BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Seiring dengan perkembangan dunia pendidikan yang semakin pesat menuntut lembaga pendidikan agar lebih dapat menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan (Isjoni, 2009: 7). Tahun 2006 lalu pemerintah Indonesia memberlakukan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang disusun dan dikembangkan berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. KTSP pada dasarnya merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan sekolah yang efektif, produktif, dan berprestasi. Mutu pendidikan dapat ditingkatkan dengan melakukan perubahan pola pikir yang digunakan sebagai landasan pelaksanaan kurikulum. Pada masa lalu proses belajar mengajar terfokus pada guru, dan kurang terfokus pada siswa. Akibatnya kegiatan belajar mengajar lebih menekankan pada pengajaran dari pada pembelajaran. Dalam pendekatan pembelajaran yang berbasis siswa, siswa diharapkan berperan secara aktif tidak hanya secara fisik terutama dalam menggunakan kemampuan berfikirnya. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains merupakan hasil kegiatan manusia yang berupa pengetahuan, gagasan dan konsep-konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses kegiatan ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan-gagasan. Mutu pembelajaran IPA perlu ditingkatkan secara berkelanjutan untuk mengimbangi perkembangan teknologi. Untuk meningkatkan mutu pembelajaran tersebut, tentu banyak tantangan yang dihadapi. Proses pembelajaran yang dilakukan dalam kelas merupakan aktivitas mentransformasikan pengetahuan. Pembelajaran dapat diartikan sebagai perubahan dalam kemampuan, sikap atau perilaku siswa yang relatif permanen 1
2 sebagai akibat pengalaman atau pelatihan. Perubahan kemampuan yang hanya berlangsung sekejap dan kemudian kembali ke perilaku semula menunjukkan belum terjadi peristiwa pembelajaran, walaupun mungkin terjadi pengajaran. Salah satu tugas seorang guru adalah membuat proses pembelajaran pada siswa berlangsung secara efektif. Kegiatan pembelajaran cenderung menitikberatkan pada proses pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered) dengan mengandalkan bahan belajar dari buku sumber IPA yang tersedia, metode yang digunakan didominasi oleh metode ceramah sedangkan siswa tidak terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran bahkan cenderung pasif sehingga perolehan hasil belajar IPA yang tidak sesuai dilihat dari hasil yang dicapai. Siswa sebagian ada tidak dapat menembus Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang sudah ditetapkan oleh sekolah. Serta ada siswa yang bermain sendiri di kelas saat kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung karena proses pembelajarannya membosankan, siswa hanya disuruh membaca buku dan mengerjakan soal-soal yang ada didalam buku. Strategi belajar tertentu diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan merangsang siswa untuk mengajukan pertanyaan. Mengajukan pertanyaan berarti menunjukkan pola pikir yang dimiliki oleh seseorang. Melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh siswa, guru dapat mengukur kemampuan siswa, memotivasi siswa untuk berani bertanya dan berperan aktif, memberikan umpan balik, melatih siswa untuk memahami materi berdasarkan apa yang telah mereka lihat dan dengar, melatih siswa lebih siap, kerjasama, berpikir analisis dan sintesis, suasana belajar hangat dan demokratis, dan mudah dalam membuat kesimpulan. Ada strategi belajar lain yang dapat digunakan untuk merangsang siswa yaitu dengan pendekatan keterampilan proses. Pendekatan keterampilan proses adalah kegiatan pembelajaran yang berfokus pada pelibatan siswa secara aktif dan kreatif dengan demikian siswa dididik dan dilatih untuk terampil dalam memperoleh dan mengolah informasi melalui aktivitas berpikir dengan mengikuti prosedur
3 (metode) ilmiah, seperti terampil melakukan pengamatan, pengukuran, pengklasifikasian, penarikan kesimpulan, dan pengkomunikasian hasil temuan. Model pembelajaran berbasis keterampilan proses sains berpotensi membangun kompetensi dasar hidup siswa melalui pengembangan keterampilan proses sains, sikap ilmiah, dan proses konstruksi pengetahuan secara bertahap. Keterampilan proses sains pada hakikatnya adalah kemampuan dasar untuk belajar ( basic learning tools ) yaitu kemampuan yang berfungsi untuk membentuk landasan pada setiap individu dalam mengembangkan diri.beberapa penelitian sebelumnya membuktikan bahwa model-model pembelajaran yang menempatkan aktivitas siswa sebagai yang utama, lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk bersentuhan dengan berbagai objek belajar, dan adanya hubungan baik antara guru dan siswa, dapat meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa dan mendorong penggunaan analitis kritis dan partisipasi aktif siswa. Permasalahan yang terjadi yaitu sekolah-sekolah dasar di Gugus Bangau dalam menyampaikan pembelajaran dalam hal ini IPA masih bersifat konvensional belum menerapkan pendekatan keterampilan proses. Oleh sebab itu, penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui hasil yang dicapai oleh siswa dengan proses pembelajaran metode konvesional dan proses pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses. Model pembelajaran berbasis pendekatan keterampilan proses sains berpotensi membangun kompetensi dasar hidup siswa melalui pengembangan keterampilan proses sains, sikap ilmiah, dan proses konstruksi pengetahuan secara bertahap. Pendekatan keterampilan proses sains pada hakikatnya adalah kemampuan dasar untuk belajar ( basic learning tools ) yaitu kemampuan yang berfungsi untuk membentuk landasan pada setiap individu dalam mengembangkan diri (Chain and Evans 1990:5). Beberapa penelitian sebelumnya membuktikan bahwa model-model pembelajaran yang menempatkan aktivitas siswa sebagai yang utama, lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk bersentuhan dengan berbagai objek belajar, dan adanya hubungan baik antara guru dan siswa, dapat meningkatkan keterampilan
4 berpikir tingkat tinggi siswa dan mendorong penggunaan analitis kritis dan partisipasi aktif siswa (Haryono 1997:44; Nur 1997:3;Sopyan 1999:125). Penggunaan metode pembelajaran disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan, khususnya dalam hal ini adalah pada mata pelajaran IPA. Salah satunya yaitu dengan menerapkan metode eksperimen. Metode eksperimen menurut Soemantri (2001:136) metode eksperimen adalah merupakan cara belajar mengajar yang melibatkan siswa dengan mengalami dan membuktikan sendiri proses dan hasil percobaan itu. Dalam proses belajar mengajar, dengan metode eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu. Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan dari proses yang dialaminya itu. Salah satu alasan peneliti meneliti SD Negeri 02 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang adalah guru di kelas IV belum menggunakan metode belajar yang bervariatif, kebanyakan masih menggunakan metode ceramah dan pemberian tugas sehingga siswa kurang tertarik dalam mengikuti pembelajaran. Rata rata nilai mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) 65 yang diperoleh siswa adalah 45,walaupun ada siswa yang mencapai nilai tertinggi 85 (5 anak) dan nilai terendah adalah 0. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan peneliti, maka peneliti akan mengadakan penelitian berjudul Efektivitas Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Keterampilan Proses melalui Metode Eksperimen pada Pelajaran IPA untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri Sraten 02 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang sebagaimana telah peneliti paparkan tersebut di atas, maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut: Apakah pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses melalui metode eksperimen pada pelajaran IPA efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Sraten 02 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang?
5 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian eksperimen ini adalah untuk mengetahui efektivitas pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses melalui metode eksperimen pada pelajaran IPA untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Sraten 02 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. 1.4. Manfaat Penelitian Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis: 1.4.1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan/pengembangan wawasan terutama dalam hal pendekatan keterampilan proses melalui metode eksperimen dalam meningkatkan hasil belajar siswa. 1.4.2. Manfaat Praktis Manfaat praktis mencakup manfaat bagi peserta didik, bagi guru dan bagi peneliti sendiri. a. Bagi siswa 1. Dengan diterapkannya model pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa. 2. Siswa dapat meningkatkan motivasi belajar dan melatih sikap sosial untuk saling peduli terhadap keberhasilan siswa lain dalam mencapai tujuan pembelajaran. 3. Dapat membantu siswa yang mengalami kesulitan untuk bertukar pengetahuan dengan siswa lain sehingga meningkatkan pemahaman siswa. 4. Siswa merasa senang karena merasa dilibatkan dalam proses pembelajaran. 5. Meningkatkan kemampuan bersosialisasi siswa.
6 b. Bagi Guru Dengan dilaksanakannya penelitian ini, guru dapat mengetahui variasi strategi belajar mengajar serta dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan metode pembelajaran yang dapat digunakan sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan sesuai dengan materi pelajaran. c. Bagi Peneliti Mendapat pengalaman menerapkan pembelajaran pendekatan ketrampilan proses melalui metode eksperimen pada mata pelajaran IPA yang kelak dapat diterapkan saat mengajar. d. Bagi Sekolah Penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPA.