DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup

I. PENDAHULUAN. Penyakit yang ditularkan melalui makanan (foodborne disease) merupakan

I. PENDAHULUAN. juga mengandung beberapa jenis vitamin dan mineral. Soeparno (2009)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan hak

BAB I PENDAHULUAN. media pertumbuhan mikroorganisme. Daging (segar) juga mengandung enzim-enzim

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dikonsumsi akan semakin besar. Tujuan mengkonsumsi makanan bukan lagi

BAB I PENDAHULUAN. oleh manusia. Sumber protein tersebut dapat berasal dari daging sapi,

sebagai vector/ agen penyakit yang ditularkan melalui makanan (food and milk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau

I. PENDAHULUAN. diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau

BAB I PENDAHULUAN. bisa melaksanakan rutinitasnya setiap hari(depkesri,2004).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daging sapi didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk

BAB I PENDAHULUAN. gizi yang tinggi seperti protein, lemak vitamin B (vitamin B 6 /pridoksin, vitamin

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dari protein, karbohidrat, lemak, dan mineral sehingga merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996

BAB I PENDAHULUAN. 2012). Sapi berasal dari famili Bovida, seperti halnya bison, banteng, kerbau

BAB I PENDAHULUAN. Keamanan pangan (food safety) merupakan hal-hal yang membuat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. permen soba alga laut Kappaphycus alvarezii disajikan pada Tabel 6.

Palembang Zuhri, Tangerang Christiyanto, 2002

IV. MACAM DAN SUMBER PANGAN ASAL TERNAK

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Makanan jajanan (street food)

I. PENDAHULUAN. ekonomi, perubahan pola hidup, peningkatan kesadaran gizi, dan perbaikan

Sumber penularan penyakit. Penerima. Diagram Penularan Penyakit

BAB I PENGANTAR. alami Salmonella sp adalah di usus manusia dan hewan, sedangkan air dan

Tanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia biasanya dibuat melalui bertani, berkebun, ataupun

BAB 1 PENDAHULUAN. bila dikonsumsi akan menyebabkan penyakit bawaan makanan atau foodborne

TINJAUAN PUSTAKA Daging Sapi Daging Ayam

BAB 1 PENDAHULUAN. Es batu merupakan air yang dibekukan dan biasanya dijadikan komponen

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman yang cukup, kehidupan manusia akan terganggu sehingga

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

MIKROORGANISME PATOGEN. Prepare by Siti Aminah Kuliah 2. Prinsip Sanitasi Makanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Infeksi dan kontaminasi yang disebabkan oleh Salmonella sp. ditemukan hampir di. Infeksi bakteri ini pada hewan atau manusia dapat

Analisis Kandungan Mikroba Pada Permen Soba Alga Laut Kappaphycus Alvarezii Selama Penyimpanan

BAB 1 PENDAHULUAN. kelebihan berat badan, anemia, dan sebagainya (Rahal et al., 2014). Sayuran

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. berupa pengawet yang berbahaya (Ismail & Harahap, 2014). Melihat dari

BAB 1 PENDAHULUAN. secara optimal (Direktorat Pengelolaan Hasil Perikanan, 2007 dalam Marada, 2012).

TINJAUAN PUSTAKA. melindungi kebersihan tangan. Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. Bakso merupakan makanan jajanan yang paling populer di Indonesia.

TINJAUAN PUSTAKA Kepentingan Higiene dan Sanitasi

ANALISA KANDUNGAN Escherichia coli, Salmonella, danstaphylococcus aureus PADA DAGING SAPI BEKU dan TIDAK BEKU di PASAR MODERN MEDAN TAHUN 2016 SKRIPSI

4 Telur biasanya juga mengandung semua vitamin yang sangat dibutuhkan kecuali vitamin C. Vitamin larut lemak (A, D, E, dan K), vitamin yang larut air

Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan utama yang harus dipenuhi dalam upaya terselenggaranya suatu sistem

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu sumber protein yang baik dikonsumsi oleh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah yang ada di Provinsi Gorontalo,

TINJAUAN PUSTAKA. Susu

ASPEK MIKROBIOLOGIS DAGING AYAM BEKU YANG DILALULINTASKAN MELALUI PELABUHAN PENYEBERANGAN MERAK MELANI WAHYU ADININGSIH

ABSTRAK KUALITAS DAN PROFIL MIKROBA DAGING SAPI LOKAL DAN IMPOR DI DILI-TIMOR LESTE

Mutu karkas dan daging ayam

BAB I PENDAHULUAN. dengan harga yang murah, menarik dan bervariasi. Menurut FAO (Food

Sosis ikan SNI 7755:2013

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

Analisa Mikroorganisme

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada saat makanan tersebut siap untuk dikonsumsi oleh konsumen. adalah pengangkutan dan cara pengolahan makanan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. komposisi senyawanya terdiri dari 40% protein, 18% lemak, dan 17%

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Nilai konsumsi tahu tersebut lebih besar bila dibandingkan dengan konsumsi

BAB I PENDAHULUAN. baik sekali untuk diminum. Hasil olahan susu bisa juga berbentuk mentega, keju,

BABI PENDAHULUAN. Rawon merupakan salah satu makanan khas Jawa Timur yang mudah

Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat, protein, vitamin, mineral, dan sebagainya (Depkes RI, 2000).

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

I. PENDAHULUAN. Escherichia coli adalah bakteri yang merupakan bagian dari mikroflora yang

I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5)

KERACUNAN PANGAN AKIBAT BAKTERI PATOGEN

BAB I PENDAHULUAN. produktifitas manusia merupakan faktor yang mendukung nilai ekonomi dalam

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Rataan Nilai Warna (L, a, b dan HUE) Dendeng Sapi dengan Metode Perlakuan Curing yang Berbeda

TOKSIN MIKROORGANISME. Dyah Ayu Widyastuti

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.7 Kerangka Teori Gambar 3.1 Kerangka Konsep... 24

15 Penanganan telur yang dilakukan oleh para pedagang di pasar tradisional di Provinsi Jawa Barat tidak menyimpan telur dengan pendinginan. Semua peda

UJI COLIFORM FECAL PADA IKAN LELE (Clarias batracus) DAN IKAN KAKAP. (Lates calcarifer) DI WARUNG TENDA SEA FOOD SEKITAR KAMPUS

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan keberhasilan program sanitasi makanan dan minuman

KONTAMINASI DAN FOODBORNE (PERSPEKTIF SANITASI)

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi alternatif makanan dan minuman sehari-hari dan banyak dikonsumsi

I. PENDAHULUAN. yang dapat menyebabkan kematian, yang disebut sebagai salmonellosis. Habitat

BAB 1 PENDAHULUAN. adanya mikroorganisme patogen pada makanan dan minuman sehingga bisa

STUDI KANDUNGAN BAKTERI Salmonella sp. PADA MINUMAN SUSU TELUR MADU JAHE (STMJ) DI TAMAN KOTA DAMAY KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012

TINJAUAN PUSTAKA. Syarat mutu susu segar menurut SNI tentang Susu Segar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara ayam jantan ras White Cornish dari Inggris dengan ayam betina dari ras

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hasil kekayaan alam yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia untuk dijadikan

I PENDAHULUAN. dikonsumsi khususnya anak anak dalam periode pertumbuhan agar tumbuh

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Jumlah Bakteri Asam Laktat pada Media Susu Skim.

Transkripsi:

DAFTAR PUSTAKA... 70 LAMPIRAN

DAFTAR TABEL Tabel 2.1. komposisi Kimia Daging Tanpa Lemak (%)... 12 Tabel 2.2. Masa Simpan Daging Dalam Freezer... 13 Tabel 2.3. Batas Maksimum Cemaran Mikroba Pada Pangan... 37 Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Kandungan Bakteri Escherichia coli, Salmonella dan Staphylococcus aureus Pada Daging Sapi beku dan tidak beku di Laboratorium FMIPA-USU Medan... 53 Tabel 4.2. Hasil Pemeriksaan Jumlah kandungan bakteri Escherichia coli Pada Daging Sapi tidak Beku di Laboratorium FMIPA-USU Medan... 54 Tabel 4.3. Distribusi Hasil Observasi Berdasarkan Pemilihan BahanMakanan di pasar modern Brastagi Supermarket dan Transmart Medan fair Tahun 2016... 55 Tabel 4.4.Distribusi Hasil Observasi Berdasarkan Penyimpanan Bahan Makanan di pasar modern Brastagi Supermarket dan Transmart Medan fair Tahun 2016... 56 Tabel4.5.Distribusi Hasil Observasi Berdasarkan Pengolahan Bahan Makanan di pasar modern Brastagi Supermarket dan Transmart Medanfair Tahun 2016... 57 Tabel 4.6. Distribusi Hasil Observasi di Pasar Modern Medan Tahun... 58

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Bakteri Escherichia coli... 28 Gambar 2. Bakteri Salmonella Sp... 29 Gambar 3. Bakteri Staphylococcus aureus... 33 Gambar 4. Kerangka Konsep... 38

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan atau makanan merupakan kebutuhan primer setiap manusia. Keamanan serta kebersihan makanan tersebut menjadi faktor yang penting untuk diperhatikan oleh masyarakat. Hal tersebut dimaksudkan untuk menghindari adanya efek samping yang ditimbulkan dari beragam makanan seperti terjadinya kontaminasi, penyalahgunaan bahan makanan, dan keracunan makanan (Depkes, 2007). Daging merupakan bahan pangan yang penting dalam memenuhi kebutuhan gizi. Menurut Soeparno (2009), daging didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk pengolahan jaringan-jaringan yang sesuai untuk dimakan serta tidak menimbulkan gangguan kesehatan bagi yang mengkonsumsinya. Daging terbagi ke dalam dua jenis, yaitu daging ternak besar seperti sapi dan kerbau, maupun daging ternak kecil seperti domba, kambing, dan lainnya.meskidengan adanya berbagai ragam jenis daging, produk utama penjualan komoditi peternakan adalah daging sapi. Daging sapi adalah bahan makanan bernilai gizi tinggi baik bagi manusia maupun mikroorganisme (kuman). Kandungan gizi pada daging sapi terdiri dari protein, zat besi, zat seng, dan vitamin B.Daging sapi telah menjadi salah satu bahan pangan yang dibutuhkan masyarakat, hal ini ditunjukkan dengan banyaknya konsumsi daging nasional yang harus dipenuhi. Permintaan masyarakat terhadap daging saat ini di sertai oleh adanya kecemasan masyarakat terhadap kasus bahaya pangan.

Kualitas daging yang baik dilihat dari segi warna daging, kenampakan, bau, tingkat elastisitas dan kadar air atau tingkat kebasahan daging jika dipegang (Astawan,2008).Produk hasil ternak mempunyai resiko tinggi terhadap kontaminasi bakteri sehingga diperlukan adanya penanganan yang baik untuk memperpanjang masa simpan daging (Rahayu, 2006).Menurut Harsojo dkk. (2005), daging segar yang tidak langsung diolah akan cepat mengalami pembusukan karena adanya aktivitas bakteri. Menurut penelitian Purwani dkk (2008), berhasil mengisolasibakteri yang terdapat pada daging sapi yaitu Escherichia coli, Salmonella, dan Staphylococcus aureus. Menurut Sumiarto (2004), infeksi Escherichia coli pada manusia seringkali disebabkan oleh konsumsi makanan produk hewan yang tercemar, misalnya daging.hitti (2008), melaporkan beberapa kasuskeracunan makanan yang disebabkan olehmikroba patogen dibeberapa negara bagian tercatat kasus keracunan makanan yang disebabkan oleh Escherichia coli sebanyak 718 kasus.handayani dkk (2004), menyatakan bahwa pencemaran Escherichia coli perlu diwaspadai karena jenis bakteri ini dapat menyebabkan gastroentritis padamanusia. Salah satu bakteri patogen lain yang dapat mengkontaminasi daging sapi adalahsalmonella,penyakit yang disebabkan olehsalmonelladisebut salmonellosis. Menurut Arifah (2010), Salmonella yang mengkontaminasi pangan terdapat di udara, air, tanah, sisa kotoran manusia maupun hewan atau makanan hewan. Mikroba patogen dapat terbawa sejak sapi masih hidup dikandang. Begitu juga dengan bakteri Staphylococcus aureusyang dapat menimbulkan terjadinya

gastroenteritis akibat mengkonsumsi makanan yang mengandung satu atau lebih enterotoksin yang dihasilkannya. Foodborne disease merupakan penyakit yang timbul karena mengkonsumsi makanan yang tercemar. Foodborne disease digolongkan menjadi dua jenis, yaitu food infection dan food intoxication. Food infection terjadi karena mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi oleh mikroorganisme (contoh: Clostridium perfringens, Vibrio arahaemolyticusdansalmonella sp), sedangkanfood intoxication disebabkan oleh termakannya toksin dari mikroorganisme yang tumbuh dalam jumlah tertentu di makanan (contoh yang disebabkan oleh bakteri adalah toksin Clostridium botulinum dan enterotoksin Staphylococcus aureus) (BPOM RI, 2008).Toksin yang dihasilkan bersifat tahan dalam suhu tinggi, meskipun bakteri mati dengan pemanasan namun toksin yang dihasilkan tidak akan rusak (STEHULAK, 1998) dan masih dapat bertahan meskipun dengan pendinginan ataupun pembekuan (ALBRECHT dan SUMMER, 1995). Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Ashley Wilson dari University of York, diperoleh hasil bahwa daging yang telah dibekukan sangat mudah menjadi tempat pertumbuhan bakteri (Anonimous,2002).Sementara penelitian yang telah dilakukan oleh Suhartini (2003) bahwa pada daging sapi yang masih segar terdapat bakteri dan jumlahnya lebih besar daripada jumlah bakteri pada daging sapi yang telah dibekukan.kebusukan akan kerusakan daging ditandai oleh terbentuknya senyawa-senyawa berbau busuk seperti amonia, H 2 S, indol, dan amin, yang merupakan hasil pemecahan protein oleh mikroorganisme.dagingyang

rusak memperlihatkan perubahan organoleptik, yaitu bau, warna, kekenyalan, penampakan, dan rasa. (Siagian, 2002). Penyediaan daging sapi yang kandungan mikrobanya tidak melebihi batas maksimum cemaran mikroba (BMCM) sangat diharapkan dalam memenuhi persyaratan untuk mendapatkan daging sapi yang aman, sehat, utuh, dan halal (ASUH). Produk makanan asal hewani terutama daging sapi dapat di kategorikan aman jika total koloni bakteri (Total Plate Count/TPC) tidak melebihi 1 x 10 6 Coloni Forming Unit per gram (CFU/gram), untuk bakteri Escherichia coli 1 x 10 1 (CFU/gram), untuk bakteri Salmonella negatif/25 gram, dan untuk bakteri Staphylococcus aureus 1 x 10 2 koloni/g (BSNI 7388-2009). Rumah pemotongan hewan (RPH) juga merupakan tempat yang rawan dan berisiko cukup tinggi terhadap cemaran mikroba patogen. Setelah ternak dipotong, mikroba yang terdapat pada hewan mulai merusak jaringan sehingga bahan pangan hewani cepat mengalami kerusakan bila tidak mendapat penanganan yang baik (Rahayu, 2007). Cara yang dapat dilakukan agar daging terhindar dari kerusakan yang disebabkan oleh mikroorganisme maka daging disimpan dengan cara pendinginan. Pendinginan daging biasanya diterapkan pada komoditi telur, daging, hasil laut, dan buah-buahan (Anonimous,2001). Selain itu cara yang dapat dilakukan agar daging tidak terkontaminasi oleh bakteri adalah dengan cara memasak daging hingga matang. Akan tetapi, dikhawatirkan cara yang dilakukan tersebut pun tidak menjadikan daging terbebas dari cemaran mikroorganisme karena tidak semua jenis makanan yang menggunakan daging dimasak dengan sempurna misalnya sate daging sapi dan daging sapi bakar.

Adapun alasan penulis tertarik untuk mengetahui gambaran kandungan baktri Escherichia coli, Salmonella, dan Staphylococcus aureus pada daging sapi beku dan tidak beku karena permintaan akan daging sapi di Indonesia dari tahun ketahun semakin meningkat, hal tersebut selain dipengaruhi oleh peningkatan jumlah penduduk juga dipengaruhi oleh peningkatan pengetahuan penduduk itu sendiri terhadap pentingnya protein hewani, sehingga pola konsumsi juga berubah. Semula lebih banyak penduduk Indonesia mengkonsumsi karbohidrat namun saat ini sudah banyak yang mengkonsumsi daging, telur dan susu. Untuk memenuhi kebutuhan protein dari ayam dan telur sudah dapat dipenuhi dari dalam negeri akan tetapi susu dan daging sapi masih perlu impor. (Outlook Komoditas Daging Sapi 2015). Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Tahun 2014, konsumsi daging sapi di Indonesia sebesar 2,08 kg/kapita/tahun. Berdasarkan hasil perhitungan Neraca Bahan Makanan (NBM) perkembangan tingkat konsumsi daging sapi per kapita masyarakat Indonesia dari Tahun 1993 hingga Tahun 2014 berfluktuasi dan cenderung naik, pada Tahun 1993 tingkat konsumsi daging sapi masyarakat Indonesia adalah sebesar 0,704 kg/kapita/tahun naik menjadi 2,36 kg/kapita/tahun pada Tahun 2014, dan menurut Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Utara di kota Medan produksi daging sapi sebesar 5 778,28 ton pada tahun 2014.

1.2 Rumusan Masalah Menurut penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa daging segar dan yang telah dibekukan masih menjadi tempat pertumbuhan bakteri. Oleh karena itu, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: Apakah daging sapi beku dan tidak beku yang berasal dari pasar modern Medan dapat menjadi pertumbuhan bakteri Escherichia coli, Salmonella, dan Staphylococcus aureus. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan bakteri Escherichia coli, Salmonella, dan Staphylococcus aureus pada daging sapi beku dan tidak beku di pasar modern Medan. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui adanya kandungan bakteri Escherichia coli, Salmonella,dan Staphylococcus aureus pada daging sapi beku dan tidak beku di pasar modern Medan. 2. Mengetahui jumlah kandungan bakteri Escherichia coli, Salmonella,dan Staphylococcus aureus pada daging sapi beku dan tidak beku di pasar modern Medan dan membandingkannya dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) Tahun 2009. 3. Mengetahui gambaran higiene sanitasi penjualan daging sapi di pasar modern Medan.

1.4 Manfaat Penelitian 1. Dari sudut akademis, diharapkan dapat bermanfaat sebagai data awal tentang keberadaan bakteri pada daging sapi yang dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi penulis lain untuk penelitian lebih lanjut. 2. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi konsumen daging sapi beku dan tidak beku agar tetap waspada dan mengambil tindakan pengolahan yang tepat terhadap daging sapi sebelum dikonsumsi. 3. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan penulis tentang kandungan bakteri Escherichia coli, Salmonella,dan Staphylococcus aureus pada daging sapi beku dan tidak beku.