PENDAHULUAN. Karet (Heveabrasiliensis) berasal dari benua Amerika dan saat ini. dari USD 1 menjadi USD 1,25 (Palembang Tribun News, 2016) dan Balai

dokumen-dokumen yang mirip
Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No Vol.5.No.1, Januari 2017 (28):

TINJAUAN PUSTAKA. Euphorbiaceae, Genus: Hevea, Spesies: Hevea brassiliensismuell.arg.

TINJAUAN PUSTAKA. juga produksi kayu yang tinggi. Penelitian untuk menghasilkan klon-klon karet

Respon Produksi Lateks Dalam Berbagai Waktu aplikasi Pada Klon Karet MetabolismeTinggi Terhadap Pemberian Stimulan Etilen Ekstrak Kulit Pisang

Respon Produksi Lateks Dalam Berbagai Waktu Aplikasi Pada Beberapa Klon Tanaman Karet Terhadap Pemberian Berbagai Sumber Hormon Etilen

PENGARUH PEMBERIAN STIMULAN POLYETHYLENE GLYCOL (PEG) TERHADAP HASIL LATEKS TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg) KLON PB 260 ARTIKEL ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. ton pada tahun 2011 menjadi juta ton pada tahun 2012 (Ditjenbun, 2012).

RESPON PRODUKSI LATEKS DALAM BERBAGAI WAKTU APLIKASI PADA BEBERAPA KLON TANAMAN KARET TERHADAP PEMBERIAN BERBAGAI SUMBER HORMON ETILEN SKRIPSI OLEH :

Tanaman karet akan mengeluarkan getah atau lebih dikenal dengan sebutan lateks. Lateks keluar pada saat dilakukan penyadapan pada tanaman karet.

Jurnal Rekayasa Teknologi Industri Hijau ISSN

SISTEM PENYADAPAN TANAMAN KARET

Subdivisi : Angiospermae, Kelas :Monocotyledoneae, Ordo : Euphorbiales, Famili: Euphorbiaceae, Genus: Hevea, Spesies : Hevea brassiliensis Muell. Arg.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang No.12 tahun 1992, pasal 1 ayat 4, benih tanaman yang

RESPON PRODUKSI LATEKS DALAM BERBAGAI WAKTU APLIKASI PADA KLON KARET METABOLISME TINGGI TERHADAP PEMBERIAN STIMULAN ETILEN EKSTRAK KULIT PISANG

BAB I PENDAHULUAN. petani, sehingga Indonesia dikenal sebagai negara agraris.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor karet Indonesia selama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBERIAN STIMULAN ETEFON DENGAN TEKNIK BARK APPLICATION PADA PRODUKSI LATEKS TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.)

TOMI SANDI GULTOM/ AGROEKOTEKNOLOGI

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 314/Kpts/SR.120/8/2005 TENTANG PELEPASAN KARET VARIETAS/KLON IRR.104 SEBAGAI VARIETAS/KLON UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Penulisan

KARYA ILMIAH BUDIDAYA KARET

Pengaruh Konsentrasi Stimulan dan Intensitas Sadap pada Produksi Lateks Tanaman Karet Seedling (Hevea brasiliensis Muell. Arg.)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBERIAN STIMULAN ETEFON DENGAN TEKNIK GROOVE APPLICATION PADA PRODUKSI LATEKS TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. penghasil pisang terbesar yaitu ton buah pisang per tahun. Buah. dan B yang penting bagi tubuh (Anonim, 1999).

I. PENDAHULUAN. Buah pisang merupakan buah yang banyak digemari oleh masyarakat. Pisang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sedikitnya telah seabad tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.)

TEKNOLOGI PASCA PANEN

TINJAUAN PUSTAKA. oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. karbohidrat sehingga dapat dijadikan alternatif makanan pokok. Selain

I. PENDAHULUAN. pertanian dalam arti luas mencakup perkebunan, kehutanan, peternakan dan

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus (L.) Merr.) merupakan komoditas buah-buahan

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Karet

I. PENDAHULUAN. karet dunia dengan mengungguli hasil dari negara-negara lain dan negara asal

BAB I PENDAHULUAN. seperti buah-buahan dan sayuran tropis. Produk hortikultura Indonesia memiliki

I. PENDAHULUAN. Cabe merah (Capsicum annuum L.) merupakan tanaman hortikultura yang

PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI MELALUI PERBAIKAN TEKNOLOGI BUDIDAYA KARET RAKYAT DI PROVINSI JAMBI ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PRODUKTIVITAS KLON KARET IRR SERI-100 DAN 200 PADA BERBAGAI AGROKLIMAT DAN SISTEM SADAP

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki berbagai jenis tanaman yang dapat tumbuh subur di

KOMPARASI KELAYAKAN INVESTASI KLON KARET GT 1 DAN PB 260 PADA BERBAGAI TINGKAT HARGA DAN UMUR EKONOMIS

PENGGUNAAN STIMULAN SEJAK AWAL PENYADAPAN UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI KLON IRR 39

PENGGUNAAN STIMULAN GAS ETILEN PADA TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis) Ethylene Gas Application In Rubber Trees (Hevea Brasiliensis)

Gambar 2 Lokasi penelitian dan pohon contoh penelitian di blok Cikatomas.

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Produksi Karet Indonesia Berdasarkan Kepemilikan Lahan pada Tahun Produksi (Ton)

FISTEK MINGGU KE-2 S-1 SBW

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang


II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. sebagai berikut : Divisio : Spermatophyta; Subdivisio : Angiospermae; Class :

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGEMBANGAN DAN APLIKASI TEKNOLOGI PENGENDALIAN PENYAKIT KERING ALUR SADAP (KAS) PADA TANAMAN KARET DI PROPINSI SUMATERA SELATAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Seleksi Biji untuk Batang Bawah Tanaman Karet Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

VII. FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KARET

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

KOMPARASI KELAYAKAN INVESTASI KLON KARET GT 1 DAN PB 260 PADA BERBAGAI TINGKAT HARGA DAN UMUR EKONOMIS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Charloq 1) Hot Setiado 2)

PENDAHULUAN. hingga mencapai luasan 110 ribu Ha. Pengurangan itu terlihat dari perbandingan

I. PENDAHULUAN. Berbagai jenis pisang kepok selama ribuan tahun sudah ditanam di berbagai

I. PENDAHULUAN. Ubikayu atau singkong (Manihot esculenta Crantz.) merupakan salah satu

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kementerian Pertanian

I. PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu faktor yang sangat berperan penting dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. dengan kerusakan yang disebabkan oleh mikroorganisme yang mengakibatkan

Tanggap Beberapa Klon Anjuran dan Periode Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan Bibit Karet (Hevea brassilliensis Muell. Arg.

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu buah yang memiliki produktivitas tinggi di Indonesia adalah

BAB V GAMBARAN UMUM PRODUK PERTANIAN

PENYIMPANAN BUAH DAN SAYUR. Cara-cara penyimpanan meliputi : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANAN BAHAN MAKANAN SEGAR (BUAH, SAYUR DAN UMBI)

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara produsen karet alam terbesar dunia.

KERAGAAN PRODUKTIFITAS BEBERAPA KLON UNGGUL KARET RAKYAT DI PROPINSI BENGKULU. Some variability Productivity Superior Rubber Clone People in Bengkulu

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas. berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II BALAI PENELITIAN SUNGEI PUTIH. pengembangan perkaretan. Pembentukan BPSP yang dimulai sejak tahun 1981

Seleksi Progeni F1 Hasil Persilangan Tetua Betina IRR 111 dengan Beberapa Tetua Jantan 2006Pada Tanaman Karet(Hevea brassiliensis Muell Arg.).

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu merupakan salah satu sumber pangan penting di Indonesia dan di dunia,

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan rumah sakit, keperluan rumah tangga dan lainnya. Saat ini industri

PENGAIRAN DAN PEMELIHARAAN SALURAN PENGAIRAN TANAMAN JAGUNG

I. PENDAHULUAN. akan cepat mengalami kerusakan. Masa simpan buah yang pendek diawali

Beberapa ciri yang membedakan antara bahan baku agroindustri dengan bahan baku industri lain antara lain : bahan baku agroindustri bersifat musiman,

V. GAMBARAN UMUM KARET ALAM. dikenal dengan nama botani Hevea Brasiliensis berasal dari daerah Amazone di

BAB I PENDAHULUAN. yang memerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti ban kendaraan, sabuk

PENYAKIT BIDANG SADAP

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 312/Kpts/SR.120/8/2005 TENTANG PELEPASAN KARET VARIETAS KLON IRR 32 SEBAGAI VARIETAS/KLON UNGGUL

Warta Perkaretan 2017, 36(1), 75-82

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , ,

Penyadapan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) di Kebun Sumber Tengah, Jember, Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah

Transkripsi:

PENDAHULUAN Latar Belakang Karet (Heveabrasiliensis) berasal dari benua Amerika dan saat ini menyebar luas ke seluruh dunia. Saat ini harga karet dunia mulai merangkak naik dari USD 1 menjadi USD 1,25 (Palembang Tribun News, 2016) dan Balai Penelitian Sembawa (2016) merilis harga karet jenis Sicom TSR 20 ialah sebesar 1,27 US$/kg per tanggal 25 Mei 2016. Moment yang sangat baik ini tentunya harus dimanfaatkan oleh petani maupun perkebunan untuk meningkatkan produksi tanaman karet agar dapat meningkatkan keuntungan yang lebih baik. Peningkatan produksi pada tanaman karet tentunya harus dibarengi dengan perhatian pada kesehatan tanaman. Dari total area perkebunan di Indonesia tersebut ada lebih 3,4 juta hektar perkebunan karet di Indonesia, 85% di antaranya (2,9 juta hektar) merupakan perkebunan karet yang dikelola oleh rakyat atau petani skala kecil dan sisanya dikelola oleh perkebunan besar milik negara atau swasta (Rohmah, 2015). Namun produksi karet rakyat masih rendah 600-650 kg kk/ha/thn. Meskipun demikian, peranan Indonesia sebagai produsen karet alam dunia masih dapat diraih kembali dengan memperbaiki teknik budidaya dan tehnik penyadapan serta pascapanen, sehingga produktivitas dan kualitasnya dapat ditingkatkan lebih optimal (Damanik et al, 2010). Beberapa klon karet yang dirilis oleh Balai Penelitian Karet Sungei Putih diantaranya klon PB 260 dan klon BPM 24 sebagai klon konvensional serta klon IRR 107, klon IRR 112, klon IRR 118 dan IRR 119 sebagai klon penghasil lateks

dan kayu (Aidi dan Daslin, 2014). Namun saat ini klon PB 260 dan IRR 118 dari Balai Penelitian Karet Sungei Putih masih menjadi primadona permintaan bibit klon karet bagi sebagian besar perkebunan karet di Indonesia. Rouf, et al (2015) menyatakan penerapan teknologi penyadapan melalui penggunaan stimulan telah banyak dilakukan pada perkebunan karet. Ada dua jenis stimulan yang dapat dipilih, yaitu stimulan cair atau gas. namun menurut Setiawan dan Andoko (2008) dalam Sinamo, et al. (2015) menyatakan bahwa aplikasi stimulan pada tanaman karet, tidak semua memberikan respon yang diharapkan, bila dengan pemberian stimulan kadar karet kering lebih kecil dari 30% artinya, respon terhadap stimulan kurang berarti. Hal ini tergantung pada masing-masing klon karet dan umumnya tanaman karet yang dapat dipacu produksinya dengan stimulan jika berumur lebih dari 15 tahun atau 10 tahun. Teknologi stimulan dengan bahan kimia etilen telah dikenal lama oleh pelaku agribisnis karet untuk meningkatkan produktivitas lateks tanaman karet. Stimulan yang paling dikenal adalah jenis cair berbahan aktif etefon (2-chloroethyl phosponic acid) digunakan hampir di seluruh negara-negara di dunia yang menjadi produsen karet alam (Njukeng et al., 2011; Jetro dan Simon, 2007). Bahan stimulan yang umum dipakai dengan berbagai merek dagang diantaranya Ethrel, ELS dan Cepha (Damanik et al, 2010). Bahan aktif ini mengeluarkan gas etilen yang jika diaplikasikan akan meresap ke dalam pembuluh lateks. Di dalam pembuluh lateks gas tersebut menyerap air dari sel-sel yang ada di sekitarnya. Penyerapan air ini menyebabkan tekanan turgor naik yang diiringi dengan derasnya aliran lateks (Setiawan dan Andoko, 2008; Bayer CropScience, 2012).

Namun penggunaan stimulan etefon dalam waktu jangka panjang juga dengan interval waktu pendek untuk merangsang keluarnya lateks diduga menjadi salah satu penyebab penurunan produksi lateks di perkebunan karet secara nyata. Hal ini sesui dengan literatur Pakianathan, et al. (1982) dalam Rouf, et al. (2015) menyatakan bahwa meskipun penggunaan etilen memiliki dampak positif terhadap peningkatan produksi, etilen yang berlebih dapat menyebabkan penurunan produksi. Penurunan tersebut disebabkan oleh proses ekstraksi lateks secara berlebihan. Bila kecepatan ekstraksi melebihi kecepatan biosintesis dan pengisian kembali (regenerasi) lateks pada daerah aliran lateks, maka akan terjadi penurunan volume lateks pada setiap penyadapan. Disisi lain petani karet pada umumnya tidak menggunakan stimulan etilen kimiawi dikarenakan harga yang mahal dipasaran sebesar Rp. 355.000,- per 1 galon (3,785 liter) sehingga cukup berat bagi petani untuk membelinya. Namun Sinamo et al, (2015) telah melaporkan bahwa terdapat kandungan etilen organik pada kulit pisang, mampu menjadi alternatif dari etilen kimiawi sehingga diharapkan kulit pisang dapat menjadi alternatif stimulan yang efisien bagi petani rakyat. Winarno dan Aman (1979) menyatakan bahwa buah pisang yang baru dipanen mengandung etilen 0.2 ppm dan sekitar 4 jam sebelum pematangan jumlah etilen secara cepat bertambah menjadi sekitar 0.5 ppm. Pisang pada saat memasuki proses pematangan, jumlah etilen sekitar 1.0-1.5 ppm dan segera setelah respirasi hingga mencapai puncak klimaterik jumlah etilen meningkat menjadi 25-40 ppm.

Limbah pisang masih belum banyak difungsikan atau digunakan, terutama pada bagian kulit yang selalu terbuang. Sehingga sebagian besar kulit pisang menjadi limbah utama tanaman pisang yang belum mampu dimanfaatkan secara maksimal. Dalam laporan Sinamo et al (2014) ekstrak kulit pisang adalah stimulan yang dapat meningkatkan produksi lateks lebih tinggi daripada perlakuan ektrak nenas dan tanpa stimulan pada penyadapan pertama, dengan volume lateks yang diperoleh stimulan ekstrak kulit pisang adalah sebesar 63.93 ml dan kulit nenas sebesar 52.24 ml, sedangkan tanpa stimulan hanya sebesar 50.82 ml. Pemberian stimulan ekstrak kulit buah pisang nyata dalam meningkatkan produksi lateks dari pada tanpa stimulan. Namun perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan aplikasi stimulan ekstrak kulit buah menggunakan sistem kerok bagian bawah bidang sadap agar stimulan yang diberikan lebih meresap dan aliran lateks lebih lancar. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang respons produksi lateks pada beberapa klon tanaman karet metabolisme tinggi terhadap pemberian hormon etilen organik ekstrak kulit pisang di bawah bidang sadap. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui respon produksi lateks dalam berbagai waktu aplikasi pada klon karet metabolisme tinggi terhadap pemberian stimulan etilen kulit pisang di bawah bidang sadap.

Hipotesis Penelitian Ada perbedaan produksi lateks dalam berbagai waktu aplikasi pada klon karet metabolisme tinggi terhadap pemberian stimulan etilen kulit pisang di bawah bidang sadap. Kegunaan Penelitian Penelitian ini berguna sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian,, Medan dan berguna pula untuk pihak-pihak yang berkepentingan dalam perkebunan tanaman karet.