Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion Edisi 4, Volume 2, Tahun 2014

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI JEMBER PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 06 TAHUN 2015 TENTANG PERANGKAT DESA

BUPATI PATI PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERANGKAT DESA

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

BUPATI ROKAN HILIR PROVINSI RIAU

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI TANA TORAJA PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERATURAN DESA CINTARASA KECAMATAN SAMARANG KABUPATEN GARUT NOMOR : 5 TAHUN 2016 SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KEJA PEMERINTAH DESA

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 60 TAHUN 2018 TENTANG DISIPLIN APARATUR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT,

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 23 TAHUN 2017 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN

PEMERINTAH KABUPATEN KUBU RAYA

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,

BUPATI MANGGARAI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2006 NOMOR 13 SERI E NOMOR SERI 9 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 10 TAHUN 2006

BUPATI SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA

BUPATI LOMBOK TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2006 T E N T A N G

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG,

PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI FLORES TIMUR,

Pasal 23 Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa.

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU NOMOR 03 TAHUN 2007 TENTANG PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEKADAU,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN SUSUNAN ORGANISASI PEMERINTAHAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN DAN KELEMBAGAAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,

PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG

PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA PEMERINTAHAN DESA

P E R A T U R A N D A E R A H

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR : 14 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG KEWENANGAN DAN KELEMBAGAAN DESA

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI PEMERINTAH DESA

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SELAYAR NOMOR 11 TAHUN 2006 T E N T A N G SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 2 TAHUN 2007 SERI D.2

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa

T E N T A N G PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA

WALIKOTA BANJARMASIN

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENGISIAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2006 NOMOR: 6

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 01 TAHUN 2008 T E N T A N G BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO,

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

BUPATI LOMBOK TENGAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2013 TENTANG DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PENGANGKATAN, DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

PEMERINTAH KOTA BATU

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEMERINTAHAN DESA

Transkripsi:

ANALISA HUKUM TERHADAP TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERANGKAT DESA DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KEPADA MASYARAKAT DI LOMPIO KECAMATAN SIRENJA KABUPATEN DONGGALA KRISYOHAN / D 101 08 424 ABSTRAK Tujuan Penulisan ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis aspek hukum pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi Perangkat dalam Memberikan Pelayanan Kepada Masyarakat di Desa Lompio Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala. Tipe penelitian ini adalah penelitian yang bersifat yuridis empiris. Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan peraturan perundangundangan dan pendekatan konsep berkaitan dengan Tugas Pokok dan Fungsi Perangkat desa dan Pelayanan. Bahan hukum yang digunakan adalah Bahan hukum primer yaitu peraturan perudang-undangan seperti Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa. Bahan hukum sekunder yaitu bahanbahan yang erat hubungannya dengan hukum dan dapat membantu menganalisis serta memahami bahan hukum primer. Teknik Analisa Bahan Hukum yang digunakan yaitu data-data yang dikumpul disusun secara kualitatif kemudian memaparkan data-data yang diperoleh dari lapangan, sehingga mendapatkan suatu kebenaran dengan menguraikan bahan hukum yang sudah terkumpul dengan demikian dapat dilakukan pemecahan masalah. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Perangkat desa Lompio dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat masih menerapkan standar nilai atau norma pelayanan secara sepihak, seperti pemberian pelayanan yang hanya berdasarkan pada juklak sehingga kecenderungan yang terjadi adalah lemahnya komitmen Perangkat desa untuk akuntabel terhadap masyarakat yang dilayaninya. Kemudian Perangkat desa Lompio lebih mementingkan kepentingan pimpinan daripada kepentingan masyarakat pengguna jasa. Perangkat desa Lompio kadang tidak merasa bertanggungjawab kepada masyarakat, melainkan bertanggung jawab kepada pimpinan atau atasannya, sehingga pelayanan yang dilakukan perangkat desa Lompio belum berjalan secara maksimal. Kata Kunci : Tugas Pokok, Fungsi, Perangkat Desa dan Pelayanan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah telah memberikan arah perubahan dalam penyelenggaraan pemerintahan. Setiap daerah diberi kewenangan dan dituntut untuk meningkatkan kemandirian daerah baik dalam hal keuangan maupun kualitas sumber daya manusianya. 1 Pemerintah daerah harus berupaya untuk lebih meningkatkan kualitas sumber daya aparatur disegala bidang karena peran sumber daya aparatur diharapkan dapat meningkatkan kinerja pemerintahan dalam 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Junto Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa, guna mengatasi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan, telah tertuang dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Dimana dalam pasal 2 ayat (1) disebutkan desa mempunyai Jumlah penduduk, luas wilayah, bagian wilayah kerja, perangkat, sarana dan perasarana pemerintah. 2 Sebagai salah satu unit terkecil dalam pemerintahan sebuah negara, pemerintahan desa memegang peranan yang penting dalam mewujudkan pemerintahan yang baik. Oleh karena itu, pemerintahan desa harus dapat memberikan pelayanan prima kepada masyarakat, sebab pelayanan prima merupakan salah satu prinsip untuk mewujudkan kepemerintahan yang baik Untuk memberikan pelayanan prima kepada masyarakat, pemerintahan desa harus didukung oleh perangkat-perangkat yang handal atau akuntabel. Perangkat yang handal atau akuntabel merupakan perangkat desa yang memahami dan dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya (Tupoksi) sesuai dengan bidang tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Disamping itu, mereka tentu harus melaksanakan tugas pokok dan fungsinya (Tupoksi) sesuai dengan bidang tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Disamping itu, mereka tentu harus memiliki komitmen dan tanggung jawab moral terhadap masyarakat. B. Rumusan Masalah Bagaimana Analisa Hukum Pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi Perangkat Dalam Memberikan Pelayanan Kepada Masyarakat Di Desa Lompio Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala? II. PEMBAHASAN A. Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa menyebutkan desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yurisdiksi, berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan/atau dibentuk dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di kabupaten/kota, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Landasan pemikiran dalam pengaturan mengenai desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat. 3 Undang-Undang ini mengakui otonomi yang dimiliki oleh desa ataupun dengan sebutan lainnya dan kepada desa melalui pemerintah desa dapat diberikan penugasan ataupun pendelegasian dari Pemerintah ataupun pemerintah daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah tertentu. Sedang terhadap desa di luar desa geneologis yaitu desa yang bersifat administratif seperti desa yang dibentuk karena pemekaran desa ataupun karena transmigrasi ataupun karena alasan lain yang warganya pluralistis, majemuk, ataupun heterogen, maka otonomi desa akan diberikan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang mengikuti perkembangan dari desa itu sendiri. Sebagai perwujudan demokrasi, dalam penyelenggaraan pemerintahan Desa dibentuk Badan Permusyawaratan Desa atau sebutan lain yang sesuai dengan budaya yang berkembang di Desa bersangkutan, yang berfungsi sebagai lembaga pengaturan dalam penyelenggaraan pemerintahan Desa, seperti dalam pembuatan dan pelaksanaan Peraturan Desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, dan Keputusan Kepala Desa. Di desa dibentuk lembaga kemasyarakatan yang berkedudukan sebagai mitra kerja pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat desa. B. Peraturan Perundangan-Undangan Dalam penjelasan resmi UUD 1945 disebutkan bahwa Indonesia adalah Negara Desa 2 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang 3 Ibid

berdasar atas hukum (Rechtsataat) tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka. Untuk itu Setiap undang-undang dasar mempunyai maksud, yang mengutarakan tujuan Negara. Dalam setiap konstitusi ada tercantum bahwa tujuan Negara adalah untuk memelihara dan untuk mengembangkan kesejahteraan serta keselamatan warganegaranya. 4 Maksud dari UUD 1945 dilihat dalam pembukaan alinea ke 4 : Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintahan Negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah dara Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertibaan dunia. 5 Bentuk Negara Indonesia adalah Negara kesatuan dan dalam penyelengaraan Negara berdasarkan perinsip demokrasi, maka tugas dan urusan Negara sebagian diberikan pada masing-masing daerah yang disebut dengan otonomi daerah. Pembagian daerah dalam rangka desentralisasi diamanatkan Dalam pasal 18 ayat (1) dan (2) Undang- Undang Dasar 1945 yaitu: (1) Negara kesatuan republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah, provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota yang tiaptiap provinsi, kabupaten dan kota itu mempenyai pemerintahan daerah yang di atur dengan undang-undang (2) Pemerintah daerah Provinsi, Kabupaten dan kota mengatur sendiri urusan pemerintahan menurut azas otonomi dan tugas pembantuan. 6 Dalam pasal 18 ayat (1) Undang- Undang Dasar 1945, menggunakan istilah dibagi atas bukan terdiri atas, ini dimaksudkan bahwa Negara Republik Indonesia adalah Negara kesatuan yang utuh dan kemudian dibagi menjadi tiap-tiap daerah provinsi dan kabupaten agar lebih tercapainya tujuan demokrasi bangsa. Olehnya itu tugas dan 4 Andi Mustari Pide, Pengantar Hukum Tata Negara, Universitas Ekasakti Padang,1987, Hlm 33 5 Undang-Undang Dasar 1945 Dan Perubahannya, Belabook Media, 2010. 6 Ibid tanggung jawab Negara tidak bertumpuh pada pemerintah pusat saja, melainkan diberikan kepada masing-masing daerah baik provinsi maupun kabupaten, kota dan desa. Desa sebagai kesatuan masyarakat hukum memberi pemahaman yang mendalam bahwa institusi desa bukan hanya sebagai entetitas administratif (admnistrative entity), tetapi sebagai entitas hukum (legal entity), yang berarti harus di hargai, dilindungi dalam struktur pemerintahan di indonesia. Hal ini terkait dengan konsep Indonesia mengenai hubungan antara manusia yang tidak sekedar tercermin dari ikatan persaudaraan (brotherhood), tetapi meliputi pula hubungan antara manusia dan sekaligus sebagai pribadi dalam masyarakat (komunitas), sehingga kaitannya menjadi lebih luas, yakni persaudaraan dan kekeluargaan. Berkaitan dengan pelayanan di pemerintahan desa diharapakn dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dengan menggunakan jalur atau mekanisme apapun yang paling memadai. Berbicara pelayanan perangkat desa, tidak dapat dipisahkan dengan pembahasan layanan pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Dengan demikian, terhadap prinsip-prinsip dan asas-asas pemberian layanan juga tetap harus mengacu pada prinsip-prinsip dan asas-asas yang berlaku dalam pelayanan secara umum. Dalam penyelenggaraan pelayanan tertentu di desa, ada kalanya merupakan bagian dari rangkaian pelayanan oleh pemerintah daerah. Sebagian besar pelayanan di desa pada dasarnya merupakan kelompok layanan yang bersifat administratif misalnya surat keterangan lahir dari kepala desa untuk syarat pengurusan akta kelahiran, pengesahan kepala desa dalam blangko formulir untuk pengurusan KTP, pernikahan, penerimaan wesel, dan lain-lain. Pemberian surat keterangan untuk memperoleh Surat Keterangan Kelakuan Baik dari Kepolisian, penerbitan surat keterangan penjualan hewan, dan surat-surat sejenis lainnya juga merupakan bentuk-bentuk layanan publik yang dilakukan oleh pemerintah desa. C. Pengangkatan Perangkat Desa

Undang-Undang No. 6 Tahun 2014, pasal 49 disebutkan bahwa perangkat desa diangkat oleh kepada desa dengan rincian sebagai berikut: (1) Perangkat Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 bertugas membantu Kepala Desa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. (2) Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat oleh Kepala Desa setelah dikonsultasikan dengan camat atas nama Bupati/Walikota. (3) Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab kepada Kepala Desa. Selanjutnya Pasal 50 Undang-Undang No.6 Tahun 2014 disebutkan bahwa Perangkat Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 diangkat dari warga Desa yang memenuhi persyaratan: a. berpendidikan paling rendah sekolah menengah umum atau yang sederajat; b. berusia 20 (dua puluh) tahun sampai dengan 42 (empat puluh dua) tahun; c. terdaftar sebagai penduduk Desa dan bertempat tinggal di Desa paling kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran; dan d. syarat lain yang ditentukan dalam Peraturan Daerah kabupaten/kota. D. Larangan Perangkat desa Pasal 51 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014, Perangkat Desa dilarang: a. merugikan kepentingan umum; b. membuat keputusan yang menguntungkan diri sendiri, anggota keluarga, pihak lain, dan/atau golongan tertentu; c. menyalahgunakan wewenang, tugas, hak, dan/atau kewajibannya; d. melakukan tindakan diskriminatif terhadap warga dan/atau golongan masyarakat tertentu; e. melakukan tindakan meresahkan sekelompok masyarakat Desa; f. melakukan kolusi, korupsi, dan nepotisme, menerima uang, barang, dan/atau jasa dari pihak lain yang dapat memengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya; g. menjadi pengurus partai politik; h. menjadi anggota dan/atau pengurus organisasi terlarang; i. merangkap jabatan sebagai ketua dan/atau anggota Badan Permusyawaratan Desa, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota, dan jabatan lain yang ditentukan dalam peraturan perundangan-undangan; j. ikut serta dan/atau terlibat dalam kampanye pemilihan umum dan/atau pemilihan kepala daerah; k. melanggar sumpah/janji jabatan; dan l. meninggalkan tugas selama 60 (enam puluh) hari kerja berturut-turut tanpa alasan yang jelas dan tidak dapat dipertanggungjawabkan. E. Sanksi Perangkat Desa Pasal 52 Undang-Undang No. 6 Tahun 2014, sanksi perangkat desa yaitu: (1) Perangkat Desa yang melanggar larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasaln51 dikenai sanksi administratif berupa teguran lisan dan/atau teguran tertulis. (2) Dalam hal sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dilaksanakan, dilakukan tindakan pemberhentian sementara dan dapat dilanjutkan dengan pemberhentian. F. Pemberhentian Perangkat Desa Berdasarkan Undang-Undang No.6 Tahun 2014, Pasal 53 pemberhentian perangkat desa sebagai berikut: (1) Perangkat Desa berhenti karena: a. meninggal dunia; b. permintaan sendiri; atau c. diberhentikan. (2) Perangkat Desa yang diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c karena: a. usia telah genap 60 (enam puluh) tahun; b. berhalangan tetap; c. tidak lagi memenuhi syarat sebagai perangkat Desa; atau

d. melanggar larangan sebagai perangkat Desa. (3) Pemberhentian perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dikonsultasikan dengan camat atas nama Bupati/Walikota. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberhentian perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dalam Peraturan Pemerintah. G. Tugas Pokok dan Fungsi Perangkat Desa Tugas pokok dan fungsi yang harus dipahami dan dilaksanakan oleh perangkat desa sesuai dengan bidang yang menjadi tanggung jawabnya dalam struktur organisasi pemerintahan desa. Adapun jenis-jenis pelayanan yang dilakukan perangkat Desa lompio terdiri dari pelayanan dalam administrasi kependudukan, dan pelayanan administratif. Pelayanan dalam bidang administrasi kependudukan adalah berupa pelayanan pembuatan Kartu Keluarga (KK), Kartu Tanda Penduduk (KTP), proses surat pindah datang serta pembuatan akta kelahiran. Pelayanan administrasi kependudukan di tingkat Pemerintah Desa hanya sebagian saja dari pelayanan administrasi kependudukan secara utuh, karena di luar Pemerintah Desa terdapat pula pelayanan administrasi kependudukan oleh organisasi Rukun Tetangga (RT), organisasi Rukun Warga (RW), Pemerintah Kecamatan dan berakhir di tingkat Pemerintah Kabupaten Donggala yang secara teknis dilakukan oleh Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil. Pelayanan administratif adalah berupa pelayanan pembuatan Surat Kelakuan Baik, Surat Perjalanan bagi warga yang berkepentingan akan bepergian ke luar daerah dan surat-surat lain dalam lingkup pelayanan administratif. Selanjutnya berkenaan dengan apakah perangkat Desa Lompio melakukan perbedaan pelayananan kepada masyarakat. Hasil penelitian ini menunjukan sebagai berikut: a) Dalam pelayanan kependudukan dan pelayanan administratif. Perangkat desa Lompio tidak melakukan perbedaan pelayanan terhadap Masyarakat dalam arti semua masyarakat sama. b) Dalam pelayanan yang di berikan oleh Perangkat desa Lompio kepada masyarakat tidak adanya perbedaan antara masyarakat. Disamping itu Perangkat desa dan masyarakat desa dalam membangun desa Lompio semuanya kerjasama untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan indah. Kondisi seperti ini sangat baik untuk pelayanan yang dilakukan Perangkat desa Lompio dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Adanya kesamaan hak diantara para pengguna layanan, ditinjau dari aspek apapun khususnya suku, ras, agama, golongan, status sosial dan sebagainya. Kemudian hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa Dalam hal pelayanan kependudukan dan pelayanan administratif, Pemerintah Desa Lompio tidak memberikan perbedaan pelayanan kepada warga dalam hal ini warga asli dan warga pendatang. Hal ini sejalan dengan salah satu kriteria kualitas pelayanan perangkat desa, sebagaimana telah disebutkan baik secara teori maupun dalam implementasi Peraturan - Perundangan, yang berarti pula telah memenuhi kriteria good governance. Dari segi analisa hukum, Negara itu merupakan sistem kaidah yang menata kehidupan masyarakat untuk mencapai suatu tujuan. Suatu organisasi Negara mendapat pembenaran atau legitimasi dengan adanya pengakuan dari rakyat. Negara menatur dan menata kehidupan rakyat disegala bidang. 7 H. Upaya Perangkat Desa Lompio Dalam melayani Masyarakat Perangkat desa lompio dalam memberikan pelayanan kepada masyarakatnya berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai kinerja yang baik. Kinerja dapat diartikan sebagai gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau 7 Usep Ranawijaya, Hukum Tata Negara Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1983, Hlm.181

program atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, Visi dan Misi desa lompio. Kehadiran hukum dalam masyarakat diantaranya adalah untuk mengintegrasikan dan mengkoordinirkan kepentingan orang dalam masyarakat. Kepentingan yang bertubrukan satu sama lain oleh hukum diintegrasikan sedemikian rupa sehingga tubrukan itu bisa ditekan sekecil-kecilnya. 8 Pemerintahan desa menjadi perhatian, tidak hanya karena keaneragaman istilah yang digunakan, berbeda isi, susunan dan masyarakatnya tetapi dilihat dari sudut hukum tetap menarik untuk dibahas. Republik kesatuan ini tidak akan berdiri seandainya perjuangan untuk menegakan kemerdekaan tidak didukung oleh rakyat di desa. 9 Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pelaksanaan tugas pokok dan fungsi perangkat desa Lompio, dalam memberikan pelayanan kepada belum berjalan secara maksimal. Agar pemerintahan desa lompio dapat berjalan dengan baik maka diperlukan kontrol dari masyarakat. Secara konsep Hukum Adminintrasi Negara kontrol rakyat sebagai suatu proses aktif dimana rakyat mengawasi perilaku pemerintah. Analisa hukum menunjukan bahwa kekuasaan yang dimiliki penguasa bukanlah segalanya. 10 III. PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisa hukum yang dilakukan peneliti mengenai pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi Perangkat dalam Memberikan Pelayanan Kepada Masyarakat di Desa Lompio Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala, disimpulkan sebagai berikut: Perangkat desa Lompio Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala,dalam melaksanakan Tugas Pokok dan Fungsi Perangkat dalam Memberikan Pelayanan Kepada Masyarakat belum berjalan dengan baik. Hasil penelitian ini menujukan bahwa Perangkat desa Lompio dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat masih mementingkan kepentingan pimpinan daripada kepentingan masyarakat pengguna jasa. Perangkat desa Lompio kadang tidak merasa bertanggungjawab kepada masyarakat, melainkan bertanggung jawab kepada pimpinan atau atasannya, sehingga pelayanan yang dilakukan perangkat desa Lompio belum berjalan secara maksimal. B. Saran Kepada perangkat desa Lompio diharapkan dapat melaksanakan Tugas Pokok dan Fungsinya sesuai dengan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa, sehingga tata pemerintahan desa Lompio dapat berjalan dengan baik. Kepada pemerintah daerah khusunya pemerintah Kabupaten Donggala perlu dilakukan pelatihan kepada perangkat desa Lompio mengenai pelaksanaan Tugas pokok dan fungsi dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat. Kepada masyarakat desa Lompio hendaknya melakukan kontrol kepada perangkat desa Lompio. Karena dengan adanya kontrol masyarakat mengenai jalannya pemerintahan desa maka diharapkan perangkat desa dapat memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat. 8 Mudjiono, Sistem Hukan Dan Tata Hukum Indonesia, Liberty Yogyakarta, 1997,Hlm. 8 9 Moh. Kusnadi Dan Hermaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, Pusat Studi Hukum Tata Negara Universitas Indonesia, 1981, Hlm.285 10 Soegijatno Tjakranegara, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara Di Indonesia, Sinar Grafika, 2002, Hlm. 25

DAFTAR PUSTAKA A. Buku-Buku Andi Mustari Pide, Pengantar Hukum Tata Negara, Universitas Ekasakti Padang,1987. Mudjiono, Sistem Hukan dan Tata Hukum Indonesia, Liberty Yogyakarta, 1997. Moh. Kusnadi dan Hermaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, Pusat Studi Hukum Tata Negara Universitas Indonesia, 1981. Piter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, 2006. Soegijatno Tjakranegara, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara Di Indonesia, Sinar Grafika, 2002. Usep Ranawijaya, Hukum Tata Negara Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1983. B. Peraturan Perundangan-Undangan Undang-Undang Dasar 1945 dan Perubahannya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5107); Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

KRISYOHAN, Lahir di...,... Alamat Rumah Jalan..., Nomor Telepon +62..., Alamat Email...