Program Bycatch: Pengembangan Teknologi Mitigasi By : Gusti Kade Adiatmika Produktivitas sektor perikanan memiliki porsi tersendiri dalam industri bisnis di Indonesia. Berbagai alat tangkap dimodifikasi dan dirancang sedemikian rupa supaya semakin efisien dalam menangkap ikan target. Salah satu alat tangkap yang saat ini marak digunakan dalam penangkapan tuna adalah rawai tuna (longline). Beberapa tahun terakhir, penggunaan rawai menjadi perhatian. Sebabnya, penggunaan rawai tak hanya bisa menangkap tuna, tapi juga spesies tangkapan sampingan, terutama penyu. Melihat itu, Indonesia mulai mengadopsi teknologi mitigasi untuk mengurangi jumlah penyu dan hiu yang tidak sengaja terjerat. Circle Hook Circle hook diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 2006. Circle hook memiliki diameter lebih besar dari J Hook dan ujungnya melingkar sehingga ketika terjebak umpan, penyu mudah melepaskan diri. Faktanya, setelah diimplementasikan oleh sebagian besar nelayan di Indonesia, jumlah tangkapan sampingan penyu semakin menurun. Selain itu, jumlah tangkapan ikan tuna sebagai target pun semakin meningkat. 1
Lampu LED Hijau Selain circle hook, pada tahun 2014, WWF melakukan serangkaian percobaan teknologi alat tangkap yang dapat mengurangi bycatch biota yang terancam punah dan dilindungi di perairan Paloh, Kalimantan Barat menggunakan lampu LED berwarna hijau pada jaring nelayan. Penggunaan teknologi LED mensinyalir bahwa cahaya lampu berwarna hijau menyilaukan bagi penyu namun tidak bagi ikan target tangkapan nelayan. Hasilnya, lampu hijau dapat mengurangi tangkapan sampingan hingga 50%. Selain itu, penggunaan lampu LED tersebut juga meningkatkan hasil tangkapan utama nelayan yaitu ikan bawal putih dan bawal hitam. Penerapan teknologi ini menjadi inovasi pendukung perikanan yang berkelanjutan dan mendorong kebijakan alat tangkap yang ramah lingkungan. 2
Modifikasi Mata Pancing Magnet Permanen, A - Tool, dan ESS (Electro Shield System) Sejak tahun 2015, Direktorat Kapal dan Alat Penangkap Ikan (KAPI) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama WWF- Indonesia menyelenggarakan Kompetisi Alat Penangkap Ikan yang Ramah Lingkungan (API Ramli) dalam mencari inovasi alat penangkap ikan yang selektif tapi tetap efisien sebagai bentuk pengelolaan perikanan yang bertanggung jawab. Dari ratusan ide dan inovasi yang dilombakan, terpilihlah tiga modifikasi alat penangkap ikan ramah lingkungan yang menginspirasi, diantaranya Modifikasi Mata Pancing Magnet Permanen, A - Tool, dan ESS (Electro Shield System). Mata Pancing Magnet Permanen Penggunaan mata pancing magnet permanen pada kapal rawai di Takalar, menunjukkan adanya pengaruh gaya magnet pancing terhadap hasil tangkapan ikan ketambak yang terlihat pada rataan hook rate. Untuk mata pancing biasa adalah 1,6%, sedangkan rataan hook rate untuk mata pancing magnet permanen adalah 4%, serta 0% untuk hasil tangkapan sampingan hiu. 3
Cara Kerja Mata Pancing Magnet Permanen Jadi alat tangkap itu berupa satu tali utama horisontal yang memiliki 100 tali cabang vertikal, diujung tali cabang itu terdapat mata pancing yang dipasangkan magnet. Nantinya ketika hiu mendekati kailnya, maka hiu akan menghindar karena adanya daya magnet di sekitar kail tadi. Alat tangkap itu nantinya tetap bisa untuk menangkap ikan lain selain hiu. Karena hanya hiu lah yang memiliki electroreceptor, yang berfungsi sebagai penangkap gelombang elektromagnetik seperti gelombang listrik, magnet ataupun audio Electro Shield System Cara penggunaan Electro Shield System cukup dengan mengaitkan alat pada jala nelayan. "Setelah diaktifkan alat tersebut akan mengapung pada saat jala dilempar. Kedua ujung electroshield system yang masuk ke dalam air itulah yang nantinya akan memancarkan aliran elektronik yang akan diterima oleh elektro reseptor pada ikan hiu rangsangan sebagai ancaman Dengan adanya Electro Shield System, ikan hiu tidak akan mendekati jala sehingga tidak ikut tertangkap oleh nelayan yang sedang mencari ikan. Electro Shield System mempunyai radius hingga 500 meter dibawah permukaan laut. Namun, radius tersebut bisa ditambah tergantung dengan besar kecilnya alat yang digunakan. 4
Uji coba penggunaan A-Tool pada frekuensi 400-499 Hz di keramba apung dan pada alat tangkap jaring di Banyuwangi menunjukkan bahwa pada frekuensi tersebut dapat menarik beberapa spesies ikan karang. Namun sangat tidak disukai hiu, yang ditunjukkan dengan tidak adanya hiu yang mendekat dan tertangkap pada frekuensi 400-499 Hz. Pengoperasian Electro Shield System pada frekuensi 55-100 Hz yang dipasang pada alat tangkap jaring insang di Banyuwangi, meningkatkan beberapa jenis ikan karang yang tidak memiliki organ electroreseptor tanpa adanya hasil tangkapan sampingan hiu dalam setiap penurunan jaring. Selain ramah lingkungan, Electro Shield System dapat menjadi pilihan nelayan karena harganya yang relatif lebih murah dibanding alat navigasi fish finder lainnya. "Selain terjangkau dengan kantong nelayan, electroshield system adalah benda portable dan bisa dimodifikasi di beberapa alat tangkap. Ketiga alat penangkap ikan ini mampu menurunkan jumlah tangkapan hiu nelayan tanpa memberikan efek apapun pada tangkapan utama. Mereka cenderung menjauhi alat penangkap modifikasi tersebut. Ke depannya, akan terus dicari dan dibuat inovasi-inovasi dalam pengembangan teknologi mitigasi yang lebih efisien untuk mengurangi jumlah tangkapan sampingan. (*gustikdadiatmika@gmail.com) 5