PARTISIPASI POLITIK PEMILIH PEMULA DALAM PEMILUKADA KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2015 DI KECAMATAN SAMBOJA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara demokratis merupakan negara yang memberi peluang dan

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran

I. PENDAHULUAN. masyarakatnya heterogen. Salah satu ciri sistem demokrasi adalah adanya

MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD

PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILIHANKEPALA DAERAH KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2013 DI KELURAHAN SAMBUTAN KOTA SAMARINDA

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN BARAT. NOMOR : 21/Kpts/KPU-Prov-019/2012 TENTANG

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari

MASYARAKAT MUSI BANYUASIN : KECENDERUNGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMILIH PADA PEMILU PRESIDEN SERTA PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2014.

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BELITUNG

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN MANDAILING NATAL. KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN MANDAILING NATAL NOMOR : 51 /Kpts/KPU-Kab /2015.

Pengantar Ketua KPU. Assalamu alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.

SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN. NOMOR : 12/Kpts/KPU Kab /2010 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

Nuruddin Abdullah 1. Kata Kunci: status sosial ekonomi, sosialisasi politik, media massa, partisipasi politik masyarakat.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP CALON ANGGOTA TIM SELEKSI BAWASLU PROVINSI PROVINSI.

PERATURAN KPU TENTANG SOSIALISASI DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR, BUPATI DAN WAKIL BUPATI, DAN/ATAU WALIKOTA

2015, No tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 23 Tahun 2009 Tentang Pengawasan Kampanye Pemilihan Umu

I. PENDAHULUAN. dimana warga negara memiliki hak untuk ikut serta dalam pengawasan

KOMISI PEMILIHAN UMUM,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

S A L I N A N. Lampiran : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK Nomor : 03/Kpts/KPU-Kab/ /2012 Tanggal : 7 Mei 2012

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah yang berlaku di Indonesia memuat perubahan. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

BAB I PENDAHULUAN. Pemilu kepala daerah dan wakil kepala daerah yang selanjutnya disebut

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kepentingan rakyat harus didasarkan pada kedaulatan rakyat. Pemilu

BAB I PENDAHULUAN. tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Artinya. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kombinasi ( mixed

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Komisi ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adala

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi electoral atau demokrasi formal. Demokrasi merupakan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan umum (Pemilu). Budiardjo (2010: 461) mengungkapkan bahwa dalam

BAB I Pastikan Pilihan Anda Adalah Peserta Pemilu dan Calon Yang Memiliki Rekam Jejak Yang Baik

I. PENDAHULUAN. Politik merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat

PEMILU NASIONAL DAN PEMILU DAERAH

BAB 1 PENDAHULUAN. karena keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi terletak pada kemampuan

Dibacakan oleh: Dr. Ir. Hj. Andi Yuliani Paris, M.Sc. Nomor Anggota : A-183 FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

MEKANISME PENYELENGGARAAN PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JATENG DAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI KUDUS TAHUN 2018

Pemilihan Umum Kecamatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 187);

TINGKAT PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH KOTA PADANG TAHUN 2013

PARTISIPASI POLITIK PEMULA DALAM PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH MINAHASA TENGGARA (SUATU STUDI DI KECAMATAN TOULUAAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA) Oleh :

SEKILAS PEMILU PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU

yang sangat prinsipiil, karena dalam pelaksanaan hak asasi merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar

Peranan Partai Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu dan Pilkada. oleh. AA Gde Putra, SH.MH

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. politik yang demokratis adalah melalui Pemilu. Pemilu diselenggarakan dengan

-3- MEMUTUSKAN : Menetapkan: PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM. BAB I KETENTUAN UMUM

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BAB III PEMILIH YANG MEMBERIKAN SUARA DI TPS LAIN DAN DALAM KEADAAN TERTENTU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di kota bandung

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi dan juga sebagai cerminan. menyampaikan hak nya sebagai warganegara. Pemilihan umum merupakan

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia sejak dulu sudah mempraktekkan ide tentang demokrasi walau

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

2 b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, perlu menetapkan Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum tentang Pengawasan Tahapan

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Pekon Kediri berumur 17

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (selanjutnya disebut Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang

BAB I PENDAHULUAN. antara lain karena Indonesia melaksanakan sejumlah kegiatan politik yang

Pengantar. Purnomo S. Pringgodigdo

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN DONGGALA

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (pemilu) merupakan instrumen yang digunakan rakyat untuk

RENCANA PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TAHUN 2017 NO JUDUL RANCANGAN PERATURAN UNIT KERJA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA TANJUNGBALAI. NOMOR: 5 /Kpts/KPU /2015

I. PENDAHULUAN. ini merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. DPR dan DPRD dipilih oleh rakyat serta utusan daerah dan golongan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,

2013, No.41 2 Mengingat haknya untuk ikut serta dalam kampanye Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perw

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peran-peran pihak terkait, dengan prosedur yang telah ditentukan dalam. dewan perwakilan rakyat daerah (Mashudi, 1993:23).

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN KPU TENTANG SOSIALISASI, PENDIDIKAN PEMILIH, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik sesuai dengan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2008, No.2 2 d. bahwa Partai Politik merupakan sarana partisipasi politik masyarakat dalam mengembangkan kehidupan demokrasi untuk menjunjung tinggi k

individu tersebut. Menurut Kweit (1986: 92) bahwa s ecara umum,

Peraturan...

-3- MEMUTUSKAN: Pasal I

Transkripsi:

ejournal Ilmu Pemerintahan, 2017, 5 (4): 1693-1704 ISSN 2477-2458 (Online), ISSN 2477-2631 (cetak) ejournal.ip.fisip-unmul.ac.id Copyright 2017 PARTISIPASI POLITIK PEMILIH PEMULA DALAM PEMILUKADA KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2015 DI KECAMATAN SAMBOJA Cahyaning Hidayah 1,Dr. Phil. I Ketut Gunawan, MA 2, Budiman,S.IP.,M.Si 3 Abstrak Penelitian ini berusaha untuk mengetahui tingkat partisipasi politik dan antusiasme pemilih pemula dalam Pemilukada Kutai Kartanegara yang di laksanakan tahun 2015 di Kecamatan Samboja khususnya di wilayah Kelurahan Kampung Lama, Amborawang Darat, dan Amborawang Laut. Penelitian ini dilakukan di tiga kelurahan dengan menggunakan Library Research (Studi Kepustakaan), Observasi, Wawancara, dan Kuesioner (Angket) sebagai teknik pengumpulan data. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriftif kualitatif yang di kombinasikan melalui tabel distribusi frekuensi dengan menyajikan prosentase dari hasil jawaban responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum partisipasi politik pemilih pemula di Kelurahan Kampung Lama, Amborawang Darat, dan Amborawang Laut dalam pemberian suara tinggi, sementara dalam kegiatan kampanye dan melakukan diskusi politik belum optimal. Antusiasme pemilih pemula di Kelurahan Kampung Lama, Amborawang Darat, dan Amborawang Laut dalam pemberian suara tinggi, sedangkan dalam kegiatan kampanye dan diskusi politik rendah. Tingginya partisipasi politik dan antusiame pemilih pemula pada pemberian suara dikarenakan pemberian suara merupakan hal baru bagi pemilih pemula sehingga rasa ingin tahunya terhadap kegiatan tersebut tinggi dan dalam hal ini pemilih pemula merasa ikut terlibat untuk menentukan kepala daerah terpilih. Kata Kunci : partisipasi, politik, pemilih, pemula, pemilukada, Kutai Kartanegara 1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. Email: hcahyaning@gmail.com 2 Dosen Program Studi Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman 3 Dosen Program Studi Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman

ejournal Ilmu Pemerintahan Volume 5, Nomor 4, 2017 : 1693-1704 Pendahuluan Demokrasi merupakan sistem pemerintahan yang diterapkan Indonesia sejak awal kemerdekaan. Dalam suatu negara demokrasi yang berbentuk republik seperti Indonesia partisipasi politik merupakan suatu aspek penting karena dalam konsep demokrasi, kekuasaan berada ditangan rakyat atau government by the people. Meskipun kedaulatan berada ditangan rakyat, akan tetapi pelibatan seluruh rakyat secara langsung untuk mengambil keputusan dengan cara berkumpul dalam waktu dan tempat yang sama, hanya mungkin terjadi pada negara yang wilayah dan jumlah penduduknya sangat kecil seperti dinegara kota (polis) pada masa Yunani kuno (Gaffar,2013:1). Kondisi tersebut memunculkan ide memilih wakil-wakil rakyat untuk menyampaikan aspirasinya. Pemilihan umum merupakan suatu cara memilih wakil-wakil rakyat yang akan duduk dilembaga pemerintahan baik lembaga eksekutif maupun legislatif, serta salah satu pelayanan hak asasi warga negara dalam bidang politik. Pemilu dalam negara yang menganut demokrasi, merupakan pranata penting untuk memenuhi tiga prinsip pokok demokrasi, yaitu kedaulatan rakyat, keabsahan pemerintahan, dan pergantian pemerintahan secara teratur. Pelaksanaan pemilu secara langsung pada tingkat nasional, memberikan perubahan signifikan terhadap tata cara pengisian jabatan dalam lembaga eksekutif diwilayah pemerintahan daerah yang dilaksanakan melalui Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada). Pada 9 Desember 2015 lalu Kabupaten Kutai Kartanegara bersama dengan 223 kabupaten lainnya di Indonesia menggelar pemilukada serentak. Dari total 18 Kecamatan yang terletak di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kecamatan Samboja menjadi salah satu bagian dari pelaksanaan Pemilukada Kutai Kartanegara 2015. Wilayah Kecamatan Samboja terdiri dari 4 Desa dan 18 Kelurahan. Penelitian ini akan dilakukan di tiga Kelurahan yakni, Kelurahan Kampung Lama, Ambarawang Darat dan Ambarawang Laut. Penentuan ketiga lokasi penelitian tersebut didasarkan pada jarak kelurahan-kelurahan tersebut dari Ibukota Kecamatan Samboja. Kelurahan Amborawang Laut merupakan salah satu Kelurahan yang paling jauh dari pusat pemerintahan Samboja dengan jarak 34km, kemudian disusul Kelurahan Amborawang Darat dengan jarak 18km, sementara Kelurahan Kampung Lama merupakan Ibukota Kecamatan Samboja sejak tahun 2012. Pemilih dalam pemilihan umum menurut ketentuan umum pasal 1 ayat (6) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 adalah penduduk yang berusia paling rendah 17 (tujuh belas) tahun atau sudah/pernah kawin yang terdaftar dalam pemilihan. Berdasarkan penjabaran tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pemilih pemula adalah warga negara yang baru pertama kali memilih dan memiliki hak suara serta didata oleh penyelenggara pemilihan dalam daftar 1694

Partisipasi Politik Pemilih Pemula Dalam Pemilukada (Cahyaning Hidayah) pemilih tetap, dengan rentang usia 17-21 tahun atau meskipun belum berusia 17 tahun tetapi pernah melakukan pernikahan. Berdasarkan data KPUD Kabupaten Kutai Kartanegara menunjukkan bahwa pemilih yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) di Kelurahan Kampung Lama sebanyak 1.293 orang yang terdiri dari 663 orang pemilih lakilaki dan 630 orang pemilih perempuan. Kemudian dari jumlah pemilih tetap tersebut terdapat 47 orang pemilih pemula yang terdiri dari 21 orang laki-laki dan 26 orang perempuan. Lain halnya dengan Kelurahan Amborawang Darat data KPUD mencatat bahwa jumlah pemilih di kelurahan tersebut sebanyak 2.078 orang yang terdiri dari 1.126 pemilih laki-laki dan 952 pemilih perempuan dan dari jumlah tersebut terdapat 53 orang pemilih pemula yang terdiri dari 31 orang laki-laki dan 22 orang perempuan. Sementara pemilih yang terdaftar dalam DPT di Kelurahan Amborawang Laut sebanyak 1.129 orang yang terdiri dari 611 orang laki-laki dan 518 orang perempuan, dari jumlah tersebut terdapat 18 orang pemilih pemula yang terdiri dari 7 orang laki-laki dan 11 orang perempuan. Sebagai salah satu kelompok yang menggunakan hak pilihnya pada Pemilukada 2015 penulis tertarik untuk meneliti pemilih pemula karena selain didominasi oleh remaja, pemilih pemula juga merupakan kelompok yang baru pertama kali menggunakan hak pilihnya sehingga rasa ingin tahu mereka terhadap pemilihan besar. Akan tetapi keadaan tersebut tidak diimbangi dengan pengetahuan politik yang cukup sehingga mudah terpengaruh dengan pilihan orang-orang terdekatnya dan hanya memikirkan kepentingan jangka pendek. Hal tersebut lah yang mendorong penulis untuk meneliti tentang bagaimana tingkat partisipasi politik dan antusiasme pemilih pemula dalam pemilukada tahun 2015 di Kelurahan Kampung Lama, Amborawang Darat, dan Amborawang Laut. Kerangka Dasar Teori Partisipasi Politik Sherman dan Kolker (Suryadi,2007:128) menyebutkan bahwa partisipasi merupakan jalan bagi massa untuk mempengaruhi atau mengontrol pemerintah sebagai upaya turut ambil bagian terhadap penyelenggaraan pemerintahan. Sedangkan Herbert McClosky dalam International Encyclopaedia of the Social Sciences, (Damsar, 2010:180) memberikan batasan partisipasi politik sebagai kegiatan-kegiatan sukarela dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa, dan secara langsung atau tidak langsung dalam proses pembentukan kebijakan umum. Sementara Miriam Budiardjo (2008:367) berpandangan bahwa, partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain dengan jalan memilih 1695

ejournal Ilmu Pemerintahan Volume 5, Nomor 4, 2017 : 1693-1704 pimpinan negara secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan pemerintah (public policy). Kegiatan ini mencakup tindakan seperti memberikan suara dalam pemilihan umum, menghadiri rapat umum, menjadi anggota suatu partai atau kelompok kepentingan, mengadakan hubungan dengan pejabat pemerintah dan sebagainya. Sesuai dengan hal diatas dapat disimpulkan bahwa partisipasi politik adalah keikutsertaan warga negara secara aktif dalam aktivitas politik yang salah satunya memilih penguasa (Kepala Daerah) yang bertujuan untuk mempengaruhi pembentukan kebijakan umum. Pemilih Pemula Konsep dasar pemilih pemula adalah baru pertama kali menggunakan hak pilihnya. Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota pasal 1 ayat (6) Pemilih adalah penduduk yang berusia paling rendah 17 (tujuh belas) tahun atau sudah/pernah kawin yang terdaftar dalam pemilihan, kemudian masih dalam undang-undang yang sama pasal 56 menerangkan bahwa pemilih yang memiliki hak pilih adalah warga negara Indonesia yang pada hari pemungutan suara sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun atau sudah/pernah kawin, dan didaftar 1 (satu kali) oleh penyelenggara Pemilihan Kepala Daerah dalam daftar pemilih. Lebih lanjut Komisi Pemilihan Umum (2010:48) mengemukakan bahwa pemilih pemula adalah pemilih yang baru pertama kali menggunakan hak pilihnya berusia sekurangnya 17-21 tahun atau sudah /pernah menikah bukan anggota TNI/POLRI. Sebagaimana uraian diatas peneliti dapat merumuskan bahwa pemilih pemula adalah warga negara yang berumur sekurangnya 17-21 tahun atau sudah/ pernah melakukan pernikahan sebelumnya dan bukan anggota TNI/POLRI yang baru pertama kali menggunakan hak pilihnya dalam sebuah pemilihan umum dan didata oleh tim penyelenggara pemilihan dalam daftar pemilih tetap. Pemilihan Kepala Daerah (Pemilukada) Andrew Reynolds (Basri, 2007:125) menyatakan bahwa pemilihan umum adalah metode yang didalamnya suara-suara yang diperoleh dalam pemilihan diterjemahkan menjadi kursi-kursi yang dimenangkan dalam parlemen oleh partai-partai dan para kandidat. Berdasarkan penyelenggaraannya di Indonesia pemilihan umum dibedakan menjadi 3 yakni: Pemilihan Umum Legislatif, Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres), dan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Pemilukada). Tercantum dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 merupakan pelaksanaan kedaulatan rakyat di Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk memilih Gubernur, Bupati, dan Walikota secara langsung dan demokratis. Pemilu Gubernur dan Wakil Gubernur 1696

Partisipasi Politik Pemilih Pemula Dalam Pemilukada (Cahyaning Hidayah) diselenggarakan oleh KPU Provinsi, sedangkan Pemilu Bupati dan Wakil Bupati atau Walikota dan Wakil Walikota oleh KPU Kabupaten/ Kota. Partisipasi Politik Pemilih Pemula Dalam Pemilukada Seperti uraian teori-teori yang telah dikemukakan sebelumnya dapat disimpulkan partisipasi politik pemilih pemula dalam pemilukada merupakan keterlibatan secara aktif dan sukarela pemilih pemula dalam berbagai aktivitas politik terutama kegiatan yang berkaitan dengan Pemilihan Kepala Daerah seperti kegiatan kampanye, kegiatan diskusi politik dan pemberian suara dalam Pemilihan Kepala Daerah. Penelitian ini akan melihat tingkat partisipasi politik dan antusiasme pemilih pemula melalui indikator bentuk-bentuk partisipasi politik sebagai berikut: 1) Kampanye 2) Diskusi politik 3) Pemberian suara Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan mendeskripsikan tingkat partisipasi politik dan antusiasme pemilih pemula di ketiga lokasi penelitian dengan menggunakan Library Research (Studi Kepustakaan), Observasi, Wawancara, dan Kuesioner (Angket) sebagai teknik pengumpulan data. Penentuan ketiga lokasi penelitian tersebut menggunakan pertimbangan jarak, yakni kelurahan yang paling dekat, tidak terlalu jauh (sedang) dan paling jauh dari Ibukota Kecamatan Samboja. Sumber data dari penelitian ini adalah keseluruhan pemilih pemula yang bertempat tinggal di Kelurahan Kampung Lama, Amborawang Darat, dan Amborawang Laut dimana pada setiap kelurahan diambil sampel sebanyak 18 orang yang ditentukan secara proporsional. Kemudian dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data persentase yang menyajikan frekuensi jawaban responden seperti yang dikemukakan Bungin (2010:172) adapun rumusnya sebagai berikut: P= x 100% Keterangan: P = Persentase F = Frekuensi pada klasifikasi atau variabel yang bersangkutan/total skor N = Jumlah Frekuensi dari seluruh klasifikasi atau variabel/skor tertinggi Adapun yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah: 1. Bentuk-bentuk partisipasi politik pemilih pemula dalam pemilihan kepala daerah yang meliputi: a. Mengikuti Kegiatan Kampanye 1697

ejournal Ilmu Pemerintahan Volume 5, Nomor 4, 2017 : 1693-1704 b. Keikutsertaan dalam diskusi politik c. Pemberian hak suara (voting) 2. Antusiasme pemilih pemula dalam Partisipasi Politik pada Pemilukada Kutai Kartanegara Tahun 2015. Hasil Penelitian Partisipasi Politik Pemilih Pemula Di Kelurahan Kampung Lama, Amborawang Darat Dan Amborawang Laut Dalam Kegiatan Kampanye Mengacu pada hasil jawaban responden di ketiga lokasi penelitian menunjukkan partisipasi politik pemilih pemula di Kelurahan Kampung Lama, Amborawang Darat, Dan Amborawang Laut dalam kegiatan kampanye belum optimal, dimana untuk Kelurahan Kampung Lama dan Amborawang Darat 18 responden (100%) menyatakan tidak mengikuti kegiatan kampanye sementara untuk Kelurahan Amborawang Laut 16 responden (89%) menyatakan tidak mengikuti kegiatan kampanye dan sisanya 2 responden (11%) mengikuti kampanye dengan kesadaran sendiri. Ketidak aktifan pemilih pemula di ketiga kelurahan tersebut dalam mengikuti kegiatan kampanye dikarenakan terbatasnya kegiatan kampanye yang dilaksanakan diwilayah Kecamatan Samboja karena pasangan calon kepala daerah lebih banyak berkampanye melalui tim suksesnya masing-masing dan menggelar pertemuan-pertemuan tatap muka terbatas yang dihadiri oleh masa perwakilan setiap kelurahan dimana pemilih pemula tidak menjadi bagian dari masa perwakilan dan mendapatkan akses mengikuti kegiatan tersebut. Selain itu faktor jarak dan faktor keinginan juga menjadi penyebab lainnya dibalik ketidak aktifan pemilih pemula dalam kegiatan kampanye. Kondisi yang demikian menyebabkan situasi dimana pemilih pemula mengetahui pasangan calon melalui media cetak yang berbentuk spanduk, selembaran, stiker, surat kabar dan media elektronik. Kemudian pemilih pemula di ketiga kelurahan tersebut cenderung tidak ikut serta dalam tim sukses maupun membantu tim sukses dalam memasang spanduk atau membagikan selembaran pasangan calon. Kondisi yang demikian karena dalam pengkaderisasian baik dalam partai maupun tim sukses lebih mengedepankan masyarakat berusia dua puluh satu tahun keatas karena dinilai lebih matang dan mampu untuk berkecimpung dalam kegiatan-kegiatan yang diprakarsai oleh tim sukses. Partisipasi Politik Pemilih Pemula Di Kelurahan Kampung Lama, Amborawang Darat, Dan Amborawang Laut Dalam Diskusi Politik Berdasarkan data persentase jawaban respoden menunjukkan partisipasi pemilih pemula di ketiga kelurahan tersebut dalam diskusi politik belum optimal yang diperkuat oleh persentase responden yang menyatakan tidak pernah melakukan diskusi politik dimana untuk Kelurahan Kampung Lama sebesar 72% (13 responden), Amborawang Darat sebesar 44% (8 responden), dan Amborawang Laut sebesar 22% (4 responden). Persentase tersebut 1698

Partisipasi Politik Pemilih Pemula Dalam Pemilukada (Cahyaning Hidayah) menunjukkan intensitas pelaksanaan diskusi politik yang di lakukan responden diketiga lokasi penelitian tidak merata. Salah satu penyebabnya karena tidak adanya penyelenggaraan diskusi politik formal di ketiga kelurahan tersebut sehingga diskusi politik yang terjadi di wilayah Kelurahan Kampung Lama, Amborawang Darat, dan Amborawang Laut hanya sebatas diskusi politik informal yang terjadi di lingkungan keluarga dan pertemanan. Mayoritas responden di ketiga kelurahan tersebut berpendapat bahwa diskusi politik perlu untuk dilakukan karena menyadari manfaat dari kegiatan tersebut seperti untuk lebih mengerti program pasangan calon, agar dapat saling berargumentasi calon mana yang tepat untuk dipilih dan agar mengerti kemajuan politik kedepannya. Akan tetapi mayoritas responden di ketiga kelurahan tersebut menunjukkan ketidak tertarikan yang tinggi terhadap diskusi politik yang dilakukan. Hal ini dikarenakan mereka tidak suka dan tidak berminat dengan hal-hal yang berbau politik khususnya pemilukada. Kondisi yang demikian menunjukkan bahwa pemilih pemula cenderung sadar bahwa diskusi politik perlu untuk dilakukan akan tetapi kesadaran tersebut tidak menimbulkan ketertarikan pemilih pemula untuk melakukan diskusi politik. Partisipasi Politik Pemilih Pemula Di Kelurahan Kampung Lama, Amborawang Darat Dan Amborawang Laut Dalam Pemberian Suara Mengacu pada hasil jawaban responden menunjukkan penggunaan hak pilih pemilih pemula secara umum di ketiga kelurahan tersebut tergolong tinggi yang dibuktikan oleh persentase di masing-masing kelurahan dimana untuk Kampung Lama dengan persentase sebesar 67%, Amborawang Darat dengan persentase sebesar 72%, dan Amborawang Laut dengan persentase sebesar 83%. Kecenderungan pemilih pemula memberikan suaranya karena kecenderungan baru pertama kali menggunakan hak pilihnya dan karena adanya pemahaman bahwa setiap warga negara berhak serta memiliki kewajiban untuk memilih pemimpin daerah. Kemudian mayoritas pemilih pemula di ketiga kelurahan tersebut dalam menentukan pilihannya berdasarkan pertimbangan diri sendiri. Dalam menentukan pilihan pemilih pemula cenderung memilih pasangan calon berdasarkan kepopuleran maupun programprogram yang ditawarkan pasangan calon kepala daerah. Mayoritas pemilih pemula mengetahui tata cara pencoblosan yang benar dan mendapatkan informasi tersebut dari panitia pemungutan suara (PPS) pada saat hari H pemungutan suara dilaksanakan, orang tua, dan media massa meskipun sebelumnya tidak mendapatkan sosialisasi terkait pemberian suara dari pihak penyelenggara pemilihan. Antusiasme Pemilih Pemula Di Kelurahan Kampung Lama, Amborawang Darat, Dan Amborawang Laut Dalam Kegiatan Kampanye Mengacu pada data persentase responden secara umum di ketiga lokasi penelitian dapat disimpulkan bahwa antusiasme pemilih pemula terhadap kegiatan kampanye terbuka rendah. Hal ini dibuktikan dengan persentase 1699

ejournal Ilmu Pemerintahan Volume 5, Nomor 4, 2017 : 1693-1704 jawaban responden yang tidak antusias antusias pada kegiatan kampanye untuk Kelurahan Kampung Lama sebesar 72%, Amborawang Darat sebesar 72%, dan Amborawang Laut sebesar 61%. Hal ini ditengarai karena tidak adanya ketertarikan pemilih pemula untuk mengikuti kegiatan kampanye karena adanya anggapan bahwa kampanye merupakan kegiatan yang membosankan dan penuh dengan janji-janji manis yang ditawarkan pasangan calon. Antusiasme Pemilih Pemula Di Kelurahan Kampung Lama, Amborawang Darat, Dan Amborawang Laut Dalam Diskusi Politik Antusiasme pemilih pemula terhadap kegiatan diskusi politik rendah, yang dibuktikan dengan tingginya persentase jawaban responden yang menyatakan tidak antusias pada diskusi politik dimana Kampung Lama berada diangka 89%, kemudian Amborawang Darat dan Amborawang Laut samasama berada diangka 61%. Kondisi yang demikian disebabkan oleh pola pikir mereka yang menganggap bahwa politik adalah hal yang rumit, susah untuk dimengerti sehingga rasa ketertarikan untuk melakukan diskusi politik tidak tumbuh dalam diri mereka karena pola pikir yang telah terbentuk tersebut. Antusiasme Pemilih Pemula Di Kelurahan Kampung Lama, Amborawang Darat, Dan Amborawang Laut Dalam Pemberian Suara Melalui hasil jawaban responden yang tersebar di tiga lokasi penelitianu secara umum tinggi Ini ditunjukkan oleh frekuensi responden yang antusias memberikan suaranya dimana untuk Kelurahan Kampung Lama sebesar 78%, kemudian Amborawang Darat 72% dan Amborawang Laut sebesar 94%. Kecenderungan antusiasnya responden di ketiga kelurahan tersebut pada pemberian suara disebabkan oleh konsep baru pertama kali akan memilih kepala daerah dan tergiur dengan kehadiran doorprize yang disediakan yang bertujuan meningkatkan animo pemilih untuk menggunaan hak pilihnya. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah disajikan diatas dapat ditarik kesimpulan: 1. Partisipasi politik pemilih pemula di Kelurahan Kampung Lama, Amborawang Darat, dan Amborawang Laut dalam mengikuti kegiatan kampanye secara umum masih belum optimal. Sebagaimana yang ditunjukkan oleh data persentase jawaban responden dimana, 100% responden di Kelurahan Kampung Lama dan Amborawang Darat menyatakan tidak mengikuti kegiatan kampanye, meskipun terdapat responden Kelurahan Amborawang Laut yang mengikuti kampanye dengan kesadaran sendiri persentasenya rendah hanya 11%. Hal ini disebabkan oleh pola kampanye pasangan calon yang lebih banyak berkampanye melalui tim suksesnya ditambah dengan kecenderungan tidak dilibatkannya pemilih pemula dalam pertemuan tatap muka yang 1700

Partisipasi Politik Pemilih Pemula Dalam Pemilukada (Cahyaning Hidayah) diselenggarakan pasangan calon kepala daerah. Selain itu faktor jarak dan juga faktor keinginan menjadi penyebab lain belum optimalya partisipasi pemilih pemula terhadap kegiatan kampanye karena pemilih pemula cenderung tidak tertarik untuk mengikuti kagiatan kampanye dan lebih memilih untuk melakukan kegiatan lainnya. 2. Partisipasi politik pemilih pemula di tiga lokasi penelitian dalam diskusi politik secara umum belum optimal dikarenakan diskusi yang berjalan hanya sebatas diskusi informal yang terjadi dilingkungan keluarga dan pertemanan tanpa adanya pihak yang mengarahkan. Pemilih Pemula di ketiga kelurahan tersebut sadar bahwa diskusi politik penting untuk dilakukan akan tetapi tidak berminat untuk melakukannya karena pemilih pemula cenderung tidak suka dan tidak berminat dengan hal-hal yang berbau politik khususnya pemilukada. Hal ini juga disebabkan tidak adanya forum diskusi politik yang difasilitasi oleh misalnya pasangan calon kepala daerah, panitia pemungutan suara, lembaga swadaya masyarakat atau pihak lainnya sehingga ruang pemilih pemula untuk melakukan diskusi politik sangat terbatas. 3. Partisipasi politik pemilih pemula secara umum di tiga lokasi penelitian dalam pemberian suara tergolong tinggi dimana untuk Kelurahan Kampung Lama sebesar 67%, kemudian Amborawang Darat sebesar 72% dan Amborawang Laut sebesar 83%. Tingginya persentase pemberian suara dikarena kegiatan mencoblos merupakan hal yang baru bagi pemilih pemula sehingga mengundang rasa ingin tahu mereka untuk melakukannya. Kecenderungan lainnya karena mereka merasa sudah cukup umur untuk memilih serta menyadari bahwa memilih Kepala daerah merupakan kewajiban seorang warga negara yang baik. Sementara penyebab sebagian pemilih pemula tidak memberikan hak suaranya dikarenakan pada saat hari H pemungutan suara posisi yang bersangkutan berada diluar lingkungan ketiga kelurahan tersebut. Kemudian kecenderungan kedua, pemilih pemula tidak berminat dengan aktivitas pemberian suara karena terpengaruh lingkungan keluarga yang tidak perduli terhadap kegiatan pemberian suara pemilihan kepala daerah. 4. Antusiasme pemilih pemula secara umum di ketiga kelurahan tersebut pada kegiatan kampanye rendah, dimana persentase responden yang tidak antusias pada kegiatan kampanye untuk Kelurahan Kampung Lama sebesar 72%, Amborawang Darat sebesar 72%, dan Amborawang Laut sebesar 61%. Ini disebabkan pemilih pemula tidak tertarik untuk mengikuti kampanye dan adanya anggapan bahwa kampanye merupakan kegiatan yang membosankan dan penuh dengan janji-janji manis yang pasangan calon. Selain itu mayoritas pemilih pemula di ketiga kelurahan tersebut tidak mengetahui pelaksanaan kegiatan kampanye diwilayah Kecamatan Samboja. 1701

ejournal Ilmu Pemerintahan Volume 5, Nomor 4, 2017 : 1693-1704 5. Antusiasme pemilih pemula terhadap kegiatan diskusi politik di tiga kelurahan yang menjadi lokasi penelitian secara umum rendah. Responden yang menyatakan tidak antusias pada diskusi politik untuk Kampung Lama berada diangka 89%, kemudian Amborawang Darat dan Amborawang Laut masing-masing berada diangka 61%. Penyebab terbesarnya dikarenakan pola pikir pemilih pemula yang sudah terlanjur beranggapan bahwa diskusi politik adalah hal yang sukar dan rumit untuk dimengerti.sehingga ketertarikan mereka untuk melakukan diskusi politik tidak tumbuh karena pola pikir tersebut. 6. Antusiasme pemilih pemula di Kelurahan Kampung Lama, Amborawang Darat, dan Amborawang Laut dalam pemberian suara secara umum tergolong tinggi dimana untuk Kelurahan Kampung Lama sebesar 78%, sedangkan Amborawang Darat 72% dan Amborawang Laut sebesar 94%. Hal ini sebagai dampak dari adanya berbagai macam barang doorprize yang mengundang animo pemilih pemula untuk memberikan hak suaranya. Saran Berdasarkan kesimpulan yang tealh dikemukakan, penulis mengajukan beberapa saran yang menjadi masukan bagi berbagai pihak sebagai berikut: 1. Terkait belum optimalnya partisipasi politik pemilih pemula dalam kegiatan kampanye, hendaknya pihak tim sukses calon kepala daerah memprakarsai kegiatan kampanye khusus untuk pemilih pemula atau dapat juga dengan mengikutsertakan pemilih pemula dalam kegiatan tatap muka yang biasa dilakukan pada masa kampanye pemilihan umum selanjutnya. Selain itu KPUD sebagai penyelenggara pemilihan dapat membuat sebuah aturan tentang kegiatan tatap muka pasangan calon atau kampanye terbuka lainnya yang mengharuskan misalnya sebanyak 20% dari masa yang hadir dalam pertemuan tersebut adalah pemilih pemula. 2. Mengingat belum optimalnya partisipasi politik pemilih pemula di Kelurahan Kampung Lama, Amborawang Darat, dan Amborawang Laut dalam melakukan diskusi politik penulis menilai ada tiga pihak yang berhubungan dengan kondisi tersebut. Pertama, pemilih pemula harus merubah pola pikir bahwa diskusi politik adalah kegiatan yang rumit dan sukar untuk dimengerti, sehingga ketertarikan mereka pada diskusi politik akan muncul. Kedua, keaktifan pemilih pemula untuk melakukan diskusi politik perlu dukungan dari pihak penyelenggara pemilihan umum (KPUD), pihak pasangan calon kepala daerah maupun pihak-pihak lainnya untuk memfasilitasi atau menggelar forum diskusi formal sehingga ruang pemilih pemula untuk melakukan diskusi politik semakin terbuka luas. Ketiga, partai politik sebagai pihak terkait juga perlu melaksanakan perannya sebagai sarana sosialisasi politik dengan mengedukasi dan memberikan informasi khususnya kepada pemilih 1702

Partisipasi Politik Pemilih Pemula Dalam Pemilukada (Cahyaning Hidayah) pemula sehingga pemilih pemula dapat menentukan sikap dan reaksi mereka terhadap fenomena politik. 3. Oleh karena tingkat partisipasi politik pemilih pemula dalam pemberian suara di ketiga kelurahan tergolong tinggi, diharapkan pemilih pemula mempertahankan keaktifan dalam memberikan suaranya mengingat pemilukada merupakan peristiwa berulang yang substansinya untuk menentukan figure yang akan memimpin. 4. Berkenaan dengan rendahnya antusiasme pemilih pemula di ketiga kelurahan tersebut terhadap kegiatan kampanye hendaknya pihak tim sukses selaku penyelenggara kegiatan harus jeli dalam memanfaatkan halhal yang tengah disukai oleh kaum muda. Selain itu juga pihak pasangan calon kepala daerah hendaknya membuat program kerja yang pro terhadap pemilih usia muda yang mendorong pemilih pemula ikut aktif dalam kegiatan kampanye. 5. Terkait rendahnya antusiasme pemilih pemula di ketiga kelurahan tersebut pada kegiatan diskusi politik, karena latar belakang pemilih pemula yang mayoritas berada pada usia sekolah hendaknya lembaga pendidikan menjadikan kegiatan diskusi politik sebagai kegiatan yang rutin dan wajib untuk dilakukan, hal ini guna membiasakan pemilih pemula dalam melakukan kegiatan tersebut dan membentuk pemilih pemula menjadi pribadi yang kritis. 6. Berkenaan dengan tingginya antusiasme pemilih pemula di ketiga kelurahan tersebut pada pemberian suara, pemilih pemula perlu mempertahankan semangat tersebut karena pada pemilihan-pemilihan selanjutnya masih sangat memerlukan keaktifan pemilih pemula dalam memberikan suaranya. Kepala Daerah terpilih hendaknya mewujudkan program-program yang ditawarkan pada masa kampanye sehingga pemilih tidak merasa dibohongi dan tumbuh kepercayaan terhadap pemerintah yang berkuasa. Daftar Pustaka Buku: Basri, Seta.2011. Pengantar Ilmu Politik.Jogjakarta:Indie Book Corner Budiardjo, Miriam.2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik.Jakarta:Gramedia Pustaka Utama Bungin, Burhan. 2010. Metedologi Penelitian Kuantitatif:Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosia Lainnya.Jakarta:Kencana Prenada Media Group Damsar.2010. Pengantar Sosiologi Politik.Jakarta:Kencana Prenada Media Group Gaffar, Janedjri M.2013. Demokrasi dan Pemilu di Indonesia.Jakarta: Konstitusi Press 1703

ejournal Ilmu Pemerintahan Volume 5, Nomor 4, 2017 : 1693-1704 Komisi Pemilihan Umum.2010. Modul 1: Pemilu Untuk Pemula.Jakarta: Komisi Pemilihan Umum Suryadi,Budi.2007.Sosiologi Politik: Sejarah, Definisi, dan Perkembangan Konsep,Jogjakarta:IRCiSoD Dokumen-dokumen : Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota. 1704