BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. prevalensi global penderita Diabetes Melitus (DM) pada tahun 2014 sebesar 8,3%

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. syaraf) (Smeltzer & Bare, 2002). Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis

BAB I PENDAHULUAN. dapat menurun atau pancreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Internasional of Diabetic Ferderation (IDF, 2015) tingkat. prevalensi global penderita DM pada tahun 2014 sebesar 8,3% dari

BAB 1 PENDAHULUAN. diperkirakan akan terus meningkat prevalensinya dan memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. menurun dan setelah dibawa ke rumah sakit lalu di periksa kadar glukosa

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah sekelompok penyakit metabolik yang

BAB I PENDAHULUAN. perhatian adalah diabetes melitus (DM). Menurut Kementrian Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB I PENDAHULUAN. jumlah pengidap diabetes diatas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan. membengkak menjadi 300 juta orang (Suyono, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. setelah India, Cina dan Amerika Serikat (PERKENI, 2011). Menurut estimasi

BAB I PENDAHULUAN. irritabilitas, poliuria, polidipsi dan luka yang lama sembuh (Smeltzer & Bare,

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1, hal ini disebabkan karena banyaknya faktor resiko terkait dengan DM

BAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2004, dalam

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penderita 7,3 juta jiwa (International Diabetes Federation

BAB 1 PENDAHULUAN. ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

BAB I PENDAHULUAN. I.A Latar Belakang. Diabetes merupakan salah satu penyakit yang. diperkirakan prevalensi di seluruh dunia akan meningkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun


UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit kronis yang terjadi baik ketika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis yang mengacu pada

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemi (Brunner

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu diteliti dan diatasi (Suyono, 2005). Namun tidak demikian


BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke menjadi masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian khusus.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. juta dan diprediksikan meningkat hingga 1,5 miliar pada tahun Lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus adalah penyakit yang sering diderita masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh ENY SULISTYOWATI J

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan ketiadaan absolut insulin atau penurunan relative insentivitas sel

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

BAB 1 PENDAHULUAN. tertentu dalam darah. Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi pankreas

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. feses secara terus menerus lebih dari tiga kali dalam satu hari dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena sekresi

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat secara global, regional, nasional dan lokal. Salah satu penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik kronis akibat tidak

BAB I PENDAHULUAN. al.(2008) merujuk pada ketidaksesuaian metabolisme yang ditandai oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

BAB I PENDAHULUAN. yang selalu mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data International Diabetes Federatiaon (IDF)

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (2006), merumuskan bahwa diabetes. melitus (DM) merupakan kumpulan masalah anatomi dan kimiawi dari

BAB I PENDAHULUAN. mellitus (Perkeni, 2011). Secara umum hampir 80% prevalensi. diabetes mellitus adalah diabetes mellitus tipe 2.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF), diabetes adalah

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya (Sukardji, 2007). Perubahan gaya

BAB I PENDAHULUAN. Fluktuasi politik dan ekonomi saat ini mengakibatkan perubahan pada tingkat

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang dewasa ini prevalensinya semakin meningkat. Diperkirakan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Visi Indonesia sehat yang diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya ( American Diabetes Association, 2013). Pasien DM

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fisik, life style, dan lain-lain (Waspadji, 2009). masalah kesehatan/penyakit global pada masyarakat (Suiraoka, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak dapat

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU

BAB I PENDAHULUAN. juta (PERKENI, 2015). Di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tahun penderita DM di Klinik Pratama Firdaus sebanyak 109 orang.

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Keperawatan. Firma Ayu Juwitaningtyas J

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO Tahun 2013, diperkirakan 347 juta orang di dunia menderita

BAB I PENDAHULUAN. Ulkus diabetikum merupakan salah satu komplikasi yang umum bagi

BAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan kemajuan teknologi di dunia kesehatan, telah terjadi

MUHAMMAD IBNU ABIDDUNYA NIM : S

BAB I PENDAHULUAN UKDW. masyarakat. Menurut hasil laporan dari International Diabetes Federation (IDF),

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S 1 Keperawatan. Disusun Oleh : Rina Ambarwati J.

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kronis menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan

dilaporkan ke pelayanan kesehatan sehingga jumlah yang tercatat tidak sebesar angka survey (Dinas Kesehatan Provinsi Riau, 2011).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang International of Diabetic Federation (IDF, 2015) menyatakan bahwa tingkat prevalensi global penderita Diabetes Melitus (DM) pada tahun 2014 sebesar 8,3% dari keseluruhan penduduk di dunia. Indonesia merupakan negara yang menempati urutan ke 7 dengan penderita DM sejumlah 8,5 juta penderita setelah Cina, India dan Amerika Serikat, Brazil, Rusia, Mexico. Di seluruh dunia, jumlah penderita DM telah meningkat secara substansial antara tahun 1980 sampai 2014 naik dari 108 juta menjadi empat kali lebih tinggi (Global Report on Diabetes WHO, 2016). Peningkatan jumlah ini menjadi ancaman bagi dunia. Menurut International Diabetese Federation (2013), Diabetes Melitus menjadi penyebab sekitar 5,1 juta kematian di seluruh dunia, atau setiap enam detik sekali, satu orang meninggal karena Diabetes Melitus. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di Daerah Istimewa Yogyakarta sebesar 2,6%, sedangkan Jawa Tengah menempati posisi sepuluh besar angka kejadian Diabetes Melitus dengan nilai 1,6%. Peningkatan prevalensi data penderita DM di Propinsi Jawa Tengah mencapai sebanyak 152.075 kasus dengan jumlah penderita DM tertinggi sebanyak 5.919 jiwa di Kota Semarang (Balitbang Kemenkes RI, 2013). 1

2 Data Instalasi Rekam Medis RSUD Dr. Moewardi (2016) menunjukkan angka yang tinggi terkait kejadian Diabetes Melitus dan termasuk dalam lima besar penyakit. Berdasar data tahun 2014 sampai 2015 pada pasien rawat inap maupun rawat jalan, DM menempati urutan ke empat penyakit setelah Carcinoma Mamae, Acut Limfoblastic Leukimia (ALL) dan Carcinoma Cervix. Dengan jumlah kunjungan pasien DM yang cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2014 sampai 2015. Pasien rawat jalan tahun 2014 tercatat sebesar 4591 menjadi 5835 pasien di tahun 2015, dan rawat inap dari 1861 menjadi 1902 pasien. Angka kejadian penderita DM yang besar juga berpengaruh terhadap peningkatan komplikasi. Menurut Soewondo et al., (2010) dalam Purwanti (2013) sebanyak 1785 penderita DM di Indonesia mengalami komplikasi neuropati (63,5%), retinopati (42%), nefropati (7,3%), makrovaskuler (6%), mikrovaskuler (6%), dan kaki diabetik (15%). Neuropati diabetik merupakan salah satu komplikasi penyebab terjadinya ulkus kaki pada penderita DM. Masih rendahnya angka perawatan kaki menjadi salah satu penyebab tingginya angka kejadian ulkus kaki diabetik. Sekitar 40% pasien dengan Diabetes Melitus akan menglami neuropati perifer Karvestedt (2011) dalam Indian Health Service/ IHS (2011), 8% memiliki masalah kaki akut ketika mereka datang untuk pemeriksaan klinis rutin (Lauterbach, 2010 dalam IHS, 2011). Sebagian besar kasus amputasi pada kaki dan tungkai bawah diawali dari masalah ulkus kaki, dengan prevalensi antara 5% dan 15% dari pasien yang mengalami ulkus kaki diabetik (IHS, 2011). International Diabetes Federation

3 (2013) menyatakan bahwa perawatan kaki diabetik yang baik dapat mencegah kejadian amputasi pada penderita DM. Saurabh et al., (2014) melaporkan bahwa sekitar setengah (47,6%) dari pasien tidak memeriksa kaki mereka secara rutin setiap hari atau melakukan pemeriksaan alas kaki secara teratur dan hanya 22,3% dari pasien yang melakukan pemeriksaan kaki. Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan yang diberikan selama dua minggu mampu meningkatkan praktek perawatan kaki diabetik oleh partisipan. Menurut American Diabetes Asociation (2002) pasien dengan Diabetes Melitus dan kondisi kaki berisiko tinggi harus diberikan pendidikan kesehatan meliputi faktor risiko dan manajemen yang tepat. Seorang penderita Diabetes Melitus harus memiliki pengetahuan tentang praktek perawatan/ manajemen sejak awal dan salah satu hal yang penting adalah pengetahuan tentang perawatan kaki diabetik. Pendidikan kesehatan menjadi unsur yang penting dalam peningkatan kepatuhan pasien dalam melakukan pencegahan komplikasi Diabetes Melitus, khususnya komplikasi kaki diabetik. Hal ini seperti yang dilaporkan oleh Windasari (2014), yang melakukan penelitian pada kelompok intervensi melalui pendidikan kesehatan perawatan kaki dengan metode ceramah dan demonstrasi selama ± 120 menit dan modul, dibandingkan dengan kelompok kontrol yang hanya mendapat edukasi melalui modul yang dibagikan tanpa edukasi secara langsung. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil adanya kesenjangan kepatuhan antar kelompok intervensi yang mendapatkan pendidikan kesehatan dibandingkan

4 kelompok kontrol. Hal ini membuktikan pentingnya dilakukan pendidikan kesehatan untuk meningkatkan kepatuhan perawatan kaki pada pasien DM yang akan memberikan dampak secara langsung dalam mengurangi komplikasi kaki diabetik. Efektifitas pendidikan kesehatan pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan perawatan kaki diabetik perlu didukung dengan penggunaan media edukasi yang tepat. Berbagai penelitian tentang perawatan kaki diabetik telah banyak dilakukan, dengan menggunakan berbagai media bantu. Pratama (2014), menggunakan media video dalam peningkatan pengetahuan pasien tentang perawatan kaki diabetik. Media video merupakan media edukasi yang paling efektif dibandingkan media audio (radio), tulisan, ataupun kata-kata. Studi pendahuluan telah dilakukan Penulis pada tanggal 18 21 Juli 2016 di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Dr. Moewardi melalui wawancara dengan Kepala Ruang Poliklinik Penyakit Dalam dan terhadap 43 pasien poliklinik dengan diagnosis diabetes melitus. Kesimpulan yang didapatkan dari wawancara terhadap Kepala Ruang adalah, bahwa beban kerja yang tidak berimbang menyebabkan perawat tidak memiliki cukup waktu untuk melakukan edukasi pada pasien di poliklinik. Informasi tentang perawatan kaki hanya bisa diberikan ketika tindakan perawatan luka saja. Sekali waktu dilakukan edukasi dengan metode demonstrasi yang dilakukan oleh mahasiswa praktik didampingi oleh clinical instructure. Kepala Ruang juga menyatakan bahwa belum ada alat bantu (media promosi) terkait perawatan kaki diabetik untuk pelaksanaan pendidikan kesehatan pada pasien DM.

5 Adapun hasil wawancara pada 43 pasien DM yang melakukan kunjungan ke Poliklinik Penyakit Dalam, hampir sebagian besar tidak melakukan perawatan kaki secara rutin. Dari 43 pasien, 3 pasien (6,98%) melakukan perawatan kaki diabetik, 40 pasien (93,02%) menyatakan tidak pernah melakukan perawatan kaki diabetik. Sebanyak 37 pasien dari 40 pasien (86,04%) menyatakan belum tahu cara melakukan perawatan kaki diabetik yang benar tersebut. Berdasarkan beberapa fakta tersebut didapatkan bahwa masih banyak penderita DM yang belum tau dan belum melakukan perawatan kaki diabetik, belum adanya alat bantu untuk edukasi perawatan kaki diabetik. Selain itu penelitian tentang efektifitas media audiovisual dan metode demonstrasi dalam edukasi perawatan kaki diabetik belum pernah dilakukan di RSUD Dr. Moewardi. Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian tentang efektifitas penggunaan media audiovisual dan metode demonstrasi dalam peningkatan pengetahuan dan keterampilan perawatan kaki pada penderita diabetes melitus. B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana efektifitas metode media audiovisual dibanding metode demonstrasi dalam peningkatan pengetahuan dan keterampilan perawatan kaki pada penderita diabetes melitus.

6 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas metode menggunakan media audiovisual dibandingkan metode demonstrasi dalam peningkatan pengetahuan dan keterampilan perawatan kaki pada penderita diabetes melitus. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui pengetahuan dan keterampilan pasien dalam perawatan kaki diabetik sebelum diberikan edukasi pada kedua kelompok intervensi. b. Mengetahui pengetahuan dan keterampilan pasien dalam perawatan kaki diabetik setelah diberikan edukasi pada kedua kelompok intervensi. c. Mengetahui perbedaan pengetahuan dan keterampilan pasien dalam perawatan kaki diabetik kedua kelompok intervensi. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi ilmu pengetahuan Menjadi referensi dalam upaya pengembangan promosi kesehatan tentang perawatan kaki diabetik. 2. Manfaat bagi masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi masyarakat khususnya penderita diabetes melitus dalam perawatan kaki diabetik yang benar

7 3. Manfaat bagi instansi Penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam meningkatkan kualitas asuhan keperawatan dan sebagai referensi dalam memilih media promosi kesehatan yang tepat di Rumah Sakit. E. Keaslian Penelitian 1. Khasanah (2015) Pengaruh Media Audiovisual dan Media Pendukung Leaflet Terhadap Praktek Keperawatan Kaki Pasien Diabetes Melitus. Penelitian ini berupa penelitian pre experiment dengan rancangan one group design with pretest and post-test. Dengan menggunakan teknik purposive sampling yang terdiri dari 22 anggota klub diabetes Rumah Sakit Islam Yogyakarta Persatuan Djamaah Haji Indonesia (RSIY PDHI). Analisis hasil menggunakan uji wilcoxon dengan taraf signifikansi p 0,05. Hasil dari penelitian menunujukkan bahwa pendidikan kesehatan dengan media audiovisual dan media bantu leaflet secara signifikan dapat meningkatkan praktik perawatan kaki pasien Diabetes Melitus. Perbedaannya dengan penelitian Khasanah metode penelitian yang digunakan adalah pre experiment dengan rancangan one group design with pretest and post-test, sedangkan pada penelitian ini menggunakan metode penelitian quasi experiment, dengan pendekatan two group design with pre-test and post-test. Penelitian Khasanah hanya menilai keterampilan (kemampuan meniru tindakan) responden dalam melakukan perawatan kaki diabetik.

8 Sedangkan pada penelitian ini penilaian dilakukan terhadap pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan perawatan kaki diabetik. Materi pendidikan kesehatan dalam penelitian Khasanah meliputi perawatan kaki dan senam kaki diabetik, sedangkan pada penelitian ini lebih difokuskan pada upaya pencegahan dan perawatan kaki, tanpa senam kaki diabetik. Proses/ jalannya penelitian juga terdapat perbedaan, penelitian Khasanah melakukan post-test kedua setelah satu minggu dilakukan pendidikan kesehatan, sedangkan pada penelitian ini post-test kedua dilakukan pada minggu ke-4 (empat) pada 25-30 hari setelah pendidikan kesehatan pertama. Lokasi penelitian Khasanah berada di Yogyakarta yang merupakan kota dengan angka Diabetes tertinggi di Indonesia sedangkan penelitian ini dilakukan di kota Surakarta, Jawa Tengah dengan angka kejadian DM 1% lebih rendah di banding Yogyakarta namun mengalami peningkatan angka kejadian DM dari tahun ke tahun. 2. Igyani (2015) Efektifitas Penggunaan Video dan Buku Bergambar Dalam Meningkatkan Pengetahuan, Sikap dan keterampilan Ibu Mencuci Tangan Memakai Sabun. Penelitian Igyani bertujuan untuk mengetahui pengaruh video dan buku bergambar terhadap pengetahuan, sikap, dan keterampilan ibu mencuci tangan dengan sabun di desa Air Terbit dan Sungai Putih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media buku lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan dibandingkan media video. Sedangkan media video lebih efektif dalam meningkatkan sikap dan keterampilan ibu mencuci tangan.

9 Kedua metode menunjukkan adanya perbedaan hasil yang signifikan dari uji pre-test dan post-test. Persamaan penelitian Igyani dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada metode penelitian quasi experiment, dengan pendekatan two group design with pre-test and post-test, sedangkan yang membedakan adalah terletak pada variabel yang diteliti, teknik pengambilan sampel, jalannya penelitian, dan lokasi penelitian. 3. Elabbassy (2015) The use of high-definition video technology on diabetes management. Tujuan dari penelitian Elabbassy adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan teknologi video high-definition pada manajemen diabetes, desain experimental pre-test/ post-test, pengambilan sampel dengan random sampling dengan metode fish bowl. Dilakukan selama 6 bulan intervensi, dengan alat ukur instrumen ini terdiri dari empat alat: 1) Angket untuk data sosial demografis; 2) Angket untuk praktek gizi dan berlatih exercise ; 3) daftar periksa/ observasi, panduan untuk tes urin untuk aseton atau gula, panduan untuk kaki dan perawatan kuku dan panduan langkah-langkah dalam melakukan tes glukosa darah kapiler; 4) hasil lab menggunakan intervensi pre-post. Hasil dari penelitian Elabbassy adalah pelaksanaan pengajaran dibantu High-Definition Video Technology telah berhasil mencapai peningkatan pada keterampilan manajemen diabetes diabetes yang signifikan. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada variabel penelitian, metode penelitian, teknik pengambilan sampling, metode analisis dan lokasi penelitian.

10 4. Saurabh et al., (2014) Effactiveness Of Foot Care Education Among People With Type 2 Diabetes In Rural Puducherry, India Penelitian yang dilakukan di wilayah India ini menggunakan metode cross-sectional dengan membandingkan hasil sebelum dan sesudah intervensi perawatan kaki. Menggunakan instrumen yang berbentuk quesioner yang menilai kesadaran tentang penyakit diabetes, perawatan diabetes, perawatan kaki dan pemeriksaan kaki pada pasien diabetes. Responden terdiri dari 130 pasien yang melakukan pengobatan di pusat layanan kesehatan. Masing- masing pasien mendapatkan pendidikan kesehatan selama dua minggu kemudian dilakukan post-test. Hasil penelitian menunjukkan, terjadi peningkatan keterampilan perawatan kaki diabetik dari 5,90 1,82 menjadi 8,0 ± 1,30 setelah 2 minggu edukasi kesehatan. Yang membedakan antara penelitian Saurabh dengan penelitian ini adalah metode penelitian yang menggunakan cross- sectional sedangkan penelitian ini menggunakan metode penelitian quasi experiment, dengan pendekatan two group design with pre-test and post-test. Penelitian Saurabh follow up dilakukan setelah dua minggu sedangkan pada penelitian ini dilakukan pada minggu ke-4 (empat) pada hari ke 25-30 setelah kegiatan edukasi, menyesuaikan jadwal kontrol pasien. Selain itu perbedaan terletak pada variabel yang diteliti, teknik pengambilan sampel, jalannya penelitian, lokasi penelitian dan analisis yang digunakan. 5. Pratama (2014) Pengaruh Video Edukasi Tentang Perawatan Kaki Terhadap Pengetahuan Perawatan Kaki Pada Pasien DM di RS PKU Muhammadiyah

11 Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment dengan pre-test post-test with control group. Sebanyak 36 responden yang terpilih dengan purposive sampling dibagi menjadi 2 kelompok masing-masing 18 responden dengan cara undian. Responden di kelompok kontrol mendapatkan perawatan standar, sedangkan responden di kelompok eksperimen mendapatkan perawatan standar dan video edukasi tentang perawatan kaki diabetik. Penelitian dilakukan di poliklinik Penyakit Dalam RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Perbedaan penelitian Pratama dengan penelitian ini adalah pada variabel yang diteliti, desain penelitian, jalannya penelitian dan lokasi/ tempat dilakukannya penelitian. 6. Windasari (2014) Pendidikan Kesehatan dalam Meningkatkan Kepatuhan Merawat Kaki Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. Metode penelitian Windasari menggunakan desain quasi experimental dengan rancangan pre-test post-ptest with control group design. Jumlah sampel sebanyak 82 responden (41 kelompok intervensi, 41 kelompok kontrol). Instrument penelitian menggunakan Nottingham Assesment of Functional Foot Care and Diabetic Foot Care Behaviour. Hasil penelitian Windasari adalah terdapat perbedaan kepatuhan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan dan terdapat perbedaan kepatuhan merawat kaki antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Penelitian dilakukan diwilayah kerja Puskesmas Mergangsan Kota Yogyakarta. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada

12 variabel yang diteliti, desain penelitian, jalannya penelitian dan lokasi/ tempat dilakukannya penelitian. 7. Diani (2013) Pengetahuan dan Praktik Perawatan Kaki Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di Kalimantan Selatan. Menggunakan metode descriptive corelationall dengan desain cross sectional, cluster sampling, bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan praktik perawatan kaki pada pasien diabetes Melitus tipe II di Kalimantan Selatan. Hasil penelitian Diani adalah terdapat hubungan antara pengetahuan dengan praktik perawatan kaki pada pasien Diabetes Melitus Tipe II di Kalimantan Selatan. Perbedaan penelitian Diani dengan penelitian ini terletak pada variabel yang diteliti, desain penelitian, teknik pengambilan sampel, lokasi dan jalannya penelitian. 8. Dewi (2012) Efektifitas Pendidikan Kesehatan Tentang Nutrisi dan Perawatan Luka Dengan Video Terhadap Penyembuhan Luka Sesar. Penelitian Dewi bertujuan mengetahui keefektifan pendidikan kesehatan dengan media audio visual tentang nutrisi dan perawatan luka terhadap penyembuhan luka sesar. Metode yang digunakan adalah quasi experiment dengan consecutive sampling. Hasil yang didapatkan bahwa pendidikan kesehatan efektif dalam meningkatkan sikap dan pengetahuan tentang nutrisi dan perawatan luka. Perbedaan penelitian Dewi dengan penelitian ini adalah terletak pada variabel penelitian, desain penelitian, jalannya penelitian, lokasi dan teknik pengambilan sampling. 9. Kurniawan et al., (2011) The Effect of A Self- Management Support Program on The Achievement of Goals in Diabetic Foot Care Behaviors in Indonesian

13 Diabetic Patients. Menggunakan desain penelitian quasi experiment dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh dari program Self-Management (SM) dalam upaya pencegahan dan penanganan perawatan kaki diabetik. Hasil penelitian Kurniawan adalah, bahwa program Self-Manajemen efektif dalam meningkatkan pencegahan dan penanganan awal perawatan kaki pada pasien diabetik di Indonesia. Perbedaan penelitian Kurniawan dengan penelitian ini adalah terletak pada variabel yang diteliti, teknik pengambilan sampel, desain penelitian jalannya penelitian, lokasi penelitian dan analisis yang digunakan. 10. Istiqomah (2008) Promosi Kesehatan Pencegahan Komplikasi Kaki Diabetik dengan Metode Demonstrasi dan Metode Diskusi pada Penderita DM tipe 2 di Kota Yogyakarta Penelitian Istiqomah bertujuan untuk mengetahui efektifitas promosi kesehatan dengan metode demonstrasi dibanding metode diskusi terhadap peningkatan pengetahuan, sikap, dan praktik pencegahan komplikasi kaki diabetik pada penderita DM tipe 2. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu (quasi experimental design ) dengan rancangan non randomized pre-test dan post-test control group design, pengambilan sampel dengan metode purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan rerata nilai pengetahuan, sikap dan praktik terjadi pada pada kedua kelompok perlakuan. Namun peningkatan skor pengetahuan, sikap dan praktek kelompok metode demonstrasi lebih tinggi dibanding dengan kelompok metode diskusi. Perbedaan penelitian Istiqomah dengan penelitian ini adalah terletak pada

14 variabel yang diteliti, jalannya penelitian, lokasi penelitian dan analisis yang digunakan.