BAB II DESKRIPSI INSPEKTORAT JENDERAL DAN PERBENDAHARAAN TNI 2.1.Sejarah Inspektorat Jenderal dan Perbendaharaan TNI. Pembentukan organisasi Inspektorat Jenderal Tentara Nasional Indonsia berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2010 tentang Susunan Organisasi Tentara Nasional Indonesia. Organisasi Inspektorat Jenderal dan Perbendaharaan Tentara Nasional Indonesia disingkat Itjen TNI, merupakan Badan Staf dan Pelaksana Utama Pengawasan serta Pemeriksaan di Tingkat Mabes TNI, yang berkedudukan langsung di bawah Panglima TNI. Sebagai organisasi, Sumberdaya Manusia (SDM) Itjen TNI merupakan salah satu sumberdaya terpenting. Dibutuhkan produktivitas dan kinerja tinggi melalui peningkatan mutu sumberdaya manusia. Upaya pengembangan SDM ini merupakan kegiatan yang harus dilakukan agar kemampuan serta sikap SDM semakin meningkat sesuai dengan tuntutan pekerjaan dan kebutuhan institusi. Program pengembangan SDM dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan pemberian pendidikan dan pelatihan, pengembangan karir, pemberian insentif, promosi dan mutasi serta pemberian penghargaan atas prestasi kerja. Agar organisasi Itjen TNI dapat operasional telah diterbitkan Keputusan Panglima TNI dengan Nomor Kep/4/VIII/2004 tanggal 9 Agustus 2004 tentang Pokok-Pokok Organisasi dan Prosedur Inspektorat Jenderal dan Perbendaharaan TNI. Adapun Struktur Organisasi Itjen TNI yang digunakan saat ini adalah sebagai berikut: 12
13 IRJEN WAIRJEN SESPRI WAIRJ SEKRETAIRS KABAG RENPROGAR KABAG ANEV KABAG UMUM IROPS IRBEN IRUT OPS IRUT INTEL IRUT LAT IRUT TER IRUT LOG IRUT GARBIA IRUT DALMINKU IRUM IRUT PERS IRUTKUM IRUT SUS Gambar 2.1.Bagan Organisasi Itjen TNI Sebagai suatu sistem kerja yang berdasarkan hubungan kerja sama antara jabatan-jabatan secara langsung menurut prosedur yang berlaku, tidak adanya rasa sentimen atau pilih kasih, tanpa pamrih dan prasangka. Dimaksudkan juga untuk
14 mengorganisir secara teratur suatu pekerjaan yang dilakukan banyak orang sesuai tugas dan kewenangannya dengan dilandasi persepsi dan kesadaran hukum yang tinggi. Secara struktural Itjen TNI terdiri dari Sekretariat, Inspektorat Operasional, Inspektorat Umum, Inspektorat Perbendaharaan.Untuk mensukseskan Visi dan Misi TNI, Itjen TNI berupaya secara konsisten melakukan sejumlah hal, yaitu melaksanakan peningkatan dan penajaman fungsi Itjen TNI melalui efektivitas pelaksanaan pengawasan yang profesional, obyektif dan mandiri, sehingga mampu menjamin pelaksanaan tugas pokok organisasi TNI. Selain itu, Itjen TNI juga meningkatkan fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan program kerja dan anggaran, serta ketaatan terhadap peraturan yang berlaku dimulai sejak proses perencanaan serta melakukan upaya preventif terhadap terjadinya penyimpangan dan penyalahgunaan wewenang. Hal ini menjadi prioritas bagi Itjen TNI dalam mekanisme pelaksanaan pengawasan. Upaya Itjen TNI lainnya adalah dengan meningkatkan koordinasi dan konsultasi bersama institusi pengawasan lainnya seperti BPKP, BPK dan KPK, guna tercapainya sinergitas tugas dan fungsi pengawasan dalam rangka membentuk pemerintahan yang baik dan bersih atau Good Governance dan Clean Government. Mekanisme kerja yang berlaku di organisasi Itjen TNI, memiliki ciri khas tersendiri dan berbeda dengan organisasi lainnya dilingkungan TNI, termasuk organisasi diluar TNI. Ciri khas yang dimaksud adalah bahwa dalam Organisasi Itjen TNI memiliki tugas dan fungsi ganda, disatu sisi ada jabatan struktural disisi lain ada jabatan fungsional. Kondisi ini hanya berlaku bagi perwira yang memiliki
15 jabatan sebagai Inspektur utama dan madya, sedangkan jabatan perwira lainnya seperti jabatan Sekretaris, Inspektur bidang, kepala bagian, kepala sub bagian dan kepala urusan hanya memiliki tugas jabatan struktural. Pegawai negeri sipil Itjen TNI memiliki tugas dan fungsi sebagai pejabat staf pembantu yang ditempat di Sekretariat, para Inspektur bidang, para Kasubbag. Untuk Inspektur utama dan madya tidak memiliki staf PNS. Terkadang personel PNS juga diikutsertakan dalam pelaksanaan tugas pengawasan dan pemeriksaan sebagai operator komputer membantu tugas sekretaris tim pengawasan dan pemeriksaan. 2.2.Lingkup tugas dan fungsi Itjen TNI Itjen TNI bertugas menyelenggarakan pengawasan dan pemeriksaan (Wasrik) terhadap daya guna, hasil guna, tepat guna, tertib hukum dan tertib tindak dibidang pembinaan kesiapsiagaan, penggunaan dan pembangunan kekuatan serta perbendaharaan di Lingkungan TNI. Sejak bergulirnya Reformasi yang dimulai pada bulan Mei 1998, Pemerintah RI secara serius dan sungguh-sungguh bertekad untuk menjadikan Indonesia sebagai negara yang bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Tekad itu ditandai dengan lahirnya UU RI No. 28 tahun 1999 tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari KKN. Dalam perkembangan selanjutnya, Presiden RI dibawah kepemimpinan Bapak Dr.H. Susilo Bambang Yudoyono merespon tekad pemerintah tersebut dengan menerbitkan Peraturan Presiden No. 81 tahun 2010 tentang Grand design Reformasi Birokrasi 2010-2025 dan diikuti
16 oleh KemenPAN dan RB dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri PAN dan RB No. 20 tahun 2010 tentang ROAD MAP RB 2010-2014. Tentara Nasional Indonesia sebagai salah satu lembaga Negara juga tidak terlepas dari tuntutan reformasi birokrasi tersebut. Reformasi birokrasi TNI beranjak dari dua aspek, yaitu aspek struktural dan aspek kultural. Aspek struktural meliputi berbagai pembenahan di bidang struktur organisasi yang disesuaikan dengan perkembangan lingkungan nasional guna tercipta tata laksana yang efektif dan efisien. Aspek kultural diarahkan pada perubahan pola pikir dan perilaku prajurit serta kepatuhan terhadap hukum dan HAM, serta disiplin prajurit dalam melaksanakan tugasnya. Seiring berkembangnya tuntutan Reformasi, tuntutan untuk mencegah terjadinya penyimpangan dan penyalahgunaan wewenang dalam tata kelola pemerintahan juga semakin besar. Seluruh Kementerian dan Lembaga mau tidak mau harus merespon tuntutan tersebut melalui peningkatan peran dari Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) yang berada di Kementerian maupun Lembaganya masing-masing termasuk di dalamnya adalah Itjen TNI. 2.3.Sumberdaya Manusia. Susunan organisasi di Itjen TNI dibagi menjadi 4 unsur, diantaranya 1) unsur Pimpinan : Irjen TNI dan Wairjen TNI 2) unsur Sekretariat : Sekretaris Itjen TNI 3) unsur Pelaksana : Inspektur Operasi, Inspektur Umum dan Inspektur Perbendaharaan
17 4) unsur Pembantu Pimpinan : Sespri Itjen TNI Sedangkan jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 49 orang dengan pembagian untuk golongan III sebanyak 30 orang, golongan II sebanyak 18 orang dan golongan I sebanyak 1 orang. Dari 49 PNS yang menduduki jabatan struktural sebanyak 5 orang. Berdasarkan Daftar Susunan Personel yang ditetapkan oleh Panglima TNI, jumlah personel PNS Itjen TNI adalah 52 orang. Kondisi ini mempengaruhi pencapaian kinerja Satker, apalagi bila PNS Itjen TNI tidak didukung kemampuan pendidikan dan ketrampilan serta penguasaan materi tugas. 2.4.Tantangan Tugas Itjen TNI. Peran Itjen TNI sebagai pengawas internal di lingkungan TNI pasca diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), telah mengalami perubahan peran dan fungsi dimana yang semula hanya melakukan pengawasan dan pemeriksaan guna menemukan kesalahan dan penyimpangan yang dilakukan oleh satuan yang diperiksa dan ditindaklanjuti dengan rekomendasi yang menghasilkan jangka pendek ( Watchdog ), namun saat ini peran dan tugas tersebut semakin luas dan kompleks. Karena selain sebagai pengawas dan pemeriksa Itjen TNI dituntut untuk berperan sebagai penjamin kualitas ( Quality Assurance), konsultan patner (Consulting Partner) dan sebagai fasilitator ( Catalyst) dalam manajemen dan rekomendasi menghasilkan manfaat jangka panjang. Di sisi lain tuntutan untuk
18 melakukan reviu baik terhadap Laporan Keuangan ( LK) maupun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) juga perlu menjadi perhatian tersendiri. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, dibutuhkan disiplin kerja yang tinggi yang didukung dengan kemampuan dan pengalaman kedinasan sesuai inspektorat bidang masing-masing. Dinamika kedinasan yang tinggi dari perwira Itjen TNI karena sering melaksanakan pengawasan dan pemeriksaan selama 21 hari kerja di luar kantor bahkan sampai ke luar negeri, kondisi ini menutut kemampuan PNS Itjen TNI dalam menyelesaikan tugas di kantor yang akan menjadi penilaian terhadap kinerja Itjen TNI. Kinerja berasal dari bahasa job performance atau actual perpormance ( prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang atau suatu institusi). Jadi, kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka untuk menciptakan tujuan organisasi. Kekurangan jumlah personel PNS juga sangat mempeingaruhi penyelesaian tugas-tugas kantor, apalagi adanya beberapa PNS yang harus melaksanakan rangkap jabatan. Rangkap jabatan ini juga belum memperhatikan kompetensi, pendidikan dan keahlian yang dimiliki personel tersebut. Akibatnya pekerjaan tidak dapat diselesaikan tepat pada waktunya, dimana akan mempengaruhi hasil kinerja Itjen TNI. Kinerja seseorang dapat ditingkatkan bila ada kesesuaian antara pekerjaan dengan keahliannya, begitu pula halnya dengan penempatan pegawai pada bidang tugasnya. Menempatkan pegawai sesuai dengan keahliannya secara mutlak harus dilakukan. Bila pegawai diberikan tugas tidak sesuai dengan
19 keahliannya akan berakibat menurunnya cara kerja dan hasil pekerjaan mereka, juga akan menimbulkan rasa tidak puas pada diri mereka.rasa kecewa akan menghambat perkembangan moral kerja PNS. 2.5.Proses/Kegiatan Fungsi Inspektorat Jenderal TNI. Guna terlaksananya tugas tersebut, Itjen TNI mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut: 1) Menyelenggarakan Wasrik dibidang kesiapsiagaan, penggunaan dan pengembangan sistem serta metode. 2) Menyelenggarakan Wasrik dibidang pengembangan dan penggunaan personel serta masalah yang bersifat khusus. 3) Menyelenggarakan Wasrik terhadap jajaran TNI dibidang penyiapan bekal, penggunaan dukungan, perbendaharaan dan pembangunan materiil serta fasilitas TNI. 4) Pelaporan dan saran tindak lanjut atas segala kekurangan dan penyimpangan yang terjadi dalam jajaran TNI kepada Panglima TNI. Sesuai dengan perkembangan paradigma, fungsi Aparat Pengawas Internal (API) mengalami perubahan pasca diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), yang dikelompokan ada tiga fungsi utama yaitu: 1) melaksanakan Wasrik kinerja/operasional. 2) melaksanakan Wasrik dengan tujuan tertentu (wasrik khusus).
20 3) melaksanakan Reviu atas Laporan Keuangan (LK) dan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA). Sebagai implemetasi dari tugas pokok dan fungsi manajemen bidang pengawasan, Itjen TNI melaksanakan serangkaian kegiatan antara lain : 1) Melaksanakan Wasrik kinerja/operasional terhadap satuan kerja yang ada dilingkungan TNI baik TNI AD, TNI AL maupun TNI AU. Kegiatan Wasrik kinerja dilakukan setiap triwulan, atau empat kali dalam setahun, adapun sasaran dari pengawasan adalah dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan yang dilaksanakan oleh masing-masing unit organisasi/satuan Kerja (Satker) telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik. 2) Melaksanakan Wasrik dengan tujuan tertentu sesuai Perintah Panglima TNI yang meliputi Wasrik ketaatan dan Wasrik investigasi. Kegiatan Wasrik dengan tujuan tertentu dilaksanakan hanya bersifat urgen atau sewaktu-waktu, atas dasar temuan dari wasrik kinerja maupun berdasarkan laporan dari pihak tertentu dimana diduga telah terjadi penyimpangan atau pelanggaran pidana. 3) Melaksanakan Wasrik terhadap kinerja atase pertahanan (Athan) diluar negeri. Kegiatan Wasrik kinerja terhadap Athan, baik sasaran maupun waktu pelaksanaannya sama dengan pelaksanaan Wasrik kinerja terhadap Satker lainnya yaitu dilaksanakan satu kali setiap triwulan atau empat kali dalam setahun.
21 4) Melaksanakan Reviu terhadap Laporan Keuangan (LK) dan Rencana Kerja Anggaran (RKA) Satker yang ada dilingkungan TNI. Kegiatan Reviu merupakan kegiatan Wasrik yang diarahkan untuk mengetahui apakah kegiatan Satker dalam hal penyusunan laporan keuangan maupun penyusunan rencana kerja anggaran sudah sesuai dengan ketentuan, kalaupun ditemukan adanya ketidaksesuaian, Satker yang diperiksa mempunyai kewajiban untuk memperbaikinya.