LAMPIRAN 1. HASIL WAWANCARA DENGAN KOMPOL R. SITUMORANG, KASI. OPS. LAT. DIT. SAMAPTA POLDASU

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PERAN KEPOLISIAN DALAM MENANGGULANGI KERUSUHAN YANG TERJADI PADA SAAT DEMONSTRASI. D. Peran Kepolisian Sebelum Kegiatan Unjuk Rasa

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) SATUAN SABHARA POLRES MATARAM DALAM PENANGANAN UNJUK RASA

BAB II FAKTOR FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KERUSUHAN PADA SAAT DEMONSTRASI

PENGENDALIAN DAN CARA BERTINDAK TERHADAP AKSI UNJUK RASA

PERAN KEPOLISIAN DALAM PENANGGULANGAN KERUSUHAN YANG TERJADI PADA SAAT DEMONSTRASI (STUDI : POLDA SUMUT) SKRIPSI OLEH

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) BAG OPS POLRES PARIAMAN

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA LINTAS GANTI DAN CARA BERTINDAK

anarkis, Polda yogyakarta melakukan upaya sebagai berikut; a. upaya melalui pendekatan dan kerjasama demonstran dengan pihak kepolisian.

PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PELETON PENGURAI MASSA

BAB I PENDAHULUAN. sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Hak asasi manusia meliputi: Hak untuk

PEDOMAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG

LAPORAN HASIL PELAKSANAAN TUGAS PENGAMANAN KEGIATAN UNJUK RASA DARI KELOMPOK BADAN PENYELAMAT PEMERINTAH ACEH (BPPA ) DI KANTOR DPRA KOTA BANDA ACEH

NASKAH SEMENTARA STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR KEGIATAN PENGENDALIAN MASSA SAT SABHARA POLRES SUMBAWA BARAT BAB I PENDAHULUAN

WALIKOTA BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sejak bergulirnya era reformasi di Indonesia yang dimulai pada tahun 1998,

STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR TENTANG TIPIRING

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA LINTAS GANTI DAN CARA BERTINDAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota kota besar di

UPAYA POLRES JAYAPURA KOTA DALAM MENANGANI DEMONSTRASI ANARKIS DI KOTA JAYAPURA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) tentang SISTEM PENGAMANAN KANTOR KPUD LOMBOK BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepentingan orang yang melaksanakan hak-haknya, misalnya hak untuk

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGAMANAN EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA

I. PENDAHULUAN. sehingga banyak teori-teori tentang kejahatan massa yang mengkaitkan dengan

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SISTEM PENGAMANAN MAKO KEPOLISIAN RESORT MATARAM TAHUN 2016

STANDAR OPRASIONAL PROSEDUR ( SOP ) PELETON PENGURAI MASSA (RAIMAS) SATUAN SABHARA SETINGKAT POLRES

RENCANA LATIHAN RUTIN FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN POLRES BIMA TA. 2016

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGAMANAN EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Asasi manusia dijamin oleh UUD 1945 dan Deklarasi Universal Hak-hak

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DIMUKA UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang menjujung nilai-nilai demokrasi.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) SATUAN SABHARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia merupakan negara hukum, hal ini tertuang pada

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

TINJAUAN HUKUM PENANGANAN UNJUK RASA OLEH ANGGOTA UNIT DALMAS SATSABHARA POLRESTABES SEMARANG

PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN TINDAK PIDANA RINGAN (TIPIRING)

PROSEDUR TETAP KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PROTAP/ 1 / X / 2010 TENTANG PENAGGULANGAN ANARKI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR SUMATERA UTARA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH KEPULAUAN RIAU RESORT KARIMUN

URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA MADIUN No Jabatan Tugas :

2017, No Mengingat : Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. POL. : 5 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYADAPAN PADA PUSAT PEMANTAUAN

SOP (STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR) TENTANG PENYELIDIKAN DI LINGKUNGAN SIPROPAM POLRES BIMA

PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA, KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, DAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

TINDAK PIDANA YANG DITIMBULKAN OLEH RUSUH MASSA DALAM PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DI TELUK KUANTAN. (Studi Kasus Polres Teluk Kuantan) ARTIKEL

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia saat ini telah memasuki era reformasi yang

PEDOMAN TINDAKAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PADA PENEGAKAN HUKUM DAN KETERTIBAN DALAM PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT MATARAM PROSEDUR TETAP SISTEM PENGAMANAN MAKO KEPOLISIAN RESORT MATARAM

7. PENUTUP Kesimpulan

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

I. PENDAHULUAN. Anarkis merupakan sebuah sistem sosialis tanpa pemerintahan, anarkis dimulai di

PERATURAN DIREKTORAT RESERSE KRIMINAL KHUSUS KEPOLISIAN DAERAH KALIMANTAN TIMUR NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENETAPAN PEMBAGIAN DAER

SOP ( STANDAR OPERSIONAL PROSEDUR ) TENTANG PENGENDALIAN MASSA KEPOLISIAN RESORT LOMBOK TENGAH

KEDUDUKAN HIRARKI PROSEDUR TETAP BAGI ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DALAM MENANGANI KERUSUHAN MASSA DAN HUBUNGANNYA DENGAN HAM

I. PENDAHULUAN. masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan; menyelenggarakan segala kegiatan

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

I. PENDAHULUAN. dirasakan tidak enak oleh yang dikenai oleh karena itu orang tidak henti hentinya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa. bantuan orang lain dan terjadi ketergantungan juga

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2006 NOMOR 4 SERI D

STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR SEKSI PROPAM POLRES LOMBOK TIMUR Nomor : R /01/I/ 2016

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi. Dalam

BAB V PENUTUP. Penyalahguna magic mushroom dapat dikualifikasikan sebagai. golongan I sebagaimana dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan dan

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) PENANGANAN KONFLIK SOSIAL

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (RENJA - SKPD) TAHUN ANGGARAN 2019

PEDOMAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) INISIATIF. Tentang SISTEM PENGUNGKAPAN KASUS SAT RESKRIM DENGAN TEAM ELITE SAT SABHARA POLRES LOMBOK TIMUR

SURAT EDARAN Nomor: SE/ 06 / X /2015. tentang PENANGANAN UJARAN KEBENCIAN (HATE SPEECH)

V. PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai upaya penanggulangan

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TATA CARA PENGELOLAAN BARANG BUKTI DI LINGKUNGAN DIREKTORAT RESESRE NARKOBA KEPOLISIAN DAERAH NUSA TENGGARA BARAT

TINDAKAN KEPOLISIAN TERHADAP MASSA YANG ANARKIS PADA SAAT UNJUK RASA DI MUKA UMUM. (Studi Unjuk Rasa di Wilayah Hukum Polresta Padang) JURNAL.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berawal dari aksi teror dalam bentuk bom yang meledak di Bali pada

PELAKSANAAN PENANGANAN UNJUK RASA DALAM RANGKA MENJAGA KEAMANAN DAN KETERTIBAN MASYARAKAT DI KEPOLISIAN DAERAH JAWA TENGAH

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

Pelanggaran Hak-Hak Tersangka 2013 Wednesday, 01 January :00 - Last Updated Wednesday, 22 January :36

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian dan pembahasan berdasarkan rumusan masalah dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian.

Peranan Kepolisian Dalam Pengamanan Demonstrasi Di Wilayah Hukum Resor Kota Padang ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. Belanda. Istilah preman sendiri berasal dari bahasa Belanda yaitu vrijman yang

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia.

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Ta

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. sangat berbeda dalam sifat dan substansinya (Rahardjo, 2010)

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERANAN POLRES LANGKAT DALAM PENANGANAN KASUS PEMBUNUHAN BERENCANA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PELAYANAN PENERBITAN SURAT IJIN, PEMBERITAHUAN KEGIATAN MASYARAKAT DAN PENYAMPAIAN PENDAPAT DIMUKA UMUM

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG BIMBINGAN PENYULUHAN KEAMANAN DAN KETERTIBAN MASYARAKAT

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN PELAKSANAAN TUGAS PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

LAMPIRAN 1. HASIL WAWANCARA DENGAN KOMPOL R. SITUMORANG, KASI. OPS. LAT. DIT. SAMAPTA POLDASU Pertanyaan : Apa sebenarnya faktor faktor penyebab terjadinya kerusuhan pada waktu melakukan demonstrasi? Jawaban : dalam melakukan unjuk rasa atau demonstrasi sering terjadi kerusuhan ataupun anarki. Kerusuhan ini disebabkan karena beberapa faktor. faktor faktor tersebut antara lain, pertama faktor potensial. Faktor potensial kerusuhan adalah psikologi masyarakat yang yang mempunyai kemampuan atau potensi sebagai pemicu terjadinya kerusuhan. Hal ini akan semakin jelas jika didorong oleh unsur unsur seperti kondisi perekonomian masyarakat yang mengalami tekanan terburuk dan kondisi sosio kultur masyarakat. Kedua, faktor rekayasa. Faktor rekayasa merupakan kesengajaan yang dibuat pihak tertentu karena adanya kepentingan tertentu yang ingin di capai untuk dengan cara meletupkan kerusuhan. Ketiga, Faktor Kurang Koordinasi antara demonstran dengan aparat kepolisian. Hal ini dapat menjadi penyebab kerusuhan karena di dalam tata cara menyampaikan pendapat di muka umum harus diberitahukan berapa estimasi massa yang akan ikut dalam kegiatan unjuk rasa tersebut, sebagaimana yang ada pada pasal 11 undang undang nomor 9 tahun 1998. Karena bisa saja ada sekelompok orang yang tidak bertanggung jawab masuk kedalam barisan, lalu berusaha mengacaukan keadaan. Kekempat, faktor ketidakpuasan masyarakat. Rasa lelah dalam berunjuk rasa dan merasa tidak dihargai serta besarnya harapan akan perubahan yang diharapkan tidak mendapat tanggapan dari instansi terkait menjadi penyulut aksi diluar konteks hokum yang berlaku. Aksi aksi teror, pengrusakan, intimidasi ataupun tindak pidana terhadap jiwa dan benda lain dapat terjadi dalam hal ini. Factor potensi psikologi massa yang tidak stabil juga berpengaruh dalam timbulnya kerusuhan ini. Massa yang tidak menerima hasil yang dari usaha yang dilakukan atau hasil yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, akan dengan mudah tersulut emosinya dan melakukan tindakan melanggar hokum. Kelima,

faktor kurang pengamanan. Dalam hal ini melaksanakan prosedur tetap (protap) sesuai Peraturan Kepala Polri No 16/2006 tentang pedoman pengendalian massa yang mengatur cara bertindak, jumlah kekuatan, peralatan yang digunakan, dan strategi pelaksanaannya. Kesempatan untuk melakukan tindakan rusuh dan anarkis dapat saja dilakukan oleh para demonstran karena melihat kekuatan serta peralatan yang dipakai oleh Polisi tidak sesuai dengan apa yang ditetapkan dalam Peraturan Kepala Polri No 16/2006 tentang pedoman pengendalian massa. Pertanyaan : bagaimana peran kepolisian dalam menanggulangi kerusuhan pada saat demonstrasi? Jawaban : dalam melakukan pengamanan terhadap unjuk rasa polisi memegang peranan penting karena kepolisianlah yang bertanggung jawab terhadap keamanan Negara. Dalam melakukan pengamanan terhadap unjuk rasa ada pedoman yang harus dilakukan polisi. Pedoman itu tertuang dalam Peraturan Kapolri Nomor 16 Tahun 2006 tentang pedoman pengendalian massa. Pedoman lain adalah Undang undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara, dan Undang undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang kemerdekaan menyampaikan pendapat dimuka umum. Dalam melakukan unjuk rasa pengunjuk rasa haru terbih dahulu melakukan pemberitahukan bahwa akan dilakukan unjuk rasa kepada pihak kepolisian setempat. Selain itu ada ketantuan ketentuan lain yang harus dipenuhi, hal ini tertuang secara lengkap dalam Undang Undang Nomor 9 Tahun 1998 tersebut. Pertanyaan : Bagaimana persiapan yang dilakukan polisi sebelum melakukan pengamanan unjuk rasa? Jawaban : Sebelum kegiatan unjuk rasa polisi melakukan persiapan persiapan seperti mengecek kekuatan personil dan peralatan setelah terlebih dahulu memperlajari karakter massa. Pasukan yang di turunkan khusus untuk melakukan pengamanan ini adalah pasukan Pengendali Massa (Dalmas). Pertanyaan : Pada saat unjuk rasa berlangsung, bagaimana pengamanan yang dilakukan kepolisian?

Dalam pengaman saat kegiatan unjuk rasa, tindakan yang dilakukan kepolisian memiliki tahap tahap. Tahap pertama yaitu tahap tertib (hijau). Pada saat ini situasi masih tertib. Dan pasukan dalmas hanya memakai PDL tanpa alat lain. Tahap kedua yaitu tahap tidak tertib (Kuning). Pada tahap ini situasi mulai tidak tertib. Sudah ada tindakan seperti mendorong pasukan dalmas atau kegiatan seperti membakar sesuatu atau kegiatan lain yang mengganggu ketertiban umum. Dalam hal ini pasukan dalmas sudah dibekali dengan helm, Tongkat T, perisai dan pelidung kaki dan tangan. Tahap ketiga adalah tahap melawan hokum (Merah). Pada tahap ini keadaan sudah rusuh dan perlu dilakukan penindakan. Untuk itu diturunka PHH dari Brimob Polri. Pada tahap ini polisi sudah bisa melakukan tindakan hokum seperti pengejaran, pembubaran bahkan penembakan apabila mendapat persetujuan dari Kapolda setempat. Mengenai pengaturan selanjutnya ada diatur dalam Peraturan Kapolri Nomor 16 Tahun 2006. Pertanyaan : Bagaimana peran kepolisian setela Unjuk rasa selesai? Jawaban : Setiap mengakhiri kagiatan dalmas, Pimpinan kesatuan wajib melakukan kaji ulang yang merupakan rangkaian kegiatan untuk menganalisa dan mengevaluasi hasil pelaksanaan tugas guna mengadakan koreksi terhadap tindakan dan cara bertindak yang tidak sesuai dengan prosedur. Hal ini juga berguna dalam pelaksanaan pengendalian massa atau Dalmas selanjutnya. Setelah selesai pelaksanaan tugas Dalmas, satuan dalmas kembali kemarkas satuan masing masing dengan tertib. Pertanyaan : Apa kendala yang dihadapi kepolisian dalam melakukan pengaman unjuk rasa ini? Jawaban : kendala kendala tersebut antara lain seperti masalah Hak Azasi Manusia. Dalam pelaksanaan peran Dalmas untuk menanggulangi kerusuhan, sering upaya represif dari Kepolisian berbentur dengan Hak Azasi Manusia. Pasukan Dalmas yang melakukan pengejaran dan pemukulan kepada pengunjuk rasa yang anarkis sering dituding melakukan Pelanggaran Hak azasi Manusia. Kendala lain yaitu kurangnya kesadaran hokum masyarakat. Pengetahuan

masyarakat akan hokum perlu ditingkatkan karena dengan tingginya kesadaran masyarakat akan hokum maka akan mengurangi kemungkinan terjadinya kerusuhan. Informasi ataupun sosialisasi peraturan baru perlu dilakukan secara langsung, apalagi di pedesaan. Karena sosialisasi melalui media elektronik tidak semuanya dapat merasakan. Selain itu penyuluhan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan hukum yang berlaku perlu dalam menciptakan situasi yang aman. Kandala lain adalah kurangnya koordinasi. Kurangnya koordinasi bukan hanya pada tahap persiapan saja atau sebelum dilakukan unjuk rasa, tetapi juga pada saat berlangsungnya unjuk rasa. Dalmas dalam hal ini bukan hanya sebagai pengaman dalam aksi unjuk rasa tetapi juga sebagai perantara antara pengunjuk rasa dengan pihak atau instansi yang dituju. Koordinasi pada saat terjadinya unjuk rasa dapat berupa negosiasi yang dilakukan oleh pihak atau instansi yang dituju dengan pengunjuk rasa melalui negosiator dari kepolisian pada saat unjuk rasa. Dalam hal ini instansi atau pihak terkait haruslah aktif melakukan komunikasi dengan pihak Kepolisian supaya tidak timbul kerusuhan akibat ketidakpuasan massa pengunjuk rasa dengan hasil atau solusi yang didapat dari kegiatan berunjuk rasa tersebut. Pertanyaan : apa upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut? Jawaban : Upaya yang dilakukan adalah dengan melkuakan koordinasi. Sebelum dilakukan pengamanan terhadap pengemanan unjuk rasa maka perlu dilakukan rapat koordinasi. Koordinasi dilakukan baik didalam tubuh Dalmas sendiri ataupun koordinasi dengan pihak instansi yang terkait. Pada saat dan setelah unjuk rasapun koordinasi terus dilakukan. Upaya lain adalah dengan melakukan penyuluhan hokum kepada masyarakat. Penyuluhan Hukum kepada masyarakat dilakukan oleh BIMMAS dengan dibantu oleh Kepolisian dari fungsi lain tergantung pada materi yang dibawakan. Kurangnya kesadaran hukum masyarakat dikarenakan karena kurangnya pengetahuan akan hukum. Maka untuk itu perlu dilakukan penyuluhan hukum kepada masyarakat. Peningkatan kualitas dan profesionalisme anggota kepolisian juga merupakan suatu upaya dalam mengatasi kendala. Karena dengan terciptanya anggota kepolisian yang professional maka

kemungkinan terjadinya pelanggaran yang dilakukan dalam pelaksanaan tugas seperti masalah Hak Asasi Manusia dapat dihindari. 2. HASIL WAWANCARA DENGAN KOMPOL P.F.H. TAMPUBOLON, KASUBBAG DOKLIPUT RESKRIM POLDASU Pertanyaan : Bagaimana peran kepolisian dari fungsi Reserse Kriminal dalam pengamanan dalam unjuk rasa? Jawab : Dalam pengamanan unjuk rasa, polisi dari fungsi reserse criminal sebenarnya tidak memiliki peranan sangat vital. Karena yang bertugas untuk itu adalah polisi dari fungsi Samapta yaitu pasukan Dalmas. Tetapi polisi dari fungsi Reskrim memiliki peran sebagai satuan pendukung pasukan Dalmas pada saat terjadi kegiatan unjuk rasa. Pertanyaan : Jadi pada saat kapan bagian Reskrim mempunyai peran vital terkait unjuk rasa? Jawab : Reskrim mempunyai peran penting dalam hal penegakan hukumnya. Artinya apabila ada tindakan pelanggaran hukum yang terjadi pada saat terjadi unjuk rasa seperti pengerusakan terhadap benda, provokasi, dan lain sebagainya, maka yang menangani hal ini adalah polisi dari fungsi Reskrim. Pelaku mungkin tertangkap tangan melakukan pelanggaran hokum ataupun hasil penyelidikan oleh polisi. Pertanyaan : kemana diberikan surat pelaporan akan melakukan unjuk rasa oleh pengunjuk rasa? Jawab : pelaporan diberikan kepada Kantor Kepolisian setempat. Surat ditujukan kepada kepala kepolisian setempat seperti kepada Kapolsek, Kapolres, Kapolda, dan sebagainya. Hal ini ada diatur pada UU Nomor 9 Tahun 1998. selanjutnya pihak Intelkam akan menganalisanya dan memberikan pelaporan kepada Kepala Kepolisian yang bersangkutan supaya dapat menentukan kekuatan yang diperlukan Dalmas sesuai dengan tahapan tahapan dalam pengamanan.

3. HASIL WAWANCARA DENGAN KOMPOL Y. LASE, KASI YAN MIN DIT. INTELKAM POLDASU. Pertanyaan : Bagaimana peran Intelkam sebelum terjadi kegiatan unjuk rasa? Jawab : Sebelum dilakukannya kegiatan unjuk rasa, fungsi Intelkam bertugas untuk menerima dan mempelajari karakteristik massa pengunjuk rasa dalam rangka persiapan kekuatan pasukan Dalmas. Serta persiapan langkah langkah apa yang harus dilakukan pada saat dilapangan. Hasil analisa ini kemudian disampaikan kepada kepala kepolisian setempat. Kemudian kepala kepolisian memberikan instruksi kepada pasukan Dalmas. Pertanyaan : Pada saat kegiatan unjuk rasa, apa peran Intelkam? Jawab : Dalam pelaksanaan unjuk rasa, pihak kepolisian melakukan rekaman jalannya unjuk rasa mengunakan video kamera baik bersifat umum maupun khusus, selama unjuk rasa berlangsung. Keberadaan pasukan Dalmas yang juga merupakan manusia biasa, tidak mungkin memantau kagiatan yang dilakukan pangunjuk rasa secara perorangan. Jadi pemantauan dilakukan dengan menggunakan kamera video yang dilakukan oleh kapolisian dari fungsi Intelkam. Tujuan pemantaun dengan kamera ini juga berguna dalam penegakan hukum apabila ada kegiatan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh orang tertentu. Pertanyaan : setelah unjuk rasa selesai apakah ada peran lain yang masih harus dilakukan oleh Intelkam? Jawab : apabila pada pelaksanaan kegiatan unjuk rasa terjadi kerusuhan, maka semua tindakan penegakan hukum seperti proses hukum kepada tersangka yang tertangkap tangan melakukan pelanggaran hukum, pencarian terhadap tersangka pelaku kerusuhan diserahkan kepada kepolisian dari fungsi Reserse Kriminal bekerja sama dengan Fungsi lain, Seperti Intelkam untuk hasil yang maksimal.