BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada hakekatnya merupakan sebuah proses berkesinambungan

BAB I PENDAHULUAN. keprofesionalan yang harus dipersiapkan oleh lembaga kependidikan. Adanya persaingan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak dilahirkan hingga ke liang lahat. Oleh sebab itu, setiap

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Keberhasilan suatu organisasi sangat tergantung pada kinerja Sumber

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang telah diajarkan

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, namun juga

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas menentukan masa depan bangsa. Sekolah. sekolah itu sendiri sesuai dengan kerangka pendidikan nasional.

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya yang sangat strategis untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu permasalahan yang dihadapi Bangsa Indonesia sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat

UNIVERSITAS SEBELAS MARET NIM. K

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi professional para guru dan pengelola sekolah. pendidikan adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu, pendidikan menuntut orang-orang yang terlibat di. pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang sangat kuat kedudukannya dimana sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai krisis yang

BAB I PENDAHULUAN. individu yang dipersiapkan untuk mampu mengikuti laju perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. martabat manusia, karena dari proses pendidikan itu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian . Josie Fitri Handayani, 2013

PENGARUH AKTIVITAS BELAJAR SISWA DAN PARTISIPASI DALAM. KEGIATAN OSIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR PKn PADA SISWA

BAB I PENDAHULUAN. yang memadai agar warga negara terhindar dari kebodohan. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya sesuai dengan UU RI No. 20

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Judul BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mengembangkan potensi dirinya, sehingga mampu. menghadapi segala perubahan dan permasalahan pada kemajuan jaman yang

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Pendidikan dapat dimaknai sebagai

BAB I PENDAHULUAN. moral, ketrampilan dan akhlak antara pendidik dan murid. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat penting

BAB 1 PENDAHULUAN. diperlukan suatu tujuan pendidikan sebagaimana yang telah tercantum dalam

BAB I PENDAHUL PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN. konsep kependidikan yang berkaitan antara satu dengan yang lainnya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Hal ini bersentuhan dengan Undang - undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang bermanfaat bagi lingkungan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan sumber daya yang dimilikinya. Baik sumber daya materil

BAB I PENDAHULUAN. Belajar dari pengalaman negara-negara maju di dunia ini, tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan,

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah secara

BAB I PENDAHULUAN. dan masa kini. Sebagai implikasinya terkandung makna link and match yang

BAB I PENDAHULUAN. Mutu pendidikan di Indonesia saat ini belum tercapai seperti yang

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI DI SMK NEGERI 9 SURAKARTA TESIS. Oleh : Ties Setyaningsih

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia telah digariskan dalam undang-undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu pengalaman belajar yang terprogram dalam

DAMPAK KOMPETENSI PEDAGOGIK, TINGKAT PENDIDIKAN, DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP SEMANGAT KERJA GURU SMK KABUPATEN BLORA TESIS

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui. pasal 4 tentang sistem pendidikan nasional bahwa:

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. peradaban yang lebih sempurna. Sebagaimana Undang Undang Dasar Negara

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Starata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu

I. PENDAHULUAN. menghadapi kehidupan nyata sehari-hari di lingkungan keluarga dan

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. terpenting dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang berkualitas adalah yang. Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan adalah:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Peran dari pendidikan tersebut adalah sebagai sarana dalam. meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional). Pelaksanaan pendidikan di Indonesia masih mengalami

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia di dalam penyelenggaraan pendidikan sangat penting. pengelolaan sumber daya manusia dapat berjalan sesuai dengan apa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia, pembentukan pribadi manusia yang berkualitas menjadi keharusan bagi suatu bangsa jika ingin maju. Pendidikan diharapkan memberikan pengaruhnya untuk mengembangkan generasi penerus bangsa menjadi warga negara yang berkualitas yang mampu menghadapi tantangan masa depan. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional yang tertuang dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 menyatakan pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan pembentukan watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sekolah merupakan sebuah organisasi yang tidak bisa lepas dari budaya yang diciptakannya. Kegiatan pendidikan di sekolah menempatkan sekolah sebagai salah satu institusi sosial yang keberadaannya melaksanakan kegiatan pembinaan potensi guru dan transformasi nilai budaya bangsa yang bertanggung jawab terhadap proses pengembangan kemampuan individualitas, moralitas dan sosialitas guru di sekolah. Kegiatan inti organisasi sekolah 1

2 adalah mengelola sumber daya manusia yang diharapkan menghasilkan lulusan yang berkualitas, sesuai dengan kebutuhan masyarakat. lulusan sekolah diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pembangunan bangsa. Oleh karena itu sekolah harus mampu mencermati kebutuhan peserta didik yang bervariasi, agar mereka dapat mandiri, produktif, potensial dan berkualitas. Sagala (2011:71) mengemukakan, sekolah dipandang sebagai suatu organisasi yang membutuhkan pengelolaan oleh orang-orang yang profesional. Guru adalah salah satu komponen penting dalam peningkatan mutu pendidikan. Peranan guru sangat menentukan dalam meningkatkan kualitas peserta didik, karena guru memegang kunci keberhasilan pendidikan, seperti yang dikemukakan oleh Alma (2008:123) guru merupakan kunci keberhasilan sebuah lembaga pendidikan. Baik dan buruknya perilaku atau cara mengajar guru sangat mempengaruhi citra lembaga pendidikan, oleh karena itu sumber daya guru harus dikembangkan melalui pendidikan dan pelatihan dan kegiatan lain agar kemampuan profesionalnya lebih meningkat. Dalam melakukan pelayanan pendidikan dan pengajaran, guru sebagai pemimpin dan manajer yang memiliki kemampuan khusus dalam bidang pengajaran. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Uno (2008:15) bahwa guru merupakan suatu profesi, yang berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan. Data yang dikemukakan oleh Human Development Index (HDI) tahun 2013 menyatakan, mutu SDM Indonesia berada diurutan 108 dari 187 negara.

3 Dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, indonesia jauh dibawah malaysia, Singapura, dan Thailand yang masing-masing berada pada urutan ke 62, 9, dan 89. HDI ini digunakan untuk mengklarifikasi apakah sebuah negara adalah negara maju, negara berkembang atau negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup. Berdasarkan data Human Development Index (HDI) tampaknya pelaksanaan pendidikan di sekolah belum sesuai seperti yang diharapkan dalam tujuan pendidikan nasional, yaitu meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Merosotnya kualitas pendidikan di indonesia dewasa ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah satu faktornya adalah guru. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Balitbang PDIP pada tahun 2008 menyatakan bahwa persentasi guru yang layak sesuai dengan profesinya adalah sebagai berikut: guru SMA 67,1 %, guru SMP 64,1 %, dan guru SD sebesar 50,7 %. Hal ini menandai rata-rata keseluruhan guru, mulai dari SD, SMP, dan SMA rata-rata 60,3% belum profesional atau belum layak menjadi guru. Guru merupakan titik sentral dari kualitas pendidikan, guru perancang sekaligus pelaksana proses pembelajaran. Sebagai perancang guru dapat menentukan arah pendidikan. Sebagai pelaksana guru tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan dan teknologi, namun juga menambahkan nilai-nilai budaya. Untuk itu pemerintah telah berupaya meningkatkan mutu pendidikan melalui pemberian pelatihan kepada guru-guru, peningkatan penghasilan, pengadaan sarana dan prasarana, dan beasiswa pendidikan untuk peningkatan jenjang pendidikan, namun sejauh ini masih belum memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan mutu pendidikan.

4 Hal ini sejalan dengan hasil observasi awal penulis pada bulan Desember 2014 ke SMP di Kabupaten Padang Lawas. Khususnya di (5) lima SMP Negeri yang ada di Kabupaten Padang Lawas serta melakukan wawancara dengan (5) lima guru. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terbuka yang dilakukan oleh penulis terdapat masalah-masalah kinerja khususnya guru matematika. Masalah-masalah tersebut diantaranya beberapa guru belum mematuhi dan menaati peraturan yang ada di sekolah, seperti: Guru masih kurang kreatif dalam menciptakan suasana belajar yang menarik dan nyaman yang mana ditandai dengan suasana kelas yang ribut (50%). Tanggung jawab guru juga masih kurang ditunjukkan guru yang meninggalkan kelas karena urusan pribadi (45%). Guru belum mampu mengoperasikan media pembelajaran berbasis komputer (60%), sehingga hal-hal yang berhubungan dengan pembaharuan pembelajaran yang telah banyak beredar di internet belum dapat dimanfaatkan untuk mendorong atau mendukung perkembangan pendidikan. Pengelolaan proses pembelajaran juga belum maksimal dilakukan, misalnya bagaimana membuka, menutup, sampai melakukan kegiatan evaluasi pembelajaran, akibatnya siswa kurang termotivasi mengikuti kegiatan pembelajaran (50%). Tingkat partisipasi guru dalam MGMP masih rendah (45%) hal ini disebabkan karena guru menganggap bahwa MGMP hanya sebagai diskusi kecil. MGMP hanya dibuat sebagai tempat untuk temu ramah dengan guru-guru lainnya yang seprofesi yang mengakibatkan guru tidak lagi membahas hal-hal yang menjadi pokok utama MGMP itu sendiri. Pembahasan tidak lagi berhubungan dengan persoalan-persoalan dunia pembelajaran. Dan terlihat juga dalam ajang olimpiade matematika siswa dari SMP di Kabupaten

5 Padang Lawas belum pernah mewakili sekolahnya ke tingkat provinsi. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja guru matematika SMP di Kabupaten Padang Lawas masih rendah. Hal ini tidak boleh dibiarkan berlarutlarut agar masalah pendidikan ini dapat teratasi sehingga kualitas pendidikan menjadi lebih baik. Untuk itu perlu dicari solusi untuk memperbaiki kualitas kinerja guru matematika SMP di Kabupaten Padang Lawas. Guru dituntut harus memiliki kinerja yang tinggi, dengan kinerja yang tinggi guru akan berupaya meningkatkan dan mengembangkan potensi peserta didiknya secara optimal, sehingga menghasilkan peserta didik yang mampu mandiri, berkualitas serta mampu berkompetensi dengan masyarakat global. Kinerja guru pada dasarnya merupakan penampilan kerja atau unjuk kerja yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Kualitas kinerja guru akan sangat menentukan pada kualitas pendidikan, karena guru merupakan pihak yang paling banyak bersentuhan langsung dengan siswa dalam proses pendidikan/pembelajaran di lembaga pendidikan sekolah. Prawirosentono (2008:457) kinerja adalah usaha yang dilakukan dari hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika. Kinerja guru di sekolah tentunya dipengaruhi oleh banyak faktor yang secara umum dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor yang muncul dari luar diri guru dan dalam diri guru. Arikunto (1996:34) mengemukakan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi kinerja seorang guru, yaitu: Pertama, faktor

6 internal yang terdiri dari sikap berkomunikasi, kemampuan manajemen, minat dan keinginan, intelegensi, intelektual, motivasi, dorongan, kepribadian, dan jati diri. Kedua, faktor eksternal terdiri dari sarana dan prasarana, intensif atau gaji guru, suasana kerja dan iklim kerja. Hal senada juga diungkapkan oleh Mulyasa (2004:99) yang mengemukakan ada sepuluh faktor yang dapat mempengaruhi kinerja guru, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal adalah perangkat pribadi seorang guru baik secara fisik dan psikis, sedangkan faktor eksternal adalah seluruh lingkungan yang ada disekitar guru tersebut. kesepuluh faktor tersebut adalah dorongan untuk bekerja, tanggung jawab terhadap tugas, minat terhadap tugas, peluang untuk berkembang, perhatian dari kepala sekolah, hubungan interpersonal dengan kepala sekolah, guru, kelompok diskusi terbimbing serta layanan perpustakaan. Berdasarkan uraian di atas maka diidentifikasi bahwa kinerja guru itu dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu motivasi, kepuasan kerja, struktur organisasi, pengalaman kerja, sikap, peran, intelegensi, dan sikap berkomunikasi. Namun, dalam penelitian ini faktor yang diduga berhubungan dengan kinerja guru matematika adalah profesionalisme, motivasi berprestasi dan partisipasi dalam MGMP. Beberapa jurnal penelitian yang berkaitan dengan kinerja guru. Jurnal penelitian Ari Wahyu Ningrat Karang, Made Yudana, dan Nyoman Natajaya (Volume 4 Tahun 2013) pada hasil penelitiannya terdapat kontribusi yang signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah, kompetensi profesional, dan motivasi kerja secara bersama-sama terhadap kinerja guru SMP Negeri 1 Bangli sebesar 52,1%. Jurnal penelitian M. Dirga, N. Dantes,dan G. K. Arya

7 Sunu (Volume 4 Tahun 2013) pada hasil penelitiannya terdapat kontribusi yang signifikan motivasi berprestasi terhadap kinerja guru sebesar 86,1% dan sumbangan efektif sebesar 33%. Hal ini berarti semakin baik motivasi berprestasi maka semakin baik kinerja guru, motivasi berprestasi perlu ditumbuhkan sehingga memunculkan persaingan yang kompetitif di sekolah sehingga kualitas pendidikan dapat ditingkatkan. Jurnal penelitian yang ditulis Wayan Sunarsa, dkk tahun (Volume 4 Tahun 2013) yang berjudul kontribusi etos kerja, pengalaman kerja, dan intensitas keterlibatan guru pada kegiatan MGMP terhadap kinerja guru matematika SMA Negeri di Kabupaten Tabanan. Hasil penelitiannya terdapat kontribusi secara bersama-sama etos kerja, pengalaman kerja, dan intensitas keterlibatan guru pada kegiatan MGMP terhadap kinerja guru matematika SMA Negeri Kabupaten Tabanan sebesar 64,00%. Jurnal penelitian I Nyoman Rauh (Volume 4 Tahun 2013) terdapat kontribusi yang positif dan signifikan antara kompetensi profesional, konsep diri akademik, motivasi kerja guru secara bersama-sama terhadap kinerja guru matematika sebesar 86,7%. Jurnal penelitian Tumbur Hutasoit (ISSN: 2086-3942 Volume V Nomor 2 Tahun 2012) hasil penelitiannya terdapat pengaruh langsung antara motivasi berprestasi terhadap kinerja guru sebesar 42,77%. Berdasarkan jurnal tersebut terlihat adanya kontribusi yang positif dan signifikan terhadap kinerja guru yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti motivasi berprestasi, motivasi kerja, konsep diri akademik, dan kompetensi profesional. Profesionalisme adalah paham yang mengajarkan bahwa suatu pekerjaan yang dilakukan harus dengan orang yang profesional. Profesional

8 mempunyai kebermaknaan ahli (expert) dengan pengetahuan yang dimiliki dalam melayani pekerjaannya. Tanggung jawab (responsibility) atas keputusannya baik intelektual maupun sikap dan memiliki rasa kesejahteraan menjunjung tinggi etika profesi dalam suatu organisasi yang dinamis. Sebagai tenaga profesional guru diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan di indonesia agar dapat keluar dari masalah pendidikan. Selanjutnya dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, pada pasal 1 ayat 1 dikatakan bahwa guru adalah pendidik professional dengan tugas utamanya (1) mendidik; (2) mengajar; (3) membimbing; (4) mengarahkan; (5) melatih; (6) menilai, dan (7) mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini di jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Dalam hal ini sangat jelas tuntutan profesionalitas guru. Menurut Mulyasa (2004:18) karakteristik guru yang dinilai kompeten secara profesional adalah mampu mengembangkan tanggung jawab dengan baik, melaksanakan peran dan fungsinya dengan tepat, mampu bekerja untuk mewujudkan tujuan pendidikan di sekolah dan mampu melaksanakan peran dan fungsinya dalam pembelajaran di kelas. Jadi, guru yang profesional adalah guru yang memiliki kompetensi atau standar mutu yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran serta mengedepankan nasib peserta didiknya untuk bisa menggunakan potensi dan kecakapan yang dimilikinya. Profesionalitas yang dimilikinya akan meningkatkan kinerja yang dimiliki oleh seorang guru. Motivasi diartikan sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu

9 guna mencapai tujuan. Motivasi berprestasi menurut Usman (2013:292) ialah dorongan dari dalam diri untuk mengatasi segala tantangan dan hambatan dalam upaya mencapai tujuan. Orang yang mempunyai motivasi berprestasi cenderung menuntut dirinya untuk berusaha lebih keras agar pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya dapat dilaksanakan dengan baik. Mereka akan mempunyai tanggung jawab yang besar dalam melaksanakan tugasnya, apabila mendapat tantangan, ia akan berusaha untuk mencari strategi-strategi tertentu yang dapat digunakan untuk mengatasi tantangan tersebut. ia akan sangat senang jika berhasil memenangkan suatu persaingan dan berani menanggung resiko sebagai konsekuensi dari usaha yang dilakukannya dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berdasarkan penjelasan di atas motivasi berprestasi diduga berhubungan dengan kinerja guru. Faktor lain yang diduga turut berhubungan dengan kinerja guru adalah partisipasi guru dalam program pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan dalam forum MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran), yang dibentuk mulai dari tingkat sekolah, gugus, kabupaten, dan propinsi. MGMP adalah suatu forum/wadah kegiatan profesional guru mata pelajaran yang sejenis, yaitu Musyawarah dan Guru Mata Pelajaran, berarti mencerminkan kegiatan dari, oleh dan untuk guru. Yang dimaksud dengan guru mata pelajaran adalah guru negeri maupun swasta yang mengasuh dan bertanggung jawab untuk mengelola mata pelajaran yang ditetapkan oleh kurikulum. Melalui MGMP, terjadi interaksi yang secara berkelanjutan antar guru mata pelajaran dalam hal menumbuhkan kegairahan meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam mempersiapkan, melaksanakan dan mengevaluasi program kegiatan belajar

10 mengajar. Dengan demikian forum ini menjadi wadah bagi guru untuk meningkatkan kemahiran dalam melaksanakan pengajaran, diskusi yang dilakukan berlangsung untuk saling tukar pikiran mengenai metode yang tepat, materi pembelajaran, serta pendekatan yang tepat dalam pembelajaran sehingga terciptalah kinerja guru yang tinggi. MGMP tingkat SMP merupakan wadah kegiatan guru pada jenjang SMP untuk memecahkan segala permasalahan dan hambatan yang terjadi di lapangan serta menyempurnakan proses pembelajaran diantaranya adalah perbedaan penguasaan materi pelajaran dan hal-hal yang menunjang dan berhubungan dengan proses belajar mengajar. Partisipasi guru dalam MGMP bertujuan untuk meningkatkan kemampuannya dalam pelaksanaan pembelajaran, pada dasarnya sangat positif dan berarti bagi sebagian guru. Apabila forum itu dilaksanakan sesuai dengan harapan, maka terjadi pembinaan serius kepada guru melalui proses interaksi dengan sesama guru, lewat forum ini semua guru berada pada level yang sama, semua masalah, dan keluhan bisa dibahas secara bersama-sama. Harapan bahwa MGMP berperan dalam meningkatkan kinerja guru pada dasarnya bisa menjadi kenyataan apabila guru berperan secara aktif dan memberikan respon positif. Perilaku guru yang diharapkan adalah guru yang proaktif dalam implementasi perkembangan teknologi dalam tataran teknik, metodologi, strategi, dan pendekatan dalam pembelajaran. Memahami fenomena SMP di Kabupaten Padang Lawas ini dapat dilakukan peningkatan terhadap beberapa variabel yang dapat berhubungan dengan kinerja guru matematika baik secara empiris dan konseptual,

11 sebagaimana dijelaskan pada bagian sebelumnya, diduga variabel profesionalisme, motivasi berprestasi, partisipasi dalam MGMP berpengaruh terhadap kinerja guru. Jika dugaan ini teruji, maka konsep tentang hubungan keempat variabel ini dapat digunakan untuk menjelaskan, meramalkan, dan menemukan alternatif untuk mengatasi masalah kinerja guru matematika di SMP di Kabupaten Padang Lawas. B. Identifikasi Masalah Seperti yang telah diuraikan pada teori sebelumnya dalam latar belakang masalah banyak faktor yang berhubungan dengan kinerja guru matematika. Hal ini akan mengundang sejumlah pertanyaan tentang faktorfaktor yang berhubungan dengan kinerja guru matematika tersebut. Maka dapat diidentifikasi masalah yang berkenaan dengan kinerja guru matematika yaitu: (1) motivasi; (2) konsep diri akademik; (3) pengalaman kerja; (4) sikap; (5) kompetensi profesional; (6) peran; (7) perilaku kepemimpinan; (8) kepuasan kerja; (9) dan sikap berkomunikasi. C. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, diketahui bahwa cukup banyak faktor yang berhubungan dengan kinerja guru matematika, namun mengingat kemampuan materi dan keterbatasan waktu, maka dilakukan pembatasan masalah dalam penelitian ini. Adapun permasalahan kinerja guru matematika yang akan diteliti hanya berkenaan dengan faktor profesionalisme,

12 motivasi berprestasi, partisipasi dalam MGMP. Ketiga faktor ini dianggap sebagai faktor yang sangat berhubungan dengan kinerja guru matematika SMP di Kabupaten Padang Lawas, dan selanjutnya menjadi variabel dalam penelitian ini. D. Rumusan Masalah Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan diatas maka dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah terdapat hubungan antara profesionalisme dengan kinerja guru matematika SMP di Kabupaten Padang Lawas? 2. Apakah terdapat hubungan antara motivasi berprestasi dengan kinerja guru matematika SMP di Kabupaten Padang Lawas? 3. Apakah terdapat hubungan antara partisipasi dalam MGMP dengan kinerja guru matematika SMP di Kabupaten Padang Lawas? 4. Apakah terdapat hubungan antara profesionalisme, motivasi berprestasi dan partisipasi dalam MGMP secara bersama-sama dengan kinerja guru matematika SMP di Kabupaten Padang Lawas? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat ditentukan tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui hubungan antara profesionalisme dengan kinerja guru matematika SMP di Kabupaten Padang Lawas.

13 2. Untuk mengetahui hubungan antara motivasi berprestasi dengan kinerja guru matematika SMP di Kabupaten Padang Lawas. 3. Untuk mengetahui hubungan antara partisipasi dalam MGMP dengan kinerja guru matematika SMP di Kabupaten Padang Lawas. 4. Untuk mengetahui hubungan antara profesionalisme, motivasi berprestasi dan partisipasi dalam MGMP secara bersama-sama dengan kinerja guru matematika SMP di Kabupaten Padang Lawas. F. Manfaat Penelitian Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan diperoleh manfaat penelitian sebagai berikut: 1. Manfaat Teoretis a. Menguatkan teori mengenai profesionalisme, motivasi berprestasi, partisipasi dalam MGMP dan kinerja guru matematika. b. Sebagai bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut tentang studi manajemen, khususnya yang berkaitan dengan dengan profesionalisme, motivasi berprestasi, partisipasi dalam MGMP dan kinerja guru matematika. 2. Manfaat Praktis a. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi Kepala Dinas pendidikan Kabupaten Padang Lawas dalam meningkatkan mutu pendidikan serta peningkatan kinerja guru matematika. b. Bagi kepala sekolah sebagai bahan masukan dalam pengambilan kebijakan untuk meningkatkan kinerja guru matematika, terutama

14 yang berhubungan dengan profesionalisme, motivasi berprestasi, dan partisipasi dalam MGMP. c. Bagi Guru matematika, sebagai bahan masukan untuk mengetahui sebab-sebab dan cara-cara meningkatkan kinerja guru sehingga kualitas pendidikan anak didik yang diselenggarakan pada SMP di Kabupaten Padang Lawas dapat ditingkatkan sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan. d. Bagi peneliti lainnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk selanjutnya dan dapat dikembangkan dengan variabel-variabel yang berbeda.