BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBUATAN SIGNAL CONDITIONING UNTUK SENSOR LVDT (LINEAR VARIABLE DIFFERENTIAL TRANSFORMER)

Bab III. Operational Amplifier

LVDT (Linear Variable Differensial Transformer)

PRINSIP KERJA, CARA KERJA DAN PENERAPAN APLIKASI TRANSFORMATOR DIFFERENSIAL TUGAS PENGUKURAN TEKNIK KELOMPOK IV

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING)

Elektronika. Pertemuan 8

BAB II LANDASAN TEORI

JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING

Workshop Instrumentasi Industri Page 1

Elektronika Lanjut. Penguat Instrumen. Elektronika Lanjut Missa Lamsani Hal 1

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Pengkondisian Sinyal. Rudi Susanto

BAB II DASAR TEORI. Modulasi adalah proses yang dilakukan pada sisi pemancar untuk. memperoleh transmisi yang efisien dan handal.

BABV INSTRUMEN PENGUAT

BAB II ANALOG SIGNAL CONDITIONING

BAB VI INSTRUMEN PENGKONDISI SINYAL

1. Pengertian Penguat RF

BAB 3 PERANCANGAN. Skema sistem lup tertutup dari alat yang dirancang digambarkan pada Gambar 3.1.

BAB II LANDASAN TEORI

Penguat Inverting dan Non Inverting

BAB I TEORI RANGKAIAN LISTRIK DASAR

Pertemuan ke-5 Sensor : Bagian 1. Afif Rakhman, S.Si., M.T. Drs. Suparwoto, M.Si. Geofisika - UGM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menganalisa data hubungan tegangan dengan

MAKALAH ANALISIS SISTEM KENDALI INDUSTRI Synchronous Motor Derives. Oleh PUSPITA AYU ARMI

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS

BAB II LANDASAN TEORI. Resistansi atau tahanan didefinisikan sebagai pelawan arus yang

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Modul 04: Op-Amp. Penguat Inverting, Non-Inverting, dan Comparator dengan Histeresis. 1 Alat dan Komponen. 2 Teori Singkat

PERCOBAAN 3 RANGKAIAN OP AMP

CIRCUIT DASAR DAN PERHITUNGAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Januari 2013.

Dalam sistem komunikasi saat ini bila ditinjau dari jenis sinyal pemodulasinya. Modulasi terdiri dari 2 jenis, yaitu:

Gambar 2.1. simbol op amp

TIN310 - Otomasi Sistem Produksi. h t t p : / / t a u f i q u r r a c h m a n. w e b l o g. e s a u n g g u l. a c. i d

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. MATERI Sensor dan Tranduser

OPERATIONAL AMPLIFIERS (OP-AMP)

Osiloskop (Gambar 1) merupakan alat ukur dimana bentuk gelombang sinyal listrik yang diukur akan tergambar pada layer tabung sinar katoda.

TAKARIR. periode atau satu masa kerjanya dimana periodenya adalah nol.

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

Pengenalan Sistem Catu Daya (Teknik Tenaga Listrik)

MODUL - 04 Op Amp ABSTRAK

TUJUAN Setelah menyelesaikan perkuliahan ini peserta mampu:

Gerak Gaya Listrik (GGL) Electromotive Force (EMF)

BAB II DASAR TEORI. Sistem pengukur pada umumnya terbentuk atas 3 bagian, yaitu:

PERTEMUAN #4 SENSOR, AKTUATOR & KOMPONEN KENDALI 6623 TAUFIQUR RACHMAN TKT312 OTOMASI SISTEM PRODUKSI

PRAKTIKUM II PENGKONDISI SINYAL 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PERANCANGAN ALAT

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB II PRINSIP DASAR TRANSFORMATOR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

SAKLAR YANG DIAKTIFKAN DENGAN GELOMBANG SUARA SEBAGAI PELENGKAP SARANA TATA SUARA

BAB II LANDASAN TEORI

TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1)

ANALOG SIGNAL PROCESSING USING OPERASIONAL AMPLIFIERS

PENGENALAN OPERATIONAL AMPLIFIER (OP-AMP)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan pabrik. Sehingga sensor perlu selalu dikembangkan untuk mendapatkan pengukuran yang semakin akurat.

Materi-2 SENSOR DAN TRANSDUSER (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017

TOPIK 9 ELEKTROMAGNETIK

BAB II LANDASAN TEORI. membandingkan tersebut tiada lain adalah pekerjaan pengukuran atau mengukur.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 3.1 Susunan perangkat keras sistem steel ball magnetic levitation

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II

JOBSHEET 6 PENGUAT INSTRUMENTASI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Ohm meter. Pada dasarnya ohm meter adalah suatu alat yang di digunakan untuk

1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO

yaitu, rangkaian pemancar ultrasonik, rangkaian detektor, dan rangkaian kendali

PENGANTAR SISTEM PENGUKURAN

BAB II TINJAUAN TEORITIS

PENGUAT OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Laporan Praktikum

Disusun oleh Muh. Wiji Aryanto Nasri ( ) Ryan Rezkyandi Saputra ( ) Hardina Hasyim ( ) Jusmawati ( ) Aryo Arjasa

1BAB I PENDAHULUAN. contohnya adalah baterai. Baterai memberikan kita sumber energi listrik mobile yang

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 3.1. Diagram alir metodologi perancangan

PERCOBAAN 4 RANGKAIAN PENGUAT KLAS A COMMON EMITTER

BAB I PENDAHULUAN. pemasangan atau pembuatan barang-barang elektronika dan listrik.

PERCOBAAN VII PENGUAT OPERASI ( OPERATIONAL AMPLIFIER )

OPERATIONAL AMPLIFIERS

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti

INSTRUMENT TRANSFORMERS. 4.1 Pendahuluan

MODUL 09 PENGUAT OPERATIONAL (OPERATIONAL AMPLIFIER) PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018

LAPORAN TUGAS SENSOR DAN AKTUATOR Linear Variable Differential Transformers (LVDT)

Penguat Operasional OP-AMP ASRI-FILE

TRANSFORMATOR. Bagian-bagian Tranformator adalah : 1. Lilitan Primer 2. Inti besi berlaminasi 3. Lilitan Sekunder

BAB II DASAR TEORI. Teknik Konversi Energi Politeknik Negeri Bandung

Rangkaian Pembangkit Gelombang dengan menggunakan IC XR-2206

DIGITAL CLAMP AMPERE METER

Sensor Tekanan. Laila Katriani.

TRAFO TEGANGAN MAGNETIK

Perancangan Sistim Elektronika Analog

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2015 KELAS XII. Medan Magnet

BAB III PERANCANGAN ALAT. (Beat Frequency Oscilator) dapat dilihat pada gambar 3.1. Gambar 3.1. Blok diagram sistem

PENGUAT OPERASIONAL. ❶ Karakteristik dan Pemodelan. ❷ Operasi pada Daerah Linear. ❸ Operasi pada Daerah NonLinear

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA MERANGKAI DAN MENGUJI OPERASIONAL AMPLIFIER UNIT : VI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Telah direalisasikan alat pendeteksi logam yang terbuat dari induktor

Elektronika daya. Dasar elektronika daya

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sensor Sebuah transduser secara umum didefinisikan sebagai sebuah alat yang mengubah sinyal dari satu bentuk menjadi sinyal yang sesuai dan memiliki bentuk yang berbeda. Transduser dapat dibagi menjadi dua klas: transduser input dan transduser output. Transduser input- listrik mengubah energi non listrik, misalnya suara atau sinar menjadi tenaga listrik. Transduser ouput- listrik bekerja pada urutan sebaliknya. Transduser tersebut mengubah energi listrik menjadi bentuk energi non listrik. Energi dapat diubah dari satu bentuk ke yang lain untuk tujuan transmisi listrik atau informasi. Energi mekanik dapat dikonversi menjadi energi listrik, atau dapat dikonversi ke dalam bentuk lain. Contoh transduser yang termasuk Seperti loudspeaker, yang mengubah input listrik menjadi output gelombang audio dan sebuah mikrofon, yang mengubah input gelombang audio ke output listrik. Sensor adalah alat yang digunakan untuk mendeteksi dan sering berfungsi untuk mengukur magnitude sesuatu. Sensor adalah jenis transduser yang digunakan untuk mengubah variasi mekanis, magnetis, panas, sinar dan kimia menjadi tegangan dan arus listrik. Sensor biasanya dikategorikan melalui pengukur dan memegang peranan penting dalam pengendalian proses pabrikasi modern. Kebanyakan output dari sensor yang modern adalah sinyal listrik, tetapi sebagai alternatif lain dapat juga menjadi suatu gerakan, tekanan, aliran, atau jenis output lain yang dapat digunakan. Beberapa contoh sensor yakni termokopel, yang mengubah perbedaan suhu menjadi output listrik, Sensor tekanan yang mengubah tekanan fluida menjadi sinyal listrik dan Linear Variabel Differential Transformer (LVDT), yang mengubah posisi menjadi output listrik.

2.1.1 Pengenalan LVDT ( Linear Variable Diffrential Transformer ) LVDT adalah sensor perpindahan yang mengubah posisi atau perpindahan linear dari referensi mekanik (nol, atau posisi nol) menjadi sinyal listrik yang sebanding dengan fase (untuk arah) dan amplitude ( untuk jarak). Pengoperasian LVDT tidak memerlukan kontak listrik antara bagian yang bergerak ( inti perakitan) dan koil rakitan, melainkan bergantung pada kopling elektromagnetik. Faktanya bahwa LVDT dapat beroperasi dengan sirkuit elektronik yang terpasang dimana hal tersebut merupakan syarat utama LVDT (Linear Variable Diffrential Transformer). LVDT merupakan salah satu bentuk yang paling umum dari beberapa macam sensor pergeseran. Secara umum LVDT terdiri atas tiga buah kumparan yang dililitkan segaris pada batang yang berlubang terisolasi yang didalamnya terdapat inti besi nikel yang dapat bergerak. Titik pusat dari ketiga kumparan ini dicatu oleh sumber arus bolak- balik dan dengan inti besi yang dapat bergerak yang berada di posisi tengah, gaya gerak listrik yang sama besar akan terinduksi pada kedua kumparan yang lain yang secara efektif merupakan kumparan sekunder dari sebuah transformator. Dengan membandingkan tegangan- tegangan keluaran belitan sekunder dalam kondisi tidak seimbang ini, magnitude dan arah pergerakan inti dapat ditentukan. Pergeseran yang akan diukur dikenakan pada inti yang dapat bergerak dan oleh karena inti ini tidak memiliki kontak gesekan langsung maka dapat dianggap bahwa pergerakan inti ini terjadi tanpa rugi- rugi gesekan. Kondisi ini merupakan keuntungan khusus yang dimiliki LVDT dibandingkan dengan sensor potensimetrik resisitif yang sering juga digunakan untuk aplikasi yang mirip. Banyak LVDT digunakan dalam aplikasi yang membutuhkan dengan kehandalan yang tinggi pada lingkungan tertentu yang sangat dibutuhkan seperti pada bidang militer/ ruang angkasa, proses control, pabrik kimia, hidrolik, turbin listrik dan banyak lainnya.

Dua kumparan sekunder tergulung simetris diatas kumparan primer LVDT ( seperti pada posisi batang actuator). Dua gulungan sekunder biasanya dihubungkan secara serangkaian yang berlawanan atau diffrensial. Sebuah inti feromagnetik yang panjangnya merupakan sebagian kecil dari panjang koil rakitan, yang terhubung secara magnetic untuk pasangan primer dengan gulungan sekunder berputar diatas sepanjang inti. Penampang LVDT (<=0,2 ) Penampang LVDT (>0,2 ) Gambar 2.1 Penampang LVDT Sebuah LVDT (Linear Variable Differential Transformer), adalah transduser elektromekanis yang menghasilkan output listrik yang sebanding dengan perpindahan dari inti bergerak yang terpisah. LVDT ini memiliki banyak fitur terpuji, sehingga ideal dan sangat handal untuk berbagai macam aplikasi. 2.1.2 Karakteristik LVDT Salah satu jenis dari Linear Variable Differential Transformer (LVDT) telah dirancang untuk menjadi sensitif terhadap perpindahan transversal sehingga tepat membaca posisi perpindahannya sepanjang sumbu sensitivitas. LVDT ini pada umumnya, sebagian besar didasarkan pada core magnet. Sebuah LVDT dengan kisaran linier dengan ± 5 mm. Terdapat tiga kumparan yang memiliki dimensi yang sama, dan panjang inti adalah panjang dua kumparan.

Ketika berada pada posisi paling kiri (yaitu, ketika ujung kiri inti mencapai ujung kiri kumparan Sekunder 1), induktansi timbal balik antara kumparan primer dan kumparan sekunder 1 maksimal sementara induktansi timbal balik antara kumparan primer dan kumparan sekunder 2 minimal. Demikian pula sebaliknya adalah ketika inti tersebut akan dipindahkan ke posisi paling kanan maka Induktasi Primer dan kumparan sekunder 2 maksimal. Sedangkan induktansi timbal balik antara kumparan primer dan sekunder 1 minimal. Gambar 2.2 Konstruksi LVDT Kumparan diberi jarak secara aksial dan digulung pada kerangka kumparan berbentuk silinder, inti magnet berbentuk batangan dan ditempatkan di tengah susunan kumparan dan dapat bergerak. Pergerakan inti magnet pada LVDT

akan menghasilkan nilai tegangan induktansi magnetik (GGL Induksi) pada output kumparan sekunder 1 dan 2. Karakteristik output dari LVDT bervariasi dengan perbedaan posisi dari inti. Output Full range atau keluaran rangkaian penuh menghasilkan sinyal yang besar, biasanya beberapa volt atau lebih. Perhatikan bahwa LVDT dapat beroperasi 100% di luar jangkauan penuh, tetapi dengan linearitas terdegradasi. Karakteristik lain dari LVDT yakni besar dari tegangan keluaran diffrensial atau E out bervariasi dengan posisi inti. Nilai E out maksimal dari perpindahan inti pada posisi nol tergantung pada amplitudo dari tegangan eksitasi primer dan faktor sensitif dari LVDT tertentu, yang biasanya beberapa volt RMS. 2.1.3 Prinsip kerja LVDT Sebuah Linear Variable Diffrensial Transformator (LVDT) adalah perangkat yang biasa digunakan untuk mengukur perpindahan linier. Inti adalah batang baja permeabilitas magnet yang tinggi, dan lebih kecil dengan diameter dari lubang internal perakitan kumparan, sehingga Anda dapat memasang batang dan memastikan bahwa tidak ada kontak yang dibuat dengan perakitan koil. Dengan demikian batang dapat bergerak maju mundur tanpa gesekan. Gambar 2.3 Bentuk LVDT Ketika tegangan eksitasi AC diposisikan pada gulungan primer, tegangan induksi di setiap gulungan sekunder melalui inti magnetik. Posisi inti menentukan seberapa kuat pasangan eksitasi sinyal untuk setiap gulungan sekunder. Ketika inti di tengah, tegangan dari masing-masing kumparan sekunder adalah sama dan 180

derajat diluar fase, sehingga tidak ada sinyal. Ketika inti bergerak ke sebelah kiri dari posisi pusat (tengah), kumparan primer lebih erat digabungkan ke kumparan sekunder kiri, menciptakan sinyal output dalam fase dengan sinyal eksitasi. Inti bergerak dari sebelah kumparan primer ke kumparan sekunder yang tepat, membuat sinyal output 180 derajat berada diluar dari fase dengan tegangan eksitasi. Linear Variabel diferensial transformer (LVDT) dikenal untuk aplikasi dalam pengukuran perpindahan. Prinsip kerja didasarkan pada transformator diferensial dengan kopling variabel antara kumparan primer dan sekunder. Kopling magnetik antara kumparan primer dan kumparan sekunder tergantung pada jenis bahan magnetik dan pada posisi inti magnetik bergerak yang berhubungan dengan kumparan sekunder. Kumparan primer menghasilkan arus bolak-balik. Kumparan sekunder dihubungkan secara seri untuk output keluaran LVDT tegangan diferensial. Kumparan primer dan sekunder terbuat dari kawat tembaga. Pada prinsipnya, resolusi posisi LVDT hanya dibatasi oleh noise elektronik. Sensor perpindahan yang paling umum yang digunakan di industri adalah transformator diferensial variabel linear (Linear Variable Diffrential Transformer = LVDT ), yang pada dasarnya adalah transformator dengan inti yang dapat bergerak dan dua kumparan sekunder. Inti yang dapat bergerak dihubungkan dengan poros input. Primer diberi penguatan dengan sumber ac. Ketika inti berada tepat pada pusat lokasi, amplitude tegangan yang diinduksi ke sekunder 1 adalah sama dengan tegangan yang diinduksi pada sekunder 2. Kumparan sekunder tersebut dihubungkan seri berlawanan sehingga tegangan output akan nol pada titik tersebut. Apabila inti bergerak, berangkat dari pusat induktansi, primer dan satu sekunder akan lebih besar dari yang lain, dan perbedaan tegangan akan terlihat diantara sekunder yang diseri. Ketika kumparan primer terhubung dengan tegangan gelombang sinus (Vin), tegangan ini menghasilkan arus pada gulungan primer LVDT, merupakan

fungsi dari impedansi masukan. Pada akhirnya, variabel arus ini menghasilkan variabel fluks magnet yang disalurkan oleh inti permeabilitass tinggi feromagnetik, menginduksi tegangan sekunder gelombang sinus Va dan Vb. Sementara gulungan sekunder dirancang sedemikian rupa sehingga amplitudo tegangan keluaran diffrensial (Va-Vb) sebanding dengan posisi inti, fase (Va-Vb) mengacu pada tanggapan, yang disebut Phase Shift (mendekati 0 atau 180 derajat) menetapkan arah yang jauh dari posisi nol. Zero disebut posisi nol, didefenisiskan sebagai posisi inti di mana pergeseran fasa dari keluaran diffrensial (Va-Vb) adalah 90 derajat. Gambar 2.4 Skema LVDT Perbedaan output antara dua output sekunder (Va-Vb) ketika inti berada pada posisi nol disebut Tegangan Nol, seperti pergeseran fasa pada posisi nol adalah 90 derajat, tegangan nol adalah "kuadratur" tegangan. Tegangan sisa ini lemah. Hal ini disebabkan sifat kompleks dari model listrik LVDT, yang meliputi kapasitansi parasit dari gulungan. Kompleksitas ini juga menjelaskan mengapa pergeseran fasa (Va-Vb) tidak persis 0 atau 180 derajat ketika intinya berada pada posisi nol.

LVDT: prinsip-prinsip operasi konstruksi dan pengukuran Eksitasi Primer Keluaran diferensial Va-Vb Arah 1: In-fase dengan eksitasi (0 derajat) Keluaran diferensial Va-Vb Arah 2: Out-of-fase dengan eksitasi (180 derajat) Gambar 2.5 Bentuk gelombang LVDT 2.2 Operational Amplifier Op Amp pengkondisi sinyal pertama kali dibangun dengan tabung vakum sebelum transistor dikenal sehingga memiliki ukuran yang besar dan tebal. Tahun 50-an tabung vakum miniatur bekerja dari pasokan daya tegangan yang rendah yang memungkinkan pembuatan Op Amp semakin kecil sebesar ukuran batu bata yang digunakan dalam pembangunan rumah. Ukuran tabung vakum dan ukuran komponen mengalamai penurunan sampai Op Amp itu mengecil sampai seperti ukuran tabung vakum yang oktal tunggal. Transistor secara komersil dikembangkan tahun 60-an. Kemudian ukuran Op Amp dapat diperkecil beberapa inci. Namun masih dikenal dengan julukan Brick atau batu bata. Sekarang julukan Brick melekat pada setiap modul elektronik yang menggunakan non- integrated circuit (IC) metode kemasan. Op Amp generasi terbaru mencakup spektrum frekuensi dari 5 khz sampai 1GHz.

Amplifier Amplifier adalah rangkaian analog, yang lebih rumit dari rangkaian digital. Ini adalah masalah yang sangat sulit yang menyebabkan orang- orang mengatakan bahwa desain analog lebih sulit dari desain digital. Desain analog lebih sulit dari desain digital karena desainer harus memperhitungkan semua kondisi dalam bentuk analog, sedangkan kondisi digital hanya dua keadaan yang dipertanggung jawabkan. Spesifikasi penguat adalah memperoleh empat tegangan ac dan puncak- puncak sinyal dari 4 volt. Table 2.1 Asumsi dasar Op Amp Ideal Nama parameter Input arus Simbol parameter Nilai I IN 0 VOS 0 Z IN Z OUT 0 A Input tegangan offset Impedansi masukan Impedansi keluaran Gain 2.2.1 Op Amp non inverting Op Amp non inverting memiliki sinyal masukan yang dihubungkan ke input non invertingnya, sehingga sumber input terlihat seperti impedansi tak terbatas. Tidak ada tegangan offset masukan karena VOS = VE = 0. Oleh karena itu input negatif harus berada pada tegangan yang sama dengan input positif. Keluaran op amp mendorong arus RF sampai input negatif pada tegangan VIN. Tindakan ini menyebabkan VIN melalui RG.

Gambar 2.6 Op Amp non inverting Aturan pembagi tegangan digunakan untuk menghitung VIN, VOUT adalah Input untuk pembagi tegangan,dan VIN adalah output dari pembagi tegangan. Setelah tidak ada arus yang dapat mengalir pada salah satu Op Amp pembawa, penggunaan aturan pembagi tegangan diperbolehkan. Persamaan (2.2) ditulis dengan bantuan aturan pembagi tegangan dan aljabar manipulasi hasil persamaan (2.3) dalam bentuk parameter gain. VIN VOUT RG RG RF (2.2) VOUT RG RF R 1 F VIN RG RG (2.3) Ketika RG lebih besar dari RF, RF / RG 0 dan persamaan (2.3) dapat dikurangkan untuk persamaan (2.4) VOUT 1 (2.4) Dengan kondisi VOUT 1 dan rangkaian menjadi satu kesatuan penyangga gain. RG biasanya dihapus untuk mencapai hasil yang sama, dan ketika RG dihapus, RF juga dapat dihapus (pasti korsleting bila RF dihapus). Ketika RF dan RG dihapus, output Op Amp akan terhubung ke Input inverting dengan kawat. Beberapa Op Amp yang hancur ketika RF keluar dari rangkaian, sehingga RF yang digunakan pada banyak desain penyangga. Ketika RF disertakan dalam rangkaian penyangga, fungsinya adalah untuk melindungi masukan inverting dari

tegangan berlebihan untuk membatasi arus yang melalui struktur input ESD (elektro-statis discharge) (biasanya <1 ma). R F tidak pernah dibiarkan keluar dari rangkaian dalam desain amplifier arus umpan balik karena RF menentukan stabilitas arus umpan balik amplifier. Perhatikan bahwa gain hanya fungsi dari umpan balik dan gain resistor sehingga umpan balik telah mencapai fungsi untuk membuat gain yang tergantung pada parameter Op Amp. Gain tersebut diatur dengan membuat variasi rasio resistor. Nilai resistor yang sebenarnya ditentukan oleh tingkat impedansi yang sesuai dengan bentuk yang diinginkan oleh desainer. Jika RF = 10 k dan RG = 10 k, gain seperti yang ditunjukkan pada persamaaan (2.4) dan jika RF = 100 k dan RG = 100 k gain juga sama. 2.2.2 Op Amp inverting Input non inverting dari rangkaian Op Amp adalah ground. Satu asumsi dibuat bahwa input tegangan error adalah nol, sehingga umpan balik terus membalik masukan dari Op Amp pada virtual ground (bukan ground sebenarnya tetapi bertindak seperti ground). Aliran arus pada input menunjukkan asumsi adalah nol, oleh karena arus yang mengalir melalui RG sama dengan saat mengalir melalui RF. Dengan menggunakan hukum kirchoff kita dapat menulis persamaan (2.5) dan tanda minus menandakan input inverting. Manipulasi aljabar menghasilkan persamaan (2.6). Gambar 2.7 Op Amp inverting

I1 VIN V I 2 out RG RF Vout R F VIN RG (2.5) (2.6) Perhatikan bahwa gain hanya suatu fungsi dari umpan balik, sehingga umpan balik dapat mencapai fungsinya untuk membuat gain yang sesuai dengan parameter Op Amp. Nilai-nilai resistor yang sebenarnya ditentukan oleh tingkat impedansi dari bentuk yang diinginkan desainer. Jika RF = 10 k dan RG = 10 k, gain bertanda minus seperti yang ditunjukkan pada persamaan (2.6) dan jika RF =100 k dan RG = 100 k, gain masih tetap bertanda minus. Tingkat impedansi dari 10 k atau 100 K menentukan aliran arus, efek kapasitansi dan beberapa hal lainnya. Tingkat impedansi tidak mengatur gain dan rasio RF/RG juga. Sinyal output adalah sinyal input yang diperkuat dan membalik. Input rangkaian impedansi diatur oleh RG karena masukan membalik yang dipertahankan pada virtual ground. 2.2.3 Rangkain penjumlah Sebuah rangkaian penjumlah dapat dibuat dengan menghubungkan input yang lebih ke Op Amp inverting. Ujung resistor terhubung ke input inverting yang terhubung dengan virtual ground oleh umpan balik, sehingga menambah masukan baru yang tidak mempengaruhi respon masukan yang ada. Gambar 2.8 Rangkaian Penjumlah

R R R Vout RF 1 2 N V1 V2 V N (2.7) 2.2.4 Rangkaian Penguat diffrensial Rangkaian penguat diferensial memperkuat perbedaan antara sinyal yang diterapkan pada input. Superposisi digunakan untuk menghitung tegangan keluaran yang dihasilkan dari masing-masing tegangan masukan, dan kemudian dua tegangan keluaran ditambahkan untuk mencapai output akhir tegangan Gambar 2.9 Rangkaian Penguat Diffrential Tegangan masukan Op Amp yang dihasilkan dari sumber input, V1 dihitung dalam rumus: V V1 R2 R1 R2 Vout1 V (G ) V1 (2.8) R2 R1 R2 R3 R4 R3 (2.9) Aturan pembagi tegangan digunakan untuk menghitung tegangan V, dan gain persamaan non inverting digunakan untuk menghitung output tegangan noninverting, VOUT=1.

2.3 Signal Conditioning Banyak sensor yang digunakan dalam pengendalian proses dan aplikasi monitoring yang menghasilkan sinyal arus, biasanya 4 sampai 20 ma atau 0 sampai 20 ma. Sinyal input listrik yang dihasilkan oleh sensor sering tidak dalam bentuk yang dapat digunakan langsung. Conditioner signal mengubah sinyal dengan cara yang dikehendaki untuk lebih mempermudah pengukuran sinyal atau membuatnya lebih stabil. Sinyal saat ini kadang-kadang digunakan karena sensitif terhadap kesalahan seperti radiasi, noise dan tegangan yang turun karena melewati resistansi. Sistem pengkondisi sinyal harus mengkonversi sinyal arus ke sinyal tegangan. Untuk melakukan hal ini dengan mudah, yakni melewatkan sinyal arus melalui resistor, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.10 berikut. Gambar 2.10 Memproses sinyal arus, biasanya 0 sampai 20 ma atau 4 sampai 20 ma, yang dikonversikan ke sinyal tegangan yang menggunakan resistor presisi Untuk mengukur tegangan V0 = I s R yang akan dihasilkan oleh resistor, dimana I s adalah arus dan R adalah resistansi. Pilih nilai resistor yang memiliki jangkauan yang dapat digunakan tegangan, dan gunakan resistor presisi tinggi dengan koefisien temperatur rendah. Pengkondisi sinyal umumnya digunakan untuk menghilangkan beban. Untuk mengetahui fungsi pengkondisi sinyal lebih luas adalah sebagai berikut.

2. 3. 1 Fungsi umum pengkondisi sinyal Terlepas dari jenis sensor atau transduser yang sering digunakan, peralatan pengkondisi sinyal yang tepat dapat meningkatkan kualitas dan kinerja sistem. Fungsi pengkondisi sinyal berguna untuk semua jenis sinyal, termasuk penguatan, penyaringan, dan peredaman. a. Penguatan (Amplification) Karena di dunia nyata sinyal biasanya sangat kecil ukurannya. Pengkondisi sinyal dapat meningkatkan akurasi data. Amplifier menaikkan level sinyal masukan untuk lebih cocok dengan jangkauan, sehingga dapat meningkatkan resolusi dan sensitivitas pengukuran. Amplifikasi ini diperlukan apabila output sensor terlalu rendah untuk langsung bermanfaat pada pengukuran atau pada sistem pengendali. b. Peredaman (Attenuation) Peredaman adalah kebalikan dari penguatan. Bentuk pengkondisian sinyal ini mengurangi tegangan dari sinyal input sehingga sinyal AC berada dalam jangkauan sebelum pengukuran. Peredaman diperlukan untuk pengukuran tegangan tinggi. c. Penyaringan (Filter) Pengkondisi sinyal meliputi filter yang dapat menolak noise yang tidak diinginkan dalam kisaran frekuensi tertentu. Kegunaan umum yang lain dari filter adalah untuk mencegah keterlambatan sinyal. Sebuah fenomena yang muncul ketika sinyal undersampled ( sample terlalu terlambat). Teorema Nyquist menyatakan bahwa ketika sample, sinyal analog, atau komponen sinyal apapun berada pada frekuensi yang lebih sebesar satu setengah sampling yang muncul dalam data sample merupakan sinyal frekuensi yang rendah. Hal ini dapat dihindari dengan

memutarbalikkan sinyal hanya dengan menghapus/ menghilangkan komponen sinyal diatas satu setengah frekuensi sampling dengan filter lowpass. d. Isolasi Grounding yang tidak tepat dari sistem adalah salah satu penyebab paling umum untuk masalah pengukuran, termasuk noise dan perangkat pengukuran yang rusak. Pengkondisi sinyal dengan isolasi dapat mencegah sebagian besar masalah ini. Perangkat tersebut melewatkan sinyal dari sumbernya ke perangkat pengukuran tanpa hubungan fisik dengan menggunakan transformator, optik, atau teknik kopling kapasitif. Selain memutuskan loop ground, isolasi blok gelombang tegangan tinggi ini dapat melindungi keduanya, operator dan alat ukur yang mahal. Karena suatu perubahan dalam hasil ukur yang sesuai dalam induktansi pada variabel induktansi sensor posisi, sebuah rangkaian elektronika dibutuhkan untuk mengukur perubahan induktansi. Dengan demikian rangkaian elektronika termaksud fungsi untuk menggerakkan kumparan sensor, mengukur induktansi dan menghaslkan sinyal output yang diinginkan. Kumparan sensor atau kumparan penginderaan biasanya diberi energi AC untuk mengendalikan tegangan dari osilator gelombang sinus. Perubahan kumparan induktasi dapat ditunjukkan dengan perubahan frekuensi osilator atau perubahan amplitudo. Untuk kompenisasi kesalahan dari variasi suhu atau sumber lain, dua atau lebih kumparan dari sensor dengan perbandingan antara mereka digunakan untuk menghasilkan output. Gambar 2.11 menunjukkan rangkaian sederhana dengan variabel induktor tunggal menghasilkan perubahan amplitudo sesuai dengan perubahan induktansi. Dalam hal ini tegangan induktor tidak nol ketika tegangan keluaran nol diinginkan. Jadi pembagi resistif digunakan untuk menyediakan offset tegangan yang sama sebagai pengukuran nol. Sebuah diffrensial amplifier dapat digunakan untuk mengurangi kedua tegangan untuk mendapatkan output berbasis nol.

Gambar 2.11 Perubahan dalam variabel induktansi, L, menghasilkan perubahan amplitude dari tegangan keluaran diferensial. Rangkaian yang memberikan sinyal ke primer dan didemodulasi dan kemudian sinyal dari sekunder dikuatkan disebut dengan rangkaian pengkondisi sinyal. Pengkondisi sinyal merupakan produk terpisah, biasanya memiliki fitur yang disesuaikan untuk dapat digunakan pada berbagai aplikasi yang lebih luas sesuai variasi model LVDT. Pengkondisi sinyal biasanya mencakup generator gelombang sinus selain demodulator sinkron. Kesulitan dalam merancang osilator gelombang sinus stabil adalah untuk menghasilkan distorsi rendah bentuk gelombang sinus pada berbagai frekuensi yang dipilih pada waktu yang sama dengan frekuensi dan amplitude yang dibuat stabil dengan waktu dan suhu. Meskipun LVDT adalah sebuah transformator listrik, itu memerlukan daya AC dari amplitudo dan frekuensi yang sangat berbeda dari jaringan listrik biasa. Tersedianya daya eksitasi untuk LVDT adalah salah satu fungsi dari beberapa fungsi dari elektronik pendukung LVDT yang juga dikenal dengan peralatan pengkondisi sinyal. Fungsi lainnya termaksud mengubah tingkat tegangan output AC yang rendah menjadi sinyal DC tingkat tinggi yang baik untuk digunakan.