BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian dan aktivitas bisnis Timor Leste yang memburuk selama 10 tahun (1999 2009), akibat konflik politik dan keamanan yang tidak stabil. Perekonomian mulai membaik yang tercermin pada Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) dan Indeks Harga Konsumen (IHK) yang naik cukup signifikan dari tahun ke tahun seperti pada Gambar 1.1 dan 1.2. 2500.00 PDB dalam Jutaan $USD 2000.00 1500.00 1000.00 500.00 0.00 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Sumber: Departemen Nasional Statistik dan Banco Central de Timor Leste (2004.1-2013.4) Gambar 1.1 Tren Pertumbuhan PDB Timor Leste Tahun 2004.1--2013.4) Gambar 1.1 menunjukkan pertumbuhan rata-rata Produk Domestik Bruto (PDB) selalu meningkat dari tahun ketahun. Faktor-faktor penyebab kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) meliputi: naiknya indeks harga minyak mentah dunia, indeks harga kopi di pasar internasional, bertambahnya pertumbuhan jumlah investasi pada sektor perdagangan dan jasa. Namun, hal ini telah mendorong tren Indeks Harga Konsumsi (IHK) naik, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.2. 1
120 Dalam Presentase 100 80 60 40 20 0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Sumber: Departemen Nasional Statistik dan Banco Central de Timor Leste, 2014 Gambar 1.2 Tren Pertumbuhan IHK Timor Leste (2004.1--2013.4) Kondisi pertumbuhan PDB dan IHK pada Gambar 1.1 dan 1.2 juga telah mendorong adanya pertumbuhan sektor perbankan di Timor Leste. Dalam kehidupan masyarakat, seringkali dapat dilihat bahwa aktivitas manusia dalam dunia bisnis tidak lepas dari peran bank selaku pemberi layanan perbankan bagi masyarakat. Menurut Zribi dan Younes (2011) dua faktor yang pada umumnya memengaruhi risiko kredit adalah faktor internal dan faktor eksternal. Perubahan tren variabel eksternal pada prudential regulasi dan kodisi ekonomi memengaruhi risiko kredit. Jika struktur kepemilikan saham pada bank dikuasai oleh negara, risiko kreditnya sangat tinggi dibandingkan dengan swasta dan pemodal asing. Menurut Handayani (2013) dalam penelitian menyatakan bahwa, hubungan suku bunga dengan risiko kredit menunjukkan adanya pengaruh positif. Dengan semakin besar level suku bunga acuan, maka semakin besar juga risiko kredit (NPL). 2
Menurut Micco dan Panizza (2004) dalam penelitiannya menemukan bahwa bank-bank publik atau konvensional umumnya menimbulkan risiko kredit yang lebih besar dibandingkan dengan bank swasta lain. Hal ini dikarena bank-bank konvensional menetapkan suatu regulasi kebijakan pemberian kredit yang longgar, sehingga NPL kurang sensitif terhadap pengaruh makroekonomi dibandingkan dengan bank-bank swasta. Menurut Hempel dan Simonson (1999), menyatakan bahwa kredit macet adalah risiko nilai pokok kredit ditambah bunga atas kredit yang tidak dapat dibayar oleh peminjam atau debitur bank sesuai dengan yang dijanjikan menurut jangka waktu yang telah ditentukan atau disepakati. Sejarah singkat BNCTL (Banco Nacional de Commercio de Timor Leste) adalah sebuah bank Konvesional yang didirikan pada tahun 2011 oleh Pemerintah Timor Leste yang ditranformasikan dari Institusi Mikro Kredit. Kapital pendirian bank ini adalah sebesar $USD 17 juta. Tujuan utama pendirian BNCTL adalah untuk pembangunan ekonomi Timor Leste pada umumnya yang meliputi pemberantasan kemiskinan dan promosi aktivitas pembangunan ekonomi di Timor Leste. BNCTL ini telah memiliki kantor cabang di seluruh Timor Leste dengan sistem operasional yang online untuk memberikan pelayanan kepada nasabahnya. Tingkat bunga kredit BNCTL pada tahun tahun sebelumnya adalah 18 persen per tahun. Persentase sektor kredit BNCTL adalah agrikultur 15 persen, industri 7 persen, jasa perdagangan 72 persen dan akomodasi 6 persen. Kuantitas debitur BNCTL telah mencapai 7,500 nasabah dari Tahun 2002--2014. Pada tahun 2014 portofolio kredit BNCTL telah mencapai 53 persen dan direncanakan mencapai 75 persen untuk sektor kredit bisnis. Pengawasan BNCTL terhadap 3
Persen debiturnya menemukan ada kemacetan kredit pada ekonomi kecil dan menengah (small and medium businees). 14.0 12.0 10.0 8.0 6.0 4.0 2.0 - NPL SB ROA Gambar 1.3 Rasio NPL, ROA dan Suku Bunga BNCTL, 2004.1--2013.4 Menurut IBI (2003), menyatakan bahwa apabila risiko kredit atau NPL tinggi, maka suku bunga kredit yang dibebankan tinggi. Sebaliknya, apabila risiko kredit rendah, maka suku bunga kredit yang dibebankan rendah. NPL yang tinggi mengakibatkan tidak bekerjanya fungsi intermediasi bank secara optimal dan menyebabkan menurunkan perputaran modal bank atau Capital Turn Over (CTO) sehingga memperkecil kesempatan bank memperoleh pendapatan. Dengan kata lain NPL menurunkan profitabilitas bank. NPL juga memaksa bank membentuk sejumlah cadangan guna menjaga likuiditas dan solvabilitas bank untuk melindungi deposan. Semakin besar NPL semakin besar opportunity cost yang harus ditanggung oleh bank. Oleh karena itu, NPL harus diupayakan serendah mungkin. Nilai atau rasio NPL merupakan kategori nilai kolektibilitas kredit bermasalah dari kredit yang disalurkan. Menrut Boediono (1990: 25), apabila inflasi tinggi akibat naiknya harga harga umum barang dan jasa maka suku bunga kredit yang diberikan tinggi. 4
Dalam penentuan tingkat suku bunga pinjaman, kreditur mempertimbangkan beberapa aspek atau kemungkinan yang terjadi seperti, kemungkinan gagal bayar, karakteristik debitur (premi risiko), biaya penyelenggaraan transaksi (biaya transaksi), dan kemungkinan penurunan nilai uang (premi inflasi). Berdasarkan uraian latar belakang pemikiran di atas, mungkin terjadi pada perubhaan di Timor lestoleh karena itu perlu di analisis lebih mendalam tentang fenomena tersebut ke dalam sebuah penelitian yang objektif dan deskritif dengan judul Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Risiko Kredit (Non Performig Loans) di Banco Nacional de Commercio de Timor Leste (BNCTL) periode 2004 2013. Bank pada umumnya adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada debitur dalam bentuk kredit. Aktivitas bisnis merupakan fenomena yang sangat kompleks karena meliputi berbagai bidang baik, hukum, ekonomi, dan politik. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan, deposito dan sebagai sumber modal pinjaman bagi debitur untuk meminjamkan sejumlah uang (kredit) untuk memenuhi kebutuhan binis dan konsumsi. Kegiatan perkreditan merupakan tulang punggung dari kegiatan utama bank. Di samping itu, kredit juga merupakan kegiatan penanaman dana yang sering menjadi penyebab utama dalam menghadapi masalah besar. Oleh karena itu, bank sebagai kreditur dalam memberikan kredit perlu mempertimbangkan risiko kredit atau (non performing loans). Risiko kredit (non peforming loans) bank pada intinya adalah kemacetan atas pengembalian modal beserta bunga oleh debitur kepada 5
kreditur (pemilik modal) yang tidak sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan, atau disepakati. Besar kecilnya risiko kredit atau kemacetan kredit bank ini biasanya ditujukkan pada rasio Non Performing Loans (NPL). Berdasarkan regulasi Perbankan tentang risiko kredit atau Non Performing Loans (NPL) yang ditentukan oleh BCTL adalah sebesar 5 persen. Besar kecilnya nilai rasio NPL menunjukkan tingkat risiko kredit atau kredit macet. Faktor-faktor umum yang memengaruhi risiko kredit adalah terdiri dari faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dalam negeri yang dinyatakan dalam nilai pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB), suku bunga bank (SB) yang ditentukan oleh Bank Central, nilai inflasi dan/atau indeks harga konsumen dalam suatu negara. Faktor internal yang memengaruhi risiko kredit bank adalah rasio kecukupan modal bank (Capital Adequdy Ratio/CAR) dan rasio keuntungan pada investasi (Return on Asset/ROA), alokasi kredit dan kondisi pengawai bank. Pernyataan ini diperkuat oleh beberapa teori yang pernah diteliti sebelumnya berikut. 1.2 Keaslian Penelitian Berbagai penelitian tentang risiko kredit (Non Perfoming Loans/NPL) telah banyak dilakukan oleh peneliti pedahulu. Tabel 1.4 menunjukkan penelitian yang menggunakan referensi ini sebagai bahan acuan untuk penelitian. Nama dan Tahun Penelitian Khairani (2008 20012) Tabel 1.1 Penelitian Sebelumnya Judul Penelitian Menganalisis pengaruh LDR, CAR dan BI rate terhadap risiko Kredit Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa LDR dan BI rate tidak mempengaruhi risiko kredit, NPL. CAR secara parcial 6
Pada Bank Umum Go Publik di Indonesia. Mahfud, 2012 Analisis faktor-faktor yang memengaruhi kredit macet (kurang lancer, di ragukan dan macet) pada UMK Industri Mebel (2012). Hermawan Soebagio (2005) Analisis Faktor Faktor yang memengaruhi nonperforming loan Independen: Nilai Kurs, Tingkat Inflasi, GDP, CAR, KAP, Tingkat Suku Bunga Kredit dan LDR. berpengaruh terhadap NPL pada Bank Umum go public di Indonesia dan secara simultan LDR, CAR dan BI rate berpengaruh terhadap risiko kredit, NPL. Besarnya pengaruh pengolaan pemasaran, tingkat persiangan, pengelolaan keuangan, pengelolaan teknis dan tingkat kebijakan pemerintah terhadap kredit macet UMKM industri mebel kabupaten Jepara tahun 2012 sebesar 86,5 persen sedangkan sisanya 13,5 persen dipengaruhi variabel lain di luar penelitian atau di luar persamaan regresi. Nilai kurs, Inflasi KAP, tingkat suku bunga kredit berpengaruh positif signifikan terhadap Non-Performing Loan, GDP berpengaruh positif tidak signifikan terhadap Non- Performing Loan dan CAR serta LDR mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap terjadinya Non- Performing Loan. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan uraikan pada latar belakang maka, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut 1. Perbedaan risiko kredit (NPL) ditinjau dari suku bunga kredit. 2. Perbedaan risiko kredit (NPL) ditinjau dari tingkat inflasi atau IHK yang berbeda. 3. Perbedaan risiko kredit (NPL) ditinjau dari tingkat ROA yang berbeda. 1.4 Pertanyaan Penelitian 1. Apakah suku bunga (SB) kredit yang berbeda berpengaruh terhadap risiko kredit atau NPL? 2. Apakah perubahan tingkat inflasi atau IHK yang berbeda berpengaruh terhadap risiko kredit? 3. Apakah perubahan rasio persentase ROA berpengaruh terhadap risiko kredit atau NPL? 7
1.5 Tujuan Penelitian Penelitian bertujuan untuk Menganalisis pengaruh Suku Bunga Kredit (SBK), Indeks Harga Konsumen (IHK) dan Return On Asset (ROA) berpengaruh terhadap risiko kredit atau Non Performing Loans (NPL) selama periode 2004.1-2013.4 di BNCTL. 1.6 Manfaat Penelitian 1. Menjadi sumber informasi yang bermanfaat bagi bank dalam menilai perbedaan risiko kredit (credit risk) yang ditinjau dari suku bunga kredit, Indeks harga konsumen dan Return on Asset (ROA). 2. Penelitian ini menambah pengetahuan bagi peneliti tentang karakteristik risiko kredit atau Non performing Loans (NPL) bank yang dipengaruhi oleh perbedaan suku bunga kredit (SB), IHK dan ROA menjadi referensi bagi peneliti untuk membandingkan teori yang selama ini didapatkan dari kuliah dengan kenyataan sebenarnya. 3. Menjadi referensi untuk peneliti yang akan datang yang berhubungan dengan risiko kredit (NPL) di dunia perbankan maupun lainnya. 1.7 Sistematika Penulisan Sistematika Penulisan penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab I Pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang, keaslian penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, mamfaat penelitian, lingkup penelitian dan sistematika penulisan. Bab II Kajian Pustaka dan Lndasan Teori yang berisikan kajian teori tentang konsep konsep yang berkaitan dengan risiko kredit serta faktor faktor yang memengaruhinya. Bab III Metode Penelitian yang 8
berisikan variabel penelitian dan definisi operasional, jenis dan sumber data, metoda pengumpulan data dan metoda analisis data. Bab IV Ananlisis dan Pembahasan yang menguraikan deskripsi objek penelitihan, analisis data dan pembahasan. Bab V Kesimpulan dan Saran yang menguraikan kesimpulan, implikasi, keterbatasan dan saran saran bagi pihak pihak yang terkait dengan masalah penelitian. 9