MEMBACA GAMBAR TEKNIK

dokumen-dokumen yang mirip
ALAT GAMBAR PERTEMUAN II

TEKNIK GAMBAR DASAR A. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN GAMBAR

MEMBACA GAMBAR TEKNIK MESIN

MENGGAMBAR GARIS. Yesi Marlina 87678/2007

Mistar segitiga siku-siku. Mistar segitiga samakaki. Arah gerakan KIM/ IND - II

HANDOUT GAMBAR TEKNIK

MENGGAMBAR PROYEKSI ORTOGONAL

MENGGAMBAR PROYEKSI AKSONOMETRI

MENGGAMBAR TEKNIK DASAR MENGGAMBAR KONSTRUKSI GEOMETRIS A.20.02

Berdasarkan jenis kertasnya, kertas gambar yang dapat kita gunakan untuk menggambar teknik adalah

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

JENIS-JENIS GARIS DAN ALAT-ALAT GAMBAR. Jenis-jenis Garis

BAHAN AJAR MENGGAMBAR TEKNIK KODE :

4. VISUALISASI DAN GAMBAR SKET

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SUB SEKTOR INDUSTRI BARANG DARI LOGAM SUB BIDANG PENGELASAN SMAW

Kegiatan Pembelajaran 2. Standar Kertas dan Tata Letak pada Gambar Teknik A. Deskripsi

Contoh Soal Gambar Teknik

Penggaris pita atau Meteran. Macam-macam penggaris

KATA PENGANTAR. Yogyakarta, Juli Penulis

FORMAT GAMBAR PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR ATA 2014/2015 LABORATURIUM TEKNIK INDUSTRI LANJUT UNIVERSITAS GUNADARMA

MEMBACA GAMBAR TEKNIK

Modul ini berisi teori tentang Hiperbola dan praktek menggambarnya dengan bantuan lingkaran maupun dengan bantuan persegi panjang.

3.1. Sub Kompetensi Uraian Materi MODUL 3 MENGGAMBAR BENTUK BIDANG

MODUL TUGAS BESAR MENGGAMBAR TEKNIK

BAB. I PENDAHULUAN. A. Deskripsi. B. Prasyarat. C. Petunjuk Penggunaan Modul

Diunduh dari BSE.Mahoni.com

Modul ini berisi teori tentang ELIPS dan praktek menggambarnya dengan bantuan lingkaran maupun dengan bantuan persegi panjang.

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 TEKNIK GAMBAR MESIN

PEMBERIAN UKURAN DIMENSI

BAB IV GAMBAR TEKNIK

PENGGUNAAN ALAT DAN STANDARISASI GAMBAR

Bab 4 SISTEM PROYEKSI 4.1. PENGERTIAN PROYEKSI GAMBAR PROYEKSI

Berikut ini adalah materi pembelajaran mengenai Proyeksi,Sebagai. salah satu bagian dari materi mata pelajaran Membaca gambar mudahmudahan

DASAR-DASAR MENGGAMBAR TEKNIK

MENGGAMBAR KONSTRUKSI PERSPEKTIF

MEMBERI UKURAN PADA GAMBAR KERJA

JOB SHEET Menggambar Proyeksi Isometrik. B. Kompetensi Dasar Menggambar perspektif, proyeksi, pandangan dan potongan

Tentang mata kuliah TEKNIK KOMUNIKASI

ANGKA UKUR. Angka ukur diletakan di tengah-tengah garis ukur. Angka ukur tidak boleh dipisahkan oleh garis gambar. Jadi boleh ditempatkan dipinggir.

A. Deskripsi Modul ini terdiri dari 3 (tiga) kegiatan belajar, yaitu: 1. Menggambar sudut 2. Memindahkan sudut 3. Membagi sudut

PENGGUNAAN ALAT DAN STANDARISASI GAMBAR

BAB I PENDAHULUAN. 2. Membagi keliling lingkaran sama besar.

MENGGAMBAR TEKNIK I. Jl. Letjend Suprapto No.73 Kebumen - Jawa Tengah 54311

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Sebelum peneliti membahas tentang landasan teori, peneliti

MODUL TUGAS BESAR MENGGAMBAR TEKNIK

Dosen: Haryono Putro, ST.,SE.,MT. Can be accessed on:

Bab 3 KONSTRUKSI GEOMETRIS 3.1. KONSTRUKSI-KONSTRUKSI DASAR.

MATA KULIAH PROYEKSI & PERSPEKTIF

MENGINTERPRETASIKAN GAMBAR TEKNIK Kode Kompetensi : 021-DKK-005

TEKNIK JILID 2 SMK. Suparno

BAB. I PENDAHULUAN. A. Deskripsi. B. Prasyarat. C. Petunjuk Penggunaan Modul

GAMBAR TEKNIK & PENGUKURAN

KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

MATA KULIAH PROYEKSI DAN PERSPEKTIF. Arsianti Latifah, S.Pd., M.Sn. Program Studi Pendidikan Seni Rupa FBS UNY

1. PENGENALAN ALAT KERJA BANGKU

PERTEMUAN 2 GARIS, HURUF DAN KONSTRUKSI GEOMETRIS

GAMBAR BUKAAN/BENTANGAN GEOMETRI, GEOMETRI LANJUT BENDA KERUCUT/KONIS

Menggambar Teknik ASRI WULAN, ST., MT

commit to user BAB II DASAR TEORI

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. gambar kerja sebagai acuan pembuatan produk berupa benda kerja. Gambar

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB II LANDASAN TEORI Alat-alat Pembantu Untuk Meningkatkan Produksi Pada Mesin. dan kecepatannya sayatnya setinggi-tingginya.

Menggambar Chasis Elektronika

MEMBUAT ULIR DENGAN TANGAN

KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

ALAT UKUR DAN PENANDA DALAM KERJA BANGKU

Relly Andayani MENGGAMBAR REKAYASA

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH MENGGAMBAR TEKNIK (T.INDUSTRI /S1) KODE / SKS KD /2 SKS

kurve sambungan

TEKNIK MEMBACA GAMBAR

MENGGUNAKAN MESIN UNTUK OPERASI DASAR

GAMBAR PROYEKSI ORTOGONAL

D. GEOMETRI 2. URAIAN MATERI

MEMBUAT MACAM- MACAM SAMBUNGAN PIPA

MENGGAMBAR DETAIL SECARA RINCI

PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI MEKANIK JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN

MEMBUAT MACAM- MACAM SAMBUNGAN PIPA

BAB. I PENDAHULUAN. A. Deskripsi. B. Prasyaratan. C. Petunjuk Penggunaan Modul

Gambar Teknik. TKS sks. Dr. Ir. Istiarto, M.Eng. Toriq Arif Ghuzdewan, ST, M.Sc.E. Dr. M. Zudhy Irawan, ST, MT Dr.

MODUL TUGAS BESAR MENGGAMBAR MESIN

POROS BERTINGKAT. Pahat bubut rata, pahat bubut facing, pahat alur. A. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan poros bertingkat ini yaitu :

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

Gambar Teknik TKS sks Dr. Ir. Istiarto, M.Eng. Thoriq A Guzdewan, ST, M.Sc., M.Phil. Dr. Teuku Faisal Fathani, ST, MT Intan Supraba, ST, M.Sc.

DASAR GAMBAR PROYEKSI

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional

B. Kegiatan Belajar. 1. Kegiatan Belajar 1 Menentukan Persyaratan Kerja

PERTEMUAN 6 PENYAJIAN GAMBAR KHUSUS

SOAL LATIHAN 1 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

GERGAJI TANGAN PADA KERJA BANGKU

GAMBAR TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN

MODUL 6 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N (MENGI KI R) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs.

IDENTIFIKASI KESALAHAN ESENSIAL GAMBAR KERJA PRAKTIK PEMESINAN DI SMK MUHAMMADIYAH 1 BANTUL TUGAS AKHIR SKRIPSI

3. Mesin Bor. Gambar 3.1 Mesin bor

KONSEP DASAR PERKAPALAN RENCANA GARIS C.20.02

PEMBACAAN DAN PEMAHAMAN GAMBAR TEKNIK

MODUL 9 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N (MENGEBOR DAN MELUASKAN) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH :

GAMBAR BUKAAN/BENTANGAN GEOMETRI LANJUT BENDA TRANSISI

MODUL TUGAS BESAR MENGGAMBAR MESIN

Toleransi& Implementasinya

Transkripsi:

MODUL MEMBACA GAMBAR TEKNIK SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MESIN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK GAMBAR MESIN BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2005 1

MODUL MEMBACA GAMBAR TEKNIK SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MESIN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK GAMBAR MESIN PENYUSUN DJOKO WINARNO BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2005 2

Kata Pengantar Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkat, rahmat dan karunia-nya sehingga tersusunnya buku Modul MEMBACA GAMBAR TEKNIK ini. Buku Modul ini disusun berdasarkan Kurikulum SMK 2004 yang menerapkan prinsip prinsip pembelajaran berbasis kompetensi. merupakan suatu kompetensi, suatu kemampuan atau kecakapan yang harus dimiliki oleh peserta didik/diklat SMK dengan bidang keahlian Teknik Mesin khususnya pada program keahlian Teknik Gambar Mesin. Dengan mempelajari dan melaksanakan latihan latihan membaca gambar yang disajikan secara baik dalam pembuatan gambar maupun membaca gambarnya diharapkan buku modul ini dapat memperlancar proses belajar mengajar, dapat memberikan wawasan pada peserta Diklat di SMK khususnya dan para pembaca umumnya sebagai salah satu upaya untuk menyiapkan peserta diklat yang mampu bekerja, baik secara mandiri maupun mengisi lowongan pekerjaan sebagai tenaga kerja tingkat menengah. Selain itu keberadaan buku modul ini diharapkan dapat mengembangkan sikap profesional dalam pekerjaan serta menunjang pengembangan diri melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Dalam menyusun buku modul ini masih banyak kekurangan dan untuk itu penyusun mengharapkan kritikan yang sifatnya membangun demi perbaikan selanjutnya. Agustus 2005 Penyusun 3

Daftar Isi Halaman Sampul... Halaman Francis... Kata Pengantar... Daftar Isi... Peta Kedudukan Modul... Peristilahan / Glossarium... 1 2 3 4 6 7 BAB. I PENDAHULUAN... A. Deskripsi... B. Prasyarat... C. Petunjuk Penggunaan Modul... D. Tujuan Akhir... E. Kompetensi... F. Cek Kemampuan... 8 8 8 9 10 11 15 BAB. II PEMBELAJARAN... A. Rencana Belajar Siswa... B. Kegiatan Belajar... 1. KEGIATAN BELAJAR 1 : MEMBACA GAMBAR TEKNIK a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran... b. Materi Pembelajaran... 2. KEGIATAN BELAJAR 2 : GAMBAR POTONGAN... a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran... b. Materi Pembelajaran... 3. KEGIATAN BELAJAR 3 : UKURAN PADA GAMBAR KERJA... a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran... b. Materi Pembelajaran... 4. KEGIATAN BELAJAR 4 : TOLERANSI DAN SUAIAN... a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran... 16 16 17 17 17 17 92 92 92 108 108 108 130 130 130 186 188 189 190 191 198 198 198 199 4

b. C. D. E. F. G. Materi Pembelajaran... Rangkuman... Tugas... Tes Formatif... Kunci Jawaban... Lembar Kerja... 201 202 BAB. III EVALUASI... A. Evaluasi 1... 1. Tes Formatif... B. Kunci Jawaban... BAB. IV PENUTUP... DAFTAR PUSTAKA... 5

Peta Kedudukan Modul M18. 1A M7. 6A M2.5C11A M9. 10B M7. 7A M9. 1A M9. 7B M9. 3A M7. 5A M9. 9B M9. 5A M9. 2A Keterangan : M2.5C11A M18.1A M9.1A Mengukur dengan menggunakan alat ukur Menggunakan perkakas tangan Menggambar dan membaca sketsa 6

M9.3A M7.5A M7.6A M7.7A M9.5A M9.7B M9.9B M9.10B Membaca gambar teknik dasar Mempersiapkan gambar teknik (dasar) Bekerja dengan mesin umum Melakukan pekerjaan dengan mesin bubut Melakukan pekerjaan dengan mesin frais Menggambar detail secara rinci Menggambar bagian secara rinci Menggambar 2D dengan sistem CAD Menggambar 3D dengan sistem CAD Peristilahan / Glossarium Istilah ISO JIS NEN DIN SII Piktorial Ortogonal Toleransi Keterangan Kependekan dari International Standartization for Organization yang berkedudukan di Swiss yang mengatur dan mengawasi standart, ukuran, managemen dan kualitas produk seluruh anggotanya di seluruh dunia. Kependekan dari Japan International Standart, yaitu standart Jepang yang digunakan dinegaranya dan kelompoknya. Standart yang dipunyai Belanda dan berkedudukan di negara Belanda untuk menstandarisasi ukuran ukuran dari Belanda NEDERLAND STANDARTZATION. Kependekan dari Dhate International Normalization yang berkedudukan di Jerman, untuk menstandarkan ukuran produk produk Jerman dan anggotanya. Kependekan dari Standart International Indonesia, berkedudukan di Indonesia dan digunakan untuk didalam negeri sendiri mengenai ukuran, managemen, dan ketentuan ketentuan lainnya. Untuk menampilkan gambar gambar 3 dimensi pada sebuah bidang 2 dimensi. Dapat kita lakukan dengan beberapa macam cara proyeksi sesuai dengan aturan menggambar. Gambar proyeksi yang bidang proyeksinya mempunyai sudut tegak lurus terhadap proyektornya. Garis garis yang memproyeksikan benda terhadap bidang proyeksi disebut Proyektor. Selisih penyimpangan ukuran membesar yang bisa digunakan dan selisih ukuran mengecil yang dapat 7

diterima oleh semua pekerja dan perusahaan industri. Batasan penyimpangan yang diizinkan dari suatu bentuk Toleransi Bentuk benda kerja terhadap bentuk benda kerja yang ideal. Batasan penyimpangan posisi yang diizinkan dari suatu benda kerja terhadap posisi suatu pasangan dari dua Toleransi Posisi atau beberapa benda kerja yang berpasangan sempurna. BAB. I PENDAHULUAN A. Deskripsi Judul modul ini adalah berisi empat bagian utama, yaitu Pendahuluan, Pembelajaran, Evaluasi dan Penutup. Modul ini digunakan setelah peserta didik mempelajari modul M9.1A dan digunakan sebagai prasyarat untuk melanjutkan ke modul seri M9.5A. Hasil belajar yang akan dicapai oleh peserta didik setelah mempelajari modul ini adalah memahami prinsip prinsip dasar mengerti membaca gambar dan mampu secara mendasar mengenai gambar teknik untuk benda benda sederhana, mampu belajar sendiri dari kekurangan yang diperoleh setelah melakukan pembelajaran. Pemahaman mengenai prinsip prinsip membaca gambar dan mengamati suatu gambar, mengevaluasi terhadap gambar gambar kerja akan berguna bagi peserta didik sebagai pembentukan watak dalam bekerja dibidang keahlian gambar teknik mesin dan akan menjadi kebiasaan positif setelah bekerja di industri sehingga menjadi salah satu penunjang budaya mutu dan kerja profesional. Hal ini akan menunjang pula pada peningkatan kemampuan (pengetahuan, keterampilan dan sikap) peserta dalam menguasai kompetensi lainnya dalam bidang keahlian gambar mesin. B. Prasyarat Persyaratan untuk mempelajari dan menggunakan modul ini adalah : 8

1. Peserta didik telah menyelesaikan dan telah dinyatakan berhasil menguasai kompetensi yang dipersyaratkan dalam modul seri. 2. Peserta didik telah mengikuti dan dinyatakan lulus test penguasaan kemampuan awal yang dipersyaratkan untuk mempelajari dan menggunakan modul ini. Test tersebut dilakukan oleh pihak berwenang untuk melakukan uji kompetensi. C. Petunjuk Penggunaan Modul 1. Penjelasan Bagi Siswa Dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan modul ini, peserta didik perlu memmperhatikan beberapa hal yaitu : a. Langkah langkah belajar yang ditempuh 1) Menyiapkan semua bukti penguasaan kemampuan awal yang diperlukan sebagai persyaratan untuk mempelajari modul. 2) Melaksanakan test kemampuan awal yang dipersyaratkan untuk mempelajari modul ini. 3) Mempelajari modul secara seksama. b. Perlengkapan yang diperlukan 1) Buku modul. 2) Pakaian untuk melaksanakan praktek gambar. 3) Mesin gambar dan perlengkapannya 4) Lembar kerja 5) Buku buku referensi. 6) Dan perlengkapan yang dibutuhkan. c. Hasil pelatihan yang diperoleh 1) Daftar nilai hasil pelatihan. 2) Portofolio. 3) Hasil pekerjaan gambar. 4) Bukti berapa hasil yang diperoleh. 2. Peran Guru a. Membantu siswa dalam merencanakan tahap belajar. b. Membimbing siswa melalui tugas tugas pelatihan yang dijelaskan dalam tahap belajar. c. Membantu siswa dalam menghadapi konsep dan praktek gambar dan menjawab pertanyaan. 9

d. e. f. g. h. i. D. Membantu siswa dalam mencantumkan dan mengakses sumber tambahan lain yang diperlukan untuk belajar. Mengorganisasikan kegiatan belajar kelompok jika diperlukan. Menentukan seorang pendamping/ahli di tempat kerja untuk membantu siswa. Melakukan atau melaksanakan penilaian. Menjelaskan kepada siswa mengenai bagian yang diperlukan untuk dibenahi dan rencana belajar selanjutnya. Mencatat pencapaian dan kemampuan siswa dalam belajar. Tujuan Akhir Tujuan akhir yang ingin dicapai setelah mempelajari modul ini : 1. a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. m. n. o. Kinerja yang diharapkan Peserta didik mampu memperhatikan aspek keselamatan kerja. Peserta didik mampu menentukan persyaratan kerja. Peserta didik mampu mempersiapkan pekerjaan. Peserta didik mampu membaca gambar. Peserta didik mampu mengidentifikasikan gambar. Peserta didik mampu menjelaskan gambar. Peserta didik mampu mengerjakan tugas gambar. Peserta didik mampu memastikan besarnya ukuran. Peserta didik mampu membaca perintah perintah dalam gambar. Peserta didik mampu merencanakan langkah langkah penggambaran. Peserta didik mampu melaksanakan perintah dalam gambar. Peserta didik mampu mengidentifikasikan material yang dipakai. Peserta didik mampu mengidentifikasikan simbol pengajaran. Peserta didik mampu mengidentifikasikan simbol toleransi dan toleransi geometris dan nilainya. Peserta didik mampu mengidentifikasikan simbol kebesaran dan nilainya. 10

11

E. Kompetensi Bidang Keahlian Program Keahlian Kompetensi Kode Durasi Pembelajaran LEVEL KOMPETENSI KUNCI : : : : : Teknik Mesin Teknik Gambar Mesin 240 jam @ 45 menit A 2 B 1 1. 2. 3. KONDISI KERJA 4. 5. C 2 D 1 E 1 F 1 Kegunaan Kompetensi Industri yang melakukan kegiatan permesinan Sumber Informasi Kode Standart Buku buku pedoman Referensi bahan dari produsen Pelaksanaan K3 Penanganan pemeliharaan alat gambar Bekerja dengan prosedur yang aman Kelengkapan Alat alat menggambar teknik Gambar teknik Contoh benda kerja Kegiatan Membaca gambar teknik Memilih gambar teknik yang benar 12 G 1

KRITERIA UNJUK KERJA 1 2 1. Membaca gambar Komponen, teknik rakitan atau objek dikenali sesuai dengan permintaan. Mengidentifikasi jumlah benda kerja yang terdapat dalam gambar. Membaca gambar pandangan. SUB KOMPETENSI Ukuran ukuran diidentifikasi sesuai dengan bidang pekerjaan. Instruksi diidentifikasi dan diikuti sesuai dengan permintaan. Persyaratan material diidentifikasi sesuai dengan permintaan. Simbol simbol yang digunakan pada gambar dapat dikenali pada gambar LINKUP BELAJAR 3 Membaca gambar pandangan. MATERI UTAMA PEMBELAJARAN SIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN 4 5 6 Mengerti cara membaca gambar pandangan. Mengidentifika si jumlah benda kerja yang terdapat dalam gambar. Mengerti cara membaca gambar pandangan. Mengidentifikasi bentuk benda sesuai gambar. Identifikasi satuan ukuran yang digunakan pada satuan persiapan gambar. Mengidentifika si bentuk benda sesuai gambar. Mengidentifika sikan satuan ukuran yang digunakan pada persiapan gambar. Identifikasi ukuran ukuran dari bentuk utama benda kerja yang tercantum pada gambar. 13 Mengidentifika sikan ukuran ukuran dari bentuk utama benda kerja yang tercantum pada gambar.

1 2 2. Memilih gambar teknik yang benar Gambar diperiksadan disahkan kebenarannya dengan persyaratan atau peralatan kerja. Status diperiksa disahkan. 3 Identifikasi pengerjaan. 4 5 Mengidentifika sikan tanda pengerjaan. tanda Identifikasi langkah pengerjaan benda sesuai gambar. Mengidentifika sikan langkah pengerjaan benda sesuai gambar. Identifikasi bahan benda kerja sesuai gambar. Identifikasi dan pengertian simbol simbol yang digunakan pada gambar Mengidentifika sikan bahan benda kerja sesuai gambar. Mengidentifika sikan pengertian simbol simbol yang digunakan pada gambar Mengerti cara membaca gambar pandangan. Prosedur memeriksa dan mengesahkan gambar. gambar dan 14 Memahami prosedur memeriksa dan mengesahkan gambar. 6

1 2 3 Identifikasi gambar. 4 5 Mengidentifika si status gambar. status Identifikasi sumber informasi yang berhubungan dengan status gambar. Mengidentifika sikan sumber informasi yang berhubungan dengan status gambar. Prosedur perubahan gambar. Prosedur pengesahan gambar. Memahami prosedur perubahan gambar. Memahami prosedur pengesahan status gambar. status 15 6

16

F. Cek Kemampuan No. Indikator Kinerja Dan Kriteria Keberhasilan 1. 2. Memahami fungsi gambar teknik dasar. Mengetahui macam macam kertas gambar dan ukurannya. Mengetahui macam macam garis dan fungsinya. Mengetahui macam macam huruf dan angka standar 150. Mengetahui macam macam alat gambar dan fungsinya. Memahami proyeksi Pictorial. Memahami proyeksi Orthogonal. Mengetahui ketentuan proyeksi Isometrik, Dimetrik, miring. Mengetahui ketentuan proyeksi Eropa (Kwadran I). Mengetahui ketentuan proyeksi Amerika (Kwadran III). Dapat mengidentifikasikan jumlah benda kerja yang terdapat dalam pandangan. Mengerti cara membaca gambar pandangan. Mengidentifikasikan benda kerja sesuai dengan gambar. Dapat mengidentifikasikan ukuran ukuran dari bentuk utama dari kerja yang tercantum pada gambar. Dapat mengidentifikasikan simbol tanda pengerjaan. Dapat mengidentifikasikan langkah pengerjaan benda sesuai dengan gambar. Dapat mengidentifikasikan badan benda kerja sesuai gambar. Dapat mengidentifikasikan pengertian simbol simbol yang digunakan pada gambar. Dapat mengidentifikasikan simbol harga kasaran. Dapat mengidentifikasikan simbol simbol toleransi bentuk dan posisi. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. Cek Kemampuan Ya Tidak 17

BAB. II PEMBELAJARAN A. Rencana Belajar Siswa Rencana pelaksanaan belajar adalah sebagai berikut Kompetensi : No. Kegiatan Belajar 1. Memahami fungsi gambar teknik. Memahami alat alat gambar teknik dan fungsinya. Memahami macam macam kertas dan ukurannya. Memahami macam macam kertas dan fungsinya. Memahami macam macam huruf dan angka standar 150. Memahami macam macam proyeksi Piktorial. Memahami ketentuan proyeksi Isometrik, Dimetrik dan miring. Memahami proyeksi Orthogonal. Memahami ketentuan membaca gambar pandangan. Memahami identifikasi bentuk benda sesuai gambar. Memahami identifikasi satuan ukuran. Memahami identifikasi tanda pengerjaan. Memahami identifikasi langkah pengerjaan benda sesuai gambar. Memahami identifikasi simbol simbol yang digunakan pada gambar. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. Tanggal Waktu Tempat Perubahan Paraf 18

B. Kegiatan Belajar 1. KEGIATAN BELAJAR I : MEMBACA GAMBAR TEKNIK a. Tujuan kegiatan pembelajaran, peserta diklat dapat : 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 10) 11) 12) 13) 14) Memahami fungsi gambar teknik. Memahami alat alat teknik dan fungsinya. Memahami macam macam kertas gambar dan fungsinya. Memahami macam macam garis dan fungsinya. Memahami macam macam huruf dan angka standart ISO. Memahami macam macam proyeksi Piktorial. Memahami ketentuan proyeksi Isometrik, Dimetrik dan miring. Memahami proyeksi Orthogonal. Memahami ketentuan membaca gambar pandangan. Memahami identifikasi bentuk benda sesuai gambar kerja. Memahami identifikasi satuan ukuran. Memahami identifikasi tanda pengerjaan. Memahami identifikasi langkah pengerjaan benda sesuai gambar kerja. Memahami identifikasi simbol simbol yang digunakan pada gambar teknik. b. Materi pembelajaran 1) MEMAHAMI FUNGSI GAMBAR TEKNIK Dalam bidang keteknikan peranan gambar teknik sangatlah penting. Gambar teknik berfungsi sebagai alat informasi dari orang ke orang lain. Gambar teknik adalah sebagai alat komunikasi, disebut juga gambar teknik adalah bahasanya orang orang teknik. 2) PERSIAPAN MENGGAMBAR Untuk mencapai tujuan menggambar yang baik, yaitu memenuhi standar, kita perlu mempersiapkan alat alat 19

gambar yang baik pula dan ditunjang dengan keterampilan menggunakakan alat - alat gambar. Tentu saja hanya bermodal peralatan yang lengkap, peserta diklat belum dapat terampil menggambar, kalau tanpa latihan. Dengan peralatan sederhanapun, jika penggunaan alat alat gambar dilaksanakan dengan baik, konsekuen dan disiplin, akan membantu didalam keberhasilan menggambar. Sekali lagi ketekunan, kerajinan, kekonsekuenan dan kedisiplinan dalam menggunakan alat, merupakan langkah awal untuk keberhasilan dalam menggambar teknik. Alat alat yang biasa dipakai dalam menggambar teknik mesin antara lain : a) Kertas gambar dengan standarnya (ukurannya). b) Pensil, pena atau rapido. c) Jangka dan kelengkapannya. d) Macam macam mistar (mistar segitiga, mistar T). e) Mal busur (kurva). f) Mal huruf dan angka. g) Meja gambar dan kelengkapannya. h) Penghapus dan pelindung penghapus. a) Cara menentukan ukuran kertas gambar Kertas gambar mempunyai ukuran panjang dan lebar. Sebagai ukuran pokok dari kertas gambar, diambil ukuran A0 yang mempunyai luas 1m2 atau 1.000.000 mm2. perbandingan lebar dan panjangnya sama dengan perbandingan dari sisi bujursangkar dengan diagonalnya (lihat gambar 2.1!). Jika bujursangkar mempunyai lebar (sisi) x dan diagonalnya, selanjutnya x dipakai sebagai lebar kertas gambar dan y sebagai panjang kertas gambar (lihat gambar 2.2!). 20

Gambar 2.1 Gambar 2.2 Karena ukuran kertas gambar A0 mempunyai luas x.y= 1.000.000 mm2, x.y= 1.000.000 mm2. dengan, maka : Jadi ukuran pokok kertas gambar yang sudah distandarkan adalah ukuran A0 dengan panjang 1189 mm dan lebarnya 841 mm (dibulatkan). Adapun untuk mendapatkan ukuran kertas gambar lainnyatinggal membagi dua, yaitu untuk ukuran : (1) A1 didapat dari A0 dibagi dua. (2) A2 didapat dari A1 dibagi dua. (3) A3 didapat dari A2 dibagi dua. (4) A4 didapat dari A3 dibagi dua. Dan seterusnya (lihat gambar 2.3!). ukuran A1 ukuran A2 21

ukuran A4 ukuran A4 ukuran A3 Gambar 2.3 Ukuran standar kertas gambar (ISO 216) Sesuai dengan sistem ISO (International Standardization for Organization) dan NNI (Nederland Normalisatie Instituet), ukuran kertas gambar ditentukan sebagai berikut (lihat tabel 2.1!). Selanjutnya kertas gambar diberi garis tepi sesuai dengan ukurannya. C pada tabel adalah ukuran tepi bawah, tepi atas dan tepi kanan, sedangkan tepi kiri untuk setiap ukuran kertas gambar ditetapkan 20mm (hal ini dimaksudkan untuk membundel; jika kertas gambar dibundel tidak mengganggu gambarnya). Tabel 2.1 Ukuran kertas gambar Ukuran A0 A1 A2 A3 A4 A5 b) Ukuran Lebar Panjang 841 mm 1189 mm 594 mm 841 mm 420 mm 594 mm 297 mm 420 mm 210 mm 297 mm 148 mm 210 mm Sisi Kiri 20 20 20 20 20 20 mm mm mm mm mm mm C 10 mm 10 mm 10 mm 10 mm 5 mm 5 mm Jenis jenis pensil dan penggunaannya Pensil yang digunakan untuk menggambar ada tiga macam, yaitu pensil biasa, pensil yang dapat diisi kembali dan pensil mekanik. Ketiga jenis pensil ini mempunyai tingkat kekerasan tertentu, mulai dari yang lunak sampai yang keras. Tingkat kekerasan pensil dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut Tabel 2.2 Tingkat kekerasan pensil Lunak Sedang Keras Keterangan 22

2B B 4H 3B HB 5H 4B F 6H 5B H 7H 6B 2H 8H 7B 3H 9H H = Hard B = Black HB = Half Black F = Firm Angka didepan huruf H menunjukkan tingkat kekerasannya (semakin besar angkanya, semakin keras). Angka didepan huruf B menunjukkan tingkat kelunakannya (semakin lunak, angkanya semakin besar). (1) Meruncingkan pensil Pensil biasa perlu diruncingkan. Salah satu faktor baik atau buruknya suatu garis tergantung pada cara meruncingkan pensil. Oleh karena itu, meruncingkan pensil harus baik. Meruncingkan pensil jangan digosok gosokkan ke dinding, meja atau lantai, sehingga dinding atau meja menjadi kotor. Untuk keperluan meruncingkan pensil dengan baik, kita harus menyediakan ampelas halus (no. 220 atau no. 400) yang disimpan atau diletakkan pada pelat seng (lihat gambar 2.4!) Gambar 2.4 (2) Menggunakan pensil 23

Untuk mendapatkan garis yang baik (rata dan tajam) maka pensil harus ditarik dan diputar sambil ditekan pelan pelan dan kedudukan pensil 600 terhadap garis yang akan dibuat (liaht gambar 2.5 berikut!) Gambar 2.5 c) Macam macam penggaris Penggaris yang digunakan waktu menggambar antara lain : (1) Penggaris atau mistar segitiga (sepasang). (2) Mistar T (Teken Hak). (3) Mistar skala. Perhatikan gambar 2.6! Gambar 2.6 24

Keterangan : 1. Mistar siku -450. 2. Mistar siku -600/300. 3. Mistar T (Teken Hak). 4. Mistar skala. 5. Meja gambar. Mistar skala yaitu mistar untuk mengukur dengan ukuran skala, misalnya skala 1 : 2, 1 : 3 dan seterusnya. Gambar 2.7 (1) Cara (sepasang segitiga) menggunakan mistar Untuk membuat garis tegak lurus atau garis sejajar, baik tegak maupun mendatar, dapat kita gunakan sepasang mistar segitiga (lihat gambar 2.7!). Caranya sebagai berikut : (a) Letakkan mistar 450 mendatar dengan posisi 1! (b) Letakkan mistar 300 atau 600 rapat pada sisi bawah dan peganglah (tekan)! (c) Bila kita membuat garis garis sejajar sumbu x, geserkan mistar 450 ke atas atau ke bawah (lihat anak panah) sesuai dengan kebutuhan! (d) Putarkan mistar 450 menjadi posisi 2 untuk membuat garis yang sejajar sumbu y atau garis garis yang tegak lurus sumbu x! 25

(e) (2) Dengan menggeser mistar 450 pada posisi 1 dan memutar mistar 450 ke posisi 2, kita dapat membuat garis garis mendatar maupun garis garis tegak. Pemeliharaan mistar segitiga Pemeliharaan alat gambar sering diabaikan oleh siswa antara lain : (a) Kebersihan; misalnya mistar yang dipakai tidak dibersihkan, sehingga kertas gambar menjadi kotor. Oleh karena itu, mistar gambar sebelum dipakai harus dibersihkan terlebih dahulu (dilap, bila perlu dicuci). (b) Mistar segitiga atau mistar gambar yang lain, tanpa disadari digunakan untuk memukul, digunakan untuk memotong kertas, hingga mistar menjadi cacat dan bila dipakai untuk menggambar maka hasil garisnya tidak lurus lagi. Oleh karena itu, jangan sekali kali memotong dengan menggunakan mistar gambar, pakailah mistar pemotong yang khusus! (c) Mistar segitig terbuat dari plastik atau mika, sehingga pada ujungnya sering terjadi perubahan bentuk (membengkok); mungkin karena jatuh, perubahan temperatur atau tekanan tekanan yang menyebabkan perubahan bentuk. Biasanya perubahan ini tidak terlihat, tetapi bila mistar itu kita pakai maka akan terjadi ketidaksejajaran dalam menarik garis yang satu dengan yang lainnya (lihat gambar dibawah ini!). 26

Gambar 2.8 Pada posisi 1, bagian segitiga berada diatas segitiga lainnya dengan alas berimpit penuh. Pada posisi 2, alas segitiga tidak berimpit penuh (lihat tanda x pada gambar!). Karena ada lengkungan yang tidak terlihat pada ujung segitiga maka garis yang dihasilkan m tidak sama dengan n. Oleh karena itu, sebelum dipakai, segitiga harus diperiksa dahulu ketegaklurusannya, yaitu dengan meletakkan segitiga pada garis lurus (diatas segitiga lainnya), seperti pada gambar 2.9. Gambar 2.9 (d) Tempatkan segitiga pada posisi 1 dan buat garis (m)! 27

(e) Kemudian balikkan segitiga pada posisi 2 dan buatlah garis (n)! (f) Jika garis m dan n tidak sejajar (berimpit) maka mistar tersebut harus diluruskan, yaitu dengan cara menggosokkan segitiga yang lengkung tersebut pada ampelas yang disimpan diatas meja rata atau meja kaca, sambil berulang ulang memriksa atau mencoba kembali sampai garis yang dihasilkan sejajar (berimpit)! d) Macam macam mal Gambar 2.10 Mal yang dipakai untuk menggambar teknik terdiri atas : (1) (2) (3) (4) (5) (1) Mal huruf. Mal busur (kurva). Mal lingkaran. Mal elips. Mal khusus (tanda tanda pengerjaan dan semacamnya). Huruf dan mal huruf Mal huruf yaitu alat yang digunakan untuk membuat huruf dengan perantaraan pen atau rapido. Mal huruf mempunyai ukuran 0,25; 0,35; 0,5; 1,4 dan 2 mm (lihat gambar 2.11a berikut!). 28

Gambar 2.11a (2) Huruf dan angka Huruf dan angka yang dipakai pada gambar teknik, yang dianjurkan oleh ISO 3098/1-1974, harus mudah dibaca dan ditulis, bentuk huruf miring atau tegak. Contoh atau gambaran dari huruf dan angka yang dipakai pada gambar teknik adalah sebagai berikut. (a) Penulisan huruf dan angka tegak Gambar 2.11b Type A( /14).h; yaitu tinggi huruf = h tebal huruf = (1/14).h 1 29

(b) Penulisan huruf dan angka miring Gambar 2.11c Type A(1/14).h, yaitu : tinggi huruf = h tebal huruf = (1/14).h miring huruf = 750 (c) Ukuran huruf standar Perbandingan tinggi dan lebar huruf diambil dari perbandingan ukuran kertas yang distandarkan, yaitu Contoh 2.1 Jika huruf mempunyai tinggi h = 14 mm, berapa lebar hurufnya (x = lebar huruf)? Jawab: 30

Dengan h = 14 mm, maka : jadi lebar hurufnya adalah 9,899 mm atau dibulatkan 10 mm. Ketentuan ketentuan ukuran huruf yang dianjurakan dapat dilihat pada tabel 2.3 berikut. Tabel 2.3 Ukuran huruf dan angka standar Perbandingan Sifat Type A Type B tinggi huruf tinggi huruf kecil jarak antar huruf jarak antar garis jarak antar kata tebal huruf h ( /14).h (2/14).h (20/14).h (6/14).h (1/14).h 10 h ( /10).h (2/10).h (14/10).h (6/10).h (1/10).h 7 Keterangan tabel : i. Tinggi huruf kecil; tinggi huruf kecil disini adalah tinggi huruf kecil diantara huruf yang dipakai, tinggi huruf kecil ini tanpa tangkai dan kaki (huruf b, k, l = bertangkai dan j, g = berkaki). ii. Tinggi huruf kecil untuk type A = (10/14).h dan untuk type B = (7/10).h, seperti tampak pada contoh berikut. Contoh 2.2 Berapakah tinggi huruf kecil untuk huruf type A dan B untuk tinggi huruf besar 14 mm? Jawab : Tinggi huruf kecil untuk type A 10 adalah ( /14).h. Dengan h = 14 mm, maka : (10/14).14 = 10 mm. 31

Tinggi huruf kecil untuk type B adalah (7/10).h. Dengan h = 14 mm, maka : (7/10).14 = 9,8 mm dibulatkan 10 mm. iii. Jarak antar huruf; jarak antar huruf disini adalah jarak antara huruf yang satu dan lainnya dalam satu kata, yaitu untuk type A (2/14).h dan untuk type B (2/10).h. iv. Jarak antar garis; jarak antar garis disini adalah jarak antara batas bawah huruf besar dan batas atas huruf besar dibawah (lihat contoh 2.3!). Contoh 2.3 Untuk type A, jarak antar garisnya (20/14).h. Untuk type A, jarak antar garisnya (14/10).h. Gambar 2.11d v. Jarak antar kata; bila dalam suatu kalimat ada dua kata yang disambung (misalnya baja nikel) maka jarak antara kata baja dan nikel tersebut dianjurkan : Untuk penggunaan type huruf A, jaraknya 6 /14.h. Untuk penggunaan type huruf B, jaraknya 6 /10.h. Contoh 2.4 Jika menggunakan huruf standar type A dengan tinggi 14 mm maka jarak antar katanya adalah (6/14).14 = 16 mm, sedangkan bila menggunakan type B dengan tinggi huruf 14 mm maka jarak antar katanya adalah (6/10).14 = 8,4 mm. vi. Tebal huruf; tebal huruf yaitu tebal pena yang digunakan untuk membuat huruf. Ukuran pena tersebut harus disesuaikan dengan tinggi huruf dan type huruf yang kita gunakan. Tebal huruf yang dianjurkan adalah : 32

Untuk type huruf A, tebal hurufnya adalah /14.h. Untuk type huruf B, tebal hurufnya adalah 1 /10.h. 1 Contoh 2.5 Jika kita menggunakan tinggi huruf h = 7 mm, maka : Untuk huruf type A, tebal hurufnya adalah 1 ( /14) x 7 = 0,5 mm. Untuk huruf type B, tebal hurufnya adalah 1 ( /10) x 7 = 0,7 mm. vii. Macam macam huruf ; macam macam huruf lainnya yaitu dapat dilihat pada gambar berikut! Diantaranya : Jenis ISOCT SHX tegak (gambar 2.10e). Jenis ISOCT SHX miring (gambar 2.10f). Technic bolt (gambar 2.10g). TT ISOTEUR/italic (gambar 2.10h). Gambar 2.11e 33

Gambar 2.11f Gambar 2.11g 34

Gambar 2.11h (3) Mal busur (mal kurva) Gambar 2.12 Untuk membuat lengkungan lengkungan yang teratur, misalnya lengkungan parabola, hiperbola, epicicloida, hipocicloida dan semacamnya 35

dapat kita gunakan mal busur. Misalnya lengkungan parabola yang memotong titik 1, 2, 3, 4, 5 dan seterusnya pada gambar diatas. Untuk garis yang memotong titik 1, 2 dan 3, mal ditempatkan pada posisi 1, sedangkan untuk titik titik 4, 5, dan 6, mal digeser pada posisi 2 sehingga didapatkan lengkungannya. (4) Mal elips Mal elips digunakan untuk membuat elips, misalnya gambar gambar silinder, cincin poros dan bentuk bentuk elips lainnya. Gambar 2.13 Gambar dibawah ini merupakan gambar yang dibuat dengan potongan mal elips. Gambar 2.14 (5) Sablon atau mal dengan bentuk lain Sablon atau mal dengan bentuk lain yang khusus ini mempunyai bermacam macam bentuk, misalnya untuk simbol simbol pengerjaan, tanda pengerjaan, anak panah atau simbol simbol konstruksi pipa. Ada juga mal untuk simbol kelistrikan dan lain lain. Salah satu contoh mal dengan bentuk 36

lain adalah mal untuk tanda pengerjaan (lihat gambar 2.15!). Gambar 2.15 (6) Penghapus dan pelindung penghapus Penghapus yang kita pakai, untuk menghapus garis pensil yang tidak berguna, berupa penghapus putih halus (supaya tidak meninggalkan warna). Bagian gambar yang dekat terhadap garis yang dihapus, perlu dilindungi (supaya tidak terhapus) dengan pelindung penghapus. (7) Pena gambar Bila kita akan membuat gambar asli, yaitu gambar yang ditinta, maka kita menggunakan pena. Pena ini ada dua macam, yaitu pena dengan mata atau daun dapat diatur (trek - pen) dan pena dengan ketebalan tetap (tergantung pada ukuran yang diinginkan) dengan ukuran yang bermacam macam, yang kita kenal dengan rapido (lihat gambar 2.16!). 37

Gambar 2.16 Keterangan : 1. 2. 3. (dalam). 4. 5. 6. 7. 8. 9. Rapido. Mahkota atau kepala (luar). Mahkota atau kepala Tutup. Kunci pembuka pena. Tabung tinta. Rumah pena. Pena. Tangkai. (a) Bagian bagian pena dan kegunaannya Untuk memahami bagian bagian pena dan keguanaannya, perhatikan gambar 2.17! No. 1 Mur pengatur; untuk mengatur ketebalan garis yang diinginkan (lihat ukuran d dibawah!). No. 2 Mata pena (daun pena) yang dapat bergerak sesuai dengan putaran mur 1. No. 3 Tangkai. No. 4 Lubang pengunci. No. 5 Baut pengikat pena. 38

No. 6 Daun pena (mata pena) yang dapat diputar. No. 7 Bagian bagian pena yang perlu mendapat perawatan (dibersihkan atau diratakan). Gambar 2.17 (b) Penggunaan trekpen Waktu kita membuat gambar dengan trek pen, perlu kita perhatikan hal hal berikut : i. Tinta yang kita isikan diantar dua mata pena dengan tinggi x pada gambar 2.17 diatas, jangan terlalu banyak (x = ± 3-5 mm). 39

ii. Bagian luar daun pena harus dalam keadaan bersih (bebas tinta). Lihat No. 8 pada gambar! iii. Penggaris yang kita pakai harus kita ganjal bagian bawahnya (antara kertas nomor 10 dengan mistar nomor 9 pada gambar diatas, dipasang pita gambar atau diletakkan mistar lain). Dapat pula dengan cara membalik penggaris dengan kedudukan bagian miringnya berada dibawah (lihat gambar 2. 18! ). Gambar 2.18 Pada saat menarik garis, harus tegak dan ditarik 600 ke arah garis yang dibuat (lihat gambar 2.18 diatas!). iv. Jika mata pena bagian luarnya basah dengan tinta, maka tinta basah tersebut akan menempel atau membasahi mistar dan terhisap oleh kertas. Hal itu akan mengakibatkan terjadi pelebaran tinta diantara kertas dan pena (lihat gambar dibawah pada posisi 1, dan bila pena ditarik ke posisi 2 akan terdapat suatu garis). Setelah selesai menggaris, kemudian penggaris digeser dari posisi A ke posisi B, akan terbentuk hasil garisan yang tidak memuaskan (gagal). Oleh karena itu, hal hal yang perlu diperhatikan 40

diatas harus dipahami dan dilaksanakan, dicoba dan dilatih berkali kali sehingga mempunyai pengalaman sendiri. Gambar 2.19 (8) Jangka Jangka adalah alat untuk membuat lingkaran atau busur lingkaran, baik dengan ujung potlot atau dengan tinta. (a) Macam macam jangka Jangka terdiri atas : jangka besar yang dapat membuat lingkaran antara 100 sampai dengan 200 mm. ii. jangka sedang yang dapat membuat lingkaran antara 50 sampai dengan 100 mm. iii. jangka kecil (biasanya mempunyai pegas, disebut jangka pegas) yang dapat membuat lingkaran antara 5 sampai 50 mm. iv. jangka Orleon digunakan untuk membuat lingkaran yang tidak dapat dibuat oleh jangka kecil. Jangka Orleon ini dapat membuat lingkaran dengan diameter 1mm sampai 5 mm. i. (b) Kotak jangka (penyimpan jangka) 41

Jangka disimpan didalam kotak jangka sesuai dengan tempat dan bentuk dari jangka tersebut. (lihat gambar dibawah ini!). Gambar 2.20a Jangka dan kelengkapannya 42

(c) Gambar 2.20b Bagian bagian jangka 43

Gambar 2.21 Keterangan : 1. Kaki yang bisa 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. (d) atau rapido Kepala. 9. ditolak Hantaran lurus. 10. Mur pengencang. Kaki. 11. Rumah potlot. Klem jarum. 12. Mur penjepit. Jarum. 13. Trek pen. Bagian engsel. 14. Tangkai pen Sekrup. Sendi atau engsel. 15. Pen atau rapido Pemeliharaan pen (trek pen) Pen atau trek pen setelah dipakai harus segera dibersihkan. Dengan memutar daun atau 44

mata pena maka kita dapat membersihkan bagian dalam dari trek pen tersebut dengan mudah. Gambar 2.22 Jika mata pena bagian yang satu dengan bagian lainnya tidak rata, maka mata pena tersebut dapat diratakan dengan cara mengasahnya menggunakan ampelas halus atau dengan batu asah (lihat gambar diatas!). Untuk membersihkan pen (rapido), dapat ditempuh langkah berikut. i. Lepaskan pena dari tangkai atau rumahnya dengan menggunakan kunci pena yang tersedia! ii. Semprotkan air bersih (air keran) kearah pena (lihat gambar)! iii. Ketuk ketukkan dengan perlahan untuk mengeluarkan tinta didalam pen tersebut dan semprot kembali dengan air keran sampai bersih! 45

Gambar 2.23 (e) Papan gambar Ukuran papan gambar disesuaikan dengan ukuran kertas gambar. Misalnya untuk ukuran kertas A0 ukuran papan gambarnya 1200 x 900 mm dan untuk ukuran kertas A1 ukuran papannya 600 x 450 mm. Papan gambar dapat dibuat dari kayu lapis (ply wood) dengan alas kertas atau plastik lunak, atau dapat pula dibuat dari kayu keras lainnya. Papan gambar diletakkan diatas meja atau ditempatkan diatas standar yang dibuat khusus (lihat gambar 2.24!). Gambar 2.24 3) ETIKET ATAU KEPALA GAMBAR Setiap gambar kerja yang dibuat, selalu ada etiketnya. Etiket dibuat di sisi kanan bawah kertas gambar. Pada etiket (kepala gambar) ini, kita dapat mencantumkan : nama yang membuat gambar nama gambar nama instansi, departemen atau sekolah 46

nomor gambar tanggal menggambar atau selesainya gambar tanggal diperiksanya gambar dan nama yang memeriksa ukuran kertas gambar yang dipakai skala gambar proyeksi yang dipakai pada gambar tersebut satuan ukuran yang digunakan berbagai data yang diperlukan untuk kelengkapan gambar. Beberapa contoh etiket dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 2.25 Gambar 2.26 GAMBAR PROYEKSI PIKTORIAL 4) Untuk menampilkan gambar gambar tiga dimensi pada sebuah bidang dua dimensi, dapat kita lakukan dengan beberapa macam cara proyeksi sesuai dengan aturan menggambar. Beberapa macam cara proyeksi itu antara lain : (a) proyeksi piktorial dimetris. (b) proyeksi piktorial isometris. (c) proyeksi piktorial miring. (d) perspektif. 47

Untuk membedakan masing masing proyeksi tersebut, dapat kita lihat pada gambar 2.27. Gambar 2.27 (a) Proyeksi isometris Ciri proyeksi isometris (1) Untuk mengetahui apakah suatu gambar disajikan dalam bentuk proyeksi isometris atau untuk menyajikan gambar tiga dimensi pada bidang dengan proyeksi isometris, perlu kiranya kita mengetahui terlebih dahulu ciri dan syarat syarat untuk membuat gambar dengan proyeksi tersebut. Adapun ciri ciri gambar dengan proyeksi isometris adalah sebagai berikut : i. ii. Ciri pada sumbu Sumbu x dan 0 sumbu y mempunyai sudut 30 terhadap garis mendatar. Sudut antara sumbu satu dan sumbu lainnya 1200. Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar 2.27 Ciri pada ukuran 48

Panjang gambar pada masing masing sumbu sama dengan panjang benda yang digambarnya (lihat gambar 2.27!). Gambar 2.28 Penyajian proyeksi isometris (2) Penyajian gambar dengan proyeksi isometris dapat dilakukan dengan kedudukan normal, terbalik atau horizontal. Proyeksi isometris dengan kedudukan i. normal Kedudukan normal mempunyai sumbu dengan sudut sudut seperti tampak pada gambar 2.29. 49

Gambar 2.29 Proyeksi isometris dengan kedudukan ii. terbalik Mengenai hal ini dapat dilaksanakan dengan dua cara, yaitu : Memutar gambar dengan sudut 0 180 ke kanan dari kedudukan normal, sesuai dengan kedudukan sumbunya (lihat gambar 2.30 berikut!). Gambar 2.30 Mengubah kedudukan benda yang digambar dengan tujuan untuk memperlihatkan bagian bawah benda tersebut (lihat gambar 2.31 dan 2.32 berikut!). 50

Gambar 2.31 Gambar 2.32 iii. horizontal Proyeksi isometris dengan kedudukan Sebagaimana cara yang dilakukan untuk menggambar kedudukan proyeksi isometris terbalik, yaitu dengan memutar sumbu utama 1800 dari sumbu normal, maka untuk kedudukan horizontal nya 2700 ke kanan dari kedudukan sumbu normalnya (lihat gambar 2.33!). 51

Gambar 2.33 Mengubah kedudukan benda, yaitu untuk memperlihatkan bagian samping kiri (yang tidak terlihat) sebagaimana terlihat pada gambar 2.34. Gambar 2.34 Proyeksi dimetris (3) Proyeksi dimetris sebagai berikut. ketentuan Sumbu utamanya mempunya sudut i. dan mempunyai (lihat gambar 2.35!). 52

ii. Perbandingan skala ukuran pada sumbu x 1 : 1, pada sumbu y = 1 : 2 dan pada sumbu z = 1 : 1. Gambar 2.35 Gambar kubus yang digambar dengan proyeksi dimetris di bawah ini, mempunyai sisi 40 mm. Gambar 2.36 Keterangan : sumbu x digambar 40 mm. sumbu y digambar setengahnya, sumbu z digambar 40 mm. (4) Ukuran pada Ukuran pada yaitu 20 mm. Ukuran pada Proyeksi miring (sejajar) Pada proyeksi miring, sumbu x berimpit dengan garis horizontal atau mendatar dan sumbu 53

y mempunyai sudut 450 dengan garis menfatar. Skala ukuran untuk proyeksi miring ini sama dengan skala pada proyeksi dimetris, yaitu skala pada sumbu x = 1 : 1, pada sumbu y = 1 : 2 dan skala pada sumbu z = 1 : 1 (lihat gambar dibawah ini!). Gambar 2.37 (5) Gambar perspektif Dalam gambar teknik mesin, gambar perspektif jarang dipakai. Gambar perspektif dibagi menjadi tiga macam, yaitu : i. perspektif dengan satu titik hilang. ii. perspektif dengan satu titik hilang. iii. perspektif dengan satu titik hilang. Gambar 2.38 54

Gambar 2.39 Gambar 2.40 PROYEKSI ORTOGONAL 5) Proyeksi ortogonal adalah gambar proyeksi yang bidang proyeksinya mempunyai sudut tegak lurus terhadap proyektornya. Garis garis yang memproyeksikan benda terhadap bidang proyeksi disebut proyektor (lihat gambar di bawah!). selain tegak lurus terhadap bidang proyeksi, garis garis proyektornya juga sejajar satu sama lain. Proyeksi ortogonal dari sebuah (a) titik 55

Gambar 2.41 Proyeksi ortogonal dari sebuah (b) garis Gambar 2.42 Proyeksi ortogonal dari sebuah (c) bidang Gambar 2.43 Proyeksi ortogonal dari sebuah (d) benda 56

Gambar 4.44 (e) Macam macam pandangan Untuk memberikan informasi lengkap suatu benda tiga dimensi dengan gambar proyeksi ortogonal, biasanya memerlukan lebih dari satu bidang proyeksi. i. Gambar proyeksi pada bidang proyeksi di depan benda disebut pandangan depan. ii. Gambar proyeksi pada bidang proyeksi di atas benda disebut pandangan atas. iii. Gambar proyeksi pada bidang proyeksi di sebelah kanan benda disebut pandangan samping kanan. Demikian seterusnya. Gambar 2.45 (f) Bidang bidang proyeksi 57

Gambar 2.46 Suatu ruang dibagi menjadi empat bagian yang dibatasi oleh bidang bidang depan, bidang vertikal dan bidang horizontal. Ruang yang dibatasi tersebut dikenal dengan sebutan kuadran. Ruang diatas bidang H, didepan bidang D dan disamping kanan bidang V disebut kuadran I. Ruang yang berada diatas bidang H, didepan bidang D dan disebelah kiri bidang V disebut kuadran II. Ruang disebelah kiri bidang V, dibawah bidang H dan didepan bidang D disebut kuadran III. Ruang yang berada dibawah bidang H, didepan bidang D dan disebelah kanan bidang V disebut kuadran IV. 6) PROYEKSI DI KUADRAN I (PROYEKSI EROPA) Bila suatu benda diletakkan diatas bidang horizontal, didepan bidang D (depan) dan disebelah kanan bidang V (vertikal), maka benda tersebut berada di kuadran I. Jika benda yang di kuadran I kita proyeksikan terhadap bidang bidang H, V dan D, maka akan didapat gambar atau proyeksi, dan proyeksi ini disebut proyeksi pada kuadran I yang dikenal juga dengan nama proyeksi Eropa. Gambar 2.47 memperlihatkan titik yang terletak di kuadran I (lihat gambar 2.47) 58

Gambar 2.47 Keterangan : A = AD = AV = AH = titik di kuadran I. proyeksi titik A di bidang D (depan). proyeksi titik A di bidang V (vertikal). proyeksi titik A di bidang H (horizontal). Bila ketiga bidang yang saling tegak lurus tersebut dibuka, maka sumbu x dan y sebagai sumbu putarnya dan sumbu z merupakan sumbu yang dibuka atau dipisah, seperti gambar berikut Gambar 2.28a Selanjutnya batas batas bidang dihilangkan maka menjadi bentuk dibawah ini. 59

Gambar 2.48b Gambar 2.48c Bila penempatan benda di kuadran I tidak teratur, maka untuk menempatkan sumbu dapat disederhanakan sesuai dengan ruang yang tersedia. Penyederhanaan dapat dilakukan seperti gambar berikut. 60

Gambar 2.49a Gambar 2.49b (a) Penampilan gambar Untuk penampilan gambar berikutnya, garis sumbu dan garis bantu tidak diperlukan lagi (dihilangkan). Jadi, yang tampak hanya pandangan saja. Perlu ditegaskan kembali bahwa untuk proyeksi di kuadran I (proyeksi Eropa), penempatan pandangan samping kanan berada disebelah kiri pandangan depannya, sedangkan pandangan atas berada dibawah pandangan depannya. 61

Gambar 2.49c (b) Proyeksi sebuah kubus yang terletak di kuadran I Gambar 2.50 62

7) Gambar 2.51 PROYEKSI DI KUADRAN III (PROYEKSI AMERIKA) Bidang bidang H, V dan D untuk proyeksi di kuadran III (proyeksi Amerika) yang telah dibuka adalah sebagai berikut. Gambar 2.52 Pada bidang H ditempatkan pandangan atas. Pada bidang D ditempatkan pandangan depan. Pada bidang V ditempatkan pandangan samping kanan. Contoh 2.6 63

Gambar 2.53a Gambar 2.53b 8) SIMBOL PROYEKSI DAN ANAK PANAH (a) Simbol proyeksi Untuk membedakan gambar atau proyeksi di kuadran I dan gambar atau proyeksi di kuadran III, perlu diberi lambang proyeksi. Dalam standar ISO, telah ditetapkan bahwa cara kedua proyeksi boleh dipergunakan. Tetapi untuk keseragaman ISO, gambar sebaiknya digambar menurut proyeksi sudut pertama (kuadran I atau kita kenal sebagai proyeksi Eropa). Dalam satu buah gambar, tidak diperkenankan terdapat gambar dengan menggunakan kedua proyeksi 64

secara bersamaan. Simbol proyeksi ditempatkan di sisi kanan bawah kertas gambar. Simbol atau lambang proyeksi tersebut adalah sebuah kerucut perpancung (lihat gambar 2.54a dan 2.54b!). Gambar 2.54a (b) Gambar 2.54b Anak panah Anak panah digunakan untuk menunjukkan batas ukuran dan posisi atau arah pemotongan, sedangkan angka ukuran ditempatkan diatas garis ukur (lihat gambar 2.55a dan 2.55b!). Gambar 2.55a Gambar 2.55b 9) PENENTUAN PANDANGAN Untuk menempatkan pandangan atas atau pandangan samping dari pandangan depannya, terlebih dahulu kita harus mentapkan sistem proyeksi apa yang kita pakai; apakah proyeksi di kuadran I (Eropa) atau proyeksi di kuadran III (Amerika)? 65

Setelah kita menetapkan sistem proyeksi yang kita pakai, barulah kita dapat menetapkan pandangan dari objek yang kita gambar tersebut. (a) Menempatkan pandangan depan, atas dan samping kanan menurut proyeksi kuadran I (Eropa) (b) Menentukan pandangan depan, atas dan samping kanan menurut proyeksi kuadran III (Amerika) Gambar 2.56 66

Gambar 2.57 (c) Penetapan jumlah pandangan Jumlah pandangan dalam satu objek atau gambar tidak semuanya harus digambar. Misalnya, untuk benda benda bubutan sederhana, dengan satu pandangan saja yang dilengkapi dengan simbol (lingkaran) sudah cukup untuk memberikan informasi yang jelas. Lihat gambar 2.58 berikut! 67

Gambar 2.58 Gambar 2.59 (d) Jenis jenis pandangan utama Gambar kerja yang digunakan sebagai alat komunikasi adalah gambar dalam bentuk pandangan pandangan. Sebagai bahan pandangan utamanya ialah pandangan depan, pandangan samping dan pandangan atas. Dalam gambar kerja, tidak selamanya ketiga pandangan harus ditampilkan, ini tergantung pada rumit atau sederhananya bentuk benda. Hal terpenting, gambar pandangan pandangan ini harus memberikan informasi yang jelas. 68

Perhatikan gambar 2.60 dan 2.61 di bawah ini! Gambar 2.60 Gambar 2.61 Kedua gambar diatas, walaupun hanya terdiri atas satu pandangan saja, dapat membedakan bentuk bendanya, yaitu dengan adanya simbol atau lambang untuk bentuk lingkaran dan untuk bentuk bujur sangkar dan bentuk bentuk gambar piktorial nya adlah sebagai berikut. Gambar 2.62 Gambar 2.63 69

(e) Pemilihan pandangan utama Untuk memberikan informasi bentuk gambar, seharusnya kita pilih pandangan yang dapat mewakili bentuk benda (perhatikan gambar 2.64 dibawah ini!). Gambar 2.64 Pandangan atau gambar diatas belum dapat memberikan informasi yang jelas. Oleh karena itu, dalam memilih pandangan yang disajikan harus dapat mewakili bentuk benda (lihat gambar 2.65, gambar gambar 2.64 diatas!). Gambar 2.65 Dari gambar piktorial (gambar 2.65) diatas, yang dapat memberikan informasi bentuk secara tepat dalam bentuk gambar pandangan adalah pandangan depan dengan pandangan sampingnya (lihat gambar 2.66!). Gambar 2.66 70

Sebaliknya, dua pandangan depan dan samping belum tentu dapat memberikan informasi yang maksimum (lihat gambar 2.67 berikut!). Gambar 2.67 Dengan dua pandangan diatas, belum cukup memberikan informasi bentuk secara cepat dan tepat. Oleh karena itu, perlu satu pandangalagi untuk kejelasan gambar tersebut, yaitu pandangan atas. Gambar 2.68 Setelah dilengkapi dengan pandangan atasnya, barulah kita mendapatkan informasi bentuk yang lengkap dari gambar 2.67 dan 2.68, yaitu seperti gambar 2.69. Gambar 2.69 71

10) (a) MENGGAMBAR PANDANGAN PANDANGAN Menggambar pandangan bentuk proyeksi dimetris ke proyeksi Amerika dari Gambar 2.70 (b) Perubahan gambar dari proyeksi isometris ke gambar proyeksi Amerika 72

Gambar 2.71 (c) Perubahan gambar dari proyeksi miring ke gambar proyeksi Eropa Gambar 2.72 73

(d) Perubahan gambar dari proyeksi dimetris ke proyeksi Eropa Gambar 2.73 (e) Perubahan gambar dari proyeksi isometris ke gambar proyeksi Eropa Gambar 2.74 74

Gambar 2.75 11) LATIHAN Gambar 2.76 75

(a) Salinlah pada kertas gambar A4! huruf standar berikut Gambar 2.77 76

(b) Latihan menggunakan jangka dan mistar i. Buatlah segi beraturan yang terdiri atas : segi empat, segi lima, segi enam dan segi tujuh beraturan seperti terlihat pada gambar 2.78 berikut! Caranya dapat dilihat pada gambar 2.79, 2.80, 2.81 dan 2.82. Gambar 2.78 Buatlah konstruksi spiral Archimedes pada kertas gambar A4! Caranya dapat dilihat pada gambar 2.83 berikut. iii. Buatlah elips dengan dua lingkaran sepusat! Caranya dapat dilihat pada gambar 2.84. ii. i. Cara membuat gambar segi empat beraturan 77

Gambar 2.79 ii. Cara menggambar segi lima beraturan 78

Gambar 2.80 Menggambar segi enam beraturan 79

Gambar 2.81 80

iii. Cara menggambar segi tujuh beraturan 81

Gambar 2.82 82

Gambar 2.83 83

iv. archimedes Cara menggambar spiral 84

Gambar 2.84 Elips v. dengan dua lingkaran sepusat 85

Untuk membuat elips dengan pertolongan dua buah lingkaran sepusat, dapat dilakukan langkah langkah berikut : Tentukan panjang sumbu minor dan sumbu mayor, yaitu garis d dan garis D pada gambar (a)! Buat lingkaran dengan diameter d dan D pada titik pusat yang sama! Buat sumbu tegak dan sumbu mendatarnya sehingga terlihat seperti gambar (b)! Bagi lingkaran tersebut menjadi 12 bagian dan buat pula garis batas pembaginya sebagaimana terlihat pada gambar (c)! Semakin banyak pembagian kelilingnya semakin teliti lengkungan elipsnya. Buat garis garis mendatar pada titik titik 1, 2, 3,... 8 sebagaimana terlihat pada gambar (d)! Buat garis garis mendatar pada titik titik yang berada pada lingkaran dalam hingga berpotongan dengan garis garis tegak pada titik titik B, C, E, F, H, I, K dan L, seperti tampak pada gambar (c)! Hubungkan dengan mal busur, titik titik A, B, C,... sampai dengan A kembali, secara berturut turut, sehingga terbentuk elips yang diinginkan seperti tampak pada gambar (f)! 86

MELUKIS ELIPS 87

Gambar 2.85 Elips vi. dengan dua pendekatan busur lingkaran 88

Untuk membuat gambar elips dengan menggunkan dua busur lingkaran, dapat dilakukan dengan langkah langkah berikut : Buat garis sumbu tegak dan mendatar, lihat gambar (a)! Tentukan sumbu pendek (minor) dan sumbu panjang (mayor); yaitu panjang OA dan OB, lihat gambar (b)! Buat lingkaran dengan jari jari OA yang berpusat di titik O hingga memotong sumbu tegak di C! Buat busur lingkaran dengan titik pusat di titik C dengan ukuran jari jari BC! Tarik garis AB dan memotong busur lingkaran di titik D! Bagilah garis AD menjadi dua bagian, yaitu AG = DG! Buat garis tegak lurus melalui titik G hingga memotong garis sumbu tegak di titik I, dan memotong sumbu mendatar di titik H! Buat busur lingkaran yang berjari jari AH dan bertitik pusat di titik H (R1 = AH), lihat gambar (c)! Buat busur lingkaran dengan jari jari R2 = IB dan bertitik pusat di titik I, lihat gambar (d)! Lakukan hal yang sama untuk lengkungan elips sebelah kiri dan sebelah bawah, lihat gambar (e)! Jika garis garis bantu dihapus maka akan terlihat gambar elips seperti terlihat pada gambar (f)! 89

ELIPS 90

vii. Gambar 2.86 Salinlah gambar berikut pada kertas gambar A4! 91

viii. Gambar 2.87 Salinlah gambar berikut pada kertas gambar A4! 92

Gambar 2.88 93

ix. Salinlah gambar berikut pada kertas gambar A4! 94

x. Gambar 2.89 Buatlah tiga pandangan utama dari gambar 2.90 menurut proyeksi Amerika! Masing masing pada kertas gambar A4! 95

xi. Gambar 2.90 Buatlah tiga pandangan utama dari gambar 2.91 menurut proyeksi Eropa! Masing masing pada kertas gambar A4! 96

Gambar 2.91 xii. Buatlah gambar pandangan menurut proyeksi Amerika atau Eropa dari gambar isometrs (gambar 2.92) berikut! Masing masing dibuat pada kertas gambar A4! 97

Gambar 2.92 xiii. Membaca gambar a. No Proyeksi 1 2 1 Jodohka n kedua proyeksi diatas pada tabel berikut! 2 3 4 Bidang 5 6 7 8 9 10 98

b. Proyeksi Eropa Amerika 1 2 Isilah tabel berikut dengan menjodohkan kedua macam proyeksi diatas! 3 4 Bidang 5 6 7 8 9 cara 10 99

c. Proyeksi Eropa Isometri s 1 2 3 Jodohkanlah tabel berikut dengan cara menyesuaikan proyeksi dari gambar berikut! 4 5 Pasangan proyeksi 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 100

d. Isilah lingkaran lingkaran dengan huruf yang sesuai dengan proyeksi dimetris berikut! 101

e. Isilah lingkaran lingkaran yang terdapat pada proyeksi miring dengan huruf yang sesuai dengan proyeksi Eropa berikut! 102

2. KEGIATAN BELAJAR II : GAMBAR POTONGAN 103

a. Tujuan kegiatan pembelajaran, peserta diklat dapat : 1) 2) Membuat gambar potongan dengan sistem Eropa. Membuat gambar potongan dengan sistem Amerika. 3) 4) 5) Membuat gambar potongan penuh. Membuat gambar potongan separuh. Membuat gambar potongan sebagian atau setempat. 6) 7) Membuat gambar potongan meloncat. Membuat gambar potongan putar. b. Materi pembelajaran A. PENUNJUKAN GAMBAR POTONGAN Untuk memberikan informasi lengkap dari gambar yang berongga atau berlubang, perlu menampilkan gambar dengan teknik menggambar yang tepat. Kadang kadang gambar tampak lebih rumit karena adanya garis garis gambar yang tidak kelihatan. Oleh karena itu, garis garis gores yang akan menimbulkan salah pengertian (salah informasi) perlu dihindari, yaitu dengan menunjukkan gambar potongan atau irisan. 1) Fungsi gambar potongan atau gambar irisan Gambar potongan atau gambar irisan ini fungsinya untuk menjelaskan bagian bagian gambar benda yang tidak kelihatan. Misalnya dari benda yang dibor (baik yang dibor tembus maupun yang dibor tidak tembus), lubang lubang pada flens atau pipa pipa, rongga rongga pada rumah katup dan rongga rongga pada blok mesin. Bentuk rongga tersebut perlu dilengkapi dengan penjelasan gambar potongan agar dapat memberikan ukuran atau informasi yang jelas dan tegas, sehingga terhindar dari kesalahpahaman membaca gambar. 2) Gambar potongan atau gambar irisan 104

Gambar potongan atau gambar irisan dapat dijelaskan menggunakan pemisalan benda yang dipotong dengan gergaji (lihat gambar 2.93 berikut!). Gambar 2.92a Gambar 2.92b Gambar 2.92c Keterangan : Gambar 2.92a memperlihatkan gambar lengkap dengan garis gores sebagai batas batas garis yang tidak kelihatan. Dengan adanya garis garis tersebut, gambar kelihatan agak rumit. Gambar 2.92b memperlihatkan gambar yang kurang jelas. Dalam hal ini, kita tidak bisa memastikan apakah lubang tersebut merupakan lubang tembus atau tidak tembus, mempunyai lubang yang bertingkat atau rata, sehingga setiap orang akan menafsirkan bentuk lubang yang berbeda, yang menyebabkan informasi kurang jelas. Gambar 2.92c; karena gambar 2.92a dan gambar 2.92b menimbulkan keraguan dalam pembacaannya, maka gambar dapat dijelaskan menggunakan pemisalan bahwa benda tersebut dipotong dengan gergaji, sehingga bentuk rongga di dalamnya dapat terlihat dengan jelas dan tidak menimbulkan keraguan lagi dalam menentukan bentuk bagian dalamnya. 105

Dengan gambar potongan atau gambar irisan, seperti pada gambar 2.92c diatas, diperoleh ketegasan atau kejelasan tentang bentuk rongga sebelah dalam, sehingga informasi yang diberikan oleh gambar dapat efisien. Gambar potongan atau gambar irisan harus diarsir sesuai dengan batas garis pemotongannya. 3) Tanda pemotongan Untuk menjelaskan gambar yang dipotong, perlu adanya tanda pemotongan yang sudah ditetapkan sesuai dengan aturan aturan menggambar teknik. Tanda pemotongan ini terdiri atas : Tanda pemotongan dengan garis sumbu dan kedua ujungnya ditebalkan (lihat gambar 2.93a, 2.93b dan 2.93c!). Tanda pemotongan dangan garis tipis bergelombang bebas (lihat gambar 2.94!). Tanda pemotongan dengan garis tipis berzigzag (lihat gambar 2.95!). Gambar 2.93a Gambar 2.93b Gambar 2.93c Gambar 2.94 Gambar 2.95 4) Pandangan pada gambar potongan Untuk membuat gambar potongan atau gambar irisan, kita perlu memperlihatkan anak anak panah pada 106

kedua ujung garis potongnya. Arah anak panah ini menunjukkan arah pandangan dari benda yang dipotong dengan batas garis pemotongnya (lihat gambar 2.96a, 2.96b, 2.96c dan gambar 2.96d!). 5) Menempatkan gambar potongan gambar penampang atau Untuk menempatkan gambar penampang atau gambar potongan, kita perlu memperhatikan penempatan gambar potongan tersebut sesuai dengan proyeksi yang akan kita gunakan, apakah proyeksi di kuadran I (Eropa) atau proyeksi di kuadran III (Amerika)? Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar 2.96a, 2.96b, 2.96c dan 2.96d! Gambar 2.96a 107

Gambar 2.96b Gambar 2.96c 108

Gambar 2.96d Jika proyeksi yang diguanakan adalah proyeksi Amerika, maka gambar penampang potongnya diletakkan atau berada dibelakan g arah anak panahnya (lihat gambar 2.96a dan 2.96c diatas!). Jika proyeksi yang digunakan proyeksi Eropa maka penempatan gambar potongannya berada di depan arah anak panahnya (lihat gambar 2.96b dan 2.96d diatas!). Selain ditempatkan sesuai dengan proyeksi yang digunakan, penampang potongan dapat juga diputar di tempat (penampang putar) seperti tampak pada gambar 2.97a, atau dengan dipotong dan diputar kemudian dipindahkan ke tempat lain segaris dengan sumbunya seperti tampak pada gambar 2.97b. Gambar 2.97a Gambar 2.97b 6) Benda benda yang tidak boleh dipotong 109

Benda benda yang tidak boleh dipotong yaitu benda benda pejal, misal : poros pejal, jari jari pejal dan semacamnya (lihat gambar 2.98a!). Benda benda tipis, misalnya : pelat pelat penguat pada dudukan poros dan pelat penguat pada flens (lihat gambar 2.98b!) juga tidak boleh dipotong. Bagian bagian yang tidak boleh dipotong tersebut yaitu bagian bagian yang tidak diarsir. Gambar 2.98a Gambar 2.98b B. JENIS JENIS GAMBAR POTONGAN Jenis jenis gambar potongan atau gambar irisan terdiri atas : Gambar potongan penuh. Gambar potongan separuh. Gambar potongan sebagian atau setempat. Gambar potongan putar. Gambar potongan bercabang atau meloncat. 1) Gambar potongan penuh Perhatikan gambar potongan penuh pada gambar 2.99 berikut! 110

Gambar 2.99 2) Gambar potongan separuh Perhatikan gambar potongan separuh pada gambar 2.100 berikut! Gambar 2.100 3) Gambar potongan sebagian Gambar potongan sebagian disebut juga potongan lokal atau potongan setempat (lihat gambar 2.101!). Gambar 2.101 4) Gambar potongan putar 111

Gambar potongan putar dapt diputar setempat seperti tampak pada gambar 2.101 atau dapat juga penempatan potongannya pada gambar 2.102. Gambar 2.102 5) Gambar potongan bercabang atau meloncat Perhatikan contoh gambar 2.103 berikut! Gambar 2.103 C. GARIS ARSIRAN Untuk membedakan gambar proyeksi yang dipotong dengan gambar pandangan, maka gambar potongan atau gambar irisan perlu diarsir. Arsir yaitu garis garis miring tipis yang dibatasi oleh garis garis batas pemotongan. Lihat gambar 2.104 dibawah! 112

Gambar 2.104 D. MACAM MACAM ARSIRAN Hal hal yang yang perlu diperhatikan pada gambar yang diarsir antara lain : 1. sudut dan ketebalan garis arsiran. 2. bidang atau pengarsiran pada bidang yang luas. 3. pengarsir an bidang yang berdampingan. 4. pengarsir an benda benda tipis. 5. peletaka n angka ukuran pada gambar yang diarsir. 6. macam macam garis arsiran yang disesuaikan dengan bendanya. 1. Sudut dan ketebalan garis arsiran Sudut arsiran yang dibuat adalah 450 terhadap garis sumbu utamanya, atau 450 terhadap garis batas gambar, sedangkan ketebalan arsiran digunakan garis tipis dengan perbandingan ketebalan sebagai berikut (lihat tabel 2.4!). Tabel 2.4 Ketebalan mcam macam garis Ketebalan garis (dalam mm) Macam garis Garis gambar / tepi Garis gores Garis tipis (arsir) 1,0 0,7 0,5 0,7 0,5 0,35 0,5 0,35 0,25 113

Dari tabel diatas, kita dapat menentukan ketebalan garis arsiran yang disesuaikan dengan garis gambarnya. Jika garis tepi atau garis gambar mempunyai ketebalan 0,5 mm maka garis garis arsirnya dibuat setebal 0,25 mm. Sudut dan ketebalan garis arsiran dapat dilihat pada gambar 2.105 berikut! Gambar 2.105 114

2. Pengarsiran bidang yang luas Untuk pemotongan benda yang luas, arsiran pada bidang potongnya dilaksanakan pada garis tepi garis garis batasnya (lihat gambar 2.106!). Gambar 2.106 3. Pengarsiran bidang yang berdampingan Untuk pemotongan meloncat atau pemotongan bercabang, ada bidang bidang potong yang berdampingan, maka batas batas bidang yang berdampingan tersebut harus dibatasi oleh garis garis bertitik (sumbu) dan pengarsirannya harus turun atau naik dari ujung arsiran yang lainnya (lihat gambar 2.107!). Gambar 2.107 115

4. Pengarsiran benda benda tipis Untuk gambar potongan benda benda tipis atau profil profil tipis maka pengarsirannya dibuat dengan cara dilabur (lihat gambar 2.108!). Gambar 2.108 5. Angka ukuran dan arsiran Jika angka ukuran terletak pada arsiran (karena tidak dapat dihindari), maka angka ukurannya jangan diarsir (lihat gambar 2.109). Gambar 2.109 6. Macam macam arsiran Perhatikan gambar 2.110! 116

Gambar 2.110 Keterangan : a = Besi tuang b = Aluminium dan paduannya c = Baja dan baja istimewa d = Baja tuang yang dapat ditempa e = Baja cair f = Logam putih g = Paduan tembaga tuang h = seng atau air raksa 117

E. LATIHAN MENGGAMBAR POTONGAN 1. Buatlah gambar potongan separuh dari gambar 2.111 di bawah, dengan skala 1 : 1! Buat pula gambar pandangan atasnya menurut proyeksi kuadran I (Eropa)! Lengkapi dengan etiket nya dengan nama gambar DUDUKAN KATUP! Ukuran kertas gambar A4 (tegak). Gambar 2.111 2. Buatlah gambar potongan penuh dari benda (gambar 2.12) di bawah, dengan ketentuan sebagai berikut! Proyeksi di kuadran III (Amerika). Kertas gambar A4 (tegak). Gambar terdiri atas pandangan atas dan potongan penuh. Lengkapi dengan etiket nya! Nama gambar POTONGAN PENUH 118

Gambar 2.112 3. Buat gambar potongan A A, penampang penuh dengan pandangan samping kanan menurut proyeksi di kuadran III dari gambar 2.113 di bawah! Nama gambar PENAMPANG PENAMPANG. Dengan ketentuan : Skala 1 : 1 Kertas gambar A4 (tegak) lengkap dengan etiket nya 119

Gambar 2.113 4. Buat gambar dengan tiga pandangan utama dari gambar 2.114 (dudukan poros)! Jelaskan pada gamabr pandangan depan dengan penampang setempat (lokal) untuk memperlihatkan lubang baut! Gambar dibuat pada kertas gambar A4. 120

Gambar 2.114 DUDUKAN POROS No. Nama Bagian 1 2 3 4 Dudukan poros Rusuk Alas Rusuk Bahan St St St St 37 37 37 37 Jumlah 1 1 1 1 Keterangan Bubutan Pelat Pelat Pelat KEGIATAN BELAJAR III : UKURAN PADA GAMBAR 3. KERJA a. Tujuan kegiatan pembelajaran, peserta diklat dapat : 121

1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 10) Mencantumkan ukuran pada gambar kerja. Menggambar pandangan dengan proyeksi di kuadran I dan mencantumkan ukuran pada gambar kerja. Menggambar pandangan dengan proyeksi di kuadran III dan mencantumkan ukuran pada gambar kerja. Menggunakan garis bantu sebagai garis ukur. Menggunakan ukuran dengan dimensi fungsional. Menggunakan ukuran dengan dimensi non fungsional. Menggunakan ukuran dengan dimensi tambahan. Menggunakan ukuran ketirusan. Menggunakan simbol ukuran pada gambar kerja. Menggambar pandangan, baik dengan proyeksi di kuadran I maupun dengan proyeksi kuadran III yang dilengkapi dengan ukurannya. b. Materi pembelajaran A. KETENTUAN KETENTUAN DASAR PENCANTUMAN UKURAN Agar tidak menimbulkan keraguan didalam membaca gambar, maka pada gambar kerja harus dicantumkan ukuran dengan aturan aturan menggambar yang telah ditetapkan. Ketentuan ketentuan tersebut meliputi ketentuan : Menarik garis ukur dan garis bantu. Menggambar anak panah. Menetapkan jarak antara garis ukur. Menetapkan angka ukuran. 1. Menarik garis ukur dan garis bantu Garis ukuran dan garis bantu dibuat dengan garis tipis menggunakan perbandingan ketebalan antara garis gambar dan garis ukur atau garis bantu sebagai berikut (lihat tabel 2.5!). 122

Tabel 2.5 Perbandingan garis ukur dengan garis bantu Macam garis Garis gambar / tepi Garis ukur / bantu Ukuran (mm) 1 0,5 0,7 0,35 0,5 0,25 Contoh 2.7 Perhatikan gambar 2.115 berikut! Gambar 2.115 2. Menetapkan jarak antara garis ukur Jika garis ukuran terdiri atas garis garis ukur yang sejajar, maka jarak antara garis ukur yang satu dan garis ukur lainnya harus sama. Selain itu, perlu diperhatikan pula bahwa garis ukur jangan sampai berpotongan dengan garis bantu, kecuali terpaksa. Garis gambar tidak boleh digunakan sebagai garis ukur. Garis sumbu boleh digunakan sebagai garis bantu, tetapi tidak boleh digunakan langsung sebagai garis ukur. Untuk menempatkan garis ukur yang sejajar, ukuran terkecil ditempatkan pada bagian dalam dan ukuran besar ditempatkan di bagian luar. Hal ini untuk menghindari perpotongan antara garis ukur dan garis bantu. Jika terdapat 123

perpotongn garis bantu dengan garis ukur, garis bantunya diperpanjang 1 mm dari ujung anak panahnya. Gambar 2.116 Keterangan : 1. Garis ukur yang sejajar. 2. Garis bantu yang berpotongan (tidak dapat dihindarkan). 3. Garis sumbu yang digunakan secara tidak langsung ebagai garis bantu. 4. Garis ukur yang terkecil (ditempatkan di dalam). 5. Garis ukur tambahan (pelengkap). 6. Perpanjangan garis bantu dilebihkan ± 1 mm dari garis ukurnya atau dari ujung anak panahnya. 7. Penempatan garis ukur yang sempit. 8. Garis bantu yang paralel (jika diperlukan). Garis ukur pada umumnya tegak lurus terhadap garis bantunya, tetapi pada keadaan tertentu garis bantu dibuat 124

miring sejajar atau paralel, sebagai contoh dapat dilihat pada gambar 2.16. 3. Penulisan angka ukuran Penulisan angka ukuran ditempatkan di tengah tengah bagian atas garis ukurnya, atau di tengah tengah sebelah kiri garis ukurnya. Untuk kertas gambar berukuran kecil, maka penulisan angka ukuran pada garis ukur harus tegak, kertas gambarnya dapat diputar ke kanan, sehingga penulisan dan pembacaannya tidak terbalik. Angka ukuran harus dapat dibaca dari bawah atau dari sisi kanan garis ukurnya (lihat gambar berikut). Gambar 2.117 Jika kertas gambar diputar ke kiri, akan menghasilkan angka ukuran yang terbalik. Ukuran (c) pada gambar diatas adalah penulisan angka ukuran yang terbalik. B. KLASIFIKASI PENCANTUMAN UKURAN Benda benda yang diukur mempunyai bentuk yang bermacam macam, fungsi, kualitas atau pengerjaan yang khusus. Oleh karena itu, pencantuman ukuran diklasifikasikan menjadi : Pengukuran dengan dimensi fungsional. Pengukuran dengan dimensi non fungsional. Pengukuran dengan dimensi tambahan. Pengukuran dengan kemiringan atau ketirusan. 125

Pengukuran dengan bagian yang dikerjakan khusus. Pengukuran dengan kesimetrian. 1. Pengukuran dengan dimensi fungsional, fungsional dan ukuran tambahan non Jika suatu benda terdiri atas bagian bagian (bagian yang dirakit), maka ukuran bagian yang satu dengan lainnya mempunyai fungsi yang sama, sehingga satu sama lain mempunyai ukuran yang berpasangan dan pencantuman ukuran sebagai fungsi yang berpasangan. Jika benda kerja yang digambar berdiri sendiri, tetapi dalam sistem pengerjaannya bertahap, maka digambar sesuai dengan ukurannya sebagai fungsi pengerjaan. Ukuran ukuran yang tidak berfungsi disebut ukuran nonfungsional. Untuk melengkapi ukuran, dalam hal ini supaya tidak menimbulkan keraguan dalam membaca gambar terutama dalam jumlah ukuran total, maka ukuran pada gambar dilengkapi dengan ukuran tambahan. Ukuran tambahan ini harus ditempatkan diantara dua kurung atau di dalam kurung (lihat gambar 2.118 berikut!). Gambar 2.118 Keterangan : 126

F NF H = Dimensi fungsional = Dimensi non fungsional = Dimensi tambahan 2. Pengukuran ketirusan Untuk mencantumkan ukuran benda yang mempunyai bentuk miring, ukuran kemiringannya dicantumkan dengan harga tangen sudutnya. Gambar 2.119 Contoh 2.8 Jika H = 20 mm, h = 16 mm dan L = 40 mm maka kemiringannya adalah : ditulis 1 : x = 1 : 10 (lihat gambar 2.120 berikut!). Gambar 2.120 127

Sedangkan untuk benda benda yang mempunyai bentuk tirus (kerucut), ukuran ketirusannya dicantumkan berdasarkan harga 2.tg½ = 1 : y (lihat gambar 2.121!). Gambar 2.121 Ketirusannya adalah : Contoh 2.9 Jika D = 34 mm, d = 30 mm dan L = 40 mm, maka ketirusannya adalah : 3. Penunjukan khusus ukuran pada bagian yang dikerjakan Untuk memberikan keterangan gambar pada benda benda yang dikerjakan khusus, misalnya dikartel pada bagian tertentu atau dihaluskan dengan ampelas halus, maka pada bagian yang dikerjakan khusus tadi gambar bagian luarnya diberi garis tebal bertitik (lihat gambar 2.122!). 128

Gambar 2.122 4. Pemberian ukuran pada bagian bagian yang simetris Untuk memberikan ukuran ukuran pada gambar gambar simetris, jarak antara tepi dan sumbu simetrisnya tidak dicantumkan (lihat gambar 2.123!). Gambar 2.123 C. PENCANTUMAN SIMBOL - SIMBOL UKURAN Benda benda dengan bentuk tertentu, ukurannya dicantumkan mbolnya; misal benda benda yang berbentuk silinder, bujursangkar, bola dan pinggulan (chamfer). Lihat gambar 2.124 berikut! 129

Gambar 2.124 Keterangan : SØ = diameter bola dengan ukuran 32mm. SR16 = jari jari bola dengan ukuran 16 mm. C3 = chamfer atau pinggulan dengan ukuran 3 x 450. Ø23 = simbol ukuran silinder, dengan ukuran 23 mm. 34 = simbol ukuran bujursangkar, dengan ukuran sisinya 34 mm. 120 = simbol ukuran tidak menurut skala yang sebenarnya. M12 = simbol ukuran ulir dengan jenis ulir simetris dan berdiameter luar 12 mm. 2 = silang atau cross dengan garis tipis; simbol bidang rata. 1 = strip titik (tebal); simbol yang dikerjakan khusus. 1. Penunjukan ukuran jari Untuk menunjukkan ukuran jari jari, dapat digambarkan dengan garis ukur dimulai dari titik pusat, sampai busur lingkarannya. Sebagai simbol dari jari jari tersebut, di depan angka ukurnya diberi tanda huruf R (lihat gambar 2.125a berikut!). 130

Gambar 2.125 Penempatan anak panah dan ukuran di dalam lingkaran Gambar 2.125 Penempatan anak panah di dalam dan ukuran di luar lingkaran Gambar 2.125c Penempatan anak panah dan ukuran di luar lingkaran Gambar 2.125d 131

Penunjukkan jari jari dengan garis ukur yang diperpendek Menentukan titik pusat jari jari fillet 2. Gambar yang mempunyai fillet terdiri atas dua garis yang berpotongan dengan sudut 900, dua garis berpotongan dengan sudut lancip (< 900), dan dua garis berpotongan dengan sudut tumpul (>900). Perhatikan gambar 2.126 di bawah! Gambar 2.126a Jari jari pada dua garis dengan sudut 900 Gambar 2.126b Jari jari pada dua garis dengan sudut < 900 (lancip) Gambar 2.126c Jari jari pada dua garis dengan sudut > 900 (tumpul) 132

Selain lengkungan (jari jari) yang didapat dari dua garis yang berpotongan seperti gambar 2.126 di atas, juga terdapat lengkungan (jari - jari) yang diperoleh dari garis yang memotong lingkaran (lihat gambar 2.127 berikut!). Gambar 2.127a Gambar 2.127b Gambar 2.127c Titik pusat jari jari yang menyinggung dua lingkaran 133

Gambar 2.127c Titik pusat jari jari yang menyinggung lingkaran dan garis 3. Pengukuran sudut, tali busur dan busur lingkaran Gambar 2.128 D. PENGUKURAN KETEBALAN 134

Pengukuran benda benda tipis, seperti pengukuran pada pelat, ukuran tebalnya dapat dilengkapi dengan simbol t sebagai singkatan dari thicknees yang secara kebetulan artinya tebal (juga berhuruf awal t ). Penunjukkan ukurannya, lihat gambar 2.129 berikut! Gambar 2.128 E. JENIS JENIS PENULISAN UKURAN Penulisan ukuran pada gambar kerja, menurut jenisnya terdiri atas : Ukuran berantai. Ukuran paralel (sejajar). Ukuran kombinasi. Ukuran berimpit. Ukuran koordinat. Ukuran yang berjarak sama. Ukuran terhadap bidang referensi. 1. Ukuran berantai Pencantuman ukuran secara berantai ini ada kelebihan dan kekurangannya. Kelebihannya ialah mempercepat pembuatan gambar kerja. Kekurangannya ialah dapt menimbulkan toleransi yang semakin besar, sehinga pekerjaan tidak teliti. Oleh jarena itu, pencantuman ukuran secara berantai ini pada umumnya dilakukan pada pekerjaan pekrjaan yang tidak memerlukan ketelitian tinggi. Lihat gambar 2.130! 135

Gambar 2.130 2. Ukuran paralel (sejajar) Lihat gambar 2.131! 3. Ukuran kombinasi Gambar 2.131 Perhatikan gambar 2.132! 136

Gambar 2.132 4. Ukuran berimpit Ukuran berimpit yaitu pengukuran dengan garis garis ukur yang ditumpangkan (berimpit) satu sam lain. Ukuran berimpit ini dapat dibuat jika tidak menimbulkan kesalahpahaman dalam membaca gambarnya (lihat gambar 2.133!). Gambar 2.133 Pada pengukuran berimpit ini, titik pangkal sebagai batas ukuran atau patokan ukuran (bidang referensi)-nya harus dibuat lingkaran dan angka ukurnya harus diletakkan di dekat anak panahsesuai dengan penunjukan ukurannya. 5. Pengukuran terhadap bidang referensi Bidang referensi adalah bidang batas ukuran yang digunakan sebagai patokan pengukuran. 137

Contoh 2.10 Pengukuran benda kerja bubutan terhadap bidang datar atau bidang rata (lihat gambar 2.134!). Gambar 2.134 6. Pengukuran koordinat Jika pengukuran berimpit dilakukan dalam dua arah, yaitu penunjukan ke arah sumbu x dan penunjukan ukuran ke 138

arah sumbu y dengan bidang referensi nya di O, maka akan didapat pengukuran koordinat (lihat gambar 2.135!). Gambar 2.135 7. Pengukuran yang berjarak sama Untuk memberikan ukuran pada bagian yang berjarak sama, penunjukan ukurannya dapat dilaksanakan sebagai berikut (lihat gambar 2.136!). Gambar 2.136 Untuk menghindarkan kesalahan atau keraguan di dalam membaca gambarnya, dapat dituliskan salah satu ukurannya (lihat gambar 2.137!). 139

Gambar 2.137 8. Pengukuran alur pasak Jika kita memberikan ukuran diameter pada penampang atau potongan yang beralur pasak, misalnya pada kopling, roda gigi atau alur pasak pada puli, maka penunjukan ukuran diameternya seperti tampak pada gambar 2.138 berikut Gambar 2.138 9. Pengukuran pada lubang Untuk memberikan ukuran pada lubang yang berjarak sama, dapat dilakukan seperti tampak pada gambar 2.139 berikut. Gambar 2.139 10. Pengukuran pada profil 140

Untuk memberikan ukuran pada profil profil yang telah distandar, dapat dilakukan seperti tampak pada gambar 2.140 berikut. Gambar 2.140 11. Cara membuat pengukurannya gambar mur dan baut serta Gambar 2.141 141

Gambar 2.142 F. LATIHAN MENCANTUMKAN UKURAN 1. Salinlah gambar berikut pada kertas gambar A4 dengan skala 1 : 1, lengkap dengan etiket dan ukurannya! Nama gambar MUR BAUT (lihat gambar 2.143!). 2. Salinlah gambar 2.144 pada kertas gambar A4 dengan skala 1 : 1, lengkap dengan etiket dan ukurannya! Nama gambar BAUT PENGIKAT. 142

Gambar 2.143 143

Gambar 2.144 3. Salin pandangan atas dan penampang A-A dari gambar 2.145, dengan ketentuan sebagai berikut! Skala 1 : 1 Kertas gambar A4, lengkap dengan etiketnya. Cantumkan ukuran sesuai dengan gambarnya! Gambar 2.145 144

KEGIATAN BELAJAR IV : TOLERANSI DAN SUAIAN 4. a. Tujuan kegiatan pembelajaran, peserta diklat dapat : 1) Mencantumkan toleransi ukuran pada gambar kerja. 2) Mencantumkan toleransi geometris pada gambar kerja. 3) Mencantumkan tanda pengerjaan pada gambar kerja. 4) 5) 6) Menentukan besarnya nilai toleransi. Menghitung nilai toleransi. Mencantumkan nilai toleransi pada gambar susunan. 7) Menggambar diagram toleransi dalam sistem suaian lubang. 8) Menggambar diagram toleransi pada sistem suaian poros. 9) Menggambar pandangan dan potongan dengan sistem proyeksi di kuadran I lengkap dengan ukuran dan toleransinya. 10) Menggambar pandangan dan potongan dengan sistem proyeksi di kuadran III lengkap dengan ukuran dan toleransinya. b. Materi pembelajaran A. PENGERTIAN TOLERANSI 1. Definisi toleransi Tidaklah mudah untuk mencapai ukuran yang tepat, sesuai dengan yang tercantum dalam gambar. Banyak faktor yang mempengaruhinya, misal : Faktor alat (alat potong). Faktor mesin (presisi tidaknya mesin yang digunakan). Faktor alat ukur. Faktor temperatur dan faktor lainnya yang dapat mempengaruhi ketepatan ukuran dari benda kerja tersebut. 145

Untuk mencapai ukuran yang tepat, merupakan hal yang sulit. Selalu terjadi penyimpangan dari ukuran ukuran dasarnya. Misalnya : lebih besar, lebih kecil atau mungkin sama dengan ukuran dasarnya. Ukuran dasar yaitu ukuran yang tercantum dalam gambar kerja. Selama penyimpangan tersebut dalam kategori memenuhi syarat, maka produk yang menyimpang dari ukuran dasarnya tersebut dapat diterima. Sebaliknya, jika penyimpangan ukuran diluar kategori memenuhi syarat maka produk tersebut tidak dapat diterima, karena ukurannya terlalu besar atau terlalu kecil dari ukuran yang diminta. Sebagai batasan kategori memenuhi syarat, kita harus memberikan dua batasan ukuran yang diperbolehkan yaitu : 1. Batasan ukuran maksimum yang diperbolehkan. 2. Batasan ukuran minimum yang diperbolehkan atau diizinkan. Perbedaan dua batasan ukuran yang diperbolehkan atau diizinkan disebut toleransi. Contoh : Para sisiwa yang sedang praktek kerja bangku atau mesin, ditugaskan untuk membuat benda kerja sesuai dengan petunjuk petunjuk yang diberikan oleh bapak guru, dengan bentuk dan ukuran yang tersedia dalam job (gambar kerja)-nya. Setelah para siswa selesai melaksanakan praktek, benda kerja dikumpulkan dan diperiksa. Sekarang timbul pertanyaan : 1. Apakah benda kerja satu dengan benda kerja lainnya mempunyai bentuk dan ukuran yang sama? Tentu tidak sama, ada yang terlalu kecil ada pula yang tepat. 2. Bagaimana benda kerja yang mempunyai ukuran ukuran terlalu besar dan terlalu kecil tersebut dapat diterima? Untuk diterima atau tidaknya, guru telah memberikan toleransi yang telah dicantumkan dalam gambar kerjanya, misalnya ukuran yang tercantum dalam gambar kerjanya adalah Ø 40 ± 0,5, artinya ukuran yang maksimum yang diperbolehkan atau yang dapat diterima adalah 40 + 0,5 = 40,5 mm, sedangkan ukuran minimum yang diperbolehkan adalah 40 0,5 = 39,5 mm. Jadi, ukuran ukuran antara 39,5 sampai dengan 40,5 merupakan ukuran ukuran yang dapat diterima. 146

Ukuran ukuran di luar ketentuan tersebut, belum diterima. Misalnya ukuran yang masih besar, masih dikerjakan lagi sampai batas ukuran yang diinginkan; ukuran ukuran yang kurang dari 39,5 mm, dianggap atau pekerjaannya harus diganti. dapat dapat tetapi gagal Berapa toleransi yang diberikan oleh guru tersebut? Toleransi dapat dihitung sebagai berikut : Ukuran maksimum yang diizinkan = 40,5 mm Ukuran minimum yang diizinkan = 39,5 mm Toleransinya = 1,0 mm 2. Pencantuman toleransi pada gambar kerja Job atau gambar kerja yang dibuat harus mencantumkan toleransinya. Hal ini untuk memudahkan operator dalam menentukan batasan ukuran minimum dan ukuran maksimum yang diizinkan. Jika produk yang dibuat merupakan suku cadang yang harus dirakit satu sama lain menjadi suatu mesin yang berfungsi, maka pencantuman toleransinya harus memenuhi fungsi dari suku cadang tersebut. Poros yang dipasang pada bantalannya (dalam keadaan fungsi longgar), akan memiliki toleransi yang berbeda dengan blok silinder yang dipasang pada blok mesin dengan jalan di press (kaku). Pada umumnya, toleransi yang harus diberikan atau dicantumkan pada gambar kerja ada dua macam : 1. Toleransi untuk poros, yang meliputi benda benda padat bulat, segiempat dan bentuk bentuk prisma lainnya. 2. Toleransi ntuk lubang, yang meliputi lubang bulat (bor), lubang pada bantalan, alur pasak, rongga rongga pada blok mesin, celah antara dua bidang (alur pasak) dan semacamnya. B. ISTILAH ISTILAH PADA TOLERANSI 147

Sebagaiman tadi dijelaskan, toleransi merupakan perbedaan dua ukuran yang diperbolehkan, yaitu perbedaan antara ukuran maksimum dan ukuran minimum yang diperbolehkan. Toleransi meliputi toleransi poros dan toleransi lubang. Untuk jelasnya, dapat kita lihat pada gambar 2.146 berikut. Gambar 2.146 Keterangan : 1. Ukuran nominal (uk.nom.) Ukuran nominal yaitu ukuran benda yang dibulatkan sampai dengan ukuran mm dan merupakan ukuran patokan yang dijadikan batas batas ukuran yang diizinkan. 2. Ukuran minimum (uk.min.) Ukuran minimum adalah ukuran terkecil yang dizinkan, baik untuk porosmaupun untuk lubang. 3. Ukuran maksimum (uk.maks.) Ukuran maksimum adalah ukuran terbesar yang diizinkan, baik untuk poros maupun untuk lubang. 4. Penyimpangan membesar Penyimpangan membesar yaitu perbedaan ukuran antara ukuran nominal dan ukuran maksimumnya yang diizinkan (baik untuk poros maupun untuk lubang). 5. Penyimpangan mengecil Penyimpangan mengecil yaitu perbedaan ukuran antara ukuran nominal dan ukuran minimumnya yang diizinkan (baik untuk poros maupun untuk lubang). 6. Toleransi umum Untuk gambar gambar dengan ukuran tanpa persyaratan ketelitian khusus atau ukuran tanpa keterangan dan kita dapat memberikan catatan secara umum, nilai nuilai 148

penyimpangan yang diizinkan disebut toleransi umum. Sesuai dengan ISO 2786, ukuran ukuran tanpa keterangan terikat oleh toleransi umum. C. TOLERANSI KHUSUS DAN TOLERANSI UMUM 1. Toleransi khusus Untuk gambar gambar yang memerlukan ketelitian khusus, dalam pencantuman ukurannya harus diberi toleransi khusus sesuai dengan standar ISO/R286. Toleransi ini disebut juga Toleransi Standar Internasional (IT). a. Simbol kualitas toleransi standar Dalam sistem toleransi standar internasional (IT), kualitas toleransi dibagi menjadi 18 macam kualitas, yaitu : IT 01; IT 00; IT 1; IT 2; IT 3;...; IT 16. Kualitas toleransi tersebut meliputi toleransi untuk pekerjaan yang sangat teliti, misalnya pekerjaan - pekerjaan pada instrumen, alat ukur, optik dan semacamnya; pada pekerjaan seperti ini dipakai kualitas IT 01 sampai dengan IT 4. untuk IT 5 sampai dengan IT 11 adalah kualitas internasional untuk pekerjaan pekerjaan permesinan yang sangat teliti dan biasanya serta untuk pekerjaan pekerjaan mampu tukar ; dipasang satu sama lain (dirakit). Sedangkan IT 12 sampai dengan IT 16 diperuntukan bagi pekerjaan pekerjaan yang kasar seperti pekerjaan pengecoran, pemotongan dengan gas dan pekerjaan kasar sejenisnya. b. Simbol toleransi lubang dan poros Sebagaimana telah dijelaskan pada pasal yang terdahulu, toleransi ada dua macam : toleransi untuk lubang dan toleransi untuk poros. Untuk membedakan, kedua macam toleransi tersebut diberi simbol masing masing dengan huruf besar untuk lubang dan huruf kecil untuk poros. 149

Angka nominal yang diikuti huruf besar beserta angka kualitasnya menunjukkan besarnya lubang dengan toleransinya, sedangkan angka nominal yang diikuti huruf kecil beserta angka kualitasnya menunjukkan besarnya poros dengan toleransinya. Contoh Ø 40 H7, artinya suatu lubang (H nya huruf besar) dengan daerah toleransi H dan kualitas nya 7 Ø 40 h7, artinya suatu poros (h nya huruf kecil), dengan daerah toleransi h dan kualitasnya 7 Huruf huruf yang dipakai untuk simbol lubang yaitu huruf A, B, C,... sampai Z, kecuali huruf I, L, O, Q dan W; sedangkan huruf a, b, c,... sampai z dipakai untuk simbol toleransi poros, kecuali huruf i, l, o, q dan w. c. Nilai toleransi khusus Untuk keseragaman dalam menentukan besarnya toleransi, maka dibuat suatu standar secara internasional (IT). Besarnya nilai IT tersebut ditetapkan dengan ISO 286. Besarnya nilai toleransi disesuaikan dengan besar kecilnya ukuran, baik lubang maupun poros, seperti terlihat pada tabel berikut ini. Tabel 2.6 Nilai Toleransi Besarnya toleransi Sifat penggunaan toleransi KW.IT (micron) Untuk alat ukur IT 01 0,3 + 0,008. D Optik IT 00 0,5 + 0,012. D Instrumen IT 1 0,8 + 0,020. D (untuk pekerjaan pekerjaan IT 2 antara IT 1 samapai dengan IT sangat teliti) 5 IT 3 (lihat tabel 2.6!) IT 4 Untuk pekerjaan IT 5 7.i harga i dapat dihitung dengan rumus : pemesinan IT 6 10.i Pekerjaan sangat teliti, IT 7 16.i teliti dan biasa IT 8 25.i IT 9 40.i IT 10 64.i i dalam mikron IT 11 100.i 150

D dalam mm Untuk pekerjaan pekerjaan kasar, misalnya pemotongan, pengecoran dan semacamnya IT IT IT IT IT 12 13 14 15 16 160.i 250.i 400.i 640.i 1000.i Contoh 2.11 Suatu poros mempunyai diameter 27 mm. Jika poros tersebut dikerjakan pada mesin bubut dengan kualitas IT 9, berapakah toleransinya? Jawab : Untuk ukuran Ø 27 mm dengan kualitas IT 9, maka toleransinya = 40.i(lihat tabel 2.6). Jadi toleransinya 40. 1,377 = 55,08 micron atau dibulatkan = 55 micron. Contoh 2.12 Suatu ukuran dari pekerjaan poros dikerjakan dengan kualitas IT 10. Berapakah toleransinya jika diameter minimalnya 24 mm? Penyelesaian : Diketahui : Ukuran nominal 24 mm atau D = 24 mm Kualitas toleransi 10 Ditanya : Besarnya toleransi? Jawab : Untuk IT 10, toleransinya = 64.i (lihat tabel 2.6!). 151

Toleransinya adalah 64.i = 64. 1,322 = 84,608 Jadi, toleransinya = 84,6 micron = 0,084 mm Contoh 2.13 Suatu pekerjaan instrumen dikerjakan dengan kualitas IT 1. Berapakah toleransinya jika D = 10 mm? Jawab : Untuk IT = 0,8 + 0,020. D (lihat tabel 2.6!) = 0,8 + 0,020. 10 = 0,8 + 0,200 = 1 micron jadi, toleransinya = 1 micron = 0,001 mm. 3 s/d 6 3 6-10 10-18 18-30 30-50 50-80 80-120 120-180 180-250 250-315 315-400 400-500 Tabel 2.7 Nilai Toleransi IT2, IT3 dan IT4 Kualitas Toleransi IT2 IT3 1,2 2 1,5 2,5 1,5 2,5 2 3 2,5 4 2,5 4 3 5 4 6 5 8 7 10 8 12 9 13 10 15 IT4 3 4 4 5 6 7 8 10 12 14 16 18 20 Contoh 2.14 Suatu poros dengan diameter nominal 30 mm dikerjakan dengan kualitas IT3. Tentukan toleransinya! Jawab : 152

Lihat tabel 2.7! Untuk diameter Ø 30 pada IT3, besarnya toleransi adalah 4 micron atau 0,004 mm. 2. Toleransi umum Jika ukuran tanpa keterangan maka ukuran tersebut terikat oleh toleransi umum. Besarnya toleransi umum ini merupakan tanggung jawab perencana dan dapat kita pilih salah satu macam variasi dari tabel 2.8 berikut. Toleransi khususnya dapat kita lihat pada tabel 2.9; 2.10 dan 2.11. Tabel 2.8 Variasi Penyimpangan Umum (dalam mm) Ukuran nominal dalam satuan Jenis Pekerjaan mm Teliti Sedang Kasar 0,5 sampai dengan 3 ±0,05 ±0,1 3 sampai dengan 6 ±0,05 ±0,1 ±0,2 6 sampai dengan 30 ±0,1 ±0,2 ±0,5 30 sampai dengan 120 ±0,15 ±0,3 ±0,8 120 sampai dengan 315 ±0,2 ±0,5 ±1,2 315 sampai dengan 1000 ±0,3 ±0,8 ±2 1000 sampai dengan 2000 ±0,5 ±1,2 ±3 153

Tabel 2.9 Penyimpangan Lubang (dalam mm) Ukuran Diameter dalam mm 6-10 10-18 18-30 30-40 40-50 50-65 65-80 80-100 100-120 120-140 140-160 160-180 180-200 200-225 225-250 B C B10 +230 +150 +220 +150 +244 +160 +270 +170 +280 +180 +310 +190 +320 +200 +360 +220 +380 +200 +420 +260 +440 +280 +470 +310 +525 +340 +565 +380 +605 +420 C9 +116 +80 +138 +95 +162 +110 +182 +120 +192 +130 +214 +140 +224 +150 +257 +170 +267 +180 +300 +200 +310 +210 +330 +230 +335 +240 +375 +260 +395 +280 D C10 +138 +80 +165 +95 +194 +101 +220 +120 +230 +130 +260 +140 +270 +150 +310 +170 +320 +180 +360 +200 +370 +210 +390 +230 +425 +240 +445 +260 +465 +280 D8 E D9 D10 E7 F E8 E9 F6 G F7 F8 H G6 G7 H6 H7 H8 H9 H10 +62 +40 +77 +50 +98 +65 +119 +80 +76 +40 +93 +50 +117 +65 +142 +60 +98 +40 +120 +50 +149 +65 +180 +80 +40 +25 +50 +32 +61 +40 +75 +50 +47 +24 +59 +32 +73 +40 +89 +50 +61 +25 +75 +32 +92 +40 +112 +50 +22 +13 +27 +16 +33 +20 +41 +25 +28 +13 +34 +16 +41 +20 +50 +25 +35 +13 +43 +16 +53 +20 +64 +25 +14 +5 +17 +16 +20 +7 +25 +9 +20 +5 +24 +6 +28 +7 +34 +9 +9 0 +11 0 +13 0 +16 0 +15 0 +18 0 +21 0 +25 0 +22 0 +27 0 +33 0 +39 0 +36 0 +43 0 +52 0 +62 0 +58 0 +70 0 +84 0 +100 0 +146 +100 +174 +100 +220 +100 +90 +60 +106 +60 +134 +60 +49 +30 +60 +30 +76 +30 +29 +10 +40 +10 +19 0 +30 0 +46 0 +74 0 +120 0 +174 +120 +207 +120 +260 +120 +107 +72 +126 +72 +159 +72 +58 +36 +71 +36 +90 +36 +34 +12 +47 +12 +22 0 +35 0 +54 0 +87 0 +140 0 +208 +145 +245 +145 +305 +145 +125 +85 +146 +85 +185 +85 +68 +43 +83 +43 +106 +43 +39 +14 +54 +14 +25 0 +40 0 +63 0 +100 0 +160 0 +242 +170 +285 +170 +355 +170 +146 +100 +172 +100 +215 +100 +79 +50 +96 +50 +122 +50 +44 +15 +61 +15 +29 0 +46 0 +72 0 +105 0 +185 0 154

Ukuran Diameter dalam mm JS5 JS JS6 JS7 6-10 ±3 ±4,5 ±7,5 10-18 ±4 ±5,5 ±9 18-30 ±4,5 ±6,5 ±10,5 K5 K K6 K7 M5 M M6 M7 N6 N N7 P6 P P7 R R7 S S7 +1-5 +2-6 +1-8 +2-9 +2-7 +2-9 +2-11 +3-13 +5-10 +6-12 +6-15 +7-18 -4-10 -4-12 -5-14 -5-16 -3-12 -4-15 -4-17 -4-20 0-15 0-18 0-21 0-25 -7-16 -9-20 -11-24 +12-28 -4-19 -5-23 -7-28 -8-33 -12-21 -15-26 -18-31 -21-37 -9-24 -11-29 -14-35 -17-42 -13-28 -16-34 -20-41 -25-50 -17-32 -21-39 -27-48 -34-59 30-40 ±5,5 ±8 ±12,5 40-50 50-65 ±6,5 ±9,5 ±15 +3-10 +4-15 +9-21 -6-19 -5-24 0-30 +14-33 -9-39 -26-45 -21-51 65-80 +4-18 +10-25 -8-23 -6-28 0-35 +16-38 -10-45 -30-52 -24-59 -30-60 -32-62 -38-73 -41-76 -48-88 -50-90 -53-93 -60-106 -63-109 -67 --113-42 -72-48 -78-58 -93-66 -101-77 -117-85 -125-93 -133-105 -151-113 -159-123 -169 80-100 ±7,5 ±11 ±17,5 +2-13 100-120 120-140 ±9 ±12,5 ±20 +3-15 +4-21 +12-28 -9-27 -8-33 0-40 -20-45 -12-52 -36-61 -28-67 140-160 160-180 180-200 ±10 ±14,5 ±23 +2-18 +5-24 +13-33 -11-31 -8-37 0-46 +22-51 -14-60 -41-72 -33-79 200-225 225-250 155 T T7-39 -64-45 -70-55 -85-64 -94-78 -113-91 -126-107 -147-119 -159-131 -173 U U7 X X7-32 -37-26 -44-33 -54-51 -76-61 -68-76 -106-91 -121-111 -146-131 -166-28 -43-33 -51-46 -67 - - - - - - -

Tabel 2.10 Ukuaran Diameter dalam mm 6-10 10-18 18-30 30-40 40-50 50-65 65-80 80-100 100-120 120-140 140-160 160-180 180-200 200-225 225-250 b c b9 c9 d8 d9 e7 e8 e9 f6 f7 f8 g4 g5 g6 h4 h5 h6 h7 h8 h9-150 -186-150 -193-160 -212-170 -232-180 -242-190 -261-200 -274-220 -307-240 -327-260 -360-280 -390-310 -410-340 -455-380 -495-420 -535-80 -116-95 -138-110 -162-120 -182-130 -192-140 -214-150 -224-170 -257-180 -267-200 -300-210 -310-230 -310-240 -335-260 -375-280 -395-40 -62-50 -77-65 -98-80 -119-40 -76-50 -93-65 -117-80 -142-25 -40-32 -50-40 -60-50 -70-25 -47-32 -59-40 -71-50 -89-25 -61-32 -75-40 -92-50 -112-13 -22-16 -27-20 -33-25 -41-13 -28-16 -34-20 -41-25 -50-13 -35-16 -43-20 -53-25 -64-5 -9-6 -11-7 -13-9 -16-5 -11-6 -14-7 -16-9 -20-5 -14-6 -17-7 -20-9 -25 0-4 0-5 0-6 0-7 0-6 0-8 0-9 0-11 0-9 0-11 0-13 0-16 0-15 0-18 0-21 0-25 0-22 0-27 0-33 0-39 0-36 0-43 0-52 0-62 d e -100-146 -100-174 -120-174 -120-207 -145-208 -60-90 -145-245 -60-106 -72-107 f -72-126 -85-125 -60-134 -72-159 -85-148 -30-49 -85-185 -30-60 -36-58 g -36-71 -43-68 -30-76 -12-22 -14-26 -10-29 -12-27 -43-106 -10-23 -36-90 -43-83 -10-18 h -12-34 -14-32 0-8 0-10 -14-39 0-13 0-15 0-12 0-19 0-22 0-18 0-30 0-35 0-25 0-40 -100-17 -100-215 -50-79 -50-96 -50-122 -15-29 -15-35 -15-44 0-14 0-20 0-29 0-87 0-63 -100-146 -170-285 0-74 0-54 -170-242 0-46 0-46 0-100 0-72 0 155 156

Ukuran Diameter dalam mm 6-10 j j4 10-18 18-30 ±2 j5 k j6 j7 ±3 ±4,5 ±7,5 ±2,5 ±4 ±5,5 ±9 ±3 ±4,5 ±6,5 ±10,5 m n p r s t u x t6 u6 x6 +37 +28 +44 +33 +54 +41 +76 +60 +86 +70 +106 +87 +121 +102 +146 +124 +166 +144 +43 +34 +51 +40 +67 +54 k4 k5 k6 m4 m5 m6 n6 p6 r6 s6 +5 +1 +6 +1 +8 +2 +9 +2 +7 +1 +9 +1 +11 +2 +13 +2 +10 +1 +12 +1 +15 +2 +18 +2 +10 +6 +12 +7 +18 +8 +16 +9 +12 +6 +15 +7 +17 +8 +20 +9 +15 +6 +18 +7 +21 +8 +25 +9 +19 +10 +23 +12 +28 +15 +33 +17 +24 +15 +29 +18 +35 +22 +42 +26 +28 +19 +34 +23 +41 +28 +50 +34 +32 +23 +39 +28 +48 +35 +59 +43 30-40 ±3,5 ±5,5 ±8 ±12,5 40-50 50-65 ±4 ±6,5 ±9,5 ±12 +12 +2 +15 +2 +21 +2 +19 +11 +24 +11 +30 +11 +39 +20 +51 +32 +60 +41 +62 +43 +73 +51 +73 +54 +88 +3 +90 +65 +93 +68 +106 +77 +109 +80 +113 +84 +72 +53 +78 +59 +93 +71 +101 +75 +117 +92 +125 +100 +133 +108 +151 +122 +159 +130 +169 +140 65-80 80-100 ±5 ±7,5 ±11 ±17,5 +13 +3 +18 +3 +25 +3 +23 +13 +28 +13 +35 +13 +45 +23 +59 +37 100-120 120-140 ±6 ±9 ±12,5 ±20 +5 +3 +21 +3 +28 +3 +27 +15 +33 +15 +40 +15 +52 +27 +68 +43 140-160 160-180 180-200 ±7 ±10 ±14,5 ±23 +18 +4 +24 +4 +33 +4 +31 +17 +37 +17 +46 +17 +60 +61 +79 +50 200-225 225-250 157 +64 +48 +70 +54 +85 +66 +94 +75 +113 +191 +126 +104 +147 +122 +159 +134 +171 +146

Ukuran Nominal (mm) 3 s/d 6 6 s/d 10 10 s/d 18 18 s/d 30 30 s/d 50 50 s/d 80 80 s/d 120 120 sd/ 180 180 s/d 250 250 s/d 315 315 s/d 400 400 s/d 500 01 00 1 2 3 4 Tabel 2.11 Nilai Toleransi Standar (metrik) Kualitas toleransi 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 0,3 0,5 0,8 1,2 2 3 4 6 10 14 25 40 60 100 140 250 400 600 0,4 0,6 1 1,5 2,5 4 5 8 12 18 30 48 75 120 180 300 480 750 0,4 0,6 1 1,5 2,5 4 6 9 15 22 36 58 90 150 220 360 580 900 0,5 0,8 1,2 2 3 5 8 11 18 27 43 70 100 180 270 430 700 1100 0,6 1 1,5 2,5 4 6 9 13 21 33 52 84 130 210 330 520 840 1300 0,6 1 1,5 2,5 7 11 16 25 39 62 100 160 250 390 620 1000 1600 0,8 1,2 2 3 5 8 13 19 30 46 74 120 190 300 460 740 1200 1900 1 1,5 2,5 4 6 10 15 22 35 54 87 140 220 350 540 870 1400 2200 1,2 2 3,5 5 8 12 18 25,4 40 63 100 160 250 400 630 1000 1600 2500 2 3 4,5 7 10 14 20 29 46 72 115 185 290 460 720 1150 1850 2900 2,5 4 6 8 12 16 23 32 52 81 130 210 320 520 810 1300 2100 3200 3 5 7 9 13 18 25 36 57 89 140 230 360 570 890 1400 2300 3600 4 6 8 10 15 20 27 40 63 97 155 250 400 630 970 1550 2500 4000 158

D. DIAGRAM DAERAH TOLERANSI Daerah kedudukan toleransi lubang dan poros dapat dilihat seperti pada gambar 2.147 dan gambar 2.148 berikut. Gambar 2.147 Gambar 2.148 Keterangan gambar : 1. Jika daerah toleransi lubang berada pada daerah A, B, C, D, E dan G, maka daerah toleransi berada diatas ukuran nominalnya dan toleransinya adalah positif (+) (lihat gambar 2.147!). Contoh 2.15 Ø 40 D 9, artinya : Ø 40 = ukuran nominal lubang 40 mm D9 = daerah toleransi lubang pada kualitas 9. 159

Lihat tabel 2.10! Untuk Ø 40 D 9, besar penyimpangan adalah : Daerah toleransinya seperti tampak pada gambar 2.149 berikut. Gambar 2.149 2. Jika daerah toleransi lubang berada pada daerah toleransi H, maka ukuran minimum lubang adalah sama dengan ukuran nominalnya dan toleransinya bertanda (0) dan (+). Contoh 2.16 Ø 40 H 9, artinya : Ø 40 = ukuran nominal lubang 40 mm H9 = daerah toleransi lubang H pada kualitas 9. Lihat tabel 2.10! Untuk 40 H 9, penyimpangannya adalah :. Daerah toleransinya dapat kita lihat pada gambar 2.150 berikut. 160

Gambar 2.150 3. Jika daerah toleransi berada pada daerah toleransi JS maka daerah toleransinya simetris (penyimpangan atas sama dengan penyimpangan bawahnya) dan toleransinya bertanda (±). Contoh 2.17 Ø 40 JS 7, artinya : Ø 40 = diameter lubang 40 mm JS 7 = daerah toleransi lubang JS dengan kualitas 7. Lihat tabel 2.10! Untuk Ø 40 JS 7, penyimpangannya adalah : 40± 0,0125 Daerah toleransinya seperti tampak pada gambar 2.151 Gambar 2.151 4. Jika daerah toleransi lubang berada pada daerah toleransi K, maka penyimpangan atasnya bertanda (+) dan penyimpangan bawahnya bertanda (-). Misalnya Ø 6 K 5 mempunyai penyimpangan atas 0 dan penyimpangan bawahnya -5 micron; sedangkan untuk 40 K 5, penyimpangan atas bertanda (+) yaitu +2 micron dan penyimpangan bawahnya bertanda (-) yaitu -9 micron. Lihat tabel 2.9! Kedudukan daerah toleransi lubang K adalh berada diantara (+) dan (-). 161

5. Jika daerah toleransi lubang berada pada daerah toleransi M, N, P, R, S, T, U, V, X, Y dan Z, maka daerah toleransinya berada dibawah ukuran nominalnya. Oleh karena itu, penyimpangannya bertanda negatif (-). Contoh 2.18 Ø 40 N 7, artinya : Ø 40 = ukuran nominal lubang 40 mm JS 7 = daerah toleransi lubang N dengan kualitas 7. Lihat tabel 2.10! Untuk Ø 40 N 7, penyimpangannya adalah : Daerah toleransinya dapat dilihat pada gambar 2.152 berikut. Gambar 2.152 6. Jika daerah toleransi poros berada pada daerah toleransi a, b, c, d, e, f dan g, maka daerah toleransinya berada dibawah ukuran nominalnya dan penyimpangannya bertanda negatif (-). 7. Jika daerah toleransi poros berada pada daerah toleransi h, maka ukuran maksimumnya sama dengan ukuran nominalnya, sehingga penyimpangan atas bertanda (0) dan penyimpangan bawah bertanda (-). 8. Jika daerah toleransi poros berada pada daerah toleransi js, maka daerah toleransinya adalah simetris, sehingga tanda penyimpangannya bertanda (±). 9. Jika toleransi poros berada pada daerah toleransi k, m, n, p, r, s, u, v, x dan z, maka daerah toleransinya berada diatas ukuran nominalnya, sehingga penyimpangan bertanda (+). Contoh 2.19 Diketahui ukuran ukuran poros sebagai berikut. Ø 40 d 8; Ø h 7; Ø 40 js 7 dan Ø 40 p 6. 162

Lihat tabel 2.10! Untuk ukuran ukuran tersebut diatas, penyimpangannya adalah : Daerah toleransi dari keempat ukuran diatas dapat dilihat pada gambar 2.153 berikut. Gambar 2.153 E. MENGHITUNG UKURAN MAKSIMUM, MINIMUM DAN TOLERANSI Ukuran maksimum sama dengan ukuran nominal ditambah dengan penyimpangan atas (baik untuk poros maupun untuk lubang). Ukuran minimum sama dengan ukuran nominal ditambah dengan penyimpangan bawah (baik untuk poros maupun untuk lubang). Toleransi adalah perbedaan ukuran maksimum dengan ukuran minimum. Contoh 2.20 Ukuran maksimum Ukuran minimum 40 + 0,142 40 + 0,080 = 40,142 mm = 40,080 mm 163

Toleransinya adalah = 0,062 mm Contoh 2.21 Ukuran maksimum Ukuran minimum Toleransinya adalah 40 + 0,062 40 + 0 = 40,062mm = 40 mm = 0,062 mm Contoh 2.22 Ukuran maksimum Ukuran minimum Toleransinya adalah 40 + (0,0125) 40 + (-0,0125) = 40,0125 mm = 39,9875 mm = 0,0250 mm 40 + (-0,080) 40 + (-0,119) = 39,920 mm = 39,881 mm = 0,039 mm Contoh 2.23 Ukuran maksimum Ukuran minimum Toleransinya adalah F. PENULISAN TOLERANSI PADA GAMBAR KERJA Komponen yang diberi ukuran dengan toleransi adalah komponen yang mempunyai fungsi dan kualitas tertentu, lihat gambar 2.154 berikut (penulisan dangan sistem ISO)! Gambar 2.154 164

Komponen yang diberi ukuran Ø 40 h 7 adalah : ukuran nominal poros 40 mm, berada pada daerah toleransi h dengan kualitas 7. Lihat tabel 2.11! Untuk Ø 40 h 7 =. Komponen yang diberi ukuran 24 G 6 artinya : ukuran nominal lubang 24 mm, berada pada daerah toleransi G, dengan kualitas 6. lihat tabel 2.9! Untuk Ø 24 G 6 =. Komponen yang tidak diberi toleransi, ukurannya terikat oleh toleransi umum, yaitu 100 mm pad ukuran panjang poros diatas. Bila poros tersebut dikerjakan dengan teliti maka toleransi umumnya adalah 100±0,15 (lihat tabel 2.8!). Untuk selanjutnya, penulisan toleransi dapat dilakukan seperti gambar 2.155 berikut. Gambar 2.155 1. Penulisan toleransi dengan simbol ISO Hal yang perlu diperhatikan untuk mencantumkan atau menuliskan toleransi pada gambar kerja dengan simbol ISO, antara lain : ukuran dasar (nominal). lambang (poros atau lubang) dan daerah toleransi. kualitas toleransi. Lihat gambar berikut! Gambar 2.156 Penulisan toleransi dapat pula diikuti dengan besar penyimpangannya, lihat gambar gambar 2.157! 165

Gambar 2.157 Toleransi ditulis pada ukuran penyimpangannya, lihat gambar 2.158! nominal dan Gambar 2.158 Penulisan toleransi simetris, lihat gambar 2.159! Gambar 2.155 Penulisan toleransi dengan mencantumkan ukuran maksimum dan ukuran minimum, dapat dilihat pada gambar 2.160 berikut. Gambar 2.155 2. Satuan dan urutan penyimpangan Satuan penyimpangan harus sama dengan satuan ukuran nominal (dasar)-nya. Jika satuan nominal dalam mm maka penyimpangannya harus dalam mm. Penyimpangan atas dan penyimpangan bawah harus mempunyai desimal yang sama, kecuali salah satu penyimpangan mempunyai nilai 0 (nol). Penyimpangan atas mempunyai nilai lebih besar daripada penyimpangan bawahnya dan diurutkan dari nilai penyimpangan atas kemudian (di bawahnya) penyimpangan bawah. 166

G. PENULISAN TOLERANSI PADA GAMBAR SUSUNAN Untuk menuliskan toleransi pada gambar susunan dapat dilaksanakan sebagai berikut (lihat gambar 2.156!). Gambar 2.156 Hal yang perlu diperhatikan untuk menuliskan toleransi pada gambar susunan, antara lain lambang toleransi lubang ditempatkan di depan atau di atas lambang toleransi poros. Penulisan dengan lambang dan nilai penyimpangan pada gambar susunan, lihat gambar 2.157! Gambar 2.157 Penulisan toleransi dengan ukuran dasar dan penyimpangannya pada ambar susunan, lihat gambar 2.158 berikut! Gambar 2.158 167

H. TINGKAT SUAIAN Dalam suatu industri msein, banyak sekali suku cadang atau onderdil dibuat dan dirakit sehingga menjadi suatu mesin yang berfungsi. Suku cadang suku cadang yang dirakit tersebut mungkin dipasang atau distel dengan fungsi dapat bergerak, misalnya poros dengan bantalannya; mungkin juga dipasangkan dengan jalan dipres, misalnya blok silinder dengan blok mesin, jari jari roda dengan nafnya dan sejenisnya. Untuk pembuatan suku cadang yang dapat bergerak (poros dengan bantalannya), ukuran poros harus dibuat sedikit lebih kecil daripada ukuran lubangnya, sehingga jika dipasang maka poros dan bantalan dalam keadaan longgar. Jika pembuatan ukuran poros sedikit lebih besar daripada lubangnya (diameter luar lebih daripada diameter dalam), maka pemasangannya dapat dilakukan dengan jalan dipres atau dipaksa dan suaian ini disebut suaian paksa. 1. Macam macam suaian Dilihat dari perbedaan ukuran diameter luar dan diameter dalam (ukuran poros dan lubang) maka ada tiga macam suaian sebagai berikut : a. Jika ukuran poros lebih kecil daripada ukuran lubang maka suaiannya disebut suaian longgar. b. Jika ukuran poros dibuat lebih besar daripada ukuran lubang maka suaiannya disebut suaian sesak (paksa). c. Jika ukuran poros dan lubang hampir sama antar longgar dan sesak (tak tentu) maka suaiannya disebut suaian pas. Untuk ketiga macam suaian tersebut, dapat kita lihat pada diagram toleransi (daerah toleransinya), seperti tampak gambar 2.159 berikut. 168

2. Sistem basis Gambar 2.159 Dalam sistem ISO, sistem basis terbagi menjadi : Sistem basis lubang. Sistem basis poros. a. Sistem basis lubang Pada sistem basis lubang, daerah toleransi lubang berada pada daerah toleransi H. Jika poros dan lubang saling berpapasan, maka sebagai dasar untuk menetapkan suaian (longgar, pas dan paksa) digunakan ukuran lubangnya, sedangkan poros menyesuaikan terhadap lubangnya. Pada sistem basis lubang, terdapat tiga macam suaian sebagai berikut. 1) Suaian longgar 169

Jika pasangan toleransi lubang H dengan toleransi poros a, b, c, d, e, f dan g maka akan suaian longgar. 2) Suaian pas Jika pasangan toleransi lubang H dengan toleransi poros h, js, k, m dan n, maka akan suaian pas. 3) Suaian paksa Jika pasangan toleransi lubang H dengan toleransi poros p, r,..., dan z, maka akan suaian paksa. Contoh 2.24 H8/e8 (suaian longgar) H6/k8 (suaian pas) H7/t6 (suaian paksa) daerah didapat daerah didapat daerah didapat Ukuran Ø 60 H7/g6 ; 45 Ukuran Ø 65 H7/h7 ; 20 Ukuran Ø 30 H7/p6 ; 80 Sistem basis poros b. Pada sistem basis poros, daerah toleransi poros berada pada daerah toleransi h, ukuran poros digunakan sebagai ukuran dasar untuk menentukan suaian dan ukuran lubangnya menyesuaikan terhadap ukuran porosnya. Pada sistem basis poros, terdapat tiga macam suaian sebagai berikut. 1) Suaian longgar Jika pasangan toleransi poros h berpasangan dengan daerah toleransi lubang A, B, C, D, E, F dan G, maka suaian yang didapat adalah suaian longgar. 2) Suaian pas Jika pasangan toleransi lubang h berpasangan dengan daerah toleransi lubang H, JS, K, M dan N, maka suaian yang didapat adalah suaian pas. 3) Suaian paksa Jika pasangan toleransi lubang h berpasangan dengan daerah toleransi P, R,..., dan Z, maka akan didapat suaian paksa. Contoh 2.24 170

Ukuran Ø 60 G7/h6 ; 45 E8/ h8 (suaian longgar) Ukuran Ø 65 H7/h7 ; 20 K6/h6 (suaian pas) Ukuran Ø 30 P6/h7 ; 80 T7/ h6 (suaian paksa) Pada produksi massal dengan jumlah produk yang banyak, memungkinkan pembuatan poros yang digunakan sebagai dasar untuk suaian dengan basis poros. Hal itu memerlukan ketelitian, waktu pengerjaan lebih lama dan memerlukan perkakas yang presisi, sehingga ongkos produksi lebih mahal. Dengan pertimbangan tersebut, maka sistem basis poros jarang digunakan untuk produksi massal (pada suatu industri). Suaian sisitem basis lubang dan basis poros untuk tujuan umum yang ditentukan oleh JIS B0401, dapat dilihat pada tabel 2.12 dan tabel 2.13 berikut. Tabel 2.12 Sistem Basis Lubang (JIS B0401) Luban g dasar H5 b Suaian longgar c d e f g 4 Lambang dan kualitas untuk poros Suaian pas Suaian paksa h js k m n p r s t 4 4 4 4 u x 171

H6 (6) 7 H7 H8 H9 H10 6 6 7 7 8 9 9 9 9 9 8 9 8 9 9 5 6 6 (7) 5 6 6 7 7 8 5 6 6 7 5 6 6 (7) 5 6 6 (7) 6 6 (7) 6 6 (7) 6 (7) 6 (7) 6 (7) 6 (7) 6 (7) 9 Tabel 2.13 Sistem Basis Poros Poros dasar B Suaian longgar C D E F h4 h5 h6 (7) 7 h7 h8 h9 10 9 10 8 9 8 9 10 8 9 8 9 6 7 7 8 8 Lambang dan kualitas untuk Suaian pas G H Js K M 5 5 5 5 6 6 6 6 6 6 6 6 6 7 7 7 7 7 (7) 7 (7) (7) (7) 8 8 9 8 9 lubang N P 6 6 7 (7) 6 7 (7) Suaian paksa R S T 7 (7) 7 (7) 7 U X 7 7 3. Perhitungan suaian Jika ukuran lubang dibuat lebih besar daripada ukuran poros atau sebaliknya ukuran poros dibuat lebih besar daripada lubangnya, maka akan terjadi suaian longgar dan suaian sesak (paksa). a. Kelonggaran Kelonggaran ialah selisih ukuran lubang porosnya. Kelonggaran dibagi tiga macam, yaitu : 1. kelonggaran maksimum; dengan 172

2. 3. kelonggaran minimum; kelonggaran pertengahan. Lihat gambar 2.160a! Gambar 2.160a C = D d (mm) Keterangan : C = Kelonggaran (mm) D = Diameter lubang (mm) d = Diameter poros (mm) Gambar 2.160b Keterangan gambar 2.160b Dmaks = Diameter lubang maksimum (mm) Dmin = Diameter lubang minimum (mm) Dr = Diameter rata rata lubang (mm) dmaks = Diameter poros maksimum (mm) dmin= Diameter poros minimum (mm) dr = Diameter rata rata poros (mm) kelonggaran maksimum : lihat gambar 2.160b! Cmaks = Dmaks dmin (mm)... (1) Kelonggaran minimum : Cmin = Dmin dmaks (mm)... (2) 173

Contoh 2.25 Suatu pasangan poros dan pasak mempunyai ukuran Ø 40 H7/f7. Tentukan yang berikut ini! a) Ukuran maksim um lubang b) Ukuran minimu m lubang c) Ukuran maksim um poros d) Ukuran minimu m poros e) Kelong garan maksim um f) Kelong garan minimu m g) Kelong garan perteng ahan 174

(rata ratanya ) Penyelesaian : Lihat tabel 2.9 dan 2.10! Untuk ukuran : Untuk ukuran : a) b) c) d) e) f) g) b. Ukuran maksimum lubang Dmaks = 40 + 0,025 = 40,025 mm Ukuran minimum lubang Dmin = 40 + 0 = 40 mm Ukuran maksimum poros dmaks = 40 + (-0,025) = 39,975 mm Ukuran minimum poros dmin = 40 + (-0,05) = 39,950 mm Kelonggaran maksimum (lihat persamaan (1)) Cmaks = Dmaks dmin = 40,025 39,950 = 0,075 mm Kelonggaran minimum (lihat persamaan (2)) Cmin = Dmin - dmaks = 40 39,975 = 0,025 mm Kelonggaran rata rata (lihat persamaan (3)) Cr = ½ (Cmaks + Cmin) = (0,075 + 0,025). ½ = 0,100. ½ = 0,050 mm (interference) Kesesakan Kesesakan adalah selisih ukuran poros dengan lubangnya. Kesesakan dibagi menjadi tig macam, yaitu : 1) kesesakan maksimum; 2) kesesakan minimum; 3) kesesakan pertengahan (rata - rata). 175

Lihat gambar 2.161! Gambar 2.161a F = d D (mm) Keterangan : F = Kesesakan (mm) d = Diameter poros (mm) D = Diameter lubang (mm) Gambar 2.161b Keterangan : Dmaks = Diameter lubang maksimum (mm) Dmin = Diameter lubang minimum (mm) Dr = Diameter rata rata lubang (mm) dmaks = Diameter poros maksimum (mm) dmin= Diameter poros minimum (mm) dr = Diameter rata rata poros (mm) Fmaks = Kesesakan maksimum (mm) Fmin = Kesesakan minimum (mm) Fr = Kesesakan rata rata (mm) Kesesakan maksimum :(lihat gambar 2.161b) 176

Fmaks = dmaks - Dmin (mm)... Kesesakan minimum : Fmin = dmin - Dmaks (mm)... Kesesakan rata rata : Fr = dr (4) (5) Contoh 2.26 Suatu metal dipasangkan pada bloknya dengan ukuran Ø 80 H7/p6 (lihat gambar 2.162!). Tentukan yang berikut ini! a) Diamet er lubang blok maksim um (Dmaks) b) Diamet er lubang blok minimu m (Dmin) c) Diamet er lubang rata rata (Dr) d) Diamet er luar metal maksim um (dmaks) 177

Diamet er luar metal minimu m (dmin) Diamet er rata - rata metal (dr) Kesesa kan maksim um (Fmaks) Kesesa kan minimu m (Fmin) Kesesa kan rata rata (Fr) e) f) g) h) i) Gambar 2.162 Penyelesaian : Untuk ukuran Untuk ukuran a) Ukuran lubang blok maksimum 178

Dmaks = 80 + 0,030 = 80,030 mm Ukuran lubang blok minimum Dmin = 80 + 0 = 80 mm c) Diameter lubang blok rata rata b) Diameter metal maksimum dmaks = 80 + 0,030 = 80,030 mm e) Diameter metal minimum dmin = 80 + 0,032 = 80,032 mm d) f) Diameter rata rata g) Kesesakan maksimum Fmaks = dmaks - Dmin = 80,051 80 = 0,051 mm h) Kesesakan minimum Fmin = dmin - Dmaks = 80,032 80,030 = 0,002 mm i) Kesesakan rata rata Contoh 2.27 Suatu poros dan lubang mempunyai ukuran sebagai berikut. 1) Ø 40H5/g4 2) Ø 40H7/js7 3) Ø 40H6/p6 Tentukan yang berikut ini! a) Suaiannya b) Penyimpan gannya (atas dan bawah) c) Ukuran maksimum d) Ukuran minimum e) Toleransin ya f) Kelonggara n maksimum g) Kelonggara n minimum 179

h) Kelonggara n rata ratanya Kesesakan maksimum Kesesakan minimum Kesesakan rata rata Diagram daerah toleransiny a i) j) k) l) Penyelesaian : a) Lihat tabel 2.12! Untuk pasangan dengan basis lubang : 1) H5/g4 : suaiannya adalah suaian longgar 2) H7/js7 : suaiannya adalah suaian pas 3) H6/p6 : suaiannya adalah suaian paksa b) Penyimpangan atas dan bawah (lihat tabel 2.9 dan tabel 2.10!) 1) Untuk ukuran Ø 40H5/g4 : Lubang : Poros : Untuk ukuran Ø 40H7/js7 : 2) 3) Lubang : Poros : Untuk ukuran Ø 40H6/p6 : Lubang Poros c), d) dan e) 1) : : Ø 40H5/g4 Lubang : Ukuran maksimum = 40 + 0,011= 40,011 mm 180

Ukuran minimum = 40,0 mm Toleransinya adalah = 40 = 0.011 mm Poros : Ukuran maksimum= 40 + (-0,009) = 39,991 mm Ukuran minimum = 40 + (-0,016) =39,984 mm Toleransinya adalah = 0.007 mm 2) Ø 40H7/js7 Lubang : Ukuran maksimum = 40 + 0,025= 40,025 mm Ukuran minimum = 40 + 0 = 40 mm Toleransinya adalah = 0,025 mm Poros : Ukuran maksimum= 40 + 0,0125 = 40,0125 mm Ukuran minimum = 40 + (-0,0125)=39,9875 mm Toleransinya adalah = 0,025 mm 3) Ø 40H6/p6 Lubang : Ukuran maksimum = 40 + 0,016= 40,016 mm Ukuran minimum = 40 + 0 = 40 mm Toleransinya adalah = 0.016 mm Poros : Ukuran maksimum= 40 + 0,042 = 40,042 mm Ukuran minimum = 40 + 0,026 = 40,026mm Toleransinya adalah = 0.016 mm f) Kelonggaran maksimum Untuk ukuran Ø 40H5/g4, Cmaks = Dmaks - dmin = 40,011 39,984 = 0,027 mm g) Kelonggaran minimum : 181

Cmin = Dmin - dmaks = 40 39,991 = 0,009 mm Kelonggaran rata rata : Cr = ½ (Cmaks + Cmin) = ½ (0,027 + 0,009) = ½ (0,036) = 0,018 mm i) Kesesakan untuk ukuran Ø 40H6/p6 Kesesakan maksimum Fmaks = dmaks - Dmin = 40,042 40 = 0,042 mm j) Kesesakan minimum : Fmin = dmin - Dmaks = 40,026 40,016 = 0,010 mm k) Kesesakan rata rata : Fr = ½ (Fmaks + Fmin) = ½ (0,042 + 0,010) = ½ (0,052) = 0,026 mm Catatan : Untuk ukuran Ø 40H7/js7, mempunyai suaian longgar, sesak dan pas (tak tentu). Kelonggarannya : Cmaks = Dmaks - dmin = 40,025 39,9875 = 0,0375 mm Kesesakannya : Fmaks = dmaks - Dmin = 40,0125 40 = 0,0125 mm h) 182

l) Diagramnya dapat dilihat sebagai berikut : Diagram Daerah Toleransi I. GEOMETRIS TOLERANSI Gambar kerja harus dapat memberikan informasi yang jelas, agar benda atau produk dibuat tidak menyimpang dari gambar yang direncanakannya. Gambar kerja yang dibuat merupakan ide teknik yang ditampilkan dalam bentuk gambar pandangan, gambar proyeksi atau dalam bentuk gambar potongan, baik potongan sebagian, potongan penuh maupun gambar potongan potongan lainnya yang sesuai dengan aturan aturan menggambar. Untuk membuat produk sesuai dengan gambar, tidaklah mudah. Apalagi pada suatu industri, produk dibuat dengan jumlah yang banyak, dikerjakan dengan mesin mesin yang berbeda pada situasi dan kondisi yang berbeda pula. Walaupun mesin, perkakas potong, alat ukur dan personilnya berbeda, tetapi produk yang dibuat harus dapat memenuhi syarat - syarat bentuk atau 183

posisi yang ditetapkan. Dalam hal ini, bentuk boleh menyimpang dari bentuk idealnya dengan batas batas penyimpangan yang diperbolehkan, atau dengan kata lain memenuhi toleransi geometris nya. Toleransi geomatris ini meliputi kelurusan, kedataran, kebulatan, keselindrisan, profil garis, profil permukaan, kesejajaran, ketegaklurusan, ketirusan, posisi konsentrisitas, koaksilitas atau kesamaan sumbu, kesimetrisan, putar tunggal dan putar total. 1. Toleransi kelurusan Bila kita membuat benda benda berbentuk silinder, misalnya poros yang dikerjakan dengan mesin bubut, maka letak kepala lepas dari mesin bubut dan gerakan eretan yang mengantarkan pahat akan mempengaruhi hasil bubutan, apalagi pemasangan pahat dibawah sumbu porosnya. Hal ini karena keterbatasan ketebalan ganjal pahat bubut dan tekanan baut pengikat tidak merata, sehingga sumbu produk terletak siluar sumbu idealnya (lihat gambar 2.163!). Oleh karena itu, bentuk kelurusan sumbu perlu diberi toleransi kelurusan. Simbol toleransi kelurusan adalah strip mendatar yang diletakkan pada kotak toleransi diikuti besarnya toleransi (lihat gambar 2.164 berikut!). Gambar 2.163 184

Sumbu bagian yang silinder, kelurusannya boleh menyimpang dalam batas daerah silinder sebesar t (t = besarnya toleransi, yaitu Ø 0,04 mm), lihat gambar 2.164! Gambar 2.164 2. Toleransi kebulatan Keliling lingkaran harus terletak diantara dua lingkaran yang sebidang dan mempunyai titik pusat sama dengan perbedaan jari jari sebesar t (t = toleransi), lihat gambar 2.165! Gambar 2.165 3. Toleransi keselindrisan Toleransi kesilindrisan ditujukan untuk permukaan silinder yang harus terletak diantara dua silinder yang sepusat dengan perbedaan jari jari t (t = toleransi), lihat gambar 2.166! 185

Gambar 2.166 4. Toleransi bentuk permukaan Toleransi bentuk permukaan yaitu permukaan yang diharapkan boleh menyimpang antara dua permukaan yang sejajar mengikuti bentuk dengan jarak Ø t (t = toleransi), lihat gambar 2.167! Gambar 2.167 5. Toleransi kerataan Toleransi kerataan yaitu permukaan bidang harus terletak di antara dua bidang yang sejajar yang terletak t (t = toleransi), lihat gambar 2.168! Gambar 2.168 186

6. Toleransi profil garis Toleransi ketepatan profil garis yaitu toleransi yang diberikan pada suatu garis proyeksi yang harus terletak di antara dua garis proyeksi yang menyinggung lingkaran lingkaran yang berdiameter Ø t (t = toleransi), lihat gambar 2.169! Gambar 2.169 7. Toleransi kesejajaran Kesejajaran garis sumbu atau permukaan terhadap garis atau bidang dasar diberi simbol garis miring sejajar (//), lihat gambar 2.170 dibawah! Gambar 2.170 187

Sebuah poros engkol terdiri atas dua sumbu yang sejajar, yaitu sumbu bawah dan sumbu atas. Sumbu bawah digunakan sebagai sumbu dasar, sedangkan sumbu atas diberi toleransi (garis sumbu atas sebenarnya garis dalam silinder yang berdiameter 0,1 mm dan sejajar dengan sumbu bawah). 8. Ketegaklurusan Ketegaklurusan garis atau permukaan terhadap bidang dasar diberi simbol (r), lihat gambar 2.171! Suatu batang atau poros yang tegak lurus terhadap bloknya, yaitu sumbu silinder yang sebenarnya, harus terletak diantara dua bidang datar yang sejajar dengan jarak t = 0,05 dan tegak lurus terhadap bidang dasar (A). Gambar 2.171 9. Toleransi kemiringan Garis sumbu atau bidang miring ditoleransi terhadap suatu garis atau bidang dasar diberi simbol ( s ) pada kotak toleransi dan diikuti dengan besarnya toleransi serta bidang dasarnya. Contoh, lihat gambar 2.172 dan 2.173! Gambar 2.172 188

Keterangan : Sumbu dari lubang harus terletak di antar dua garis sejajar berjarak t = 0,08 mm dan membuat sudut 450 dengan sumbu dasar (vertikal A). Gambar 2.173 Keterangan : Bidang miring harus terletak di antara dua bidang sejajar yang berjarak 0,08 mm dan membuat sudut 600 dengan bidang dasar A. 10. Toleransi posisi Kedudukan sumbu, sisi atau bidang yang berpasangan satu sama lian terhadap bidang patokan disebut toleransi posisi, diberi simbol ( l ). Misalnya, dari satu macam pekerjaan pengeboran dapat kita berikan toleransi sebagai berikut (lihat gambar 2.174a, b, c!). 189

Gambar 2.174a Jika suatu sumbu lubang dari gambar diatas harus terletak dalam silinder berdiameter t = 0,08 mm dengan sumbu yang tepat dan benar maka penulisan toleransinya dapat dilakukan seperti gambar 2.174b berikut. Gambar 2.174b Jika sumbu lubang dari gambar 2.174 diatas harus terletak pada paralelpipendum dengan lebar 0,05 mm pada arah sumbu x dan 0,08 pada arah sumbu yang tepat maka penulisannya dapat dilakukan seperti gambar 2.174c. Gambar 2.174c 190

11. Toleransi koaksilitas (kesamaan sumbu) konsentrisitas dan Jika ada dua buah lingkaran lainnya dan mempunyai sumbu sama (berimpit) dan sumbu lingkaran satu dijadikan sumbu patokan lingkaran lainnya maka toleransinya diberi simbol ( lo). Contoh, lihat gambar 2.175a! Gambar 2.175a Gambar 2.175b Keterangan : Gambar 2.175a menunjukkan bahwa pusat dari lingkaran yang ditunjukkan oleh kotak toleransi pada lingkaran luar, harus terletak pada lingkaran yang berdiameter t = 0,02 mm dan titik pusatnya berimpit dengan titik pusat lingkaran dasar A pada lingkaran dalam. Gambar 2.175b menunjukkan bahwa sumbu dari silinder yang ditunjukkan oleh kotak toleransi pada silinder tengah, harus terletak di dalam silinder yang berdiameter 0,04 mm yang mempunyai sumbu berimpit dengan sumbu dasar A dan B. 12. Kesimetrisan 191

Kesimetrisan yaitu kesamaan bentuk atau kesamaan ukuran dan diberi simbol ( ), lihat gambar 2.176 berikut! Gambar 2.176 Sumbu dari lubang harus terletak di kolom dua bidang sejajar dengan jarak 0,06 mm dan simetris terhadap sumbu alur A dan B sebagai sumbu dasarnya. 13. Toleransi putar tunggal Lambang dari toleransi putar tunggal adalah ujung garis yang beranak panah ( ) yaitu toleransi pada tiap putaran terhadap sumbu dasar dan berlaku untuk tiap letak pengukuran (lihat gambar 2.177 berikut!). Gambar 2.177 Keterangan : Pada tiap putaran terhadap sumbu dasar A B, toleransi putar untuk tiap penampang tidak boleh melebihi t = 0,04 mm. 14. Toleransi putar total Lambang dari toleransi putar total atau putar ganda adalah dua garis yang beranak panah sejajar ( ) yaitu toleransi untuk beberapa kali putaran terhadap sumbu 192

dasarnya, baik ke arah aksial 2.178!). maupun radial (lihat gambar Gambar 2.178 Keterangan : Pada beberapa kali putaran terhadap sumbu dasar A B maka toleransi putar total pada setiap titik pada permukaan yang telah ditentukan tidak boleh melebihi t = 0,01 mm. Disamping itu, titik permukaan tidak boleh bergeser ke arah aksial antara dua bidang yang sejajar yang berjarak t = 0,01 mm. 15. Kotak toleransi pada gambar kerja Untuk menempatkan toleransi bentuk pada gambar kerja sebagaimana telah diperlihatkan pada contoh contoh gambar diatas, perlu dijelaskan kembali mengenai kotak toleransi dan elemen yang ditoleransikan. a. Kotak toleransi dan bidang patokan Kotak toleransi adalah bujur sangkar atau segi panjang yang dibuat untuk menempatkan toleransi bentuk (sifat toleransi), besarnya toleransi dan patokan dasar. Garis yang dipakai untuk membuat kotak toleransi ini adalah garis tipis sama dengan garis bantu atau garis ukur (lihat gambar dibawah!). 193

Gambar 2.179 Keterangan : a sifat toleransi bentuk b besar toleransi c huruf bidang patokan d garis petunjuk mengarah pada elemen yang ditoleransi e elemen yang ditoleransi f bidang patokan g segitiga dasar h bidang atau garis atau elemen yang digunakan, sebagai dasar patokan b. Hubungan toleransi dengan elemen yang ditoleransi antara Ada dua macam hubungan antara toleransi bentuk dengan elemen yang ditoleransi, yaitu hubungan dengan sumbunya dan hubungan dengan dindingnya. 1) Hubungan dengan sumbunya (lihat gambar 2.180!) Gambar 2.180 2) Hubungan dengan dindingnya (lihat gambar 2.181!) 194

Gambar 2.181 3) Tingkat ukuran tunggal dan berpasangan Untuk simbol toleransi bentuk ukuran tunggal dan posisi ukuran berpasangan, dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.14 Simbol Toleransi Kelurusan Bentuk ukuran tunggal Kerataan / kedataran Kebulatan / lingkaran Keselindrisan Profil garis Bentuk permukaan Posisi ukuran berpasangan (arah) Kesejajaran Ketegaklurusan Kemiringan Posisi Konsentrisitas Koaksilitas Kedudukan posisi berpasangan (tempat) 195

( kesamaan sumbu) Kesimetrisan Putar / arah tunggal Posisi berpasangan (bergerak) Putar / arah ganda J. TINGKAT KEKASARAN PERMUKAAN Suatu produk mempunyai tingkat kekasaran yang bermacam macam. Tingkat kekasaran ini tergantung pada kualitas pengerjaan. Misalnya produk yang dipotong dengan gas akan berbeda hasilnya dengan produk yang dipotong dengan gergaji, begitu juga produk yang dibuat dengan cara dituang akan berbeda permukaannya dengan produk yang dibuat atau dikerjakan dengan mesin. Pada gambar teknik mesin, kekasaran pada gambar kerja diberi lambang atau simbol sesuai dengan tingkat kekasarannya dan dijelaskan menurut ISO R468 dan ISO 1302, masing masing untuk menyatakan kekasaran permukaan dan menerapkannya pada gambar kerja. Kekasaran permukaan menurut ISO R 468 1966 adalah sebagai berikut. Penyimpangan rata rata aritmetik dan garis rata rata profil (Ra). Ketidakrataan ketinggian sepuluh titik (Rz) Ketidakrataan maksimum (Rmaks). 1. Hubungan antara Ra, Rz dan Rmaks Tingkat kekasaran ini digunakan sesuai denga perkembangan alat ukur, permesinan dan tuntutan dari persyaratan rencana produk yang akan dibuat. Harga kekasaran sangat erat hubungannya dengan kualitas pengerjaan atau kualitas toleransi. Sebagai pengendalian mutu produk, harus diambil sampel untuk diperiksa dan panjang sampel pun harus disesuaikan pula dengan tingkat kekasaran maupun tingkat toleransinya. Hubungan antara tingkat kekasaran (Ra, Rz dan Rmaks), kelas kekasaran (N), kualitas toleransi (IT) dan panjang sampel dapat dilihat pada tabel 2.15. Tabel 2.15 196

Hubungan antara Ra, Rz, Rmaks, N, IT dan Panjang Sampel Kualitas Panjang Ra Rz Rmaks N toleransi sampel (micron) (micron (micron) (IT) (mm) 0,025 0,1 0,1 N1 IT 00 IT 01 0,8 0,05 0,2 0,2 N2 IT 1 IT 2 0,10 0,4 0,4 N3 IT 3 IT 4 0,25 IT 5 0,20 0,8 0,8 N4 0,40 1,6 1,6 N5 IT 6 IT 7 IT 8 0,80 3,2 3,2 N6 0,8 IT 9 IT 10 1,6 6,3 6,3 N7 IT 11 3,2 12,5 12,5 N8 6,3 12,5 25 50 100 25 50 100 200 400 25 50 100 200 400 N9 N10 N11 N12 IT 12 IT 13 IT 14 IT 15 IT 16 2,5 8 Keterangan : Ra = Penyimpangan rata rata aritmetik garis rata rata profil (dalam satuan mikron). Rz = Ketidakrataan ketinggian sepuluh titik (dalam satuan mikron). Rmaks = Ketidakrataan maksimum (dalam satuan mikron). N = Kelas kekasaran (kualitas pekerjaan). IT = Kualitas toleransi internasional. Panjang Sampel = Panjang sampel yang digunakan untuk proses pengukuran dalam pemeriksaan produk (dalam satuan mm). 2. Hubungan antara proses produksi dengan kualitas pekerjaan Kualitas pekerjaan yang dapat dicapai oleh pekerjaan pemesinan atau bukan pemesinan, dapat dilihat pada tabel 2.16 berikut. Tabel 2.16 Proses Pengerjaan dan Kualitas Kekasaran N1 0,025 N2 0,05 N3 0,1 N4 0,2 N5 0,4 N6 0,8 N7 1,6 N8 3,2 N9 6,3 N10 12,5 N11 25 50 N12 100 Flame cutting Sawing Abrasive cutting Shearing, fine blanking 197

Sand blasting Ball blasting Turning Superfine turning Planning, shaping Drilling, boring Counter sinking Reaming Face milling Peripheral milling Broaching Scraping Face grinding Peripheral grinding Plain grinding Honing Superfinish Plain lapping Round lapping Polishing Spark erosion Keterangan Halus 3. Normal Kasar Simbol kekasaran permukaan Simbol kekasaran permukaan dalam gambar kerja (mesin) terbagi menjadi empat macam. a. Simbol dasar kekasaran permukaan, yaitu suatu bentuk garis yang menyudut (600) yang menyerupai akar (lihat gambar 2.182a!). simbol ini belum mempunyai arti apa apa jika tidak diikuti tanda tanda yang lainnya. b. Simbol kekasaran permukaan yang dikerjakan dengan tangan, yaitu suatu permukaan benda kerja (produk) yang dikerjakan dengan tangan. Maka pada gambar kerjanya diberi simbol pengerjaan, misalnya dikikir, diampelas dan semacamnya (lihat gambar 2.182b!). 198

Gambar 2.182 c. Simbol permukaan yang dimesin, yaitu pekerjaan pekerjaan pemesinan mengebor, membubut, scraf atau frais, tanda pengerjaannya dapat diletakkan pada garis proyeksi permukaan yang dikerjakannya dan diikuti dengan tingkat kekasaran atau kelas kekasaran permukaannya (lihat gambar 2.183!). Simbol pengerjaan yang dimesin. Gambar 2.183 199

d. Simbol permukaan yang dicor, yaitu simbol permukaan yang tidak dikerjakan lagi (misalnya, hasil dari pengecoran) maka simbol permukaanya sama dengan simbol dasar dengan lingkaran (lihat gambar 2.184!). Gambar 2.184 4. Penempatan informasi pada tanda pengerjaan Informasi yang dapat dicantumkan pada tanda pengerjaan meliputi hal hal sebagai berikut. a. Angka kualitas kekasaran permukaan (Ra) atau kualitas pengerjaan (N). b. Proses produksi atau proses pemesinan, misalnya dibor, dibubut, difrais dan semacamnya. c. Panjang sampel, jika tidak dicantumkan maka panjang sampel yang digunakan sebagai pengukuran untuk penentuan kualitas dapat dilihat pada tabel 2.15. d. Arah pengerjaan, maksudnya arah sayatan dari pisau atau pahat terhadap permukaan benda kerja. Untuk arah pengerjaan ini terbagi menjadi : 1) searah dengan bidang proyeksi, diberi simbol =. 2) tegak lurus terhadap bidang proyeksi, diberi simbol r. 3) dalam dua arah yang berpotongan, diberi simbol x. 4) dalam segala arah, diberi simbol m. 5) arah relatif bulat terhadap titik pusat, diberi simbol c. 6) arah relatif radian, diberi simbol r. 200

Untuk arah pengerjaan ini, dapat dilihat pada gambar 2.185. Gambar 2.185 e. f. Simbol kelonggaran pemesinan. Nilai kekasaran lain (dalam kurung). Posisi penempatan informasi tanda pengerjaan tersebut dapat dilihat pada gambar 2.186 berikut. Gambar 2.186 5. Menempatkan tanda pengerjaan pada gambar kerja Untuk penulisan tanda pengerjaan sesuai dengan aturan menggambar menurut ISO/R129, yaitu penunjukkan lambang 201

pada gambar dan arah tulisan dalam lambang, dapat dilihat pada contoh berikut. a. Penulisan dengan angka kekasaran Ra Gambar 2.187 b. Penulisan dengan kelas kualitas pengerjaan (N) Angka kekasaran Ra dapat pula diganti dengan kelas kualitas pengerjaan (N), dengan melihat tabel, sehinggan penunjukkan kekasaran permukaannya dapat ditulis seperti gambar 2.188 berikut. Gambar 2.188 c. Tanda pengerjaan utama Jika suatu produk terdiri atas satu macam pekerjaan, misalnya dituang saja, maka tanda pengerjaannya cukup diletakkan pada bagian atas dari gambar atau setelah nomor bagian, kemudian diikuti tanda pengerjaannya (lihat gambar 2.189 berikut!). 202

Gambar 2.189 d. Tanda pengerjaan utama dan tanda pengerjaan khusus Jika suatu produk dikerjakan dengan beberapa mesin dan beberapa macam persyaratan yang harus dipenuhi maka pada gambar kerjanya harus dicantumkan tanda pengerjaan khusus dan utamanya (lihat gambar 2.190 berikut!). 203

Gambar 2.189 C. Rangkuman 204

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Dalam proses pembuatan suatu produk atau mesin yang sedang berlangsung akan kita temukan gambar gambar, dimana awal dari pembuatan produk tersebut akan dimulai dari tahap penentuan jenis produk yang selanjutnya dengan suatu perencanaan yang matang. Kemudian pembuatan produk perakitan sampai dengan penggantian suku cadangnya. Gambar sebagai bahasa teknik. Gambar memegang peranan penting sebagai alat komunikasi untuk mewujudkan suatu produk pemesinan atau benda teknik yang lain dengan rangkaian pemakaiangambar dari pemesanan sampai perakitan, maka dikatakan juga sebagai bahasa teknik atau bahasanya orang teknik. Gambar sebagai bahan informasi teknik. Karena seorang pemesan sebuah produk ke juru gambar dan juru gambar ke operator mesin serta perakitan menggunakan gambar. Dengan demikian gambar berfungsi sebagai bahan informasi teknik. Gambar sebagai pemikir dan pengembangan. Dalam perencanaan konsep yang melintas dalam pemikiran diwujudkan dalam gambar, kemudian akan dianalisa dan disintesa dengan gambar, kemudian gambarnya diteliti dan dievaluasi. Pengertian dan fungsi standarisasi perlu dipahami oleh orang orang terkait dalam bidang gambar teknik mesin dan fungsi standar gambar, baik siswa atau peserta diklat, merupakan suatu keseragaman atau kesamaan pemahaman dan pengertian yang berfungsi untuk menghindari salah pengertian dan komunikasi teknik. Macam macam garis dan kegunaannya dalam menggambar teknik digunakan beberapa jenis garis yang masing masing mempunyai arti dan penggunaannya sendiri sendiri, dengan demikian penggunaan garis harus dibedakan menurut maksud dan tujuannya. Konstruksi Geometris, gambar teknik mesin harus digambar dengan cermat dan teliti untuk itu diperlukan keterampilan dalam menggunakan peralatan gambar, sebagai dasar menggambar bentuk geometris. Pemahaman proyeksi proyeksi dari a. Proyeksi Orthogonal. b. Proyeksi Pictorial. c. Proyeksi Dimetrik. d. Proyeksi Isometrik. 205

e. f. Proyeksi di Kwadran I (Proyeksi Eropa). Proyeksi di Kwadran III (Proyeksi Amerika). Proyeksi Perspektif. Pemotongan untuk hal yang penting didalam gambar kerja yang tidak kelihatan langsung, dapat kita lukis dengan garis putus-putus, garis tipis dan garis strip titik tipis dan lain-lain. Akan tetapi mungkin tidak jelas dan membingungkan pada pembaca atau siswa maka diberikan penunjukkan pemotongan. 10. Dalam menggambar sesuatu bentuk part tertentu,maka untuk mendapatkan gambar-gambar yang baik jelas dan dimengerti semua ukuran yang perlu harus dicantumkan dengan lengkap pada gambar akhir dan part tersebut dalam gambar, ukuran - ukuran tersebut ditempatkan pada tempat yang cocok, benar serta mudah dilihat. Dalam gambar kerja ukuran dari satu bagian tidak boleh ditunjukkan lebih dari satu. 11. Supaya dapat kita capai ukuran yang diinginkan, maka kita tunjukkan untuk suatu ukuran (= ukuran nominal) dengan dua batasan penyimpangan. Perbedaan antara kedua batasan ini (= penyimpangan membesar dan penyimpangan mengecil) dari ukuran nominal disebut Toleransi. 12. Toleransi bentuk dan posisi untuk mendapatkan hasil yang memuaskan sesuai dengan fungsinya dan untuk keperluan produksi masal dimana tiap tiap benda bisa ditukar tukar pada pemasangan, maka disamping toleransi ukuran pada gambar dilengkapi pula dengan toleransi bentuk dan posisi. g. 9. 206

D. Tugas 1. Tugas 1 1. Buatlah gambar segi lima didalam lingkaran yang berdiameter 60 mm pada kertas ukuran A4 dengan skala gambar 1 : 1 lengkap dengan etiketnya! 2. Buatlah elips dengan methoda 4 titik pusat lingkaran bila diketahui panjang sumbu mayor 100 mm dan panjang sumbu minor 70 mm. Skala gambar 1 : 1, lengkap dengan etiket gambarnya! 3. Buatlahtiga pandangan utama dari gambar 2.91 menurut proyeksi Eropa masing masing pada kertas gambar ukuran A4! 2. Tugas 2 1. Buatlah gambar potongan putar poros beserta lubang pasak seperti pada gambar 2.102 pada kertas ukuran A4, skala 1 : 1! 2. Buatlah gambar potongan bercabang atau meloncat seperti gambar 2.103. Skala gamabr 1 : 1 lengkap dengan etiket gambarnya! 3. Tugas 3 1. Buatlah gambar simbol simbol ukuran benda bentuk tertentu, silinder, bujursangkar, bola dan pinggulan seperti pada gambar 2.124 pada kertas ukuran A4! 2. Buatlah gambar penunjukkan ukuran berantai dari sebuah poros bertingkat bila diameter poros paling kecil 20 mm, panjangnya 50 mm dan poros diameter besar 40 mm, panjang 20 mm! 3. Buatlah gambar penunjukkan yang berjarak sama dari sebatang pelat yang panjangnya 90 mm, diameter lubang 5 mm dengan jarak antara lubang 15 mm dan jarak dari ujung ke sumbu lubang 15 mm! 207

4. E. Tugas 4 1. Buatlah gambar poros bertingkat dengan ketentuan diameter poros terkecil Ø 10 f7 panjang 70 mm dan ukuran diameter terbesar Ø 32 h6 panjang poros 100 mm! 2. Buatlah gambar pasangan poros dan lubang suatu blok mesin dengan ketentuan diameter poros Ø 20 h6 dan diameter lubang Ø 20 H7 dengan sistem basis lubang! 3. Buatlah gambar pasangan gears dan shaft dengan sistem basis poros dengan ketentuan diameter lubang Ø 30 H9 dan diameter poros Ø 30 h6 dengan ketentuan slidingfit! Tes Formatif 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Bila suatu benda kerja (produk) dikerjakan dengan jumlah banyak, apakah akan mempunyai bentuk dan ukuran yang sama? Faktor apa saja yang mempengaruhi ketepatan ukuran? Apa yang disebut dengan a. Ukuran Nominal? b. Ukuran Maksimum? c. Ukuran Minimum? Apa definisi Toleransi? Berikan contohnya! Toleransi menurut Standart International dibagi berapa macam kualitas? Tuliskan macam macam kualitas toleransi tersebut! Kualitas toleransi menurut IT, yang dapat dicapai untuk mesin atau pekerjaan permesinan terletak dikualitas mana? Bila kita memotong besi setebal 20mm dengan menggunakan gas, maka kualitas toleransinya terletak pada daerah toleransi berapa? Perhatikan tabel berikut : IT5 7i IT6 10i IT7 16i IT8 25i IT9 40i IT10 64i IT11 100i a. Dalam satuan apakah i tersebut? 208

F. b. Jika ukuran dari produk 64mm dikerjakan dengan kualitas toleransi 9, hitunglah besar toleransinya? 9. Untuk membedakan daerah toleransi poros dan daerah toleransi lubang, digunakan lambang apa yang dipakai untuk kedua macam toleransi tersebut? 10. Jelaskan arti ukuran ukuran berikut : a. Ø 14 k 5 b. Ø 65 D g c. Ø 125 h g Kunci Jawaban 1. Ya. Benda kerja (produk) tersebut akan mempunyai bentuk dan ukuran yang sama. 2. Faktor alat potong, faktor mesin, faktor alat ukur dan faktor temperatur maupun material. 3. Yang dimaksud dengan : a. Ukuran nominal adalah ukuran benda kerja yang dibulatkan, merupakan ukuran patokan yang dijadikan batasan. b. Ukuran maksimum adalah ukuran terbesar yang diizinkan baik untuk poros maupun untuk lubang. c. Ukuran minimum adalah ukuran terkecil yang diizinkan baik untuk poros maupun untuk lubang. 4. Toleransi adalah batasan penyimpangan ukuran membesar yang bisa diterima dan batasan penyimpangan ukuran mengecil yang bisa digunakan. 5. Ada 18 macam kualitas, yaitu : IT.01, IT.00, IT1, IT2, IT3, IT4, IT5, IT6, IT7, IT8, IT9, IT10, IT11, IT12, IT13, IT14, IT15 dan IT16. 6. Pada kualitas IT4 dan IT12. 7. Pada daerah toleransi IT12 sampai IT16. 8. a. Dalam satuam micron. b. Besar toleransinya adalah : 0,041mm 9. Bila untuk diameter lubang hurufnya besar/kapital, sedangkan untuk diameter poros hurufnya kecil. 10. a. Ø14 = diameter nominal poros 14mm. k = toleransi poros. 5 = kualitas toleransi. b. Ø65 = diameter nominal lubang 65mm. D = daerah toleransi lubang. g = kualitas toleransi. c. Ø125 = diameter nominal poros 125mm. h = daerah toleransi poros. g = kualitas toleransi. 209

G. LEMBAR KERJA Lembar kerja 2.1 Penerapan toleransi pada gambar kerja Ubahlah gambar CAKRA BERTINGKAT dari proyeksi Amerika menjadi proyeksi Eropa! 210

Ketentuan : Lengkapi nilai toleransinya! Gambar dibuat pada kertas gambar A4, dengan skala 1 : 2. Lay out, lihat gambar berikut 211

Proyeksi : Eropa CAKRA BERTINGKAT Skala : 1 : 2 Ukuran : A4 No. LK : 212

Lembar kerja 2.2 Penerapan toleransi pada gambar kerja Ubahlah gamabar KOPLING KERUCUT berikut dari gambar proyeksi Eropa menjadi proyeksi Amerika dan lengkapi toleransinya dengan nilai tolernsi (penyimpangannya)! Lay out, lihat pada halaman berikutnya! 213

Proyeksi : Amerika KOPLING KERUCUT Skala : 1 : 1 Ukuran : A4 No. LK : 214

Lembar kerja 2.3 Ubahlah gambar proyeksi Amerika menjadi gambar proyeksi Eropa dari gambar TOOL POST dibawah ini, lay out seperti pada halaman berikutnya dan cantumkan toleransinya! 215

Proyeksi : Eropa TOOL POST Skala : 1 : 1 Ukuran : A4 No. LK : 216

Lembar kerja 2.4 Ubahlah gambar proyeksi Amerika menjadi gambar proyeksi Eropa dari gambar DUDUKAN TEGAK di bawah ini dan lengkapi dengan toleransinya! 217

BAB. III EVALUASI A. Evaluasi 1 1. Tes Formatif Tes tertulis. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Jelaskan gambar teknik sebagai bahasa teknik! Tuliskan alat alat gambar yang kamu ketahui! Tuliskan ukuran kertas gambar A5, A4, A3, A2, A1 dan A0! Jelaskan macam macam garis dan ukurannya! Jelaskan ketentuan penulisan huruf teknik? Jelaskan ketentuan dari proyeksi Piktorial! Jelaskan pengertian dari proyeksi Isometrik, Dimetrik dan miring! Jelaskan ketentuan proyeksi Orthogonal! Jelaskan ketentuan proyeksi Amerika dan Eropa! Jelaskan gambar baut M10 dan penunjukkan yang lengkap! Tuliskan penunjukkan ukuran yang ada pada gambar teknik! Jelaskan pengertian tanda pengerjaan dibawah ini! 13. Jelaskan langkah pengerjaan benda kerja dibawah ini! 14. Jelaskan pengertian dari simbol gambar dibawah ini! 218

B. Kunci Jawaban 1. Gambar teknik memegang peranan penting sebagai alat komunikasi untuk suatu produk atau mesin dan sebagai alat komunikasi orang teknik atau merupakan bahasa orang orang teknik. 2. Alat gambar yang biasa dipakai dalam gambar teknik : Kertas gambar yang standar Pensil, pena atau rapido Jangka dan kelengkapannya Macam macam mistar Mal busur (kurva) Mal huruf dan angka Meja gambar dan kelengkapannya Penghapus dan pelindung penghapus 3. Ukuran kertas gambar : A5 = 148 210 mm A4 = 210 297 mm A3 = 297 420 mm A2 = 420 594 mm A1 = 594 841 mm A0 = 841 1189 mm 4. a. Garis tebal digunakan untuk benda yang langsung terlihat garis tepi b. Garis tipis digunakan untuk garis penunjuk ukuran, garis arsir, garis pembatas garis luar benda yang berdekatan dan garis penampang yang berdekatan c. Garis tipis bebas digunakan untuk garis batas pemotongan sebagian d. Garis sedang digunakan untuk garis benda yang terhalang atau tidak langsung terlihat e. Garis tipis setiap titik digunakan untuk garis sumbu garis bagian yang terletak didepan penampang irisan f. Garis setiap titik tebal ujung ujungnya digunakan untuk garis pemotong penampang g. Garis tebal setiap titik digunakan untuk garis penunjukkan permukaan yang akan mendapat tambahan pekerjaan 5. Huruf teknik ada dua ketentuan : a. Huruf tegak, semua huruf ditulis tegaklurus (900) b. Huruf miring, semua huruf ditulis dengan kemiringan (150) 219

6. Proyeksi Piktorial adalah proyeksi tiga dimensi yang menggambarkan satu buah benda jadi dan dapat dipandang dari arah depan, atas dan samping dalam bentuk yang sederhana dan teratur 7. Proyeksi Isometrik : a. Ciri ciri pada sumbu x dan sumbu y mempunyai sudut 300 terhadap garis mendatar b. Sudut antara sumbu satu dan sumbu lainnya 1200 c. Skala garis 1 : 1 Proyeksi Dimetrik : a. Sumbu utama mempunyai sudut x = 70 dan sumbu y = 400 b. Skala garis sumbu x 1 : 1 dan sumbu y 1 : 2 Proyeksi Miring : a. Sumbu x berimpit dengan garis horizontal atau 00 sumbu y = 0 45 b. Skala garis sumbu x 1 : 1 dan sumbu y 1 : 2 8. Proyeksi Orthogonal adalah gambar proyeksi yang bidang proyeksinya mempunyai sudut tegaklurus terhadap proyektornya, garis garis proyektornya juga sejajar satu sama lain 9. Ketentuan proyeksi Amerika (di kuadran III) Bidang Horizontal (H) ditempatkan pandangan atas Bidang depan (D) ditempatkan pandangan depan Bidang Vertikal (V) ditempatkan pandangan paling kanan 10. Gambar baut segienam M10 : 11. Penunjukkan ukuran berantai Penunjukkan ukuran sejajar Penunjukkan ukuran gabungan Penunjukkan ukuran berstep Penunjukkan ukuran sistem koordinat Penunjukkan ukuran luar dan dalam 12. Tanda pengerjaan : a = harga kekasaran c = Ukuran yang dilebihkan b = Cara / proses pengerjaan d = Arah alur / serat bekas pengerjaan 13. Langkah pengerjaan : 220