MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SUB SEKTOR INDUSTRI BARANG DARI LOGAM SUB BIDANG PENGELASAN SMAW

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SUB SEKTOR INDUSTRI BARANG DARI LOGAM SUB BIDANG PENGELASAN SMAW"

Transkripsi

1 MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SUB SEKTOR INDUSTRI BARANG DARI LOGAM SUB BIDANG PENGELASAN SMAW MEMBACA GAMBAR TEKNIK DAN SIMBOL LAS BUKU INFORMASI DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I. DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 51 Lt. 6.A Jakarta Selatan

2 KATA PENGANTAR Dalam rangka mewujudkan pelatihan kerja yang efektif dan efesien dalam rangka meningkatkan kualitas dan produktivitas tenaga kerja diperlukan suatu sistem pelatihan yang sama. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 31 tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional yang mengamanatkan bahwa pelatihan kerja berbasis kompetensi. Dalam rangka menerapkan pelatihan berbasis kompetensi tersebut diperlukan adanya standar kompetensi kerja sebagai acuan yang diuraikan lebih rinci ke dalam program, kurikulum dan silabus serta modul pelatihan. Untuk memenuhi salah satu komponen dalam proses pelatihan tersebut maka disusunlah modul pelatihan berbasis kompetensi Membaca Gambar Teknik Dan Simbol Las yang mengacu pada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Sektor Industri Pengolahan Sub Sektor Industri Barang dari Logam Bidang Jasa Industri Pengelasan yang telah ditetapkan dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. Nomor KEP.342/MEN/X/2007. Modul pelatihan berbasis kompetensi ini, terdiri dari 3 buku yaitu Buku Informasi, Buku Kerja dan Buku Penilaian. Ketiga buku tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh, dimana buku yang satu dengan yang lainnya saling mengisi dan melengkapi, sehingga dapat digunakan untuk membantu pelatih dan peserta pelatihan untuk saling berinteraksi. Demikian modul pelatihan berbasis kompetensi ini kami susun, semoga bermanfaat untuk menunjang proses pelaksanaan pelatihan di lembaga pelatihan kerja. Jakarta, Nopember 2009 DIREKTUR STANDARDISASI KOMPETENSI DAN PROGRAM PELATIHAN Drs. Djoko Mulyanto, MM NIP Halaman: 1 dari 82

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL (SKKNI) DAN SILABUS PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI (PBK) A. Standar Kompetensi Kerja Nasional (SKKNI) B. Unit Kompetensi Prasyarat C. Silabus Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) BAB II URAIAN SINGKAT MATERI PELATIHAN A. Latar Belakang B. Tujuan C. Ruang Lingkup D. Pengertian-Pengertian BAB III MATERI PELATIHAN MEMBACA GAMBAR TEKNIK DAN SIMBOL LAS A. Diagram Alir Unit Kompetensi B. Penjelasan Membaca Gambar Teknik Dan Simbol Las Mengidentifikasi standar-standar dan etiket gambar teknik Menggambar proyeksi aksonometri Menggambar proyeksi ortogonal Menggambar bentangan (bukaan) Membaca dan mengaplikasikan simbol-simbol las BAB IV SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI 80 A. Sumber-sumber Perpustakaan Daftar Pustaka Buku Referensi B. Daftar Peralatan/Mesin dan Bahan Halaman: 2 dari 82

4 BAB I STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL (SKKNI) DAN SILABUS PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI (PBK) A. Standar Kompetensi Kerja Nasional (SKKNI) Kode Unit : Judul Unit : Membaca gambar teknik dan simbol las Deskripsi Unit : Unit ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam menggambar proyeksi ortogonal dan dasar gambar bentangan serta penerapan simbol las untuk pekerjaan pada Jasa Industri Pengelasan. Elemen Kompetensi 1. Mengidentifikasi standarstandar dan etiket gambar teknik 2. Menggambar proyeksi aksonometri 3. Menggambar proyeksi ortogonal Kriteria Unjuk Kerja 1.1 Peralatan gambar teknik secara umum diidentifikasi dan disebutkan penggunaannya. 1.2 Standar garis, huruf dan angka dalam gambar teknik diterapkan sesuai kaedah gambar teknik. 1.3 Etiket gambar teknik secara umum diterapkan sesuai kaedah yang berlaku. 2.1 Bentuk-bentuk gambar aksonometri diidentifikasi sesuai referensi. 2.2 Gambar aksonometri diterapkan dalam pekerjaan konstruksi pengelasan sesuai kaedah gambar teknik. 3.1 Metode-metode menggambar proyeksi ortogonal dijelaskan sesuai referensi yang berlaku. 3.2 Macam-macam konstruksi pengelasan digambar secara proyeksi ortogonal sudut pertama (Proyeksi Eropa) dan/ atau proyeksi ortogonal sudut ke tiga (Proyeksi Amerika) 3.3. Pemberian ukuran pada gambar proyeksi ortogonal diterapkan sesuai standar ISO atau standar gambar teknik yang relevan. Halaman: 3 dari 82

5 Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja 4. Menggambar bentangan (bukaan) 5. Membaca dan mengaplikasikan simbolsimbol las. 4.1 Bentuk-bentuk geometri benda dan jenis metoda gambar bentangan diidentifikasi sesuai referensi yang berlaku. 4.2 Dasar-dasar metode menggambar bentangan dibuat sesuai referensi yang berlaku Macam-macam gambar bentangan digambar sesuai dengan referensi dan kaedah gambar teknik. 4.4 Membuat gambar kerja sesuai rencana (project work) atau SOP yang ditentukan. 5.1 Beberapa bentuk sambungan las diidentifikasi. 5.2 Macam-macam simbol las diinterpretasikan. 5.3 Macam-macam simbol las diaplikasikan sesuai standar ISO atau standar yang relevan. Batasan Variabel 1. Konteks Variabel : Unit ini berisikan pengetahuan, sikap kerja serta keterampilan untuk keahlian menggambar proyeksi ortogonal proyeksi ortogonal sudut I dan/ atau proyeksi ortogonal sudut III dan bentangan benda kerja fabrikasi serta penerapan/ interpretasi simbol las yang relevan dengan pada Jasa Industri Pengelasan 2. Perlengkapan untuk menggambar: a) Buku sumber/ modul/ SOP sebagai referensi b) Pensil gambar, alat penghapus dan mistar segi tiga serta jangka dan mal (jika perlu). c) Meja gambar dan mesin gambar (jika diperlukan). d) Kertas gambar yang terstandar atau yang dipakai secara umum untuk menulis dan menggambar. 3. Tugas yang dilakukan dalam menggambar teknik dan simbol las : a) Menginterpretasikan/ membaca gambar teknik untuk keperluan pekerjaan pengelasan b) Membuat gambar proyeksi ortogonal Halaman: 4 dari 82

6 c) Membuat gambar bentangan d) Membuat gambar kerja untuk keperluan pekerjaan pengelasan 4. Peraturan/ ketentuan dalam menggambar : a) SOP penggunaan alat-alat/ mesin gambar. b) Peraturan/ ketentuan dari lembaga/ tempat kerja/ perusahaan yang berkenaan tentang standar gambar yang berlaku, misalnya : bentuk/ format dan etiket gambar, dll. Panduan Penilaian 1. Penjelasan Prosedur Penilaian: Alat, bahan dan tempat penilaian serta unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya yang mungkin diperlukan sebelum menguasai unit kompetensi ini dengan unit-unit kompetensi yang terkait : a) Unit JIP.SM : Membaca sketsa dan/ atau gambar kerja sederhana 2. Kondisi Penilaian: (i) Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas tercapainya kompetensi tersebut yang terkait dengan penyiapan, pelaksanaan, pengamatan proses dan pemeriksaan hasil gambar serta pelaporan hasil gambar (ii) Penilaian dapat dilakukan dengan cara : portofolio, lisan, demonstrasi/ praktik menggambar dan pemeriksaan hasil gambar (project work). 3. Pengetahuan yang dibutuhkan: a) Metode-metode menggambar proyeksi aksonometri (review) b) Metode-metode proyeksi ortogonal sudut ketiga dan/ atau sudut pertama c) Metode-metode gambar bentangan, d) Macam-macam simbol las Halaman: 5 dari 82

7 4. Keterampilan yang dibutuhkan: a) Menggunakan alat-alat gambar b) Membuat gambar proyeksi ortogonal sudut ketiga dan/ atau sudut pertama benda-benda mekanik atau konstruksi pengelasan. c) Membuat gambar bentangan benda-benda mekanik, yang meliputi : pipa, kerucut/ piramide, limas, benda-benda transisi (misal : pipa segi-4, kerucut pipa, dll) d) Membuat gambar kerja konstruksi pengelasan yang dilengkapi dengan simbol las. 5. Aspek kritis: Aspek kritis yang merupakan kondisi kerja untuk diperhatikan dalam mendukung unit kompetensi ini, sebagai berikut : a) Penggunaan alat/ mesin gambar b) Interpretasi gambar c) Pemahaman tentang simbol las d) Metode membuat gambar yang sesuai dengan standar ISO atau yang setara. Kompetensi Kunci NO. KOMPETENSI KUNCI DALAM UNIT TINGKAT 1. Mengumpulkan, mengorganisir dan menganalisa data/informasi 2 2. Mengkomunikasikan ide-ide dan menginformasikan 2 3. Merencanakan dan mengorganisir kegiatan 2 4. Bekerjasama dengan orang lain dan berkelompok 1 5. Menggunakan ide serta tehnik matematika 2 6. Memecahkan masalah 2 7. Menggunakan teknologi 2 B. UNIT KOMPETENSI PRASYARAT Sebelum mengikuti pelatihan unit kompetensi Membaca Gambar Teknik dan Simbol Las ini peserta harus sudah kompeten untuk unit kompetensi sebagai berikut: Halaman: 6 dari 82

8 C. Silabus Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) Judul Unit Kompetensi : Membaca Gambar Teknik dan Simbol Las Kode Unit Kompetensi : Deskripsi Unit Kompetensi : Unit ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam menggambar proyeksi ortogonal dan dasar gambar bentangan serta penerapan simbol las untuk pekerjaan pada Jasa Industri Pengelasan. Perkiraan Waktu Pelatihan : menit Tabel Silabus Unit Kompetensi : ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA INDIKATOR UNJUK KERJA MATERI PELATIHAN PENGETAHUAN KETERAMPILAN SIKAP KERJA PERKIRAAN WAKTU PELATIHAN PENGETA- HUAN KETERAM- PILAN 1. Mengidentifikasi standarstandar dan etiket gambar teknik 1.1 Peralatan gambar teknik secara umum diidentifikasi & disebutkan penggunaannya 1.2 Standar garis, huruf dan angka dalam gambar teknik diterapkan sesuai kaedah gambar teknik 1.3 Etiket gambar teknik secara umum diterapkan sesuai kaedah yang berlaku - Dapat menjelaskan metodemetode menggambar proyeksi aksonometri (review) - Dapat menjelaskan metodemetode proyeksi ortogonal sudut ketiga dan/ atau sudut pertama - Mampu menggunakan alat-alat gambar - Harus menggunakan alat/ mesin gambar - Harus menginterprestasikan gambar - Harus mengerti simbol las - Metodemetode menggambar proyeksi aksonometri (review) - Metodemetode proyeksi ortogonal sudut ketiga dan/ atau sudut pertama - Menggunakan alat-alat gambar - Penggunaan alat/ mesin gambar - Interpretasi gambar - Pemahaman tentang simbol las 4 8 Halaman: 7 dari 82

9 ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA INDIKATOR UNJUK KERJA MATERI PELATIHAN PENGETAHUAN KETERAMPILAN SIKAP KERJA PERKIRAAN WAKTU PELATIHAN PENGETA- HUAN KETERAM- PILAN 2. Menggambar 2.1 Bentuk-bentuk - Dapat mengenal metode-metode - Metode- - Membuat - Metode proyeksi gambar gambar bentangan metode gambar membu- aksonometri aksonometri diidentifikasi sesuai referensi. 2.2 Gambar aksonometri diterapkan dalam pekerjaan konstruksi pengelasan sesuai kaedah gambar teknik. - Dapat mengenal macam-macam simbol las - Mampu membuat gambar proyeksi ortogonal sudut benda-benda mekanik atau konstruksi pengelasan - Mampu membuat gambar bentangan benda-benda mekanik - Mampu membuat gambar kerja konstruksi pengelasan yang dilengkapi dengan simbol las - Harus mengerti metode membuat gambar yang sesuai dengan standar ISO gambar bentangan - Macammacam simbol las proyeksi ortogonal sudut benda-benda mekanik atau konstruksi pengelasan - Membuat gambar bentangan benda-benda mekanik - Membuat gambar kerja konstruksi at gambar yang sesuai dengan standar ISO pengelasan yang dilengkapi dengan simbol las Halaman: 8 dari 82

10 ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA INDIKATOR UNJUK KERJA MATERI PELATIHAN PENGETAHUAN KETERAMPILAN SIKAP KERJA PERKIRAAN WAKTU PELATIHAN PENGETA -HUAN KETERAM -PILAN 3. Menggambar 3.1 Metode-metode - Dapat mengenal proyeksi - Proyeksi - Membuat - Metode proyeksi menggambar proyeksi orthogonal orthogonal gambar kerja membuat ortogonal ortogonal dijelaskan sesuai referensi yang berlaku 3.2 Macam-macam konstruksi pengelasan digambar secara proyeksi ortogonal sudut pertama (Proyeksi Eropa) dan/ atau proyeksi ortogonal sudut ke tiga (Proyeksi Amerika) 3.3 Pemberian ukuran pada gambar proyeksi ortogonal diterapkan sesuai standar ISO atau standar gambar - Mampu membuat gambar kerja konstruksi pengelasan yang dilengkapi dengan simbol las. - Dapat membuat gambar proyeksi ortogonal sudut ketiga dan / atau sudut pertama benda-benda mekanik atau konstruksi pengelasan - Harus mengerti metode membuat gambar proyeksi orthogonal sesuai dengan standar ISO atau yang setara konstruksi pengelasan yang dilengkapi dengan simbol las. - Membuat gambar proyeksi ortogonal sudut ketiga dan / atau sudut pertama benda-benda mekanik atau konstruksi pengelasan. gambar proyeksi orthogonal sesuai dengan standar ISO atau yang setara teknik yang relevan. Halaman: 9 dari 82

11 ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA INDIKATOR UNJUK KERJA MATERI PELATIHAN PENGETAHUAN KETERAMPILAN SIKAP KERJA PERKIRAAN WAKTU PELATIHAN PENGETA -HUAN KETERAM -PILAN 4. Menggambar bentangan (bukaan) 5. Membaca dan mengaplikasika n simbol-simbol las. 4.1 Bentuk-bentuk geometri benda dan jenis metoda gambar bentangan diidentifikasi sesuai referensi yang berlaku. 4.2 Dasar-dasar metode menggambar bentangan dibuat sesuai referensi yg berlaku. 4.3 Macam-macam gambar bentangan digambar sesuai dengan referensi & kaedah gambar teknik. 4.4 Membuat gambar kerja se-suai rencana (project work) atau SOP yang ditentukan. 5.1 Beberapa bentuk sambungan las diidentifikasi. 5.2 Macam-macam simbol las diinterpretasikan 5.3 Macam-macam simbol las diaplikasikan sesuai standar ISO atau standar yang relevan - Dapat mengenal gambar bentangan. - Mampu membuat gambar bentangan benda-benda mekanik seperti pipa, kerucut/ piramide, limas, benda-benda transisi. - Harus mengerti metode membuat gambar bentangan sesuai dengan standar ISO atau yang setara. - Dapat mengenal berbagai macam bentuk sambungan las. - Dapat mengenal berbagai macam simbol las. - Mampu mengidentifikasi jenisjenis sambungan las. - Mampu menempatkan penggambaran simbol-simbol dasar las dan letaknya. - Harus mengikuti instruksi yang terdapat pada simbol las sesuai standar ISO, AWS. - Gambar bentangan. - Berbagai macam bentuk sambungan las - Berbagai macam simbol las - Membuat gambar bentangan benda-benda mekanik seperti pipa, kerucut/ piramide, limas, bendabenda transisi - Mengidentifikasi jenisjenis sambungan las - Menempatkan penggambaran simbolsimbol dasar las dan letaknya - Metode membuat gambar bentangan sesuai dengan standar ISO atau yang setara - Mengikuti instruksi yang terdapat pada simbol las sesuai standar ISO, AWS Halaman: 10 dari 82

12 BAB II URAIAN SINGKAT MATERI PELATIHAN MEMBACA GAMBAR TEKNIK DAN SIMBOL LAS A. Latar Belakang Melaksanakan pembacaan Gambar Teknik Dan Simbol Las merupakan proses awal untuk mendapatkan gambaran suatu konstruksi sesuai yang dikehendaki untuk pedoman proses produksi selanjutnya. Membaca gambar teknik dan simbol las digunakan dalam keseharian untuk mendapatkan konstruksi yang sebenarnya. Gambar dan simbol las yang digunakan untuk pengelasan termasuk salah satu prasyarat yang harus dipenuhi agar proses pengelasan dapat berjalan dengan lancar sehingga mendapatkan hasil pengelasan yang baik pula. Sebagai hasil pengamatan disimpulkan bahwa pembacaan Gambar Teknik Dan Simbol Las sangat luas penggunaannya sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengelasan. Pada Buku Informasi ini akan dipaparkan tentang Pengetahuan, ketrampilan dan sikap kerja dimana berisi Informasi tentang Mengidentifikasi standar-standar dan etiket gambar teknik, Menggambar proyeksi aksonometri, Menggambar proyeksi ortogonal, Menggambar bentangan (bukaan), Membaca dan mengaplikasikan simbolsimbol las. B. Tujuan Modul Melaksanakan pembacaan Gambar Teknik Dan Simbol Las ini bertujuan agar siswa mampu untuk melakukan Mengidentifikasi standar-standar dan etiket gambar teknik, Menggambar proyeksi aksonometri, Menggambar proyeksi ortogonal, Menggambar bentangan (bukaan), Membaca dan mengaplikasikan simbol-simbol las sesuai dengan SOP. Dimana pembacaan Gambar Teknik Dan Simbol Las yang diberikan dalam Modul ini adalah bertujuan agar siswa mampu melakukan pembacaan gambar serta mengetahui simbul simbul pengelasan. C. Ruang Lingkup Ruang lingkup dari Modul Melaksanakan pembacaan Gambar Teknik Dan Simbol Las ini terdiri dari: pemberian pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dari setiap elemen kompetensi yang mendukung pembacaan Gambar Teknik dan simbul las. Halaman: 11 dari 82

13 BAB III MATERI PELATIHAN MEMBACA GAMBAR TEKNIK DAN SIMBOL LAS A. Diagram Alir Unit Kompetensi 1. Membaca gambar teknik - Mengidentifika si dan menggunakan peralatan gambar Menggunakan kertas gambar (ukuran standar, memelihara) Membuat susunan pada kertas gambar Mengenal dan menginterpretas ikan simbolsimbol las Menggambar bentangan/ bukaan (prisma, silinder, radial) Cara menggambar proyeksi tiga dimensi, perspektif, miring, aksonometri. Isometric, Dimitri, ortogonal B. Penjelasan Membaca Gambar Teknik Dan Simbol Las 1. Mengidentifikasi standar-standar dan etiket gambar teknik a) Pengetahuan (1) Perlengkapan / Alat Alat Menggambar Teknik (i) Mesin Gambar Mesin gambar adalah suatu alat untuk mempercepat penyelesaian gambar. Dengan mesin ini gambar yang diperoleh lebih baik dan lebih tepat. Ketinggian serta kemiringan papan gambarnya dapat dilakukan / distel dengan mudah dan cepat. Diatas papan gambar dilengkapi dengan busur derajat, sepasang mistar yang tegak lurus satu sama lain, serta bias diatur kemiringannya sesuai keinginan dan dapat digerakkan bebas di semua permukaan papan gambar. Lihat gambar 1.1 dibawah ini. Halaman: 12 dari 82

14 Gambar 1.1 Papan Gambar (ii) Papan Gambar Papan gambar harus dibuat dari jenis kayu dengan urat yang halus untuk mendapatkan permukaan papan gambar yang rata dan halus. Kedua kaki penyangga / penguat dipasang dibawah papan gambar dengan sambungan ekor burung agar papan gambar kuat, tidak melengkung / bergelombang apabila keadaan udara panas atau dingin yang akan mempengaruhi kelembaban kayu. Kaki kaki ini dibuat miring agar papan gambar miring ke arah tukang gambar. Dengan demikian akan memudahkan pelaksanaan menggambar. Pada kaki penguat tersebut dibuat alur untuk menyimpan mistar gambar. Harus dijaga agar permukaan papan gamar tetap rata dan halus. Oleh karena itu jangan sekali kali memotong kertas gambar memakai landasan papan gambar. Halaman: 13 dari 82

15 Gambar 1.2 Papan Gambar dari berbagai sudut pandangan (iii) Mistar Gambar Mistar gambar biasanya dibuat dari kayu dan dipilih kayu yang tidak mudah berubah terkena pengaruh keadaan panas dan dingin udara, terdiri dari landasan dan daun sehingga membentuk huruf T, disebut pula mistar T. Halaman: 14 dari 82

16 Panjang daun mistar paling sedikit sepanjang papan gambar. Biasanya digunakan untuk membuat garis datar yang panjang, misalnya tepi kertas gambar. Jenis lain mistar T adalan landasannya dua, satu landasan tetap, yang lain dapat bergerak. Dengan memakai landasan bergerak, dapat dibuat garis panjang tidak datar (miring) dengan sudut yang dikehendaki. Mistar ini dinamakan mistar gambar dengan menggeser. Gambar 1.3 Mistar Gambar (iv) Segitiga Siku - siku Segitiga siku siku dikatakan satu pasang bila terdiri dari satu segitiga sama kaki dengan sudut 45 0 dan satu segitiga dengan sudut 30 0 dengan 60 0 (Lihat gambar ). Segitiga siku siku dari kayu dengan sambungan ditiap tiap titik sudut, kurang baik dipakai, karena pengaruh kelembaban udara sambungan akan berubah yang berakibat siku sikunya kurang dapat dipercaya. Pada umumnya sekarang dipakai segitiga siku siku yang terbuat dari seluloid yang lebih keras dari kayu dan tidak mudah rusak oleh pengaruh cuaca. Segitiga dari bahan ebonite sebaiknya jangan dipakai, sebab abu / kotoran kotoran akan mudah menempel dan menyebabkan gambar kotor. Menggaris dengan segitiga tidak benar bila dilakukan sembarangan, apalagi bila daunnya tebal sekali. Yang benar jika akan menggaris harus tidak ada bayangan Halaman: 15 dari 82

17 dari daun segitiga tersebut, sehingga garis yang dibuat akan segera nampak jelas. Ukuran segitiga ini bermacam macam dari yang kecil hingga yang besar. Cara memeriksa sudut sikut siku (90 0 ) ditunjukkan pada gambar 1.4. Taruhlah segitiga dengan sisi siku siku yang pendek pada mistar gambar yang terletak di sisi kiri papan gambar. Tariklahgaris tegak lurus menurut siku siku yang lain dan lebih baik sisi siku siku yang panjang (sikap1). Baliklah segitiga tersebut dan tarik pula garis pada sisi siku siku yang panjang (sikap 2). Apabila kedua garis yang dibuat tersebut dapat berimpit, berarti sudut siku siku 90 0 besar. Untuk memeriksa sudut 45 0 dengan sisi siku pada mistar gambar seperti pada gambar 1.5. Taruhlah segitiga sama kaki dengan sudut 45 0 dengan sisi siku pad mistar gambar seperti terdahulu. Tarik garis pada sisi terpanjang / sisi miring. Kemudian sikap 1 tersebut dibalik seperti sikap 2 dan dibuat garis menurut sisi miring lagi, maka kedua garis yang dibuat akan berimpit. untuk memeriksa sudut 30 0 dan 60 0 dari segitiga siku siku (lihat gambar 1.6). Dibuat garis ke 1 dan ke 2 seperti sikap 1, masing masing dengan sudut sudut segitiga yang 60 0 dan Kemudian mistar gambar dirubah letaknya seperti sikap 2. Maka sisi miring / sisi yang terpanjang harus bias berimpit dengan garis ke 1. Berarti sudut sudut 30 0 dan 60 0 pada segitiga tersebut benar. Gambar 1.4 Segitiga siku - siku Halaman: 16 dari 82

18 Gambar 1.5 Cara memeriksa sudut 45 0 Gambar 1.6 Cara memeriksa sudut 60 0 (v) Mistar Pengukur Mistar pengukur mempunyai garis pembagi dalam mm, dibuat dari bahan yang tidak mudah rusa, biasanya dari kayu yang baik, tidak terpengaruh kelembaban udara atau dari seluloid. Untuk memindahkan ukuran yang baik dan tepat, pembagian skala harus sedekat mungkin dengan kertas, jadi harus tipis. Mistar ukur ini tidak boleh bengkok, oleh karena itu hanya untuk memindahkan ukuran, bukan untuk menggaris. Pada mistar hitung biasanya juga diperuntukkan sebagai mistar pengukur. Halaman: 17 dari 82

19 Gambar 1.7 Mistar Pengukur (vi) Tongkat Skala Jika menggambar benda menjadi lebih besar atau lebih kecil dari benda sesungguhnya, maka ukurannya diskala. Agar setiap kali angka ukuran tidak menghitung (mengalikan atau membagi), maka dipergunakan tongkat skala. Besar kecilnya skala menurut standar, jadi tidak dibenarkan memakai ukuran skala sesuai kehendak hati. Gambar 1.8 Tongkat Skala Halaman: 18 dari 82

20 (vii) Pensil Gambar Pensil dibuat dengan berbagai macam kekerasan. Tingkat kekerasan diberi tanda dengan huruf dan disertai angka B = Black, F = Firm, H = Hard. Lebih banyak B, pensil lebih lunak, lebih banyak H pensil lebih keras. Adapun pensil gambar sesuai golongannya yaitu : Golongan lunak sampai paling lunak meliputi B, 2B, 3B dan 4B. Golongan pensil tulis, keras sedang meliputi HB, F Golongan keras sampai sangat keras meliputi H sampai dengan 9H. Tanda tanda khusus pada pensil gambar dengan angka adalah No. 1 = lunak No. 2 = sedang No. 3 = keras No. 4 = keras sekali Kekerasan pensil yang harus dipakai tergantung pada keadaan kertas dan gambar. Makin besar kertas dan makin halus / rumit gambar, maka dipakai pensi yang makin keras. Pensil HB dan F tidak boleh dipakai gambar teknik karena terlalu lunak sehingga garis yang digambar mudah luntur dan membuat gambar menjadi kotor. Dengan pensil ini tidak dapat membuat garis yang tajam. Pensil akan cepat tumpul. Maka yang paling tepat adalah pensil H dan 2H. Ujung pensil yang pipih dan bulat pada ujung / titik tulisnya lebih baik daripada titik tuli yang bulat atau runcing. Ujung piph dan bulat akan tahan lama dan tidak mudah putus. Sekarang banyak dipakai pensil gambar mekanik karena titik tulisnya tidak mudah putus dan inti pensilnya mudah disimpan. Halaman: 19 dari 82

21 Gambar 1.9 Pensil Gambar (viii) Kotak Jangka Gambar 1.10 Kotak Jangka Halaman: 20 dari 82

22 Kotak jangka (lihat gambar 1.10) paling tidak harus berisi : (a) (b) (c) (d) (e) Sebuah jangka besar dan kuat, berkaki lurus dan dilengkapi dengan tiga macam sambungan kaki. Sebuah untuk sambungan kaki dengan pensil. Sebuah untuk sambungan kaki dengan tinta. Sebuah untuk sambungan kaki dengan jarum. Sebuah sambungan untuk memperpanjang kaki kaki jangka (lihat gambar 1.11). Halaman: 21 dari 82

23 Gambar 1.11 Jangka Gambar 1.12 Jangka dengan Penyambung (f) Sebuah jangka orleon (lihat gambar 1.13). (g) Gambar 1.13 Jangka Orleon Jangka pegas, lebih baik daripada jangka orleon. Kedua kakinya ditahan oleh pegas di bagian atas. Untuk menyetel kaki kakinya dipakai sekrup penyetel di tengah tengah (lihat gambar 1.14). Halaman: 22 dari 82

24 Gambar 1.14 Jangka Pegas (h) Pena tarik (lihat gambar 1.15) Ujung pena yang terbelah itu dapat distel, sehingga didapatkan lebar / besar garis yang bermacam macam. Kedudukan waktu menggaris tegak lurus kertas gambar. Pengisian tinta pada ujungnya tidak boleh sampai menempel di bagian luar. Harus dijaga jangan sampai tinta mengering. Selesai menggambar harus segera dibersihkan. Gambar 1.15 Pena tarik Halaman: 23 dari 82

25 Pena tarik sekarang tidak begitu disukai karena kurang praktis. Untuk menggambar dengan tinta lebih disukai memakai rapido karena pemakaiannya lebih enak dan tidak terlalu sering mengisi tinta sehingga waktu menggambar tidak terganggu. (ix) Mal Gambar dan Mal Bentuk Tidak semua garis lengkung dapat digambar dengan jangka, maka untuk mengatasi hal tersebut dipakai mal gambar, misal gambar elips, parabola, hyperbola, lengkungan potongan dan sebagainya (gambar 1.16). Untuk menggambar, bentuk bentuk dengan ukuran tertentu supaya lebih cepat dipergunakan mal mal bentuk (gambar 1.17). 1. Mal lengkungan 2. Mal mal / pistolet - pistolet 3. Mal Kapal Gambar 1.16 Mal Gambar Halaman: 24 dari 82

26 Gambar 1.17 Mal Bentuk (x) Busur Derajat Busur derajat dibuat dari logam yaitu aluminium atau plastik. Biasanya busur derajat ini mempunyai garis garis pembagi dari 0 0 sampai dengan (gambar 1.18). Dengan alat ini dapat diukur sudut atau membagi sudut. Gambar 1.18 Busur Derajat (xi) Kertas Gambar Untuk latihan dan perencanaan awal biasanya dipakai kertas gambar yang tebal dan putih serta permukaannya tidak berbulu atau kasar. Jika kertas yang dipakai kasar / berbulu akan sulit menarik garis lurus atau garis lengkung yang kecil kecil. Bila menggambar sket akan lebih mudah menggunakan kertas milimeter karena perbandingan panjang garis yang satu dengan yang lainnya pada kertas milimeter bisa diatur sehingga gambar yang diperoleh mempunyai ukuran yang serasi dengan ukuran benda kerja yang direncanakan. Apabila gambar kerja yang dibutuhkan lebih dari satu atau akan diproduksi lagi (untuk kebutuhan pada bagian bagian lain seperti pada bagian produksi, atau untuk penyimpanan data dan lain lain) biasanya dipakai kertas kalkir. Di dalam bengkel biasanya dipakai gambar produksi ulang, sedangkan gambar aslinya (kalkir) dan sebuah copynya disimpan sebagai arsip. (a) Ukuran Kertas Gambar Seperti ukuran kertas lainnya, kertas gambar juga mempunyai ukuran yang sesuai dengan standar. Halaman: 25 dari 82

27 Ukuran pokok kertas gambar A0 luasnya 1 m 2. Untuk mendapatkan panjang dan lebar kertas gambar itu dengan persamaan :, Luas ukuran pokok adalah 1 m 2 maka : Dengan menyelesaikan 2 persamaan di atas kita dapatkan : X = 0,841 m atau 841 mm Y = 1,189 m atau 1189 mm (lihat gambar 1.19) Gambar 1.19 Ukuran Kertas Gambar Ukuran pokok kertas yang luasnya 1 m 2 disebut A0, dengan dibaginya A0 dua bagian sama besar didapatkan ukuran yang lebih kecil yaitu A1 (1 artinya A0 dibagi 1 kali). Dengan dibaginya A1 dua sama besar diperoleh ukuran yang lebih kecil yaitu A2 (2 artinya A0 dibagi 2 kali). Selain itu masih ada ukuran ukuran lain yang lebih kecil dengan jalan membagi dua bagian sama besar. (a.1) Ukuran Standar Kertas Gambar Setiap gambar kerja mempunyai garis tepi pada masing masing sisi. Pada sisi sebelah kiri (a) biasanya dibuat antara 10 mm, 20 mm atau 25 mm. Halaman: 26 dari 82

28 Garis tepi sebelah kiri dibuat lebih lebar dari sisi lainnya (b) karena apabila kertas gambar ini dibukukan maka sisi sebelah kiri akan kena jepit sehingga tidak mengurangi ukuran normal gambar kerja. Garis tepi sisi lainnya (b) biasanya 5 mm atau 10 mm tergantung dari ukuran kertas gambar (lihat gambar 1.20). Gambar 1.20 Garis Tepi Kertas Gambar Adapun ukuran standar kertas gambar dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 1.1 Ukuran Standar Kertas Gambar (dalam mm) Ukuran X Y b A A A A A A (b) Melipat Kertas Gambar Untuk keperluan keperluan tertentu misalnya mempermudah penyimpanan, penjilidan, pengiriman dan lain lain maka kertas gambar harus dilipat. Melipat kertas gambar tidak boleh asal dilipat tetapi harus mengikuti suatu aturan (standarisasi). Umumnya kertas gambar dilipat menjadi ukuran A4 (gambar 1.21). Dimaksudkan agar mudah disimpan dalam map. Dalam keadaan dilipat kepala gambar selalu terletak di muka. Halaman: 27 dari 82

29 Gambar 1.21 Ukuran Kertas A4 Gambar 1.22 Cara melipat kertas A1 Pada gambar 1.22 menunjukkan cara cara melipat kertas gambar kerja menjadi ukuran A4, gambar 1.24 merupakan cara melipat kertas ukuran A2. Dalam melipat gambar, kepala gambar terletak pada bagian depan sehingga mudah untuk mengetahui nama gambar kerja tersebut. Halaman: 28 dari 82

30 Gambar 1.23 Cara melipat kertas A0 Halaman: 29 dari 82

31 Gambar 1.24 Cara melipat kertas A2 (c) Tata letak gambar pada kertas gambar (c.1) Menentukan ukuran kertas gambar Ukuran kertas gambar yang dipakai ditentukan oleh jenis dan sistem gambarnya. Untuk gambar - gambar yang sederhana biasanya suatu benda digambar pada satu kertas. Hal ini dipakai untuk merencanakan proses kerja, cara produksi, pengendalian kualitas, pengarsipan dan sebagainya. Apabila sebuah benda yang akan digambar terdiri dari beberapa komponen yang dirakit maka dipakai sistem lembaran gambar banyak, maksudnya sebuah benda digambar pada beberapa lembar kertas gambar. Pada sistem ini gambar susunan dan kalau mungkin beberapa komponennya digambar pada satu kertas, sedangkan komponen komponen lainnya digambar pada kertas lain. Untuk menentukan kertas gambar yang akan dipakai ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, antara lain : a) Ukuran kepala gambar yang meliputi banyaknya komponen atau detail yang harus diisi pada daftar bagian b) Skala gambar yang akan dipakai c) Besar kecilnya gambar susunan yang akan digambar dan berapa buah pandangan / penampang yang diperlukan Banyaknya gambar detail / rinci dan jumlah gambar pandangan / penampang yang perlu d) Ditampilkan untuk masing masing komponen e) Jarak antara gambar yang satu dengan yang lain f) Lain lain Masing masing faktor diatas dihitung luas bidang yang diperlukan selanjutnya semua luasan tersebut dijumlahkan dan ditambah untuk garis tepi maka akan diperoleh ukuran kertas gambar yang akan dipakai. Halaman: 30 dari 82

32 (c.2) Susunan/tata letak pada kertas gambar Apabila yang digambar adalah benda kerja dalam keadaan terakit (misal bagian mesin) maka gambar susunan diletakkan di bagian kiri atas dan kepala gambar serta daftar bagian di kanan bawah. Ketika membagi ruang gambar diusahakan sedemikian rupa sehingga letak antara gambar susunan dan detail atau antara gambar detail yang satu dengan yang lain tidak terlalu dekat. Untuk gambar pandangan/penampang dari sebuah detail diletakkan berdekatan. Jika jumlah detail/bagian terlalu banyak gambar susunan serta beberapa detail/rinci dan kepala gambar yang berisi daftar nama bagian secara lengkap digambar pada satu kertas. Untuk gambar detail/rinci yang belum digambar pada kertas tadi bisa digambar pada kertas yang lain sedangkan pada kepala gambarnya hanya dicantumkan daftar nama bagian yang digambar pada kertas ini. Gambar 4.25 adalah suatu contoh untuk meletakkan gambar susunan, gambar detail/rinci dan kepala gambar. (d) Kepala Gambar Gambar 1.25 Membagi Ruang Gambar Pada sudut kanan ruang gambar diletakkan kepala gambar dan daftar nama bagian. Kepala gambar harus dicantumkan pada lembar kertas gambar untuk menunjukkan hal hal yang diperlukan atau secara umum menunjukkan isi gambar : a. Nama perusahaan atau instansi yang membuat gambar b. Judul gambar atau nama benda yang digambar c. Nomor gambar d. Format kertas gambar e. Proyeksi yang dipakai f. Satuan panjang] g. Yang memeriksa gambar h. Tanggal digambar i. Nama yang menggambar j. Dan sebagainya (lihat gambar 1.26 dan 1.27) Halaman: 31 dari 82

33 Gambar 1.26 Kepala Gambar (d.1) Daftar Nama Bagian/Komponen Pada daftar nama bagian dicantumkan hal hal yang menyangkut : nama bagian, nomor bagian, jumlah, bahan, normalisasi atau standar, kekasaran permukaan, toleransi ukuran dan sebagainya. Daftar ini terletak diatas kepala gambar. Apabila daftar komponen ini terletak disudut kanan bawah diatas kepala gambar, pengisiannya harus dimulai dari bawah. (d.2) Skala Gambar Untuk menentukan skala gambar harus mengikuti suatu aturan atau standarisasi. Apabila benda yang digambar dimensinya sangat kecil dan rumit agar mudah menggambarnya maka skala perbesaran yang dipergunakan. Skala penuh dipergunakan jika gambar yang dibuat mempunyai ukuran sama besar dengan benda yang digambar. Dengan skala penuh inidimensi benda yang digambar lebih mudah dibayangkan dalam pikiran. Untuk menggambar benda yang cukup besar maka dipakai skala pengecilan supaya kertas gambar yang dipakai tidak terlalu banyak. Besar kecilnya skala mempengaruhi efisiensi kerja dan faktor ekonomis sebab semakin besar skala berarti biaya pembelian kertas dan ongkos cetak semakin mahal. Di dalam menggambar teknik skala yang dipakai telah ditunjukkan pada tabel di bawah ini : Halaman: 32 dari 82

34 Tabel 1.2 Skala Dalam Gambar Teknik Skala penuh 1 : 1 Skala diperkecil Skala diperbesar 1 : 2 1 : 20 1 : 2,5 1: 50 1 : 5 1 : : 10 1 : 200 dan seterusnya 2 : 1 20 : 1 5 : 1 50 : 1 10 : 1 Dan seterusnya (d.3) Posisi Kepala Gambar Kepala gambar selalu terletak pada sudut kanan bawah kertas gambar baik untuk posisi kertas horisontal maupun vertikal (gambar 1.27). Gambar 1.27 Posisi Kepala Gambar Halaman: 33 dari 82

35 2. Menggambar proyeksi aksonometri Cara menggambar benda tiga dimensi a) Cara cara proyeksi Proyeksi adalah bayangan khayal dari benda yang dipandang dan ditentukan oleh garis garis pandangan pengamat yang disebut garis garis proyeksi. Bidang proyeksi (proyektor) memotong garis garis proyeksi dan perpotongannya disebut proyeksi (pandangan). Hasil proyeksi atau pandangan tersebut pada bidang proyeksi merupakan gambar (bayangan khayal) dari benda yang dipandang (lihat gambar 2.1). Seorang perencana untuk mewujudkan keinginannya membuat suatu benda (produk) harus dapat menjelaskan maksudnya dengan perantara gambar. Proses pembuatan benda (produk) yang telah direncanakan tersebut umumnya dikerjakan oleh pelaksana sesuai dengan gambar yang telah dibuat agar sesuai dengan pikiran perencana. Dengan demikian baik perencana, juru gambar maupun pelaksana harus mengerti cara cara membayangkan benda yang akan dibuat. Gambar 2.1 Proyeksi dari sebuah benda Cara membayangkan tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk gambar. Untuk itu diperlukan ilmu tentang proyeksi yang merupakan alat bantu penting dalam menggambar teknik. Halaman: 34 dari 82

36 Untuk keperluan tersebut dapat dipergunakan beberapa cara atau teori teori proyeksi. Dengan proyeksi perspektif, aksonometri dan miring akan diperoleh gambar pandangan tunggal (gambar satu pandangan). Gambar dari hasil proyeksi tersebut menyajikan sebuah benda seperti foto dan disebut juga gambar tiga dimensi. Proyeksi ortogonal, umumnya tidak memberikan gambaran secara lengkap dari benda bila hanya dengan satu proyeksi saja. Oleh karena itu digambar pada beberapa bidang proyeksi selanjutnya dengan menggabungkan gambar Gambar proyeksi tersebut diperoleh gambaran yang jelas dari benda yang dimaksud. Proyeksi ini sering juga disebut gambar pandangan majemuk. b) Proyeksi Perspektif Pada proyeksi perspektif garis garis proyeksi dipusatkan pada satu titik. Titik tersebut adalah mata pengamat sendiri (gambar 2.2). Gambar yang dihasilkan pada bidang proyeksi (bidang pandang) disebut gambar perspektif yang serupa dengan benda yang dilihat dengan mata biasa. Pada proyeksi ini gambar yang dihasilkan tidak menunjukkan dimensi yang sebenarnya dari objek yang dipandang dan banyak dipakai dalam teknik arsitektur. Untuk menggambar teknik yang sulit dan rumit kurang baik sehingga dalam menggambar teknik mesin jarang dipakai. Gambar 2.2. Proyeksi perspekfif satu titik Halaman: 35 dari 82

37 Gambar 2.3. Perspektif dua titik Gambar 2.4. Perspektif tiga titik Gambar 2.5 Proyeksi perspektif c) Proyeksi Miring Pada proyeksi ini garis garis proyeksinya tidak tegak lurus pada bidang proyeksi tetapi membuat sudut (miring), sedangkan garis garis proyeksinya sejajar (lihat gambar 2.6). Halaman: 36 dari 82

38 Gambar 2.6 Proyeksi miring d) Proyeksi Aksonometri Proyeksi aksonometri ini termasuk bagian dari proyeksi ortogonal, perbedaannya terletak pada posisi permukaan benda yang diproyeksikan. Garis garis proyeksinya sejajar dan tegak lurus bidang proyeksi gambar (lihat gambar 2.7). Proyeksi aksonometri ini dibedakan menjadi proyeksi isometri dan dimitri Gambar 2.7 Proyeksi aksonometri e) Proyeksi Isometri Bila sumbu sumbunya membuat sudut yang sama satu sama lain dan panjangnya sama (lihat gambar 2.8). Halaman: 37 dari 82

39 Titik Y, O dan C terletak satu garis lurus. Gambar 2.8 Proyeksi isometr f) Proyeksi Dimitri Pada proyeksi ini dua sumbunya sama panjang sedangkan sumbu yang lain tidak sama. Gambar 2.9 Proyeksi dimitri 3. Menggambar proyeksi ortogonal a) Proyeksi Ortogonal/Proyeksi Pengamat benda pada jarak yang tak terbatas dari bidang gambar sehingga garis garis proyeksi dari mata ke obyek menjadi sejajar satu sama lain dan tegak lurus pada bidang gambar atau bidang proyeksi. Pada proyeksi orotogonal benda yang dipandang akan digambarkan pada bidang proyeksi dengan bentuk dan dimensi yang sebenarnya, sedangkan gambar yang dihasilkan pada bidang proyeksi hanya menampilkan satu sisi saja, oleh karena itu untuk mendapatkan gambar yang lengkap diambil beberapa bidang proyeksi kemudian dari beberapa gambar tersebut digabungkan menjadi satu Halaman: 38 dari 82

40 Gambar proyeksi ortogonal dipergunakan untuk memberikan informasi yang lengkap dan tepat dari suatu benda tiga dimensi. Untuk mendapatkan hasil demikian, benda diletakkan sedemikian rupa sehingga bidang bidangnya sejajar dengan bidang proyeksi, terutama bidang yang penting diletakkan sejajar dengan bidang proyeksi vertikal. Berikut ini beberapa contoh proyeksi ortogonal (titik, garis dan bidang datar). Gambar 3.1 Proyeksi ortogonal titik Gambar 3.2 Proyeksi Garis Halaman: 39 dari 82

41 Gambar 3.3 Proyeksi bidang b) Cara cara proyeksi pada menggambar teknik (1) Jenis jenis proyeksi pada menggambar teknik Untuk menampilkan gambar secara utuh yang paling lengkap adalah dengan pandangan tunggal. Gambar tersebut dapat digambar dengan perspektif, aksometri atau proyeksi miring. Pada gambar teknik, terutama pada gambar kerja yang bentuknya rumit gambar pandangan tunggal jarang dipakai karena sulit menampakkan seluruh bagian benda kerja terutama pada bentuk bentuk yang rumit (misal susunan suatu mesin). Disamping itu tidak bisa memberikan informasi yang lengkap dan tepat serta kurang mampu menunjukkan dimensi yang sebenarnya dari benda kerja yang bentuknya rumit. Oleh karena itu gambar pandangan tunggal biasanya dipakai sebagai ilustrasi dalam buku pegangan pemakai atau katalog dari produk produk industri mesin dan untuk gambar shet / bagan, diagram sistem pipa dan sebagainya. Pada menggambar teknik terutama untuk menggambar benda kerja dipergunakan proyeksi ortogonal, dimana garis garis proyeksi dari pandangan pengamat sejajar satu sama lain dan tegak lurus bidang proyeksi. Bagian atau sisi benda yang akan digambar diletakkan sejajar dengan bidang proyeksi. Adapun bidang bidang yang tegak lurus satu sama lain yang berfungsi sebagai bidang bidang proyeksi ialah bidang proyeksi horisontal (H), bidang proyeksi vertikal (V) dan bidang proyeksi profil (P). Bidang bidang tersebut membagi seluruh ruang dalam empat kuadran (gambar 3.4). Kuadran atau sudut pertama yaitu diatas H dan dimuka V Kuadran atau sudut kedua yaitu diatas H dan dibelakang V Kuadran atau sudut ketiga yaitu dibawah H dan dibelakang V Kuadran atau sudut keempat yaitu dibawah H dan dimuka V Halaman: 40 dari 82

42 Gambar 3.4 Bidang koordinat utama dan kuadran - kuadran Halaman: 41 dari 82

43 Penempatan bidang proyeksi profil bisa di sebelah kiri atau kanan dan bidang ini biasanya untuk menggambarkan pandangan samping kanan atau samping kiri suatu benda atau obyek. Bila dengan pandangan depan atau atas belum mampu menggambarkan bentuk benda dengan selengkapnya. Ketiga bidang proyeksi H, V dan P saling berpotongan menurut tiga buah garis yang tegak lurus satu sama lain maka diperoleh sumbu sumbu utama OX = sumbu X, OY = sumbu Y dan OZ = sumbu Z (gambar 3.4). (2) Cara proyeksi sudut pertama atau proyeksi Eropah Pada proyeksi sudut pertama atau Eropah benda diletakkan di kuadran pertama diantara pengamat dan bidang bidang proyeksi (gambar 3.5). Gambar 3.5 Pandangan tunggal (benda kerja) Gambar 3.6 Proyeksi sudut pertama atau proyeksi Eropah Halaman: 42 dari 82

44 Gambar 3.7 Proyeksi sudut pertama atau proyeksi Eropah Gambar 3.7-a adalah benda kerja yang akan digambar dengan arah memandang yang berbeda beda. A = Arah pandangan depan B = Arah pandangan atas C = Arah pandangan kiri D = Arah pandangan kanan E = Arah pandangan bawah F = Arah pandangan belakang Gambar 3.7-b menunjukkan seolah olah benda tersebut diletakkan di dalam kotak kaca dimana keenam sisinya yang saling tegak lurus sebagai bidang bidang proyeksi. Benda kerja tersebut digambar atau diproyeksikan ke enam sisi kotak kaca. Selanjutnya gambar 3.7-c, sisi sisi kotak tersebut dibentangkan menjadi sebuah bidang datar, gambar 3.7 menunjukkan gambar proyeksi atau pandangan benda kerja tersebut menurut proyeksi sudut pertama atau Eropah. (3) Cara proyeksi sudut ketiga atau proyeksi Amerika Pada proyeksi ini tampak/pandangan depan sebagai pandangan utama, sedangkan tampak/pandangan lainnya untuk melengkapi dengan 6 macam arah memandang (depan, atas, bawah, kanan, kiri dan belakang). Gambar 3.9-a menunjukkan benda kerja diletakkan di dalam kotak kaca. Masing masing sisi benda kerja diusahakan sejajar dengan bidang proyeksi. Halaman: 43 dari 82

45 Pandangan depan diproyeksikan ke bidang proyeksi atau sisi bagian depan kotak, pandangan atas diproyeksikan ke bidang bagian atas bawah, pandangan kiri diproyeksikan ke bidang bagian kiri kotak, pandangan kanan diproyeksikan ke bidang kanan kotak, pandangan bawah diproyeksikan ke bidang bagian bawah kotak dan pandangan belakang diproyeksikan ke bagian belakang bidang kotak. Kemudian sisi kotak tersebut dibentangkan sehingga menjadi satu bidang datar (gambar 3.9-c). Hasil proyeksi terlihat pada gambar 3.9-b. Gambar 3.8 Benda kerja (pandangan tunggal) Halaman: 44 dari 82

46 Gambar 3.9 Proyeksi sudut ketiga atau proyeksi Amerika Seperti halnya pada proyeksi sudut pertama atau Eropah tampak pandangan depan merupakan pandangan utama sedangkan pandangan sisi lain hanya melengkapi bila diperlukan untuk menunjukkan bagian bagian yang belum diwakili oleh tampak depan. Tata letak gambar pandangan menurut proyeksi sudut ketiga atau Amerika sebagai berikut : Gambar pandangan sisi kanan terletak di sebelah kanan pandangan depan Gambar pandangan sisi kiri terletak di sebelah kiri pandangan depan Gambar pandangan atas terletak di sebelah atas pandangan depan Gambar pandangan belakang terletak di sebelah kanan pandangan kanan Gambar pandangan bawah terletak di sebelah bawah pandangan depan Halaman: 45 dari 82

47 Proyeksi Sudut Pertama Proyeksi Sudut Ketiga 1. Proyeksi sudut pertama obyek atau benda dianggap terletak di kuadran pertama 2. Obyek / benda terletak diantara pengamat dan bidang proyeksi 3. Karena benda terletak dekat pengamat (sebelum bidang proyeksi) maka bidang proyeksi boleh transparan atau tidak, tetapi kalau diletakkan di dalam kotak maka sisi sisi kotaknya harus transparan 4. `Gambar pandangan / tampak yang berhubungan dengan sisi obyek yang digambar diletakkan berjauhan sehingga lebih susah membacanya 1. Proyeksi sudut ketiga obyek atau benda dianggap terletak di kuadran ketiga 2. Bidang proyeksi terletak antara pengamat dan obyek / benda 3. Bidang proyeksi seolah seolah harus selalu transparan karena obyek / benda terletak setelah bidang proyeksi dan pengamat 4. Gambar pandangan / tampak yang berhubungan dengan sisi obyek atau benda yang digambar diletakkan berdekatan sejajar sehingga lebih mudah untuk dibaca 5. Lambang proyeksi Eropah 5. Lambang proyeksi Amerika. Gambar 3.10 Proyeksi sudut ketiga atau proyeksi Amerika Halaman: 46 dari 82

48 (4) Perbandingan antara Proyeksi Sudut Pertama dan Proyeksi Sudut Ketiga (i) Penentuan / Pemilihan Pandangan Di dalam menentukan pandangan / tampak benda yang harus digambar perlu diperhatikan hal hal sebagai berikut : (a) Jumlah atau banyaknya pandangan yang digambar seminimal mungkin tetapi harus bisa menampilkan obyek atau benda kerja secara lengkap baik bentuk, sistem kerja, fungsi, ukuran dan untuk gambar susunan / rakitan semua komponen komponennya. (b) Pandangan depan sebagai pandangan utama harus dipilih sedemikian rupa sehingga mampu memberikan bentuk atau fungsi benda secara umum (c) Dalam menggambar benda kerja diusahakan menggambar benda tersebut sesuai dengan posisi proses pengerjaannya atau posisi pada perakitannya. (d) Untuk benda benda yang memiliki bagian bagian miring yang tidak terlihat bentuk sebenarnya dengan proyeksi ortogonal dapat digambar dengan pandangan tambahan, pandangan khusus atau pandangan setempat. Pada gambar berikut diberikan contoh contoh untuk menentukan pandangan utama atau pandangan depan yang mampu memberikan keterangan bentuk benda yang sebenarnya. Pandangan depan adalah bagian benda yang dapat memberikan cukup keterangan mengenai bentuk atau fungsinya dan tidak selalu berarti pandangan depan dalam arti sehari hari (gambar ). Pandangan depan wajah Halaman: 47 dari 82

49 Pandangan depan kuda Pandangan dari berbagai sudut Catatan : 1 = Pandangan depan 2 = Pandangan atas 3 = Pandangan kiri 4 = Pandangan kanan 5 = Pandangan bawah 6 = Pandangan belakang Halaman: 48 dari 82

50 Gambar 3.11 Pandangan bentuk benda Gambar 3.12 Pandangan depan beberapa peralatan dan proses 4. Menggambar bentangan (bukaan) a) Pengetahuan (1) Gambar bukaan Kapal merupakan bangunan yang terbuat dalam bentuk 3 dimensi dan sangat sulit untuk mengetahui bentuk dan ukuran sebenarnya dari komponen konstruksi kapal tersebut. Untuk memecahkan persoalan tersebut perlu dibuat gambar rencana bukaan dengan cara atau methode tertentu. Untuk memecahkan gambar-gambar bukaan yang sangat rumit terlebih dahulu mengetahui dasar-dasar gambar bukaan untuk benda benda sederhana. Berikut ini dijelaskan beberapa metode untuk menggambar bukaan sederhana. Halaman: 49 dari 82

51 (i) Metode bentangan paralel Metode bentangan (bukaan) digunakan untuk menentukan bukaan bendabenda yang mempunyai permukaan atau dinding-dinding tegak yang sejajar seperti bentuk prisma dan silinder. (iii) Bukaan prisma Gambar dibawah menunjukan metode menggambar bukaan prisma yang dipotong miring (terpancung) dengan bagian dasar berbentuk segi enam. Untuk menggambar bukaan atau bentangan prisma tersebut dapat dibayangkan bahwa prisma dibuka dari titik A. Langkah selanjutnya buatlah garis lurus mendatar AB, BC, CD, DE, EF dan FA sehingga panjang seluruhnya sama dengan keliling segi enam. Keterangan : 1. Gambar prisma pandangan depan 2. Gambar prisma pandangan atas 3. Gambar bentangan prisma Gambar 4.1 Bukaan Prisma Ukuran ketinggian A 1, B 2, C 3, D 4, E 5, F 6, dan A 1. Jika titik titik 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 1 dihubungkan dengan garis, maka terbentuklan gambar bentangan dari prisma tersebut. (iv) Bukaan silinder Gambar dibawah ini menunjukan silinder yang dipotong miring. Untuk membuka silinder tersebut, lingkaran silinder dibagi dalam 12 bagian yang sama besar. Kemudian dibuka menurut garis lurus AB < BC, CD, DE, EF, FG, Halaman: 50 dari 82

52 GH, HI, IJ, JK, KL, dan LA, sehingga panjang keseluruhan sama dengan keliling lingkaran silinder tersebut. Ukuran ketinggian A 1, B 2, C 3, D 4, E 5, F 6, G 7, H 8, I 9, J 10, K 11, L 12, dan A 1. Hubungan titik titik 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, dan 1 dengan garis lengkung sehingga membentuk bukaan dari silinder yang dimaksud. Keterangan : 1. Gambar silinder pandangan depan 2. Gambar silinder pandangan atas 3. Gambar bentangan silinder Gambar 4.2 Bukaan Silinder (ii) Metode bentangan radial Prinsip dari metode bentangan secara radial mengembangkan bidang dalam bentuk radial dengan puncang sebagai titik pusatnya. Misalnya bentuk piramida, limas dan kerucut (a) Bukaan piramida terpancung Untuk mempermudah membuat gambar bukaan piramid terpancung terlebih dahulu dibuat gambar bukaan piramid penuh. Gambar bukaan piramid penuh ini akan dipergunakan sebagai dasar untuk membuat gambar bukaan piramid terpancung. Halaman: 51 dari 82

53 Gambar 4.3 Bukaan piramida terpancung Keterangan : 1. Gambar pandangan depan piramida 2. Gambar pandangan atas piramida 3. Gambar bentangan piramida Pada bidang proyeksi dibuat garis sumbu T-T dan letakan titik S pada garis sumbu tersebut, sehingga panjang OS sama dengan panjang OA. Pindahkan titik S ke gambar pandangan samping sehingga mendapat titik R. OR merupakan panjang sebenarnya dari OA. Pada gambar bukaan buat busur lingkaran AA dengan jari jari lingkaran OR. Pada busur letakan titik titik A, B, C, D dan A dengan memindahkan panjang AB, BC, CD, dan DA sama dengan panjang pada bidang proyeksi. Hubungkan titik pusat busur O dengan titik A, B, C, D dan A sehingga menghasilkan bentuk bukaan piramida penuh. Untuk menentukan gambar bukaan piramida terpancung pada gambar pandangan samping ditarik garis horisontal melalui titik 1 dan 2 dan memotong garis OR di titik Q dan R sehingga oq dan OP merupakan panjang sebenarnya dari sisi sisi piuramid merupakan bagian yang terpotong. Pada gambar bukaan piramida titik-titik 1, 2, 3, 4, dan 1 diletakan pada garis 01,02,03,04 dan 01 sama dengan panjang OQ, OP, OP, OQ dan OQ. Jika titik Halaman: 52 dari 82

54 titik 1, 2, 3, 4, dan 1 dihubungkan dengan garis lurus maka terbentuklah gambar bukaan piramida terpancung yang dimaksud. (b) Kerucut terpancung Untuk mendapatkan gambar bukaan kerucut terpancung terlebih dulu dibuat gambar bukaan kerucut penuh, seperti halnya membuat gambar bukaan piramida. Bedanya untuk membuat bukaan kerucut diperlukan tambahan garis bagi kerucut sebanyak 12 garis, sehingga membagi kerucut menjadi 12 bagian yang sama besar. O ada gambar pandangan samping OA menurut panjang sebenarnya dari kerucut, sehingga pada gambar bukaan dapat dibuat busur AA dengan jari jari sama dengan OA. Letakan titik titik A, B, C, D,... L dan A, sehingga busur AB, BC, CD, DE, EF, FG, GH, HI, IJ, JK, KL dan LA sama panjangnya. OABCDEFGHIJKLAO adalah bentuk gambar bukaan kerucut penuh. Untuk membuat gambar bukaan kerucut terpancung, ganmbar garis horisontal menerus melalui titik titik U, T, S, R, Q dan P pada garis OA. Panjang 01, OU, OT, OS, OR, OQ dan OP adalah panjang sebenarnya dari kerucut Ukurkan panjang 01, OU, OT,... OQ dan OP yang merupakan panjang sebenarnya dari 01, 02, 03, 04, dan 01 pada garis OA,OB.OC. OD,... OL dan OA Jika titik ititik 1, 2, 3,... 11, 12 dan 1 dihubungkan dengan garis lengkung akan mendapatkan bukaan kerucut terpancung yang dimaksud Gambar 4.4 Bukaan kerucut terpancung Halaman: 53 dari 82

55 (iii) Keterangan : 1. Gambar kerucut pandangan depan 2. Gambar kerucut pandangan atas 3. Gambar bentangan kerucut Metode bukaan lambung Beberapa metode yang dapat dipakai untuk meggambar bukaan lambung adalah sebagai berikut : (a) Metode garis dasar (base line) Metode ini digunakan untuk menggambar bukaan lambung dengan gading gading sejajar atau hampir sejajar atau digunakan untuk menggambar bukaan lambung yang sedikit atau tanpa lengkungan. Adapun cara-cara untuk membuat gambar bukaan dengan metode ini adalah sebagai berikut : 1. Bagian lambung yang akan dibuat gambar bukaannya diambil dari gambar induk dengan memperhatikan batas sambungan atas dan batas sambungan bawah serta batas sambungan atau gading dari arah depan dan belakang. 2. Nomor gading yeng terletak dibagian tengah sebagai dsar untuk membuat garis dasar dan ada gading tersebut dibuat garis tegak lurus CC1 yang kira kira terletak ditengah tengah antara batas sambungan atas dan bawah, garis tersebut dinamakan garis dasar. 3. Karena gading gading sejajar maka potongan garis dasar dengan gading gading lainnya juga tegak lurus. 4. Buat gambar garis gading dengan jarak gading sebenarnya. Kemudian pindahkan titik titik potongan gading gading dengan garis dasar (A2, B2, C2, D2, E2) pada gambar tersebut. Jika titik titik tersebut dihubungkan dengan garis lurus maka akan diperoleh panjang sebenarnya dari garis dasar. Demikian pula dengan cara yang sama untuk memperoleh panjang sebenarnya dari sambungan atas dan sambungan bawah. 5. Setelah itu membuat gambar bukaan lambung, caranya buat garis lurus yang merupakan garis dasar dan berikan nomor pada setiap gadingnya dengan jarak gading sebenarnya. 6. Buat garis gading tegak lurus garis dasar pada setiap nomor gading. 7. Pindahkan jarak antara garis dasar sampai dengan sambungan atas (AA2, BB2, CC2, DD2, EE2) dan garis dsar sampai dengan sambungan bawah (A1A2, B1B2, C1C2, D1D2, E1E2) pada gambar bukaan. Halaman: 54 dari 82

56 Gambar 4.5 Bukaan lambung dengan metode base line Keterangan : 1. Pengambilan ukuran batas atas dan bawah pada gambar rencana garis 2. Penentuan garis dasar 3. Bentangan dari kulit lambung (b) Metode ortogonal Untuk menggambar bukaan lambung dengan metode ini dapat dilaksanakan dengan cara sebagai berikut : 1 Bagian lambung yang akan dibuat gambar bukaannya diambil dari gambar induk dan tentukan batas batas sambungan atas dan bawah serta batas sambungan atau gading bagian depan dan belakang. 2. Pada gading bagian tengah (misal gading nomor 14) dibuat garis tegak lurus, kira-kira terletak ditengah-tengah antara batas sambungan atas dan bawah sampai memotong gading sebelah kiri dan kanannya (gading no 13 dan 15). Kemudian pada titik-titik perpotongannya dibuat pula garis tegak lurus, demikian seterusnya dengan cara yang sama untuk titik-titik potong lainnya. 3. Selanjutnya buat garis gading dengan jarak gading sebenarnya, kemudian pindahkan titik-titik perpotongan gading dengan garis ortogonal pada gambar tersebut. Halaman: 55 dari 82

57 4. Jika titik-titik tersebut dihubungkan dengan garis lurus, maka diperoleh panjang sebenarya dari garis ortogonal. Demikian seterusnya dengan cara yang sama untuk memperoleh panjang sebenarnya dari sambungan atas dan sambungan bawah. 5. Menggambar bukaan dengan cara membuat gambar panjang sebenarnya garis ortogonal. Tarik garis tegak lurus pada garis ortogonal untuk gading yang terletak di tengah (gading nomor 14) dan ukurkan panjang X dan Y sesuai pada gambar. 6. Dengan bantuan kayu lat ukurkan panjang sebenarnya sambungan atas dan bawah untuk jarak antara gading nomor 13 dan gading Pada gading nomor 13 ukurkan jarak sambungan atas dan bawah (V dan W) dengan kayu lat dan pindahkan pada gambar bukaan sesuai nomor gading tersebut. 8. Dengan cara meletakan ketiga kayu lat pada gambar bukaan sesuai posisinya serta menggeser-geser kayu tersebut, maka kedua titik dibagian atas dan kedua titik bagian bawah dapat dipertemukan. Demikian dengan cara yang sama untuk gading gading lainnya. 9. Jika titik pertemuan pada bagian atas dan bawah dihubungkan dengan garis, maka akan diperoleh gambar bukaan yang dimaksud Gambar 4.6 Bukaan dengan metode ortogonal Halaman: 56 dari 82

58 Keterangan : 1. Pengambilan ukuran batas atas dan bawah dari gambar rencana garis 2. Penentuan garis ortogona 3. Penentuan gambar bentangan (c) Metode garis datar (flat line) Untuk menggambar bukaan dengan metode garis datar dapat dilaksanakan dengan cara sebagai berikut : 1. Pada body plan dibuat gambar pandangan rencana pelat alas dalam (tank top) dan pelat tepi (margin plate), misalnya gambar bukaan yang kan dibuat mulai gading nomor 10 sampai nomor13 sehingga diperoleh batas tekukan antara pelat tepi dan pelat alas dalam (A, B, C dan D) serta batas penempatan pelat tepi dengan bagian bilga (A1, B1, C1 dan D1). Pelat tepi pada umumnya dibuat tegak lurus pada pelat bilga. 2. Buat gambar garis gading dengan jarak sebenarnya mulai gading nomor 10 hingga Proyeksikan titik titik A, B, C, D dan A1, B1, C1, D1 pada gambar garis gading serta hubungkan titik - titik proyeksi dengan garis lurus. Tarik garis tegak lurus melalui titik A1 dan memotong garis A1D 1 di titik Dari titik A1 ukurkan jarak X pada perpanjangan garis A1D1 (X = A1!R). 5. Buat busur lingkaran melalui titik 01 dengan jari-jari 01 dan memotong perpanjangan garis 01A1! dititik A. Demikian seterusnya dengan cara yang sama untuk memperoleh titik titik B, C dan D. 6. Jika titik-titik A1, A dan D dan D1 dihubungkan dengan garis, maka terbentuklah bukaan pelat tepi yang dimaksud. (d) Metode Garis Lengkung Menggambar dengan metode ini banyak diterapkan untuk menggambar bukaan lambung yang mempunyai kelengkungan, misalnya kelengkungan pada daerah tipis. Langkah langkah kerjanya dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Pada body plan dibuat batas sambungan bagian atas untuk tiap- tiap gading (A, B, C, D dan E) dan pada bagian bawah buat batas batas kelengkungan dengan garis dasar (A 1, B 1, C 1, D 1 dan E 1 ) 2. Buat gambar garis gading dan jarak gading sebenarnya untuk lambung dengan nomor gading yang akan dibuat gambar bukaannya, yaitu nomor gading 15 sampai dengan 19 Halaman: 57 dari 82

59 Gambar 4.7 Bukaan dengan metode garis lengkung Keterangan : 1. Pengambilan ukuran batas atas dan bawah dari rencana garis 2. Pengambilan ukuran batas gading 3. Proyeksikan titik A, B, C, D dan E serta A 1, B 1, C 1, D 1 dan E 1 pada gambar garis gading sebenarnya, sehingga mendapatkan titik titik A1, B1, C1, D1 dan E1 dan A1 1, B1 1, C1 1, D1 1 dan E Hubungan titik titik proyeksi tersebut sehingga mendapatkan gambar garis lurus. 5. Melalui titik titik A1, B1, C1, D1 dan E1 buat garis tegak lurus garis A1 1 E Pindahkan panjang dan bentuk kelengkungan tiap nomor gading pada gambar body plan dengan bantuan kayu lat ke gambar bukaan. Dengan cara mengatur / menggeser geser kayu lat tersebut sehingga memotong garis tegak lurus yang telah dibuat, maka akan diperoleh titik titik A 2, B 2, C 2, D 2 dan E 2. Panjang garis yang dipindahkan harus berbentuk lengkung dan kelengkungannya harus dibuat selaras. 7. Titik titik A1 1, E1 1, E2 1, A2 dihubungkan dengan garis, maka akan diperoleh gambar bukaan yang dimaksud. Halaman: 58 dari 82

60 5. Membaca dan mengaplikasikan simbol-simbol las. a) Pengetahuan (1) Tanda tanda gambar dalam pengelasan Contoh 1 Jenis Lasan Tanda Gambar Keterangan Las Tumpul Flens Tunggal Garis Tegak dan ¼ lingkaran Tempat Lasan Lasan Tanda Gambar Sisi Panah Di Balik Panah Contoh 2 Jenis Lasan Tanda Gambar Keterangan Las Tumpul Alur Tunggal Dua Garis Tegak Tempat Lasan Lasan Tanda Gambar Sisi Panah Di Balik Panah Halaman: 59 dari 82

61 Jenis Lasan Tanda Gambar Keterangan Kedua Sisi Celah Akar : 2 mm Jenis Lasan Tanda Gambar Keterangan Las Tumpul Alur Persegi Dua Garis Tegak Tempat Lasan Lasan Tanda Gambar Celah Akar : 2 mm Tempat Lasan Lasan Tanda Gambar Celah Akar : 0 mm Halaman: 60 dari 82

62 (2) Perencanaan konstruksi las Contoh 3 Jenis Lasan Tanda Gambar Keterangan Las Tumpul Alur V Tanda Gambar Bersudut 90 0 Tempat Lasan Lasan Tanda Gambar Sisi Panah Di Balik Panah Tebal : 19 mm Dalam Alur 16 mm Sudut Alur 60 0 Celah Akar 2 mm Dengan pelat penahan Tebal : 12 mm Sudut Alur 45 0 Celah Akar 1.8 mm Penyelesaian : Mesin Contoh 4 Jenis Lasan Tanda Gambar Keterangan Las Tumpul Alur V Ganda Tanda Gambar Bersudut 90 0 Tempat Lasan Lasan Tanda Gambar Halaman: 61 dari 82

63 Jenis Lasan Tanda Gambar Keterangan Kedua Sisi Dalamnya Alur Sisi Panah : 16 mm Di Balik Panah 9 mm Sisi Panah : 60 0 Di Balik Panah 90 0 Celah Akar : 3 mm (3) Tanda tanda Gambar dalam Pengelasan Contoh 5 Jenis Lasan Tanda Gambar Keterangan Las Tumpul Alur Tirus Tunggal Garis tegak dan garis miring membuat sudut 45 0 Tempat Lasan Lasan Tanda Gambar Sisi Panah Di balik panah Halaman: 62 dari 82

64 Tempat Lasan Lasan Tanda Gambar Sambungan T dengan Penahan Sudut Alur : 45 0 Celah Akar : 6,4 mm Contoh 6 Jenis Lasan Las Tumpul Alur Tirus Tunggal Tanda Gambar Keterangan Tempat Lasan Lasan Tanda Gambar Kedua Sisi Sisi Panah dalam alur 16 mm Sudut Alur 45 0 Di balik panah dalam alur 16 mm Sudut Alur 45 0 Celah akar : 2 mm Sambungan T Dalam alur : 10 mm Sudut alur : 45 0 Celah akar : 2 mm Halaman: 63 dari 82

65 (4) Perencanaan konstruksi las Contoh 7 Jenis Lasan Tanda Gambar Keterangan Las Tumpul Alur J Tunggal Garis tegak dan ¼ lingkaran Tempat Lasan Lasan Tanda Gambar Sisi Panah Di balik panah Dalam alur : 28 mm Sudut alur 35 0 Jari jari akar 13 mm Celah akar 2 mm Contoh 8 Jenis Lasan Tanda Gambar Keterangan Las Tumpul Alur J Ganda Tempat Lasan Lasan Tanda Gambar Kedua sisi Halaman: 64 dari 82

66 Tempat Lasan Lasan Tanda Gambar Dalam alur : 24 mm Sudut alur 35 0 Jari jari akar : 13 mm Celah akar 3 mm (5) Tanda tanda Gambar dalam Pengelasan Contoh 9 Jenis Lasan Tanda Gambar Keterangan Las Tumpul Alur U Tunggal Garis tegak dan ½ lingkaran Tempat Lasan Lasan Tanda Gambar Sisi Panah Di balik panah Dalam alur Sudut alur : 25 0 Jari jari akar 6 mm Celah akar : 0 mm Halaman: 65 dari 82

67 Contoh 10 Jenis Lasan Tanda Gambar Keterangan Las Tumpul Alur U Ganda Tempat Lasan Lasan Tanda Gambar Kedua sisi Dalam alur : 25 m Sudut alur : 25 0 Jari jari akar 6 m Celah akar : 0 mm (6) Perencanaan Konstruksi Las Contoh 11 Jenis Lasan Tanda Gambar Keterangan Las tumpul terbuka V tunggal Las tumpul terbuka V ganda Dua ¼ lingkaran Dua ½ lingkaran Tempat Lasan Lasan Tanda Gambar Sisi panah Halaman: 66 dari 82

68 Di balik panah Tempat Lasan Lasan Tanda Gambar Kedua Sisi Contoh 12 Jenis Lasan Tanda Gambar Keterangan Las Tumpul Terbuka V tunggal Las tumpul terbuka V ganda Dua ¼ lingkaran Dua ½ lingkaran Tempat Lasan Lasan Tanda Gambar Sisi panah Di balik panah Kedua sisi Halaman: 67 dari 82

69 (7) Tanda tanda Gambar dalam Pengelasan Contoh 13 Jenis Lasan Tanda Gambar Keterangan Las Sudut Berlanjut Segitiga Siku Siku Tempat Lasan Lasan Tanda Gambar Sisi Panah Di balik panah Kedua sisi Panjang kaki 6 mm Panjang kaki tidak sama 6 dan 12 mm Halaman: 68 dari 82

70 Tempat Lasan Lasan Tanda Gambar Panjang lasan 500 mm Perencanaan Konstruksi Las Contoh 14 Jenis Lasan Tanda Gambar Keterangan Las Sudut Berlanjut Segitiga Tiga Siku Siku Tempat Lasan Lasan Tanda Gambar Panjang kaki 6 mm Panjang kaki 6 dan 9 mm Contoh 15 Jenis Lasan Tanda Gambar Keterangan Las Sudut Terputus Tambahkan harga panjang lasan (L) dan harga jarak lasan (P) Halaman: 69 dari 82

71 Tempat Lasan Lasan Tanda Gambar Sisi Panah Di balik panah Tempat Lasan Lasan Tanda Gambar Kedua sisi Las sudut dua sisi Panjang lasan 50 mm Jarak lasan 150 mm Las sudut tergeser Panjang kaki sisi panah : 6 mm Di balik panah 9 mm Panjang las : 50 mm Jarak las : 300 mm Halaman: 70 dari 82

72 Las sudut tergeser Panjang kaki : 6 mm Panjang las : 50 mm Jarak las : 300 mm Tanda tanda Gambar dalam Pengelasan Contoh 16 Jenis Lasan Tanda Gambar Keterangan Las Isi Garis miring membuat sudut 60 0 terhadap garis datar Tempat Lasan Lasan Tanda Gambar Sisi Panah Las isi bulat Di balik panah Las isi memanjang Sisi Panah Di balik panah Halaman: 71 dari 82

73 Las isi bulat Diameter 22 mm Jarak : 100 mm Sudut alur 60 0 Dalam lasan 6 mm Tempat Lasan Lasan Tanda Gambar Las isi memanjang Lebar 22 mm Panjang 50 mm Jarak : 150 mm Sudut alur : 0 0 Dalam lasan : 6 mm (8) Perencanaan Konstruksi Las Contoh 17 Jenis Lasan Tanda Gambar Keterangan Manik Tinggi lengkungan sama dengan ½ jari - jari Tempat Lasan Lasan Tanda Gambar Sisi Panah Di balik panah Halaman: 72 dari 82

74 Contoh 18 Jenis Lasan Tanda Gambar Keterangan Manik Tinggi lengkungan sama dengan ½ jari jari Tempat Lasan Lasan Tanda Gambar Lapisan Tebal : 6mm Lebar : 50 mm Panjang : 100 mm (9) Tanda tanda Gambar dalam Pengelasan Contoh 19 Jenis Lasan Tanda Gambar Keterangan Manik Tinggi lengkungan sama dengan ½ jari jari Tempat Lasan Lasan Tanda Gambar Pada sisi panah digunakan elektrodda datar Halaman: 73 dari 82

75 Contoh 20 Jenis Lasan Tanda Gambar Keterangan Manik Tinggi lengkungan sama dengan ½ jari - jari Tempat Lasan Lasan Tanda Gambar Sisi panah Di balik panah Las lingkaran penuh pada sisi panah Halaman: 74 dari 82

76 (10) Perencanaan Konstruksi Las Contoh 21 Jenis Lasan Tanda Gambar Keterangan Las pijar Tuliskan PRF pada ujung akhir garis tanda Tempat Lasan Lasan Tanda Gambar Jenis Lasan Tanda Gambar Keterangan Las lantak Tuliskan PRU pada ujung akhir garis tanda Tempat Lasan Lasan Tanda Gambar Jenis Lasan Tanda Gambar Keterangan Las tumpang Tiga huruf X Tempat Lasan Lasan Tanda Gambar Halaman: 75 dari 82

77 Contoh 22 Jenis Lasan Tanda Gambar Keterangan Las sudut kontur datar Las sudut kontur cekung Las sudut kontur cembung Tempat Lasan Lasan Tanda Gambar Sisi panah Kontur : datar Sidi panah Kontur : datar Kedua sisi Kontur : cembung Sisi panah Kontur : cembung Sisi panah Kontur : cekung Halaman: 76 dari 82

78 (11) Tanda tanda dalam Gambar Pengelasan Contoh 23 Jenis Lasan Tanda Gambar Keterangan Penyelesaian pahat C Penyelesaian gerinda G Penyelesaian mesin M Tempat Lasan Lasan Tanda Gambar Sisi panah Sisi panah digerinda sehingga terjadi cekungan 2 mm dengan ukuran kaki 12 dan 20 mm Sisi panah diratakan dengan mesin Halaman: 77 dari 82

79 (12) Perencanaan Konstruksi Las Contoh 24 Jenis Lasan Tanda Gambar Keterangan Pengelasan di lapangan Pengelasan seluruhnya Pengelasan seluruhnya di lapangan Tempat Lasan Lasan Tanda Gambar Las sudut berlanjut Las sudut berlanjut melingkari pipa Las sudut belanjut di lapangan Halaman: 78 dari 82

80 Contoh 25 Tempat Lasan Lasan Tanda Gambar Gabungan antara las tirus dan manik Tempat Lasan Lasan Tanda Gambar Gabungan antara las tirus ganda dan las sudut Gabungan antara las tirus dan las sudut Gabungan antara las alur J, las sudut dan manik Gabungan antara las alur J ganda dan las sudut dengan penyelesaian cekung yang digerinda Halaman: 79 dari 82

81 BAB IV SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI A. Sumber-sumber Perpustakaan 1. Daftar Pustaka 1. Harsono Wiryosumarto, Prof. Dr. Ir Dan Toshie Okumura Prof. Dr. Teknologi Pengelasan Logam, Jakarta Ir. Suprapti, Teknik Mesin ITS, Menggambar Teknik, Surabaya Buku Referensi 1. B. Daftar Peralatan/Mesin Dan Bahan 1. Daftar Peralatan/Mesin No. Nama Peralatan/Mesin Keterangan 1. Seperangkat jangka 2. Penggaris segitiga 3. Pensil 4. Penghapus 5. Drawing boarding 6. Welding gouge 7. Mikrometer Halaman: 80 dari 82

82 2. Daftar Bahan No. Nama Bahan Keterangan 1. Kertas gambar 2. Plat hasil lasan Fillet Joint 3. Plat hasil lasan Butt Joint 4. Plat hasil lasan Lap Joint 5. Kapur penanda Halaman: 81 dari 82

83 TIM PENYUSUN No. Nama Institusi Keterangan 1. Hery Sunaryo PT. PAL Indonesia 2. Zainuddin PT. PAL Indonesia 3. Triyogo PT. PAL Indonesia 4. Eko Murmantono PT. PAL Indonesia 5. Yedi Suparno PT. PAL Indonesia 6. M. Zaed Yuliadi PT. PAL Indonesia 7. Nur Syamsul PT. PAL Indonesia 8. Eko Rahayu H. PT. PAL Indonesia 9. Sukini PT. PAL Indonesia 10. Irani Mulyawati PT. PAL Indonesia Halaman: 82 dari 82

84 MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SUB SEKTOR INDUSTRI BARANG DARI LOGAM SUB BIDANG PENGELASAN SMAW MEMBACA GAMBAR TEKNIK DAN SIMBOL LAS BUKU KERJA DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I. DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 51 Lt. 6.A Jakarta Selatan

85 Pengelasan SMAW DAFTAR ISI BAB I TUGAS TEORI MEMBACA GAMBAR TEKNIK DAN SIMBOL LAS A. Tugas Teori I : Mengidentifikasi standar-standar dan etiket gambar teknik B. Tugas Teori II : Menggambar proyeksi aksonometri C. Tugas Teori III : Menggambar proyeksi ortogonal D. Tugas Teori IV : Membaca dan mengaplikasikan simbol-simbol las BAB II TUGAS PRAKTIK MEMBACA GAMBAR TEKNIK DAN SIMBOL LAS A. Tugas Praktik I : Menggambar proyeksi aksonometri B. Tugas Praktik II : Menggambar proyeksi ortogonal C. Tugas Praktik II : Menggambar bentangan / bukaan benda D. Tugas Praktik IV : Membaca dan mengartikan simbul las E. Tugas Praktik V : Mengaplikasikan simbul simbul las pada gambar kerja Judul Modul: Membaca gambar teknik dan simbol las Buku Kerja Versi: 2009 Halaman: 2 dari 37

86 Pengelasan SMAW BAB I TUGAS TEORI A. Tugas Teori I 1. Perintah Tugas I : Mengidentifikasi standar-standar dan etiket gambar teknik 2. Waktu Penyelesaian Tugas I : 3. Soal Tugas I : a) Jawablah pernyataan dibawah in dengan cara memilih salah satu jawaban yang paling tepat 1. Didalam pandangan tunggal gambar hasil proyeksi menyajikan sebuah benda seperti foto, gambar tersebut disebut : a. Gambar satu dimensi b. Gambar dua dimensi c. Gambar tiga dimensi d. Gambar multi dimensi e. Bukan gambar tersebut diatas 2. Bila sumbu sumbunya membentuk sudut yang sama satu dengan lainnya dan panjangnya sama maka disebut proyeksi : a. Dimetri b. Isometri c. Miring d. Ortogonal e. Aksonometri 3. Pada proyeksi Eropa pandangan kanan terletak pada : a. Sebelah kiri pandangan depan b. Sebelah kanan pandangan depan c. Sebelah kiri pandangan atas d. Sebelah kanan pandangan atas e. Sebelh kiri dari bagian belakang 4. Pada proyeksi Amerika pandangan atas terletak pada : a. Sebelah atas pandangan bawah b. Sebelah bawah pandangan atas c. Sebelah atas pandangan depan d. Sebelah atas pandangan depan e. Sebelah sebelah atas pandangan samping Judul Modul: Membaca gambar teknik dan simbol las Buku Kerja Versi: 2009 Halaman: 3 dari 37

87 Pengelasan SMAW 5. Yang merupakan pandangan utama dari sebuah gambar adalah pandangan a. Atas b. Bawah c. Kiri d. Depan e. Kanan 6. Pada penempatan angka ukuran pada gambar hendaknya diletakan di : a. Atas garis ukuran b. Sebelah kanan garis ukuran c. Sebelah kiri garis ukuran d. Bawah garis ukuran e. Atas gambar benda kerja 7. Pada gambar potongan benda kerja terdapat bagian yang harus diarsir dengan garis tipis miring dengan kemiringan : a b c d e Untuk penggunaan pensil gambar golongan keras biasa menggunakan notasi NO : a. No. 1 b. No. 2 c. No. 3 d. No. 4 e. No Untuk menggambar teknik maka tidak disarankan menggunakan ukuran pensil : a. HB dan F b. H c. 2 H d. 3 H e. 9 H 10. Ukuran kertas gambar A0 mempunyai ukuran : a. 210 x 297 mm b. 207 x 420 mm c. 420 x 594 mm d. 594 x 841 mm e. 841 x 1189 mm Judul Modul: Membaca gambar teknik dan simbol las Buku Kerja Versi: 2009 Halaman: 4 dari 37

88 Pengelasan SMAW b) Jawablah Pertanyaan Dibawah Ini Dengan singkat dan jelas 1. Hal hal apa saja yang harus diperhatikan didalam memberikan suatu ukuran. Sebutkan 4 macam Sebutkan 5 macam hal hal yang perlu diperhatikan didalam membuat suatu gambar potongan / irisan Apa yang dimaksud dengan potonga separoh Berapa ukuran standar kertas gambar A2 dan A Judul Modul: Membaca gambar teknik dan simbol las Buku Kerja Versi: 2009 Halaman: 5 dari 37

89 Pengelasan SMAW 5. Sebutkan 3 faktor yang mempengaruhi didalam penggunaan ukuran kertas gambar Judul Modul: Membaca gambar teknik dan simbol las Buku Kerja Versi: 2009 Halaman: 6 dari 37

90 Pengelasan SMAW 4. Lembar Evaluasi Tugas I : Semua kesalahan harus diperbaiki terlebih dahulu sebelum ditandatangani. No. Benar Salah No. Benar Salah Apakah semua pertanyaan Tugas Teori I dijawab dengan benar dengan waktu yang telah ditentukan? YA TIDAK NAMA TANDA TANGAN PESERTA PENILAI Catatan Penilai : Judul Modul: Membaca gambar teknik dan simbol las Buku Kerja Versi: 2009 Halaman: 7 dari 37

91 Pengelasan SMAW B. Tugas Teori II 1. Perintah Tugas II : Menggambar proyeksi aksonometri 2. Waktu Penyelesaian Tugas II : 3. Soal Tugas II a) Jawablah pernyataan dibawah in dengan cara memilih salah satu jawaban yang paling tepat 1. Ciri khusus proyeksi Aksonometri terdapat pada pernyataan dibawah ini kecuali a. Termasuk bagian dari proyeksi ortogonal b. Dengan ortogonal berbeda pada posisi permukaan benda yang diproyeksikan c. Dibedakan menjadi proyeksi isometri dan dimitri d. Garis garis proyeksinya sejajar dan tegak lurus bidang proyeksi gambar e. Garis garis proyeksinya tidak tegak lurus bidang proyeksi gambar tetapi membuat sudut 2. Mana yang bukan ciri khusus proyeksi perspektif : a. Garis proyeksi dipusatkan pada satu titik b. Garis garis proyeksinya sejajar c. Gambar yang dihasilkan pada bidang proyeksi (bidang pandang) d. Gambar yang dihasilkan tidak menunjukan dimensi yang sebenarya e. Gambar proyeksi berupa satu, dua dan tiga titik 3. Dari gambar dibawah in termasuk proyeksi :

92 Pengelasan SMAW a. Proyaksi aksonometri b. Proyeksi miring c. Proyeksi perspektif d. Proyeksi isometri e. Proyeksi dimitri 4. Ukuran standar kertas gambar A0 mempunyai ukuran : a. 210 x 297 mm b. 207 x 420 mm c. 420 x 594 mm d. 594 x 841 mm e. 841 x 1189 mm 5. Mana dari pernyataan dibawah ini yang bukan untuk menentukan kertas gambar a. Ukuran kepala gambar b. Skala gambar yang akan dipakai c. Besar kecilnya gambar susunan yang akan digambar d. Spesifikasi teknik e. Jarak antara gambar yang satu dengan yang lain 6. Pada kepala gambar terdapat daftar nama bagian dan mana pernyataan yang tidak terdapat pada kepala gambar a. Judul gambar b. Spesifikasi teknik c. Nomor gambar d. Proyeksi yang dipakai e. Tanggal digambar 7. Gambar dibawah ini mencerminkan dari sebuah proyeksi :

93 Pengelasan SMAW a. Proyaksi aksonometri b. Proyeksi miring c. Proyeksi perspektif d. Proyeksi isometri e. Proyeksi dimitri 8. Pada gambar dibawah ini merupakan bentuk proyeksi : a. Proyaksi aksonometri b. Proyeksi ortogonal bidang c. Proyeksi perspektif d. Proyeksi isometri e. Proyeksi dimitri 9. Pada gambar dibawah ini yang merupakan arah pandangan depan menurut proyeksi Eropa adalah :

94 Pengelasan SMAW a. Notasi A b. Notasi B c. Notasi C d. Notasi D e. Notasi E 10. Gambar dibawah ini menunjukan proyeksi : a. Proyeksi titik b. Proyeksi garis c. Proyeksi bidang d. Proyeksi dimitri e. Proyeksi isometri

95 Pengelasan SMAW b) Jawablah Pertanyaan Dibawah Ini Dengan Uraian 1. Sebutkan ciri ciri dari proyeksi aksonometri Sebutkan ciri khusus proyeksi ortogonal Gambar dibawah merupakan bentuk perspektif dua titik, jelaskan pendapat saudara

96 Pengelasan SMAW 4. Jelaskan gambar gambar proyeksi ortogonal dibawah ini

ALAT GAMBAR PERTEMUAN II

ALAT GAMBAR PERTEMUAN II ALAT GAMBAR PERTEMUAN II SUPAYA GAMBAR DAPAT DIPAHAMI OLEH ORANG LAIN MAKA DI PERLUKAN NORMALISASI ATAU STANDARISASI. BADAN-BADAN YG MENETAPKAN STANDARISASI : ISO (INTERNATIONAL ORGANISATION OF STANDARDISATION)

Lebih terperinci

TEKNIK GAMBAR DASAR A. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN GAMBAR

TEKNIK GAMBAR DASAR A. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN GAMBAR TEKNIK GAMBAR DASAR A. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN GAMBAR 1. MEJA GAMBAR Meja gambar yang baik mempunyai bidang permukaan yang rata tidak melengkung. Meja tersebut dibuat dari kayu yang tidak terlalu keras

Lebih terperinci

Berikut ini adalah materi pembelajaran mengenai Proyeksi,Sebagai. salah satu bagian dari materi mata pelajaran Membaca gambar mudahmudahan

Berikut ini adalah materi pembelajaran mengenai Proyeksi,Sebagai. salah satu bagian dari materi mata pelajaran Membaca gambar mudahmudahan PROYEKSI Berikut ini adalah materi pembelajaran mengenai Proyeksi,Sebagai salah satu bagian dari materi mata pelajaran Membaca gambar mudahmudahan ini bisa bermanfaat.salam SMK Bisa!!! 1. Proyeksi Piktorial,

Lebih terperinci

MEMBACA GAMBAR TEKNIK MESIN

MEMBACA GAMBAR TEKNIK MESIN MEMBACA GAMBAR TEKNIK MESIN Disusun Oleh: Odi Fauzi, ST DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN BIDANG MESIN DAN TEKNIK INDUSTRI 2013 6

Lebih terperinci

4. VISUALISASI DAN GAMBAR SKET

4. VISUALISASI DAN GAMBAR SKET 4. VISUALISASI DAN GAMBAR SKET Standar Kompetensi : Peserta didik dapat mengidentifikasi cara menggambar dengan cara: isometri, dimetri, trimetri, prespektif, gambar sket dengan menggunakan tangan, dan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ALAT DAN STANDARISASI GAMBAR

PENGGUNAAN ALAT DAN STANDARISASI GAMBAR PENGGUNAAN ALAT DAN STANDARISASI GAMBAR ALAT-ALAT GAMBAR DAN PENGGUNAANNYA Untuk mendapatkan gambar teknik yang baik, tidak hanya menguasai teknik menggambar yang baik tetapi juga perlu didukung dengan

Lebih terperinci

BAHAN AJAR MENGGAMBAR TEKNIK KODE :

BAHAN AJAR MENGGAMBAR TEKNIK KODE : BAHAN AJAR MENGGAMBAR TEKNIK KODE : 422032 DISUSUN : DJOKO SASONO NIDN : 0702055601 EDISI KE 3 SEMESTER GASAL TAHUN 2013/2014 UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA FAKULTAS TEKNIK PRODI TEKNIK MESIN DAFTAR

Lebih terperinci

MENGGAMBAR GARIS. Yesi Marlina 87678/2007

MENGGAMBAR GARIS. Yesi Marlina 87678/2007 MENGGAMBAR GARIS A. Memilih Peralatan dan Perlengkapan Gambar 1) Meja Gambar Meja gambar yang baik mempunyai bidang permukaan yang rata tidak melengkung. Meja tersebut terbuat dari kayu yang tidak terlalu

Lebih terperinci

MENGGAMBAR TEKNIK DASAR MENGGAMBAR KONSTRUKSI GEOMETRIS A.20.02

MENGGAMBAR TEKNIK DASAR MENGGAMBAR KONSTRUKSI GEOMETRIS A.20.02 MENGGAMBAR TEKNIK DASAR MENGGAMBAR KONSTRUKSI GEOMETRIS A.20.02 BAGIIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIIKULUM DIIREKTORAT PENDIIDIIKAN MENENGAH KEJURUAN DIIREKTORAT JENDERAL PENDIIDIIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 TEKNIK GAMBAR MESIN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 TEKNIK GAMBAR MESIN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 TEKNIK GAMBAR MESIN BAB I ALAT MENGGAMBAR YATIN NGADIYONO KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016 BAB I ALAT MENGGAMBAR

Lebih terperinci

MODUL TUGAS BESAR MENGGAMBAR TEKNIK

MODUL TUGAS BESAR MENGGAMBAR TEKNIK MODUL TUGAS BESAR MENGGAMBAR TEKNIK Ganjil 2017-2018 Purnami, ST., MT. Asisten Studio Gambar Teknik dan Mesin Fakultas Teknik Jurusan Mesin Universitas Brawijaya KATA PENGANTAR Assalamualaikum wr wb, Puji

Lebih terperinci

MENGGAMBAR PROYEKSI BENDA

MENGGAMBAR PROYEKSI BENDA MENGGAMBAR PROYEKSI BENDA A. MENGGAMBAR PROYEKSI Proyeksi adalah ilmu yang mempelajari tentang cara menggambarkan penglihatan mata kita dari suatu benda tiga dimensi kedalam kertas gambar secara dua dimensi

Lebih terperinci

MENGGAMBAR PROYEKSI AKSONOMETRI

MENGGAMBAR PROYEKSI AKSONOMETRI MENGGAMBAR TEKNIK DASAR MENGGAMBAR PROYEKSI AKSONOMETRI A.20.03 BAGIIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIIKULUM DIIREKTORAT PENDIIDIIKAN MENENGAH KEJURUAN DIIREKTORAT JENDERAL PENDIIDIIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN

Lebih terperinci

Tentang mata kuliah TEKNIK KOMUNIKASI

Tentang mata kuliah TEKNIK KOMUNIKASI TEKNIK KOMUNIKASI ARSITEKTURAL I Semester I Jurusan Teknik Arsitektur Semester Ganjil 2010/2011 UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO AGENDA PEMBAHASAN Tentang mata kuliah TEKNIK KOMUNIKASI ARSITEKTURAL

Lebih terperinci

JENIS-JENIS GARIS DAN ALAT-ALAT GAMBAR. Jenis-jenis Garis

JENIS-JENIS GARIS DAN ALAT-ALAT GAMBAR. Jenis-jenis Garis JENIS-JENIS GARIS DAN ALAT-ALAT GAMBAR Jenis-jenis Garis Jenis-jenis garis yang dipergunakan dalam gambar teknik ditentukan oleh gabungan bentuk dan tebal garis. Tiap jenis dipergunakan menurut peraturan

Lebih terperinci

MATA KULIAH PROYEKSI & PERSPEKTIF

MATA KULIAH PROYEKSI & PERSPEKTIF SEMESTER GASAL 2010 MATA KULIAH PROYEKSI & PERSPEKTIF Oleh: Dwi Retno Sri Ambarwati, M.Sn JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA Company FBS UNY PROYEKSI Definisi Gambar Proyeksi adalah gambar bayangan atau konstruksi

Lebih terperinci

MODUL TUGAS BESAR MENGGAMBAR TEKNIK

MODUL TUGAS BESAR MENGGAMBAR TEKNIK MODUL TUGAS BESAR MENGGAMBAR TEKNIK Ganjil 2016-2017 Ir. Endi Sutikno, M.T. Asisten Studio Gambar Teknik dan Mesin Fakultas Teknik Jurusan Mesin Universitas Brawijaya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Bahasa Gambar

Lebih terperinci

Proyeksi Eropa, Aksonometri, dan Gambar Perspektif

Proyeksi Eropa, Aksonometri, dan Gambar Perspektif Proyeksi Eropa, Aksonometri, dan Gambar Perspektif Kata proyeksi secara umum berarti bayangan. Gambar proyeksi berarti gambar bayangan suatu benda yang berasal dari benda nyata atau imajiner yang dituangkan

Lebih terperinci

MEMBACA GAMBAR TEKNIK

MEMBACA GAMBAR TEKNIK MODUL MEMBACA GAMBAR TEKNIK SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MESIN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK GAMBAR MESIN BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

FORMAT GAMBAR PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR ATA 2014/2015 LABORATURIUM TEKNIK INDUSTRI LANJUT UNIVERSITAS GUNADARMA

FORMAT GAMBAR PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR ATA 2014/2015 LABORATURIUM TEKNIK INDUSTRI LANJUT UNIVERSITAS GUNADARMA FORMAT GAMBAR PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR ATA 2014/2015 LABORATURIUM TEKNIK INDUSTRI LANJUT UNIVERSITAS GUNADARMA A. Perlengkapan Gambar 1. Drawing Pen ukuran 0,3 dan 0,5 mm 2. Maal 3 mm 3. Penggaris /

Lebih terperinci

HANDOUT GAMBAR TEKNIK

HANDOUT GAMBAR TEKNIK HANDOUT GAMBAR TEKNIK SEMESTER I Buku Rujukan : 1. Giesecke F.E. 2001.Gambar Teknik Edisi Ke-11. Jakarta : Erlangga 2. Ostrowsky O.1985. Engineering Drawing for Technicians Volume 1 : Edward Arnold 3.

Lebih terperinci

Bab 4 SISTEM PROYEKSI 4.1. PENGERTIAN PROYEKSI GAMBAR PROYEKSI

Bab 4 SISTEM PROYEKSI 4.1. PENGERTIAN PROYEKSI GAMBAR PROYEKSI Bab 4 SISTEM PROYEKSI Materi : Pengertian proyeksi. Gambar proyeksi. Gambar pandangan tunggal. Gambar pandangan majemuk 4.1. PENGERTIAN PROYEKSI. Agar dapat menyatakan wujud suatu benda dalam bentuk gambar

Lebih terperinci

Penggaris pita atau Meteran. Macam-macam penggaris

Penggaris pita atau Meteran. Macam-macam penggaris Penggaris merupakan alat pengukuran dan alat bantu gambar untuk menggambar garis lurus. Ada berbagai macam penggaris, dari mulai yang lurus sampai yang berbentuk segitiga (biasanya segitiga siku-siku sama

Lebih terperinci

Relly Andayani MENGGAMBAR REKAYASA

Relly Andayani MENGGAMBAR REKAYASA Relly Andayani MENGGAMBAR REKAYASA MATERI KULIAH Pendahuluan Peralatan gambar Perletakan gambar Skala gambar Gambar manual (tanpa komputer) Gambar proyeksi orthogonal Gambar piktorial (perspektif) Gambar

Lebih terperinci

MENGGAMBAR PROYEKSI ORTOGONAL

MENGGAMBAR PROYEKSI ORTOGONAL MENGGAMBAR TEKNIK DASAR MENGGAMBAR PROYEKSI ORTOGONAL A.20.05 BAGIIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIIKULUM DIIREKTORAT PENDIIDIIKAN MENENGAH KEJURUAN DIIREKTORAT JENDERAL PENDIIDIIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN

Lebih terperinci

TEKNIK MEMBACA GAMBAR

TEKNIK MEMBACA GAMBAR Modul 01 TEKNIK MEMBACA GAMBAR 30 JP (1350 menit) PENGANTAR Organisasi Polri mengalami banyak perubahan seiring digulirkan Reformasi Birokrasi di lingkungan Organisasi pemerintah. Disamping memiliki tugas

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. A. Deskripsi. B. Prasyarat. C. Petunjuk Penggunaan Modul

BAB. I PENDAHULUAN. A. Deskripsi. B. Prasyarat. C. Petunjuk Penggunaan Modul BAB. I PENDAHULUAN A. Deskripsi Dalam modul ini Siswa akan mempelajari tentang menggambar proyeksi orthogonal dan berbagai istilah yang terkait dengan proyeksi tersebut yang dikenali dan dipahami. Untuk

Lebih terperinci

Gambar Teknik. TKS sks. Dr. Ir. Istiarto, M.Eng. Toriq Arif Ghuzdewan, ST, M.Sc.E. Dr. M. Zudhy Irawan, ST, MT Dr.

Gambar Teknik. TKS sks. Dr. Ir. Istiarto, M.Eng. Toriq Arif Ghuzdewan, ST, M.Sc.E. Dr. M. Zudhy Irawan, ST, MT Dr. TKS 1108 2 sks Dr. Ir. Istiarto, M.Eng. Toriq Arif Ghuzdewan, ST, M.Sc.E. Dr. M. Zudhy Irawan, ST, MT Dr. Fikri Alfaris, ST Dosen Pengampu TA 2015-2016 Klas Kuliah 1-7, UTS Kuliah 8-14, UAS A Dr. Ir. Istiarto,

Lebih terperinci

GAMBAR TEKNIK & PENGUKURAN

GAMBAR TEKNIK & PENGUKURAN Jarwo Puspito GAMBAR TEKNIK & PENGUKURAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2012 GAMBAR TEKNIK DAN PENGUKURAN Dihimpun Oleh : JARWO PUSPITO JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Mata Pelajaran : Kompetensi Kejuruan Kelas/Semester : XII / 1 Pertemuan ke : Alokasi Waktu : 12 jp x @45 menit Standar Kompetensi : Membaca gambar teknik Kompetensi Dasar

Lebih terperinci

Gambar Teknik TKS sks Dr. Ir. Istiarto, M.Eng. Thoriq A Guzdewan, ST, M.Sc., M.Phil. Dr. Teuku Faisal Fathani, ST, MT Intan Supraba, ST, M.Sc.

Gambar Teknik TKS sks Dr. Ir. Istiarto, M.Eng. Thoriq A Guzdewan, ST, M.Sc., M.Phil. Dr. Teuku Faisal Fathani, ST, MT Intan Supraba, ST, M.Sc. TKS 1108 2 sks Dr. Ir. Istiarto, M.Eng. Thoriq A Guzdewan, ST, M.Sc., M.Phil. Dr. Teuku Faisal Fathani, ST, MT Intan Supraba, ST, M.Sc. Materi Kuliah Pendahuluan Peralatan gambar Perletakan gambar Skala

Lebih terperinci

JOB SHEET Menggambar Proyeksi Isometrik. B. Kompetensi Dasar Menggambar perspektif, proyeksi, pandangan dan potongan

JOB SHEET Menggambar Proyeksi Isometrik. B. Kompetensi Dasar Menggambar perspektif, proyeksi, pandangan dan potongan JOB SHEET Menggambar Proyeksi Isometrik SATUAN PENDIDIKAN : SMK N 2 Merangin MATA PELAJARAN : Gambar Teknik KELAS/SEMESTER : X/1 PERTEMUAN : ALOKASI WAKTU : 2 x 45 menit A. Standar Kompetensi Menginterprestasikan

Lebih terperinci

Menggambar Teknik. Peralatan Menggambar Teknik, Media Kertas, Huruf, dan Tugas Membuat Model Gambar (Maket Desain Produk) Mahdi Abdullah, ST.

Menggambar Teknik. Peralatan Menggambar Teknik, Media Kertas, Huruf, dan Tugas Membuat Model Gambar (Maket Desain Produk) Mahdi Abdullah, ST. Menggambar Teknik Modul ke: Peralatan Menggambar Teknik, Media Kertas, Huruf, dan Tugas Membuat Model Gambar (Maket Desain Produk) Fakultas FDSK Mahdi Abdullah, ST., MSn Program Studi Desain Produk http://www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

PERTEMUAN 2 GARIS, HURUF DAN KONSTRUKSI GEOMETRIS

PERTEMUAN 2 GARIS, HURUF DAN KONSTRUKSI GEOMETRIS PERTEMUAN 2 GARIS, HURUF DAN KONSTRUKSI GEOMETRIS 2.1. Berbagai jenis huruf dan garis serta penggunaannya Dalam gambar dipergunakan beberapa jenis garis, yang masing-masing mempunyai arti dan penggunaannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2. Membagi keliling lingkaran sama besar.

BAB I PENDAHULUAN. 2. Membagi keliling lingkaran sama besar. BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi Judul modul ini adalah lingkaran, sedangkan yang akan dibahas ada tiga unit yaitu : 1. Menggambar lingkaran 2. Membagi keliling lingkaran sama besar. 3. Menggambar garis

Lebih terperinci

ANGKA UKUR. Angka ukur diletakan di tengah-tengah garis ukur. Angka ukur tidak boleh dipisahkan oleh garis gambar. Jadi boleh ditempatkan dipinggir.

ANGKA UKUR. Angka ukur diletakan di tengah-tengah garis ukur. Angka ukur tidak boleh dipisahkan oleh garis gambar. Jadi boleh ditempatkan dipinggir. PEMBERIAN UKURAN ANGKA UKUR Angka ukur diletakan di tengah-tengah garis ukur. Angka ukur tidak boleh dipisahkan oleh garis gambar. Jadi boleh ditempatkan dipinggir. ANGKA UKUR Jika angka ukur ditempatkan

Lebih terperinci

Menggambar Teknik ASRI WULAN, ST., MT

Menggambar Teknik ASRI WULAN, ST., MT Menggambar Teknik ASRI WULAN, ST., MT Proyek Bangunan Pra-rencana proyek Sesudah site dipilih bersama bouwheer, ditentukan kebutuhan ruang dan segala apa yang harus diberitahukan, sebelum mulai menggambar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Pokok bahasan pada materi Konsep Dasar Gambar Teknik meliputi definisi apa itu gambar teknik, fungsi menggambar teknik.

PENDAHULUAN Pokok bahasan pada materi Konsep Dasar Gambar Teknik meliputi definisi apa itu gambar teknik, fungsi menggambar teknik. I. KONSEP DASAR GAMBAR TEKNIK PENDAHULUAN Pokok bahasan pada materi Konsep Dasar Gambar Teknik meliputi definisi apa itu gambar teknik, fungsi menggambar teknik. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM Setelah mempelajari

Lebih terperinci

DASAR-DASAR MENGGAMBAR TEKNIK

DASAR-DASAR MENGGAMBAR TEKNIK DASAR-DASAR MENGGAMBAR TEKNIK BAG- TGB.001.A-01 45 JAM Penyusun : TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

Lebih terperinci

PS. DESAIN INTERIOR FDIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL

PS. DESAIN INTERIOR FDIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL MODUL PRAKTIKUM PROGRAM STUDI DESAIN INTERIOR MENGGAMBAR KONSTRUKTIF Indra G Rochyat, S.Sn., M.Ds. MENGGAMBAR KONSTRUKTIF PRAKTEK 1 PETUNJUK PELAKSANAAN BUKU MATERI Teori : 1. Perhatikan setiap hal yang

Lebih terperinci

ALAT UKUR DAN PENANDA DALAM KERJA BANGKU

ALAT UKUR DAN PENANDA DALAM KERJA BANGKU ALAT UKUR DAN PENANDA DALAM KERJA BANGKU Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah mempelajari bahan ajar ini peserta diklat akandapat : 1. Menjelaskan jenis-jenis alat-alat ukur dalam kerja bangku 2. Menjelaskan

Lebih terperinci

GAMBAR TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN

GAMBAR TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN BUKU AJAR GAMBAR TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN Oleh: Dr., M.Pd JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2015 1 KATA PENGANTAR Buku ini ditulis sebagai bahan ajar mata kuliah Gambar

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ALAT DAN STANDARISASI GAMBAR

PENGGUNAAN ALAT DAN STANDARISASI GAMBAR MENGGAMBAR TEKNIK DASAR PENGGUNAAN ALAT DAN STANDARISASI GAMBAR A.20.01 BAGIIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIIKULUM DIIREKTORAT PENDIIDIIKAN MENENGAH KEJURUAN DIIREKTORAT JENDERAL PENDIIDIIKAN DASAR DAN MENENGAH

Lebih terperinci

GAMBAR PROYEKSI ORTOGONAL

GAMBAR PROYEKSI ORTOGONAL GAMBAR PROYEKSI ORTOGONAL Berikut ini akan dibicarakan tentang Gambar Proyeksi Ortogonal secara terinci. Gambar proyeksi ortogonal yang lazim digunakan ada dua cara yaitu cara Eropa dan cara Amerika. Pada

Lebih terperinci

Contoh Soal Gambar Teknik

Contoh Soal Gambar Teknik Contoh Soal Gambar Teknik 1. Apa perbedaan gambar rancangan dengan gambar kerja? Jawaban : Gambar rancangan sebagai bahan dasar yang kemudian menjadi gambar. sedangkan gambar kerja adalah gambar yang mempunyai

Lebih terperinci

Bab 3 KONSTRUKSI GEOMETRIS 3.1. KONSTRUKSI-KONSTRUKSI DASAR.

Bab 3 KONSTRUKSI GEOMETRIS 3.1. KONSTRUKSI-KONSTRUKSI DASAR. Bab 3 KONSTRUKSI GEOMETRIS Materi : Konstruksi-konstruksi dasar. Garis-garis lengkung. Gambar proyeksi. Gambar pandangan tunggal. Proyeksi ortogonal (gambar pandangan majemuk). 3.1. KONSTRUKSI-KONSTRUKSI

Lebih terperinci

Modul ini berisi teori tentang Hiperbola dan praktek menggambarnya dengan bantuan lingkaran maupun dengan bantuan persegi panjang.

Modul ini berisi teori tentang Hiperbola dan praktek menggambarnya dengan bantuan lingkaran maupun dengan bantuan persegi panjang. BAB. I PENDAHULUAN A. Deskripsi Modul ini berisi teori tentang Hiperbola dan praktek menggambarnya dengan bantuan lingkaran maupun dengan bantuan persegi panjang. B. Prasyarat Dalam melaksanakan modul

Lebih terperinci

Dosen: Haryono Putro, ST.,SE.,MT. Can be accessed on:

Dosen: Haryono Putro, ST.,SE.,MT. Can be accessed on: Dosen: Haryono Putro, ST.,SE.,MT. Can be accessed on: http://haryono_putro.staff.gunadarma.ac.id/ Teknik Sipil 1 Pendahuluan Suatu bahasa gambar yang umum telah ada sejak awal waktu.bentuk tulisan yang

Lebih terperinci

MENGGAMBAR TEKNIK I. Jl. Letjend Suprapto No.73 Kebumen - Jawa Tengah 54311

MENGGAMBAR TEKNIK I. Jl. Letjend Suprapto No.73 Kebumen - Jawa Tengah 54311 Modul Praktek MENGGAMBAR TEKNIK I Bambang Wijayanto, A.Md., S.T. Jl. Letjend Suprapto No.73 Kebumen - Jawa Tengah 54311 (0287) 381 116, 383 800 www.politeknik-kebumen.ac.id Email : politeknik.online@yahoo.com

Lebih terperinci

GAMBAR BUKAAN/BENTANGAN GEOMETRI, GEOMETRI LANJUT BENDA KERUCUT/KONIS

GAMBAR BUKAAN/BENTANGAN GEOMETRI, GEOMETRI LANJUT BENDA KERUCUT/KONIS SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MESIN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK PEMBENTUKAN GAMBAR BUKAAN/BENTANGAN GEOMETRI, GEOMETRI LANJUT BENDA KERUCUT/KONIS busur dasar kerucut 2 3 4 kurve sisi dasar

Lebih terperinci

MATA KULIAH PROYEKSI DAN PERSPEKTIF. Arsianti Latifah, S.Pd., M.Sn. Program Studi Pendidikan Seni Rupa FBS UNY

MATA KULIAH PROYEKSI DAN PERSPEKTIF. Arsianti Latifah, S.Pd., M.Sn. Program Studi Pendidikan Seni Rupa FBS UNY MATA KULIAH PROYEKSI DAN PERSPEKTIF Arsianti Latifah, S.Pd., M.Sn. Program Studi Pendidikan Seni Rupa FBS UNY ALAT-ALAT MENGGAMBAR 1. Pensil Pensil bertanda huruf H (Hard) berarti keras. Makin besar H

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Alat-alat Pembantu Untuk Meningkatkan Produksi Pada Mesin. dan kecepatannya sayatnya setinggi-tingginya.

BAB II LANDASAN TEORI Alat-alat Pembantu Untuk Meningkatkan Produksi Pada Mesin. dan kecepatannya sayatnya setinggi-tingginya. BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Alat-alat Pembantu Untuk Meningkatkan Produksi Pada Mesin 2.1.1. Bubut Senter Untuk meningkatkan produksi, pada tahap pertama kita akan berusaha memperpendek waktu utama. Hal

Lebih terperinci

3.1. Sub Kompetensi Uraian Materi MODUL 3 MENGGAMBAR BENTUK BIDANG

3.1. Sub Kompetensi Uraian Materi MODUL 3 MENGGAMBAR BENTUK BIDANG 3.1. Sub Kompetensi Kemampuan yang akan dimiliki oleh mahasiswa setelah memahami isi modul ini adalah sebagai berikut : - Mahasiswa mampu memahami dan menggambar bentuk bidang dalam gambar kerja. 3.2.

Lebih terperinci

PEMBERIAN UKURAN DIMENSI

PEMBERIAN UKURAN DIMENSI PEMBERIAN UKURAN DIMENSI Dodi Sofyan Arief, ST., MT 17 Desember 2008 Tujuan Pembelajaran : Menggunakan teknik-teknik pemeberian dimensi untuk menguraikan dan bentuk secara baik pada gambar teknik. Membuat

Lebih terperinci

MENGINTERPRETASIKAN GAMBAR TEKNIK Kode Kompetensi : 021-DKK-005

MENGINTERPRETASIKAN GAMBAR TEKNIK Kode Kompetensi : 021-DKK-005 MODUL MENGINTERPRETASIKAN GAMBAR TEKNIK Kode Kompetensi : 021-DKK-005 Disusun Oleh: Citro Mulyo Kompetensi Keahlian Teknik Sepeda Motor SMK NUSA MANDIRI 2013 KATA PENGANTAR Modul ini disusun sebagai bahan

Lebih terperinci

A. Deskripsi Modul ini terdiri dari 3 (tiga) kegiatan belajar, yaitu: 1. Menggambar sudut 2. Memindahkan sudut 3. Membagi sudut

A. Deskripsi Modul ini terdiri dari 3 (tiga) kegiatan belajar, yaitu: 1. Menggambar sudut 2. Memindahkan sudut 3. Membagi sudut . Deskripsi Modul ini terdiri dari 3 (tiga) kegiatan belajar, yaitu: 1. Menggambar sudut 2. Memindahkan sudut 3. Membagi sudut BB. I PENDHULUN Setelah menguasai modul ini peserta diklat diharapkan dapat

Lebih terperinci

5.1 KONSTRUKSI-KONSTRUKSI DASAR

5.1 KONSTRUKSI-KONSTRUKSI DASAR KONSTRUKSI GEOMETRI Unsur-unsur geometri sering digunakan seorang juru gambar atau ahli gambar teknik untuk menggambar konstruksi mesin. Unsurunsur goemetri yang dimaksudkan ini adalah busur-busur, lingkaran,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Sebelum peneliti membahas tentang landasan teori, peneliti

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Sebelum peneliti membahas tentang landasan teori, peneliti BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Sebelum peneliti membahas tentang landasan teori, peneliti terlebih dahulu akan membahas kajian pustaka. Dalam kajian pustaka ini membahas tentang

Lebih terperinci

MEMBERI UKURAN PADA GAMBAR KERJA

MEMBERI UKURAN PADA GAMBAR KERJA MENGGAMBAR TEKNIK DASAR MEMBERI UKURAN PADA GAMBAR KERJA A.20.07 BAGIIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIIKULUM DIIREKTORAT PENDIIDIIKAN MENENGAH KEJURUAN DIIREKTORAT JENDERAL PENDIIDIIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN

Lebih terperinci

kurve sambungan

kurve sambungan kurve sambungan 7 6 5 4 3 1 2 1 2 3 4 5 6 7 ... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv PETA KEDUDUKAN MODUL... viii GLOSSARIUM... ix BAB I PENDAHULUAN... 1 A. DESKRIPSI... 1 B. PRASYARAT... 1 C. PETUNJUK

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH MENGGAMBAR TEKNIK (T.INDUSTRI /S1) KODE / SKS KD /2 SKS

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH MENGGAMBAR TEKNIK (T.INDUSTRI /S1) KODE / SKS KD /2 SKS Pertemuan ke Pokok Bahasan dan TIU Sub Pokok Bahasan dan TIK Teknik Media Referensi Pembelajaran Pembelajaran 1 Fungsi dan sifat sebagai bahasa teknik Fungsi Pengembangan standar OHP Tujuan fungsi dan

Lebih terperinci

KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN: TEKNIK BANGUNAN PROGRAM KEAHLIAN: TEKNIK BANGUNAN GEDUNG KOMPETENSI: MENGGAMBAR TEKNIK DASAR MODUL / SUB-KOMPETENSI: MENGGAMBAR PROEKSI WAKTU (JAM):

Lebih terperinci

MEDIA PEMBELAJARAN DUA DIMENSI NON PROJEKSI

MEDIA PEMBELAJARAN DUA DIMENSI NON PROJEKSI MEDIA PEMBELAJARAN DUA DIMENSI NON PROJEKSI Fitri Rahmawati, MP. Jurusan Pendidikan Teknik Boga Fakultas Teknik UNY Email: fitri_rahmawati@uny.ac.id Kompetensi yang ingin dicapai Menyebutkan macam-macam

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Yogyakarta, Juli Penulis

KATA PENGANTAR. Yogyakarta, Juli Penulis KATA PENGANTAR Modul Menginterpretasikan Gambar Teknik merupakan paket belajar mandiri yang meliputi serangkaian pengalaman belajar yang direncanakan dan dirancang secara sistematis dengan memperhatikan

Lebih terperinci

MEMBACA GAMBAR TEKNIK

MEMBACA GAMBAR TEKNIK MEMBACA GAMBAR TEKNIK Kompetensi Dasar: Membaca gambar teknik Oleh: Pranowo Sidi, ST., MT pransidi@ppns.ac.id pransidi@yahoo.com POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah kegiatan

Lebih terperinci

PERTEMUAN 6 PENYAJIAN GAMBAR KHUSUS

PERTEMUAN 6 PENYAJIAN GAMBAR KHUSUS PERTEMUAN 6 PENYAJIAN GAMBAR KHUSUS 6.1. Cara menunjukkan bagian khusus Disamping gambar-gambar yang dihasilkan dengan cara proyeksi orthogonal biasa, terdapat juga cara-cara khusus untuk memperjelas gambar

Lebih terperinci

Modul ini berisi teori tentang ELIPS dan praktek menggambarnya dengan bantuan lingkaran maupun dengan bantuan persegi panjang.

Modul ini berisi teori tentang ELIPS dan praktek menggambarnya dengan bantuan lingkaran maupun dengan bantuan persegi panjang. BAB. I PENDAHULUAN A. Deskripsi Modul ini berisi teori tentang ELIPS dan praktek menggambarnya dengan bantuan lingkaran maupun dengan bantuan persegi panjang. B. Prasyarat Dalam melaksanakan modul ini

Lebih terperinci

KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN: TEKNIK BANGUNAN PROGRAM KEAHLIAN: TEKNIK BANGUNAN GEDUNG KOMPETENSI: MENGGAMBAR TEKNIK BANGUNAN GEDUNG MODUL / SUB-KOMPETENSI: MENGGAMBAR SAMBUNGAN

Lebih terperinci

GAMBAR TEKNIK PROYEKSI ISOMETRI. Gambar Teknik Proyeksi Isometri

GAMBAR TEKNIK PROYEKSI ISOMETRI. Gambar Teknik Proyeksi Isometri GAMBAR TEKNIK PROYEKSI ISOMETRI Gambar Teknik i halaman ini sengaja dibiarkan kosong Gambar Teknik ii Daftar Isi Daftar Isi... iii... 1 1 Pendahuluan... 1 2 Sumbu, Garis, dan Bidang Isometri... 2 3 Skala

Lebih terperinci

TEKNIK JILID 2 SMK. Suparno

TEKNIK JILID 2 SMK. Suparno Suparno TEKNIK GAMBAR BANGUNAN JILID 2 SMK Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Hak Cipta pada Departemen

Lebih terperinci

PERTEMUAN 7 ATURAN DAN CARA MEMBERI UKURAN

PERTEMUAN 7 ATURAN DAN CARA MEMBERI UKURAN 7.1. Aturan Dasar Memberi Ukuran PERTEMUAN 7 ATURAN DAN CARA MEMBERI UKURAN Dalam memberikan ukuran besaran-besaran geometrik dari bagian benda harus menentukan secara jelas tujuannya, dan tidak boleh

Lebih terperinci

DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI Bab III Pengukuran Sudut

DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI Bab III Pengukuran Sudut BAB III Tujuan : Setelah mempelajari materi pelajaran pada bab III, diharapkan mahasiswa dapat : 1. Menyebutkan bermacam-macam alat ukur sudut, baik alat ukur sudut langsung maupun alat ukur sudut tak

Lebih terperinci

Perspektif mata burung : dilihat secara keseluruhan dari atas. Perspektif mata normal : dilihat secara keseluruhan dengan batas mata normal

Perspektif mata burung : dilihat secara keseluruhan dari atas. Perspektif mata normal : dilihat secara keseluruhan dengan batas mata normal Pengertian Perspektif Menurut Leonardo da Vinci, perspektif adalah sesuatu yang alami yang menampilkan yang datar menjadi relative dan yang relative menjadi datar. Perspektif adalah suatu system matematikal

Lebih terperinci

D. GEOMETRI 2. URAIAN MATERI

D. GEOMETRI 2. URAIAN MATERI D. GEOMETRI 1. TUJUAN Setelah mempelajari modul ini diharapkan peserta diklat memahami dan dapat menjelaskan unsur-unsur geometri, hubungan titik, garis dan bidang; sudut; melukis bangun geometri; segibanyak;

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. A. Deskripsi. B. Prasyaratan. C. Petunjuk Penggunaan Modul

BAB. I PENDAHULUAN. A. Deskripsi. B. Prasyaratan. C. Petunjuk Penggunaan Modul BAB. I PENDAHULUAN A. Deskripsi Dalam modul ini Anda akan mempelajari tentang macam-macam bentuk geometris dan berbagai istilah yang terkait dengan bentuk tersebut yang dikenali dan dipahami. Dari berbagai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Pokok bahasan pada materi Gambar 3 Dimensi meliputi definisi, macam-macam gambar 3 Dimensi, dan teknik-teknik pembuatan gambar 3 Dimensi.

PENDAHULUAN Pokok bahasan pada materi Gambar 3 Dimensi meliputi definisi, macam-macam gambar 3 Dimensi, dan teknik-teknik pembuatan gambar 3 Dimensi. II. GAMBAR 3 DIMENSI PENDAHULUAN Pokok bahasan pada materi Gambar 3 Dimensi meliputi definisi, macam-macam gambar 3 Dimensi, dan teknik-teknik pembuatan gambar 3 Dimensi. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM Setelah

Lebih terperinci

MENGGAMBAR KONSTRUKSI PERSPEKTIF

MENGGAMBAR KONSTRUKSI PERSPEKTIF MENGGAMBAR TEKNIK DASAR MENGGAMBAR KONSTRUKSI PERSPEKTIF A.20.04 3 2 1 BAGIIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIIKULUM DIIREKTORAT PENDIIDIIKAN MENENGAH KEJURUAN DIIREKTORAT JENDERAL PENDIIDIIKAN DASAR DAN MENENGAH

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan Kelas/Semester Program Studi Mata Pelajaran : SMK Negeri 1 Sleman : X (Ganjil) : Teknik Fabrikasi Logam : Gambar Teknik Pertemuan Ke - : 5-8 Alokasi

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. A. Deskripsi. B. Prasyarat. C. Petunjuk Penggunaan Modul

BAB. I PENDAHULUAN. A. Deskripsi. B. Prasyarat. C. Petunjuk Penggunaan Modul BAB. I PENDAHULUAN A. Deskripsi Modul ini berisi teori tentang Parabola dan praktek menggambarnya dengan bantuan persegi panjang. B. Prasyarat Dalam melaksanakan modul ini diperlukan prasarat telah menguasai

Lebih terperinci

KATALOG MATEMATIKA ALAT PERAGA PENDIDIKAN UNTUK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

KATALOG MATEMATIKA ALAT PERAGA PENDIDIKAN UNTUK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA KATALOG ALAT PERAGA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNTUK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA 1. Model Bangun Datar Model bangun datar dimaksudkan untuk membantu menjelaskan pengertian, sifat-sifat bangun datar, kesebangunan

Lebih terperinci

1 of 6 08/05/ :58

1 of 6 08/05/ :58 1 of 6 08/05/2016 17:58 made in Sukoharjo Wonosobo Indonesia 20 November 2014 Soal SMK TSM Gambar teknik, kelas X ( pilgan ) SOAL PILIHAN GANDA 1. Jenis gambar yang mengilustrasikan tentang teknik disebut.

Lebih terperinci

MENGELAS DENGAN PROSES PENGELASAN BUSUR BERPERISAI (SAW) LOG.OO

MENGELAS DENGAN PROSES PENGELASAN BUSUR BERPERISAI (SAW) LOG.OO MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR LOGAM MESIN SUB SEKTOR PENGELASAN MENGELAS DENGAN PROSES PENGELASAN BUSUR BERPERISAI (SAW) BUKU KERJA DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I. DIREKTORAT

Lebih terperinci

GAMBAR BUKAAN/BENTANGAN GEOMETRI LANJUT BENDA TRANSISI

GAMBAR BUKAAN/BENTANGAN GEOMETRI LANJUT BENDA TRANSISI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN TEKNIK PEMBENTUKAN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK PEMBENTUKAN GAMBAR BUKAAN/BENTANGAN GEOMETRI LANJUT BENDA TRANSISI transformer d = 75 d = 200 150 tampak depan tampak

Lebih terperinci

PERTEMUAN 13 TOLERANSI GEOMETRI DAN KONFIGURASI PERMUKAAN

PERTEMUAN 13 TOLERANSI GEOMETRI DAN KONFIGURASI PERMUKAAN PERTEMUAN 13 TOLERANSI GEOMETRI DAN KONFIGURASI PERMUKAAN 13.1. Toleransi geometri Toleransi geometri atau toleransi bentuk adalah batas penyimpangan yang diizinkan, dari dua buah garis yang sejajar, atau

Lebih terperinci

Menafsirkan gambar teknik listrik. Menerapkan standarisasi dan normalisasi gambar teknik ketenagalistrikan

Menafsirkan gambar teknik listrik. Menerapkan standarisasi dan normalisasi gambar teknik ketenagalistrikan Menafsirkan gambar teknik listrik Menerapkan standarisasi dan normalisasi gambar teknik ketenagalistrikan Standarisasi Gambar Teknik Standarisasi Huruf dan Angka Ciri-ciri yang perlu pada huruf dan angka

Lebih terperinci

Modul ini terdiri dari 1 Kegiatan Belajar yaitu: BGN.GGT. 001 A Menggambar garis tegak lurus dan garis sejajar

Modul ini terdiri dari 1 Kegiatan Belajar yaitu: BGN.GGT. 001 A Menggambar garis tegak lurus dan garis sejajar . I PENDHULUN. Deskripsi Modul ini terdiri dari 1 Kegiatan elajar yaitu: GN.GGT. 001 Menggambar garis tegak lurus dan garis sejajar Pada Kegiatan elajar 1, yaitu menggambar garis tegak lurus diatas garis

Lebih terperinci

MENGGAMBAR DETAIL SECARA RINCI

MENGGAMBAR DETAIL SECARA RINCI MENGGAMBAR DETAIL SECARA RINCI I KODE UNIT KOMPETENSI : 9.5A UNTUK PESERTA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MESIN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK GAMBAR MESIN DIREKTORAT

Lebih terperinci

Mistar segitiga siku-siku. Mistar segitiga samakaki. Arah gerakan KIM/ IND - II

Mistar segitiga siku-siku. Mistar segitiga samakaki. Arah gerakan KIM/ IND - II y Posisi 2 Ditekan x Posisi 1 Mistar segitiga siku-siku Mistar segitiga samakaki Arah gerakan KIM/ IND - II BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

Alat ukur sudut. Alat ukur sudut langsung

Alat ukur sudut. Alat ukur sudut langsung Alat ukur sudut Merupakan sebuah alat ukur yang digunakan untuk mengukur suatu sudut. Sudut dapat diartikan sebagai harga besar kecilnya pembukaan antara dua garis (lurus) yang bertemu pada suatu titik.

Lebih terperinci

BAB.IV PERMULAAN DAN SUSUNAN GAMBAR-KERJA.

BAB.IV PERMULAAN DAN SUSUNAN GAMBAR-KERJA. BAB.IV PERMULAAN DAN SUSUNAN GAMBAR-KERJA. A B BAGAN Rencana yang pertama, hasil pikiran perancang kebanyakan adalah bagan-tangan.dari bagian alat yang ada, yang harus diperbaharui atau diubah dan di mana

Lebih terperinci

KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN: TEKNIK BANGUNAN PROGRAM KEAHLIAN: TEKNIK BANGUNAN GEDUNG KOMPETENSI: SURVEI DAN PEMETAAN MODUL / SUB-KOMPETENSI: MEMBUAT PETA SITUASI DENGAN ALAT UKUR

Lebih terperinci

Menggambar Teknik & CAD

Menggambar Teknik & CAD MODUL PERKULIAHAN Menggambar Teknik & CAD Proyeksi (1) Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Teknik Teknik Industri 05 MK16067 Abstract Modul ini meliputi penjelasan mengenai pengertian

Lebih terperinci

commit to user BAB II DASAR TEORI

commit to user BAB II DASAR TEORI 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Kerja Bangku Kerja Bangku adalah teknik dasar yang harus dikuasai oleh seseorang dalam mengerjakan benda kerja. Pekerjaan kerja bangku menekankan pada pembuatan benda kerja dengan

Lebih terperinci

DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI Bab VI Pengukuran Kelurusan, Kesikuan, Keparalellan, Dan Kedataran BAB VI

DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI Bab VI Pengukuran Kelurusan, Kesikuan, Keparalellan, Dan Kedataran BAB VI BAB VI Tujuan : Setelah mempelajari materi pelajaran pada bab VI, diharapkan mahasiswa dapat : 1. Menjelaskan arti dari kelurusan, kesikuan, keparalelan dan kedataran. 2. Menyebutkan beberapa alat ukur

Lebih terperinci

Diunduh dari BSE.Mahoni.com

Diunduh dari BSE.Mahoni.com KATA PENGANTAR Kurikulum 2013 dirancang untuk memperkuat kompetensi siswa dari sisi sikap, pengetahuan dan keterampilan secara utuh. Keutuhan tersebut menjadi dasar dalam perumusan kompetensi dasar tiap

Lebih terperinci

MENGGAMBAR KONSTRUKTIF

MENGGAMBAR KONSTRUKTIF MODUL PRAKTIKUM PROGRAM STUDI DESAIN INTERIOR MENGGAMBAR KONSTRUKTIF Indra G Rochyat, S.Sn., M.Ds. MENGGAMBAR KONSTRUKTIF PRAKTEK 1 PETUNJUK PELAKSANAAN BUKU MATERI Teori : 1. Perhatikan setiap hal yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI...i TUJUAN PROGRAM KEAHLIAN...1 STANDAR KOMPETENSI KEAHLIAN...2 PROFIL KOMPETENSI LULUSAN Kompetensi Umum...6

DAFTAR ISI...i TUJUAN PROGRAM KEAHLIAN...1 STANDAR KOMPETENSI KEAHLIAN...2 PROFIL KOMPETENSI LULUSAN Kompetensi Umum...6 DAFTAR ISI DAFTAR ISI...i TUJUAN PROGRAM KEAHLIAN...1 STANDAR KOMPETENSI KEAHLIAN...2 PROFIL KOMPETENSI LULUSAN...6 1. Kompetensi Umum...6 2. Kompetensi Kejuruan...7 RUANG LINGKUP PEKERJAAN...13 SUBSTANSI

Lebih terperinci

MANAJEMEN AGROEKOSISTEM

MANAJEMEN AGROEKOSISTEM MODUL 1 PRAKTIKUM MANAJEMEN AGROEKOSISTEM DASAR PEMETAAN Tehnik Pemetaan Manual OLEH : Syahrul Kurniawan Christanti Agustina JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MARET, 2010 I. TUJUAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Visualisasi Proses Pembuatan Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih dahulu harus mengetahui masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Lebih terperinci

B. Kegiatan Belajar. 1. Kegiatan Belajar 1 Menentukan Persyaratan Kerja

B. Kegiatan Belajar. 1. Kegiatan Belajar 1 Menentukan Persyaratan Kerja B. Kegiatan Belajar 1. Kegiatan Belajar 1 Menentukan Persyaratan Kerja a. Tujuan Kegiatan Pem belajaran Peserta diklat dapat (1) Memahami gambar kerja; (2) Memahami instruksi kerja; (3) Memahami peralatan

Lebih terperinci