah pendidik profesional dengan tugas 130

utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi siswa. Guru profesional harus mampu menganalisis, mendiagnosis dan memprognosis situasi pendidikan. Guru yang memiliki kompetensi profesional perlu menguasai antara lain: a) disiplin ilmu pengetahuan sebagai sumber bahan pelajaran; b) bahan ajar yang diajarkan; c) pengetahuan tentang karakteristik siswa; d) pengetahuan tentang filsafat dan tujuan pendidikan; e) pengetahuan serta penguasaan metode dan model pembelajaran; f) penguasaan terhadap prinsip-prinsip teknologi pembelajaran g) pengetahuan terhadap penilaian, dan mampu merencanakan, memimpin guna kelancaran proses pendidikan. Tuntutan atas kompetensi ini mendorong guru untuk memperoleh informasi yang dapat memperkaya kemampuan agar tidak mengalami ketinggalan dalam kompetensi profesionalnya. D. Penutup Tingkat kompetensi professional guru IPA di SMP kota Semarang termasuk dalam kategori cukup, hal ini berarti bahwa kompetensi professional guru di kota Semarang masih memerlukan peningkatan kualitasnya. Dengan usaha peningkatan kompetensi professional guru diharapkan akan mampu meningkatkan hasil belajar IPA siswa SMP di kota Semarang. Hal ini menunjukkan bahwa kompetensi profesional guru merupakan dua variable penting yang sangat perlu diperhatikan dalam usaha peningkatan hasil belajar IPA siswa SMP di kota Semarang Daftar Pustaka Anneta, Leonard a & Sharon Dotger (2006). Aligning Preservice Teacher Basic Science Knowledge with Intasc I and NSTA Core Content Standards. Eurasia Journal of mathematics, science and technology education, 2(2), 1-19 Gonzales, P. 2009. Highlights From TIMSS 2007: Mathematics and Science Achievement of U.S. Fourthand Eighth-Grade Students in an International Context. Washington: National Center for Education Statistics. [Online]. Tersedia: http://nces.ed.gov/pubs2009/2009001.pdf. [5 Februari 20011] 131

Kunandar. 2007. Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan dan Sukses dalam Sertifikasi Guru.Jakarta: Raja Grafindo Persada. Martin, O. Et al. 1999. International Report: Finding from IEA s Repeat of the Third International Mathematics and Science Study at the Eight Grade (TIMSS). Boston: ISC.. 2003. International Report: Finding from IEA s Repeat of the Third International Mathematics and Science Study at the Eight Grade (TIMSS). Boston: ISC. OECD. 2003. Literacy Skills for the World of Tomorrow: Further Results from PISA 2000. [Online]. Tersedia: http://www.pisa.oecd.org/docs/download/pisaplus_eng01.pd f OECD. 2004. Learning for Tomorrows World-First Results from PISA 2003. [Online]. Tersedia: http://www.pisa.oecd.org/dataoecd /1/60/34002216.pdf OECD. 2007. Executive Summary PISA 2006: Science Competencies for Tomorrow s World. [Online]. Tersedia: http://www.eric.ed.gov /ERIC Docs/data/ericdocs2sql/contentstorage01/0000019b/80/43/23/b 9.pdf Saud, Udin Syaefudin. 2009. Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Sutedjo, B. 2008. Panduan Pengembangan pembelajaran IPA Terpadu. [Online]. Tersedia: http://www.puskur.net/ipa%terpadu%20.pdf Uno, Hamzah B. 2008. Profesi Kependidikan: Problema, Solusi, Reformasi, Pendidikan Di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara. 132