BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan dari penelitian tentang pembuatan peta isohyet berdasarkan data NOAA-AVHRR, dapat diambil kesimpulan : 1. Peta isohyet yang dibuat berdasarkan data NOAA-AVHRR mendekati peta isohyet yang dibuat berdasarkan data stasiun penakar hujan. 2. Perbedaan curah hujan antara citra NOAA-AVHRR dengan stasiun penakar hujan terjadi karena curah hujan yang terekam oleh citra NOAA-AVHRR adalah kumpulan titiktitik air dan kristal-kristal air yang membentuk awan, sedangkan curah hujan dari stasiun penakar hujan adalah titik-titik air dari awan yang telah sampai di bumi. 3. Beda curah hujan antara citra NOAA-AVHRR menggunakan teknik model awan dengan stasiun penakar hujan berkisar antara 0,0 mm/hari hingga 35,6 mm/hari pada bulan Januari- Februari dan antara 0,0 mm/hari hingga 4,9 mm/hari pada bulan Juli-Agustus. 4. Skala yang biasanya dipakai dalam peta isohyet adalah skala kecil antara 1:25.000 hingga 1:50.000. Namun karena data yang dipakai adalah data NOAA-AVHRR yang memiliki resolusi spasial 1,1 km maka skala yang diperbolehkan adalah antara 1:500.000 hingga 1:1000.000. Peta isohyet kawasan Gerbangkertosusila ini memakai skala 1:1.000.000. 5. Pada bulan basah dalam pola musim yang berlaku di Indonesia, curah hujan NOAA-AVHRR yang menunjukkan nilai lebih tinggi dibandingkan dengan data stasiun penakar hujan sebanyak 31,5%, sedangkan yang menunjukkan nilai lebih rendah dibandingkan dengan data stasiun penakar hujan sebanyak 34,7%, dan sebesar 33,8% menunjukkan nilai curah hujan yang sama. Pada bulan kering dalam pola musim yang yang berlaku di Indonesia curah hujan NOAA-AVHRR yang 49
50 menunjukkan nilai lebih tinggi dibandingkan dengan data stasiun penakar hujan sebanyak 0,6%, sedangkan yang menunjukkan nilai lebih rendah dibandingkan dengan data stasiun penakar hujan sebanyak 0,2%, dan sebesar 99,2% menunjukkan nilai curah hujan yang sama. 6. Model matematis pada bulan basah yaitu y=0,921x+0,933 dengan R 2 yang dihasilkan sebesar 62,3 % dengan batasan curah hujan antara 0,0 mm/hari sampai dengan 63,0 mm/hari. Sedangkan pada bulan kering model matematis yaitu y=- 0,001x+0,004 dengan R 2 yang dihasilkan sebesar 0,0 % dengan batasan curah hujan antara 0,0 mm/hari sampai dengan 4,9 mm/hari. 5.2 Saran 1. Hasil estimasi akan lebih baik jika digunakan beberapa variabel yang diperkirakan sangat berpengaruh pada proses terjadinya hujan seperti ketebalan awan, kecepatan angin dan intensitas radiasi matahari serta dapat dikembangkan estimasi curah hujan menggunakan satelit cuaca yang lain. 2. Perlu adanya penelitian sejenis untuk daerah Indonesia dengan data pengamatan yang panjang selama bulan basah, bulan kering serta bulan-bulan peralihan.
DAFTAR PUSTAKA Adhi, M. 2009. Klimatolog Pertanian. <URL: http://adhiemayoe.blogspot.com/2009/05/klimatologipertanian.html > Dikunjungi pada tanggal 28 Juni 2010, jam 21.00 WIB Adler, R dan A.J, Negri. 1988. A Satellite Infrared Technique to Estimate Tropical Convective and Stratiform Rainfall. J. Appl. Meteor. Aljabaro, R. 2007. Estimasi Curah Hujan Menggunakan Data Satelit Geostasioner. Tugas Akhir. Bandung : Institut Teknologi Bandung. Ansari. 2008. Konsep Dasar Klimatologi. Pelatihan Pemanfaatan Informasi Iklim. Pusat Penelitian Teh dan Kina. Gambung : Kebun Panglejar. Arkin, P.A. 1979. The Relationship Between Fractional Coverage Of High Cloud And Rainfall Accumulation During GATE Over The B-scale Array. Mon. Wea. Rev., 107, 1382-1387. Balitklimat. 2007. Penggunaan Metode Filter Kalman Untuk Prakiraan Curah Hujan Di Sentra Produksi Pangan. Balai Penelitian Agroklimat Dan Hidrologi. Badan Litbang Pertanian. Bayong, T.H.K. 1990. Klimatologi Umum. Bandung : ITB Bendix, J. 1997. Adjustment Of The Convective-Stratiform Technique (CST) To Estimate 1991/93 El Nino Rainfall Distribution In Ecuador And Peru By Means Of Meteosat-3 Ir Data. Int. J. Remote Sensing, Vol. 18, No. 6. Department of Geography, University of Bonn, Jerman BMG. 2008. Evaluasi Hujan Oktober 2008, Prakiraan Hujan Desember 2008 dan Prospek Hujan Agustusi 09, Edisi 27 tahun XV. Stasiun Klimatologi Karang Ploso. 51
52 BMKG. 2010. Prospek Cuaca Satu Minggu Kedepan. <URL: http://meteo.bmg.go.id/cuacamingguan.jsp > Dikunjungi pada tanggal 30 April 2010, jam 17.00 WIB Darmawan, S. 2007. Identifikasi, Estimasi dan Prediksi Hasil Tanaman Petanian dengan Satelt Inderaja. Bandung : Pusat Penginderaan Jauh ITB Draper, N dan Smith, H. 1992 Analisis Regresi Terapan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Dayantolis. 2008. Proses Fisis Pembentukan Awan dan Hujan Tropis.<URL:http://dayant.blog.friendster.com/2008/01/prose s-fisis-pembentukan-awan-dan-hujan-tropis/>. Dikunjungi pada tanggal 30 April 2010, jam 16.20 WIB Geoscience Australia. AVHRR Sensor Characteristics.2007. <URL:http://www.ga.gov.au/acres/prod_ser/noaadata.jsp > Dikunjungi pada tanggal 23 Maret 2010 jam 19.20 WIB Handayani, N. 2005. Studi Penentuan Pola Distribusi Curah Hujan dengan Berbagai Kala Ulang. Thesis. Surabaya : ITS Surabaya Harjana, T. 2004. Variasi Seasonal Dan Interannual Suhu Puncak Awan Dan Hujan Daerah Indonesia. Hartuti, M. 2008. Penentuan Curah hujan Dari Data NOAA- AVHRR. Pelatihan Zona Potensi Penangkapan Ikan. LAPAN- PSDAL. Kadarsah. Tiga Pola Curah Hujan Indonesia. <URL: http://kadarsah.wordpress.com/2007/06/29/rata-rata-curahhujan-bulanan-indonesia-1961-1993>. Dikunjungi pada tanggal 5 September 09, jam 11.00 WIB Khairullah. 2008. Instrumen Klimatologi. Stasiun Klimatologi Klas I Banjar Baru. Parwati. 2009. Pengolahan Lanjut Data NOAA-Temperature Brightness (TB). LAPAN-PSDAL. Prasasti, I, dkk. 2000. Model Ekstraksi Data NOAA-TOVS/ NOAA-KLM-ATOS. Laporan Akhir Riset Unggulan Kemandirian Kedirgantaraan. LAPAN-PSDAL.
Perdana, A.P. 2006. Kajian Curah hujan Berdasarkan Analisis Data Penginderaan Jauh dan Data Stasiun penakar hujan di Selatan Pulau Jawa, Pulau Bali dan Kepulauan Nusa Tenggara. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. Purwadhi, S.H. 2001. Interpretasi Citra Digital. Jakarta: Grasindo. Ritung, S, dkk. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan Dengan Contoh Peta Arahan Penggunaan Lahan Kabupaten Aceh Barat. Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre. Slamet, LS, Berliana, SS. 2007. Indikasi Perubahan Iklim Dari Pergeseran Bulan Basah, Kering dan Lembab. Prosiding Seminar Nasional Pemanasan Global dan Perubahan Global - Fakta, Mitigasi, dan Adaptasi Suroso. 2006. Analisis Curah Hujan untuk Membuat Kurva Intensity-Duration-Frequency (IDF) di Kawasan Rawan Banjir Kabuaten Banyumas. Jurnak Teknik Sipil, Vol. 3, No.1. Purwakarta : Universitas Jendral Sudirman Tetelay, FF. 2008. Lingkungan Hutan Tropis. <URL: http://www.irwantoshut.com/silvikultur_hutan_alam_tropika. html>. Dikunjungi pada tanggal 30 April 2010, jam 16.45 WIB. Walpole, R.E. 1995. Pengantar Statistika Edisi Ke-3. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
54 Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
55 Biodata Penulis Noer Rochma Damayanti Lahir di Gresik, 30 April 1988. Anak ketiga dari lima bersaudara. Telah menempuh pendidikan formal di TK Sekar Kedaton dan MI Ma arif Putri Sidomukti, SLTP Islam Manbaul Ulum, dan SMA N 1 Gresik. Lulus SMA N tahun 2006, mengikuti jalur SPMB dan diterima di Program Studi Teknik Geomatika FTSP-ITS tahun 2006. Terdaftar dengan NRP 3506 100 060. Selama menjadi mahasiswa S1, penulis aktif di berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh Program Studi Teknik Geomatika FTSP-ITS dan di luar kampus. Penulis juga aktif di organisasi intra dan ekstra kampus seperti Himpunan Mahasiswa Geomatika (HIMAGE-ITS). Selain itu penulis juga aktif dalam beberapa Latihan Ketrampilan Manajemen Mahasiswa sebagai pemandu. Penulis juga aktif mengikuti beberapa kegiatan penulisan karya ilmiah dan lolos dua kali hingga tingkat DIKTI. Untuk menyelesaikan studi di ITS, penulis mengambil Tugas Akhir di bidang keahlian Geomatika dengan meneliti tentang Pembuatan Peta Isohyet Kawasan Gerbangkertosusila Berdasarkan Data NOAA AVHRR. Pada proses penelitian, penulis melakukan sebagian pekerjaan dan pengolahan data di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional-LAPAN Jakarta.