BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN. Hasil analisis mengenai Peran ILO terhadap Pelanggaran. HAM berupa Perdagangan Orang yang Terjadi Pada ABK telah

dokumen-dokumen yang mirip
JURNAL SKRIPSI PERAN INTERNATIONAL LABOUR ORGANIZATION (ILO) TERHADAP PELANGGARAN HAM BERUPA PERDAGANGAN ORANG YANG TERJADI PADA ANAK BUAH KAPAL (ABK)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan perdagangan orang yang terjadi pada Anak Buah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dewasa ini dalam pembaharuan hukum, indonesia telah melahirkan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan manusia atau istilah Human Trafficking merupakan sebuah

BERITA NEGARA. KKP. Usaha Perikanan. Sertifikasi. Sistem. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki derajat yang sama dengan yang lain. untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran. Dalam Pasal 2 Undang-undang

BAB III PENUTUP. Negara Penerima Untuk Memberitahukan Kepada Perwakilan Diplomatik. Asing Tentang Persoalan Hukum Yang Menimpa Warga Negara Pengirim

-2- Selanjutnya, peran Pemerintah Daerah dalam memberikan pelindungan kepada Pekerja Migran Indonesia dilakukan mulai dari desa, kabupaten/kota, dan p

BAB IV PENUTUP. mengambil kesimpulan sebagai berikut: telah diatur dalam Konvensi ILO No. 188 Tahun 2007 tentang Work In

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak terlepas dari

Institute for Criminal Justice Reform

Perdagangan dan Eksploitasi Manusia di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah

BAB III PENUTUP. bahwa upaya Indonesia dalam menangani masalah illegal fishing di zona

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perdagangan perempuan dan anak (trafficking) telah lama terjadi di muka

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. lama. Hanya saja masyarakat belum menyadari sepenuhnya akan kejahatan

BAB V PENUTUP. 1. Mengenai Perkembangan Penegakan Hukum Terhadap Kapal. Fishing (IUUF) di Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia.

PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA SEHUBUNGAN DENGAN PERDAGANGAN MANUSIA (ANAK)

I. UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

KONVENSI HAK ANAK (HAK-HAK ANAK)

BERITA NEGARA. No.1048, 2012 KEMENTERIAN NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK. Perdagangan Orang. Pencegahan. Penanganan. Panduan.

K182 PELANGGARAN DAN TINDAKAN SEGERA PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK

BAB III. PENUTUP. internasional dan merupakan pelanggaran terhadap resolusi-resolusi terkait

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1999 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PENGESAHAN MARITIME LABOUR CONVENTION, 2006 (KONVENSI KETENAGAKERJAAN MARITIM, 2006)

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB II PENGATURAN PEKERJA RUMAHANMENURUT KONVENSI ILO N A. Konvensi Sebagai Produk ILO dan daya Ikatnya Bagi Negara-negara

BAB III DESKRIPSI ASPEK PIDANA DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG

BAB I PENDAHULUAN. manusia secara kodrati yang bersifat universal. 1 Oleh karena itu, hak asasi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1999 TENTANG

UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Pelaksanaan perlindungan hukum terhadap anak, terutama yang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ini merupakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia. Di masa lalu,

PERATURAN MENTERI NO. 09 TH 2005

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari pembahasan yang dipaparkan oleh peneliti, peneliti memberikan

BAB IV ANALISIS MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI ANAK JALANAN ATAS EKSPLOITASI DAN TINDAK KEKERASAN

BAB I PENDAHULUAN. umumnya. Menurut Sadjijono dalam bukunya mengatakan:

BAB III PENUTUP. penulis mencoba mengambil kesimpulan sebagai berikut : perdagangan anak adalah : korban perdagangan anak. perdagangan anak.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG

KONVENSI KETENAKERJAAN INTERNASIONAL KONVENSI 182 MENGENAI PELARANGAN DAN TINDAKAN SEGERA PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011

BAB I PENDAHULUAN. Laut Bering lepas pantai Chukotka, Rusia. Juru bicara Kementerian Kelautan

15A. Catatan Sementara NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V PENUTUP. Berdasarkan apa yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya maka. dalam penulisan tesis ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

KONVENSI DASAR ILO dan PENERAPANNYA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. orang/manusia bukan kejahatan biasa (extra ordinary), terorganisir

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

K106 ISTIRAHAT MINGGUAN DALAM PERDAGANGAN DAN KANTOR- KANTOR

Ratifikasi Konvensi ILO Nomor 182 dengan UU No. 1 Tahun 2000 sebagai Politik Hukum Nasional untuk Mewujudkan Perlindungan Anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG

Undang-undang No. 21 Tahun 2000 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA ASAL INDONESIA TERKAIT TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG BERDASARKAN HUKUM NASIONAL DAN HUKUM INTERNASIONAL *

Diadaptasi oleh Dewan Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 18 Januari 2002

2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1998 tentang Pemeriksaan Kecelakaan Kapal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 1, Tambahan Lem

MASALAH KEWARGANEGARAAN DAN TIDAK BERKEWARGANEGARAAN. Oleh : Dr. Widodo Ekatjahjana, S.H, M.H. 1. Abstrak

MAKALAH. Hukum Hak Asasi Manusia & Hukum Humaniter. Oleh: Dr. Fadillah Agus, S.H., M.H. FRR Law Office FH Unpad

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2000 TENTANG

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN. Hak-hak korban pelanggaran HAM berat memang sudah diatur dalam

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 21 TAHUN 2000 (21/2000) TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAMPIRAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1994 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN EKSTRADISI ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

K185 PERUBAHAN DOKUMEN IDENTITAS PELAUT, 2003

BAB I PENDAHULUAN. hukum diungkapkan dengan sebuah asas hukum yang sangat terkenal dalam ilmu

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 05/MEN/2007 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PEMANTAUAN KAPAL PERIKANAN

K19 PERLAKUKAN YANG SAMA BAGI PEKERJA NASIONAL DAN ASING DALAM HAL TUNJANGAN KECELAKAAN KERJA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA SEHUBUNGAN DENGAN PERDAGANGAN MANUSIA (ANAK)

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan eksploitasi prostitusi pada tahun 1949, konvensi 100 ILO tentang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

-2-3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Repu

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

Transkripsi:

57 BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Hasil analisis mengenai Peran ILO terhadap Pelanggaran HAM berupa Perdagangan Orang yang Terjadi Pada ABK telah disampaikan dan diuraikan secara gamblang pada Bab Pembahasan sebelumnya. Dengan hasil analisis yang telah diuraikan dalam Bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya pelanggaran HAM berupa perdagangan orang terhadap ABK bukanlah suatu permasalahan baru yang muncul di tengah masyarakat dunia, terutama di tengah para ABK dimanapun ia berada dan manapun kewarganegaraan yang melekat padanya. Hal tersebut dikarenakan pekerjaan ABK yang berada di atas kapal selama waktu tertentu sehingga jauh dari pemantauan, dimana resiko yang besar dapat terjadi pada ABK, terutama ABK berkewarganegaraan Indonesia yang bekerja di luar negeri dimana jumlah ABK WNI di luar negeri tidak sedikit. Perdagangan orang yag terjadi pada ABK berkewarganegaraan Indonesia di luar negeri terjadi dalam bentuk perekrutan, pengangkutan, pemindahan, penyembunyian atau penerimaan orang dimana dalam pelaksanaan pekerjaan ABK berkewarganegaraan Indonesia tersebut dilakukan dengan adanya kekerasan, penipuan, penculikan, pemaksaan, ancaman, dan penyalahgunaan wewenang, dan hal-hal tersebut dilakukan dengan tujuan eksploitasi yang di dalamnya termasuk kerja paksa. 57

58 Pada pelaksanaannya ILO memang berperan dalam penyusunan Konvensi ILO Nomor 188 Tahun 2007 tentang Pekerjaan Dalam Penangkapan Ikan juga Rekomendasi Nomor 199 yang melengkapi konvensi tersebut, sebagai salah satu bentuk peran ILO dalam memberikan perlindungan kesehatan, keselamatan, juga perlindungan pelaksanaan hak-hak ABK. Akan tetapi, terhadap para ABK WNI korban perdagangan orang tersebut ILO belum cukup berperan secara aktif. Dalam praktek mengenai peranan ILO menangani kasus perdagangan orang, dalam suatu forum pertemuan antara negara dengan ILO, masing-masing negara anggota melaporkan dan me-review tentang implementasi dari berbagai konvensi ILO. Dalam forum itu, ILO berperan untuk mengkritisi negara anggota yang bermasalah dan kemudian memberikan masukan tentang bagaimana seharusnya implementasi dari berbagai konvensi itu. ILO tidak dapat diharapkan untuk dapat masuk secara ekspansif menangani kasus demi kasus. ILO hanya dapat memberikan rekomendasi dan catatan kritis tentang pelaksanaan konvensi-konvensinya kepada negara anggota. Dengan demikian berarti bahwa, ILO menyerahkan kewenangan penyelesaian kasus perdagangan orang terhadap ABK berkewarganegaraan Indonesia tersebut kembali kepada negara Indonesia dan negara pihak yang terkait.

59 B. SARAN Banyaknya permasalahan perdagangan orang yang menimpa ABK berkewarganegaraan Indonesia yang bekerja diluar negeri, ILO dalam kedudukannya sebagai organisasi buruh internasional serta keberadaannya di banyak negara, kiranya ILO diharapkan dapat memberikan peranannya yang lebih aktif dalam pemberantasan perdagangan orang pada ABK berkewarganegaraan WNI, diantaranya mungkin dapat dilakukan dengan: 1. Membantu negara-negara dengan melakukan pengawasan ekstra yang oleh perwakilan ILO di berbagai negara dalam pelaksanaan pekerjaan ABK WNI di luar negeri; 2. Pengawasan terhadap kontrak kerja ABK WNI dengan pemilik kapal maupun pihak perusahaan jasa penyalur tenaga kerja ABK berkewarganegaraan Indonesia 3. Sebagai mediator yang aktif antara negara Indonesia dengan negara bendera kapal maupun negara sehingga perselisihan antara negara Indonesia sebagai kewarganegaraan dari ABK korban perdagangan orang dengan negara pihak lainnya sebagai negara bendera kapal dapat terselesaikan dengan baik. 4. ILO menggunakan semaksimal mungkin kewenangan yang dimilikinya untuk memberikan sanksi tegas bagi

60 pelaku tindak pidana perdagangan orangbaik individu maupun pihak lain yang dapat memberikan efek jera bagi masing-masing pihak agar tidak lalai dalam memberikan perlindungan terhadap ABK berkewarganegaraan Indonesia. 5. Membantu meningkatkankesadaran negara anggota agar senantiasa waspada akan terjadinyaperdagangan orang yang dapat terjadi pada ABK warga negaranya, dengan menggunakan berbagai cara untuk menutup celah sekecil mungkin agar perdagangan orang sedapat mungkin tidak terjadi pada para ABK warga negaranya yang bekerja di kapal perikanan asing. ILO sangat diharapkan untuk dapat menggunakan kewenangannya semaksimal mungkin sebagai organisasi buruh internasional dalam rangka melindugi hak-hak, kesehatan, dan keselamatan para ABK berkewarganegaraan Indonesia yang bekerja di atas kapal perikanan milik asing. Sehingga dengan demikian ILO dapat berperan lebih aktif lagi untuk mencegah dan memberantas perdagangan orang yang masih banyak terjadi pada ABK kapal perikanan milik asing.

DAFTAR PUSTAKA A. BUKU Djoko Triyanto, 2005, Bekerja di Kapal, Mandar Maju, Bandung. Marwan M. dan Jimmy P., 2009, Kamus Hukum (Dictionary Of Law Complete Edition), Reality Publisher, Surabaya. Purwosutjipto. H. M. N., 1993, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia Jilid 5: Hukum Pelayaran Laut dan Perairan Darat, Anem Kosong Anem, Djambatan. Pareira Mandalangi. J., 1986, Segi-Segi Hukum Organisasi Internasional: Buku 1 Suatu Modus Pengantar, Binacipta, Bandung. Romly Atmasasmita, 2000, Pengantar Hukum Pidana Internasional, PT. Refika Aditama, Bandung. Sumaryo Suryokusumo, 1997, Studi Kasus Hukum Organisasi Internasional: Edisi II, PT. Alumni, Bandung. Sugeng Istanto. F., 2010, Hukum Internasional, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakarta. Wiyono. R., 2006, Pengadilan Hak Asasi Manusia di Indonesia, Kencana, Jakarta. B. NON PUBLIKASI/TIDAK DITERBITKAN Ade Maman Suherman, 2003, Organisasi Internasional & Integrasi Ekonomi Regional Dalam Perspektif Hukum dan Globalisasi, Ghalia Indonesia, Jakarta. Beate Andrees, 2008, Kerja Paksa Dan Perdagangan Orang: Buku Pedoman Untuk Pengawas Ketenagakerjaan, terjemahan International Labour Organization Jakarta. Federasi Buruh Transport Internasional, Konvensi ILO tentang Bekerja di Industri Perikanan Nomor 188 Tahun 2007: Panduan Untuk Serikat Pekerja, London, terjemahan International Labour Organization Jakarta

Kementerian Luar Negeri (Plt. Direktur Perlindungan WNI dan BHI), 2015, Perlindungan ABK Kapal Ikan Oleh Kementerian Luar Negeri, diselenggarakan oleh Plt. Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kementerian Luar Negeri Myra M. Hanartani, 2005, Konvensi Dasar ILO dan Penerapannya di Indonesia, diselenggarakan oleh Kepala Biro Hukum Depnakertrans. Perserikatan Bangsa-Bangsa, Pengetahuan Dasar Mengenai Perserikatan Bangsa-Bangsa, PBB Jakarta. C. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Deklarasi Hak Asasi Manusia Tahun 1948 Konvensi ILO Nomor 188 Tahun 2007 Tentang Pekerjaan Dalam Penangkapan Ikan Konstitusi ILO Tahun 1919 D. INTERNET http://brainly.co.id/tugas/485983, diakses pada tanggal 27 November 2015. http://unic-jakarta.org/2014/07/15/perdagangan-manusia-tidak-memiliki-tempatdi-dunia-modern-presiden-majelis-umum-mengatakan/, diakses pada tanggal 4 November 2015. http://solidaritas-abk.mwb.im/banyak-abk-wni-jadi-budak-diluar-negeri.xhtml, diakses pada tanggal 3 Maret 2016. http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol21792/ilo-dituntut-lebih-perhatikannasib-tenaga-kerja-indonesia, diakses pada tanggal 14 Maret 2016. http://www.ilo.org/jakarta/whatwedo/publications/wcms_151591/lang-- en/index.htm, diakses pada tanggal 3 Maret 2016. http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/@asia/@robangkok/documents/publica tion/wcms_098256.pdf, diakses pada tanggal 30 Oktober 2015. http://www.kompasiana.com/fspiln/perlindungan-pelaut-tak-ada-banyak-kasusabk-terbengkalai_5616dab4317a61dc0d643384, diakses pada tanggal 3 Maret 2016. http://www.unodc.org/unodc/en/human-trafficking/what-is-humantrafficking.html, diakses pada tanggal 17 November 2015.

https://yutraf.wordpress.com/perbudakan-modern/, diakses pada tanggal 10 Oktober 2015. kbbi.web.id/peran, diakses pada tanggal 8 Mei 2015. www.ilo.org>publication>wcms098256, diakses pada tanggal 8 Mei 2015.