BAB I PENDAHULUAN. kepentingan para pemegang saham (shareholder) saja dan juga menyebabkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VII RINGKASAN, SIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN REKOMENDASI. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dalam pelaksanaanya menghadapi risiko-risiko

BAB I PENDAHULUAN. sebagai wakil dari pemilik juga memiliki kepentingan pribadi sehingga perilaku

BAB I PENDAHULUAN. usaha. Mengingat keberadaan sumber daya yang bersifat ekonomis sangat terbatas

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia turut berkomitmen melaksanakan prinsip-prinsip G-20, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah asing Good Corporate Governance (GCG) tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat mewujudkan tata kelola perusahaan yang baik atau good corporate

BAB I PENDAHULUAN. Setelah negara Indonesia dan negara negara di Asia Timur lainnya

PT Gema Grahasarana Tbk Piagam Unit Pengawasan Internal Internal Audit Charter DITETAPKAN OLEH DISETUJUI OLEH

BAB I PENDAHULUAN. global dunia usaha yang semakin berat. Misi BUMN sebagai sumber penerimaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. operasional pada unit yang berkaitan dengan penjualan yaitu unit billing (pemrosesan

BAB I PENDAHULUAN. dan pemerintah yang digunakan sebagai dasar pertimbangan pengambilan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan korporasi pada awalnya dibentuk agar badan usaha dapat

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat, tidak terkecuali BUMN. Para pelaku bisnispun dihadapkan pada

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

BAB I PENDAHULUAN. keuangan juga harus memenuhi karakteristik kualitatif sehingga laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. menerbitkan Standards Australia of the world s risk management standard, yaitu

12Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keuangan maupun nonkeuangan. Bank Indonesia menjelaskan bahwa fungsi

BAB I PENDAHULUAN. efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Seiring dengan berkembangnya. mendorong kesinambungan dan kelangsungan hidup perusahaan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien agar bisa bersaing dengan perusahaan lain di dalam negeri

PIAGAM KOMITE AUDIT. ( AUDIT COMMITTE CHARTER ) PT FORTUNE MATE INDONESIA Tbk

BAB I PENDAHULUAN. dalam operasional usaha menyebabkan kebutuhan akan sistem pengendalian yang

PIAGAM AUDIT INTERNAL

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia terhadap Good Corporate Governance mulai meningkat

BAB I PENDAHULUAN. digariskan. Audit internal modern menyediakan jasa- jasa yang mencakup

BAB I PENDAHULUAN. lebih baik dalam mengukur kinerja bisnis yang sedang berlangsung.

BAB I PENDAHULUAN. Laporan hasil pemeriksaan merupakan kesempatan bagi satuan pengawas

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SINAR MAS AGRO RESOURCES & TECHNOLOGY Tbk.

PIAGAM INTERNAL AUDIT

PIAGAM (CHARTER) AUDIT SATUAN PENGAWASAN INTERN PT VIRAMA KARYA (Persero)

DAFTAR ISI CHARTER SATUAN PENGAWASAN INTERN

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. memiliki unit audit internal atau biasa disebut GAI (Grup Audit Internal) untuk

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

BAB 1 PENDAHULUAN. disalurkan kembali kemasyarakat untuk menjalankan proses perekonomian.

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT PERTAMINA INTERNASIONAL EKSPLORASI & PRODUKSI

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PIAGAM KOMITE AUDIT DAN RISIKO USAHA (BUSINESS RISK AND AUDIT COMMITTEES CHARTER) PT WIJAYA KARYA BETON Tbk. BAGIAN I

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. bisnis menyebabkan semakin tingginya tantangan untuk mengelola risiko yang harus

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... ii. HALAMAN PERNYATAAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN. atau lebih dikenal dengan Good Corporate Governance (GCG) menjadi isu yang

BAB I PENDAHULUAN. Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang mempengaruhi perekonomian menjadi tidak stabil. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. menentukan antara arah dan kinerja perusahaan (Monks & Minow,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. memastikan bahwa proses pengelolaan manajemen berjalan dengan efisien.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran untuk menerapkan prinsip Good Corporate Governance (GCG)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengevaluasi kegiatan-kegiatan organisasi yang dilaksanakan.

PIAGAM AUDIT INTERNAL PT SILOAM INTERNATIONAL HOSPITALS TBK.

BAB 1 LATAR BELAKANG. dengan munculnya krisis budaya moral. Di beberapa negara Asia pondasi

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh suatu kerangka tata kelola (corporate governance

BAB I PENDAHULUAN. asing lagi di telinga kita. Pada negara maju, GCG sudah lama menjadi suatu

PT Wintermar Offshore Marine Tbk

PIAGAM AUDIT INTERNAL

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting bagi bisnis profesional dalam segala level. Hal ini karena

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN

KEPUTUSAN DEWAN KOMISARIS PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (PERSERO) NOMOR : PC-07/05/2014 TENTANG PIAGAM KOMITE AUDIT

Pedoman Tata Kelola Perusahaan PT Nusa Raya Cipta Tbk PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengelola perusahaannya secara lebih efektif dan efisien untuk mencapai tujuan

PIAGAM SATUAN PENGAWASAN INTERNAL (INTERNAL AUDIT CHARTER)

INTERNAL AUDIT CHARTER

BAB I PENDAHULUAN. dalam maupun luar negeri (Teguh Haryono, 2012). Bank harus memberi prioritas

Audit Committee Charter- SSI. PT SURYA SEMESTA INTERNUSA Tbk. PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER)

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan dan pengelolaan risiko. Sebuah bisnis yang berkembang harus

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini merupakan pendahuluan dari laporan penelitian yang berbentuk tesis

BAB I PENDAHULUAN. selalu berhadapan dengan masalah pengelolaan perusahaan dan pengawasan aktiva.

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global sangat mempengaruhi kinerja perusahaan-perusahaan di

PIAGAM AUDIT INTERNAL

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Institute of Internal Auditors (IIA) audit internal dalam Sawyer s et al

DAFTAR ISI CHARTER SATUAN PENGAWASAN INTERN PT INDOFARMA (Persero) Tbk

BAB I PENDAHULUAN. Keruntuhan ekonomi yang menimpa bangsa ini tidak bisa lepas dari adanya

PIAGAM KOMITE AUDIT PT DUTA INTIDAYA, TBK

BAB I PENDAHULUAN. Governance (2006) untuk mewujudkan tata kelola yang baik, perusahaan harus

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tidak sepadan (mismatched), tidak hati-hati (prudent), tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam masalah dan tugas tugas yang menuntut perhatian di mana hal ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. depan dan mendapatkan pengembalian dalam jangka waktu tertentu.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas perusahaan menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada pada

-2- salah satu penyumbang bagi penerimaan Daerah, baik dalam bentuk pajak, dividen, maupun hasil Privatisasi. BUMD merupakan badan usaha yang seluruh

BAB I PENDAHULUAN. kegagalan lembaga keuangan yang berdampak sistemik serta disfungsi

BAB I PENDAHULUAN. badan usaha yang besar dimana para pemilik atau penanam modalnya sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepemerintahan yang baik (good governance) berarti kepemerintahan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. konsep good corporate governance (GCG). Konsep ini sebenarnya merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan nilai perusahaan. Sedangkan Perum mempunyai maksud

BAB I PENDAHULUAN. perbankan syariah di Indonesia. Pengembangan perbankan syariah yang

1.1. Dasar/ Latar Belakang Penyusunan Piagam Audit Internal

PIAGAM KOMITE AUDIT 2015

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu pelaku kegiatan ekonomi di Indonesia, keberadaan Badan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan lingkungan bisnis saat ini yang memiliki tingkat kompetisi semakin tinggi menyebabkan perubahan tuntutan dan paradigma suatu perusahaan untuk menjadi lebih bertanggung jawab kepada para pemangku kepentingan (stakeholder) dibandingkan pada masa lalu yang hanya bertanggung jawab kepada kepentingan para pemegang saham (shareholder) saja dan juga menyebabkan meningkatnya risiko-risko bisnis yang harus dihadapi oleh perusahaan. Oleh karena itu, pengelolaan perusahaan harus berdasarkan pada prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG). Penerapan GCG saat ini bukan lagi sekedar tuntutan, namun telah menjadi kebutuhan bagi setiap perusahaan di lingkungan bisnis saat ini. GCG adalah salah satu bentuk bagaimana suatu perusahaan di kelola, di awasi dan bertanggung jawab terhadap kepentingan shareholder dan stakeholdernya yang berlandaskan pada nilai-nilai etika (Rezaee, 2009). Pemerintah selaku regulator adalah pemberi dukungan utama atas adanya implementasi GCG pada suatu perusahaan dengan menyusun peraturan-peraturan yang dapat mendukung penerapan GCG di dalam perusahaan. Salah satu bentuk peraturan yang mendukung penerapan GCG pada perusahaan yang disusun oleh Pemerintah Amerika Serikat yaitu dengan dikeluarkannya undang-undang Sarbanes-Oxley Act (SOX) pada tahun 2002 bagi seluruh perusahaan publik di Amerika Serikat (Rezaee, 2009).

Pemerintah Indonesia juga mendukung praktik GCG pada perusahaan termasuk pada BUMN melalui peraturan yang disusun oleh kementrian BUMN, yaitu Surat Keputusan Menteri BUMN No. 117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Praktek GCG pada BUMN yang telah disempurnakan dalam Peraturan Menteri Negara BUMN No. PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) pada BUMN serta Instruksi Presiden No. 5 Tahun 2004 yang menganjurkan agar BUMN mengimplementasikan penerapan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik. Pemerintah Indonesia sangat fokus terhadap tata kelola BUMN, karena BUMN memiliki peranan yang cukup penting dalam sistem perekonomian nasional. BUMN berperan dalam menghasilkan barang dan jasa yang diperlukan dengan tujuan untuk mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat salah satunya adalah dengan mengelola dan menyediakan kebutuhan yang terkait dengan hajat hidup masyarakat, agen pembangunan dan pelaku pelaksanaan program kebijakan pemerinta, pelopor atau perintis dalam sektor-sektor usaha yang belum diminati oleh usaha swasta, pelaksana pelayanan publik dan penyeimbang kekuatan-kekuatan persaingan bisnis swasta, serta turut membantu pengembangan usaha kecil dan menengah. Di sisi lain, BUMN merupakan salah satu sumber penerimaan negara. Oleh karena itu, sampai saat ini BUMN masih merupakan salah satu pelaku utama yang berkontibusi bagi negara dan masyarakat di dalam perekonomian nasional. Dengan begitu, sebagai salah satu pelaku utama yang berkontribusi bagi negara dan masyarakat di dalam perekonomian nasional

BUMN akan memiliki dampak yang sangat besar bagi stabilitas perekonomian negara dan menyebabkan terjadinya kerugian negara apabila tidak dikelola dengan efektif dan efisien Selain dukungan dan aturan-aturan tersebut, penerapan GCG untuk membantu pencapaian tujuan dan pemenuhan tanggung jawab terhadap seluruh pihak yang berkepentingan pada suatu perusahaan tidak akan berhasil dan efektif tanpa adanya sistem pengendalian internal di dalam perusahaan yang memadai. Satuan pengendalian internal perusahaan yang memadai dapat memberikan keyakinan yang memadai bagi suatu perusahaan untuk mencapai tujuannya. Sistem pengendalian internal menurut Commitee Of Sponsoring Organization of the Treadway Commission (COSO) salah satunya berfungsi untuk menjaga aset perusahaan, penyalahgunaan wewenang serta mengidentifikasi dan menangani risiko yang terjadi di dalam perusahaan agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Dengan demikian bila perusahaan memiliki sistem pengendalian intenal yang memadai, atau dengan kata lain cukup dan efektif maka perusahaan dapat terhindar dari adanya eksposur atas terjadinya risiko-risiko yang dapat menghambat penapaian tujuan perusahaan. Untuk dapat menciptakan sistem pengendalian internal yang cukup dan efektif, perusahaan melalui orang-orang kunci yang berpengaruh bagi perusahaan seperti Dewan Direksi dan manajemen untuk menyusun dan memastikan bahwa sistem pengendalian internal yang ada telah dijalankan secara efektif melalui pengawasan yang baik. Untuk dapat dilakukan pengawasan yang baik atas dijalankannya pengendalian internal di dalam perusahaan secara efektif, maka

perusahan perusahaan membutuhkan satuan kerja atau fungsi pengawasan/pengendalian internal sebagai pihak yang independen di dalam perusahaan. Pada kenyataannya meskipun telah didukung dan diatur sedemikian rupa oleh Pemerintah Indonesia mengenai penerapan GCG pada perusahaan BUMN, banyak BUMN yang belum memiliki satuan pengawas/pengendalian internal independen yang berkualitas dalam melaksanakan perannya untuk menjamin sistem pengendalian intenal yang cukup dan efektif termasuk di dalam pengelolaan risiko bagi perusahaan. Beberapa BUMN yang telah memiliki satuan pengawas/pengendalian internal termasuk unit pengelolaan risiko adalah PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dalam pelaksanaanya menghadapi risikorisiko yang akan mengganggu kegiatan operasional perusahaan, baik risiko internal maupun risiko eksternal. Hal ini tentu saja dapat terjadi, karena PT Telekomunikasi Indonesia Tbk merupakan suatu perusahaan perseroan terbatas milik BUMN yang berkedudukan di Indonesia yang sebagian besar operasi, aset dan pelanggannya berada di Indonesia. Oleh karena itu, selain berbagai macam risiko bisnis yang berasal dari internal dan pesaingnya, kondisi politik, ekonomi, hukum dan sosial di Indonesia yang belakangan ini sering mengalami perubahan, tidak stabil dan sulit diprediksi merupakan salah satu bentuk risiko eksternal mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap usaha, kondisi keuangan dan outcome dari aktivitas dan operasinal PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Compliance Risk). Akibatnya,

untuk memitigasi adanya risiko yang mempengaruhi kegiatan operasional tersebut, sejak 2006, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk telah menerapkan manajemen risiko yang telah mengacu kepada kerangka kerja COSO Enterprise Risk Management sebagai bagian terpadu dengan fungsi pengendalian internal. Dengan demikian pengelolaan risiko yang dilakukan dapat menciptakan praktik GCG di dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya PT Telekomunikasi Indonesia Tbk memiliki dan didukung oleh satuan pengawas khusus yang independen yang berada pada tingkatan di bawah komisaris, yaitu berupa satuan Enterprise Risk Management (ERM) yang bertugas melakukan pengelolaan risiko secara sistematis seperti yang ditunjukkan pada peraturan Dodd-Frank Financial Reform Act of 2010, agar eksposur atas adanya compliance risk yang dihadapi PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dapat dikelola dan diminimalisir sesuai dengan risk appetite (toleransi risiko) yang diinginkan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dan agar eksposur atas risiko bisnis yang dihadapi dapat diubah menjadi suatu peluang bisnis Peluang bisnis tersebut dapat menyebabkan meningkatnya profit yang dapat meningkatkan kesejahteraan shareholder, meningkatkan akuntabilitas dan kepercayaan shareholder dan stakeholder atas kualitas dari laporan keuangan yang dihasilkan dan dilaporkan, serta meningkatnya keyakinan atas kualitas produk yang diberikan perusahaan. Dengan demikian pengelolaan risiko melalui ERM oleh PT Telekomunikasi Indonesia Tbk merupakan bagian yang terintegrasi di dalam menjalankan praktik terbaik GCG di dalam melaksanakan kegiatan

operasionalnya. Selain mengubah risiko menjadi peluang bisnis, pengelolaan risiko melalui ERM diharapkan dapat mengawasi perilaku manajemen yang oportunis (Bebchuk, 2010). Dengan demikian manajemen oportunis yang pada awalnya memiliki sifat risk lover menjadi berkurang dan lebih mementingkan kepentingan jangka panjang stakeholder (Sara et al, 2010), serta lebih memilih mengambil risiko yang menguntungkan dan menambah nilai bagi perusahaan (Keul, 2009). Pada saat ini peran dari auditor internal telah meningkat pesat dan menjadi pemeran utama di dalam mengelola risiko melalui penerapan ERM terutama ERM berbasis kerangka kerja COSO yang merupakan inti dari manajemen strategis organisasi/perusahaan dalam melakukan kegiatan operasi dan mencapai tujuan jangka panjang secara terus menerus. Meningkatnya peran auditor tersebut disebabkan karena auditor internal merupakan pihak yang paling mengerti dan paham keadaan internal bisnis organisasi/perusahaan secara rinci termasuk risiko yang dihadapi dan bagaimana cara menghadapi risiko tersebut. Dengan demikian auditor internal dapat menjadi jembatan bagi manajemen level atas untuk menentukan tindakan penanggulangan atas adanya risiko sebagai bagian dari respons atas adanya risiko (Boyle et al, 2013). Peranan utama auditor internal di dalam mengelola risiko telah didiskusikan dan diperjelas secara mendalam dan rinci oleh Institute of Internal Auditor (IIA). Penjelasan secara langsung mengenai peran utama dari auditor internal dari IIA tersebut adalah sebagai berikut:

Audit internal merupakan proses kegiatan sistematis, disiplin, independen, dan obyektif dalam memberikan jamianan yang memadai, serta pemberian kegiatan konsultatif yang bertujuan untuk membantu perusahaan mencapai tujuan, memberikan nilai tambah dan memperbaiki kegiatan operasional organisasi/perusahaan dengan mengevaluasi serta memperbaiki keefektifan atas pengelolaan risiko, pengendalian, dan proses tata kelola organisasi. Kompleksitas pengelolaan risiko dengan ERM sesuai kerangka kerja COSO yang lebih tinggi dibandingkan hanya dengan melakukan kegiatan pengendalian internal biasa membutuhkan syarat yang lebih bagi seorang auditor untuk dapat memperoleh akses dalam melakukan diskusi stratejik pengelolaan risiko. Syarat untuk dapat memperoleh akses dalam melakukan hal tersebut, seorang auditor internal harus diuji dan dinilai oleh manajemen puncak, serta komite yang membawahi, sehingga auditor internal dapat dinilai berkualitas, profesional yang ditunjukkan dengan adanya kredibilitas, dan dapat dipercaya. Kredibilitas dapat diperoleh melalui cukupnya pengetahuan yang dimiliki auditor, sedangkan kepercayaan diperoleh melalui adanya keterbukaan atau transparansi dalam berkomunikasi dan kemauan auditor internal untuk memperbaiki serta meningkatkan proses pengelolaan risiko terlebih dahulu sebelum hanya memberikan kritik tanpa solusi (Boyle et al, 2013). Oleh karena itu profesionalisme auditor internal juga memiliki peranan penting dalam melakukan pengelolaan risiko. Tanpa adanya auditor internal yang profesional tidak akan mungkin satuan ERM dapat menjembatani pihak manajemen dengan pihak komisaris mengenai pengelolaan risiko dan toleransi risiko yang diterima perusahaan dalam melakukan kegiatan operasional sehari-

hari. Dengan demikian pengelolaan risiko yang bertujuan untuk mengubah risiko bisnis menjadi peluang tidak akan dapat berjalan dengan cukup dan efektif (Gates et al, 2012). 1.2 Masalah Penelitian Praktik manajemen risiko yang telah diterapkan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk yang mengacu kepada kerangka kerja COSO Enterprise Risk Management sebagai bagian terpadu dengan fungsi pengendalian internal menjadi rujukan bagi perusahaan BUMN lainnya. Namun pada kenyataannya penerapan pengelolaan risiko pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk belum tentu sudah optimalisasi sesuai dengan fungsi COSO atau fungsi SPI. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana peranan profesionalisme auditor internal dalam praktik pengendalian internal PT Telekomunikasi Indonesia Tbk? 2. Bagaimana praktik pengelolaan risiko dengan implementasi ERM COSO yang telah dijalankan oleh PT Telekomunikasi Indonesia Tbk? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengevaluasi peranan profesionalisme auditor internal dalam praktik pengendalian internal PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. 2. Mengevaluasi praktik pengelolaan risiko dengan implementasi ERM COSO yang telah dijalankan oleh PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. 1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Perusahaan dan dunia bisnis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau saran kepada perusahaan untuk meningkatkan proses pengelolaan risiko serta pengendalian internal yang ada di dalam perusahaan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. Di samping itu juga dapat memberikan masukan kepada fungsi audit internal dalam meningkatkan perannya untuk membantu manajemen dalam meningkatkan efektivitas pengelolaan risiko serta pengendalian internal yang ada di dalam perusahaan, serta memberikan referensi atau masukan ke pada perusahaan dn BUMN lainnya mengenai kecukupan dan keefektifan pengelolaan risiko pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk yang telah diterapkan sesuai dengan referensi kerangka kerja COSO. 2. Bagi Dunia Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi sebagai bahan kajian yang dapat berguna bagi penelitian selanjutnya. Selain itu dapat memberikan gambaran mengenai peranan fungsi audit internal dalam proses manajemen risiko dan pengendalian internal pada BUMN terutama padajenis industri telekomunikasi.

3. Bagi Penulis dengan adanya penelitian ini diharapkan akan memberikan tambahan pengetahuan mengenai peranan audit internal dalam proses manajemen risiko dan pengendalian internal pada perusahaan BUMN terutama yang bergerak di bidang telekomunikasi 1.6 Motivasi Penelitian Motivasi penelitian ini adalah: 1. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk adalah perusahaan BUMN satu-satunya terdaftar di BEI dan NYSE yang mengelola risiko kegiatan operasionalnya dengan penerapan ERM berbasis kerangka kerja COSO. 2. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk adalah perusahaan BUMN pertama yang mempunyai unit ERM sendiri secara independen berada di bawah komisaris dan terpisah dari unit yang lainnya di luar perusahaan yang bergerak di bidang perbankan. 3. Satuan kerja dan penerapan ERM PT Telekomunikasi Indonesia Tbk menjadi tolak ukur dan referensi bagi BUMN lain, seperti PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) dan PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. 1.7 Metodologi Penelitian Penelitian dan penulisan karya akhir ini dilakukan dengan menggunakan metode analisa deskriptif, yakni dengan membandingkan antara teori atau konsep yang ada dengan pelaksanaan di perusahaan. Metode penelitian yang akan digunakan dalam karya akhir ini meliputi:

1. Penelitian Kepustakaan Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh landasan teoritis dan pedoman literatur dalam pembahasan masalah dengan melakukan penelitian kepustakaan. Metode ini dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mempelajari buku-buku, jurnal, karya akhir, tesis, disertasi serta peraturan yang berlaku terkait topik pembahasan. Selain itu, penelitian kepustakaan juga dilakukan dengan mempelajari catatan atau laporan tertulis yang disusun oleh PT Telekomunikasi Indonesia Tbk 1. Penelitian Lapangan Penelitian ini dilakukan secara langsung pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk untuk mendapatkan data yang dibutuhkan melalui observasi, wawancara, dan penyebaran kuesioner secara langsung kepada bagian audit internal PT Telekomunikasi Indonesia Tbk serta bagian lainnya yang terkait. 1.8 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang disajikan dalam karya akhir ini disusun berdasarkan urutan bab yang merupakan satu kesatuan, yaitu sebagai berikut: Bab I : Pendahuluan Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II : Landasan Teori Pada bab ini akan dibahas secara teoritis mengenai pengertian dan konsep

mengenai audit internal, manajemen risiko, dan pengendalian internal. Dimulai dari teori dan konsep audit internal yang terkait dengan pengertian audit internal secara umum, independensi, ruang lingkup dan perannya. Diteruskan dengan teori dan konsep manajemen risiko terkait dengan pengertian risiko, jenis-jenis risiko yang terdapat pada industri telekomunikasi serta proses manajemen risiko, serta teori dan konsep pengendalian internal akan dibahas mengenai pengertian pengendalian internal dan COSO Internal Control Framework. Selain itu, bab ini juga akan membahas peranan audit internal, pengendalian internal, dan manajemen risiko. Bab III : Latar Belakang Kontekstual Objek Penelitian Pada bab ini akan dibahas secara singkat mengenai sejarah dan profil PT Telekomunikasi Indonesia Tbk secara singkat, yaitu visi, misi, tugas dan wewenang, kode etik serta struktur organisasi perusahaan dari fungsi audit internal PT Telekomunikasi Indonesia Tbk Selain itu juga pada bab ini membahas mengenai penerapan corporate governance dan manajemen risiko pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk serta fungsi Satuan Pengawasan Internal PT Telekomunikasi Indonesia Tbk Bab IV : Rancangan Penelitian Bab ini berisi mengenai pendekatan dan desain penelitian, jenis dan sumber data yang diperlukan, teknik pengumpulan data, metode dan teknik analisis data, penyusunan kesimpulan dan pengujian data. Bab V : Pemaparan Temuan Investigasi Kasus Bab ini berisi tentang uraian hasil pengumpulan data observasi yang dilakukan

sesuai metode penelitian dan memberikan fakta- fakta yang dapat menjawab tujuan dari penelitian. Bab VI : Analisa dan Diskusi Hasil Investigasi Kasus Bab ini akan menyajikan analisis dan pembahasan mengenai peranan audit internal di dalam perusahaan. Dan juga menyajikan analisis dan pembahasan mengenai penerapan GCG, manajemen risiko, dan sistem pengendalian internal yang ada di dalam perusahaan. Selain itu, bab ini juga akan menyajikan analisis dan pembahasan mengenai peranan fungsi audit internal dalam meningkatkan penerapan proses tata kelola, manajemen risiko, dan pengendalian internal yang ada di perusahaan Bab VII : Ringkasan, Kesimpulan, Keterbatasan Penelitian dan Rekomendasi. Pada bab ini akan disajikan kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan, keterbatasan penelitian serta memberikan saran-saran yang dianggap penting dan berguna untuk meningkatkan peranan audit internal di dalam perusahaan.